Anda di halaman 1dari 14

BAB I PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS

PERCOBAAN I – A
KANDUNGAN LUMPUR DAN KOTORAN ORGANIS AGREGAT HALUS

1. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan praktikum.
b. Dapat menentukan banyaknya kandungan lumpur yang terdapat dalam pasir.
c. Dapat menentukan kotoran organis yang terkandung dalam agregat halus.
2. ALAT DAN BAHAN
a. Timbangan, dengan ketelitian 1 gram.
b. Gelas ukur, berkapasitas 250 ml/cc, 2 buah.
c. Bejana gelas, berkapasitas 500 ml
d. Pengaduk dari kayu.
e. Cawan
f. Oven.
g. NaOH 3%
h. Air
i. Plastik Penutup
j. Karet gelang
k. Agregat halus ( pasir kering oven )
3. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN
Berdasarkan : SK SNI S-04-1989-F dan SNI 03-2816-1992
A. PROSEDUR PERCOBAAN KANDUNGAN LUMPUR DENGAN CARA
KOCOKAN
a. Masukkan pasir kering oven ke dalam gelas ukur sebanyak 130 cc.
Gambar 1.1 Pasir Kering Oven dalam Gelas Ukur Sebanyak
130 cc.
b. Tuangkan air ke dalam gelas ukur sampai meresap setinggi 200 cc.
c. Tutup mulut gelas ukur dengan plastik sampai rapat, gunakan karet gelang
sebagai pengikat.
d. Kocok-kocok gelas ukur selama ± 30 menit.

Gambar 1.2 Proses kocokan agregat halus percobaan kandungan lumpur

e. Diamkan selama ± 5 jam. Sehingga akan terlihat bahwa material yang


berat mengendap dibagian bawah dan lumpur akan mengendap di atasnya.
Gambar 1.3 Pengendapan selama ± 5 jam

f. Amati dan catat tinggi endapan pasir dan lumpur ( dalam cc ).

Gambar 1.4 Hasil pengendapan selama ± 5 jam

B. PROSEDUR PERCOBAAN KANDUNGAN LUMPUR DENGAN CARA


CUCIAN
a. Timbang pasir kering ± 200 gram ( kering oven )
Gambar 1.5 Pasir kering 200 gram

b. Masukkan pasir ± 100 gram ke dalam bejana gelas kapasitas 500 ml.
c. Tuangkan air ke dalam bejana gelas sampai pasir jenuh air dan air
mencapai ketinggian ± 12 cm di atas permukaan pasir.
d. Aduk perlahan-lahan sampai keruh, diamkan selama ± 1 menit.

Gambar 1.6 Proses mengaduk pasir jenuh air

e. Buang atau tuang air perlahan-lahan dari bejana sampai air tinggal
setengahnya ( cara menuang harus sedemikian rupa sehingga pasir tidak
ikut terbuang).
Gambar 1.7 Proses menuang air dari bejana

f. Ulangi penambahan air bersih sampai setinggi ± 12 cm di atas permukaan


pasir.
g. Aduk perlahan-lahan sampai keruh diamkan selama ± 1 menit.
h. Buang atau tuang air perlahan-lahan dari bejana sampai air tinggal
setengahnya.
i. Pencucian dilakukan berkali-kali sehingga air menjadi tetap jernih setelah
diaduk.

Gambar 1.8 Hasil pencucian agregat halus


j. Sisa contoh pasir yang telah dicuci dipanaskan dalam oven sampai kering.
Setelah kering dan dingin, pasir ditimbang dengan teliti.

Gambar 1.9 Hasil pencucian agregat halus

k. Selisih berat semula dengan berat setelah dicuci adalah bagian yang hilang
(kandungan lumpur atau butiran < 50 micron).
l. Percobaan dilakukan 2 kali, kemudian dihitung hasil rata-ratanya.

C. PROSEDUR PERCOBAAN KANDUNGAN ZAT ORGANIS


a. Masukkan pasir kering ke dalam bejana ukuran 250 cc sampai setinggi ±
130 cc.
Gambar 1.10 Pasir kering dalam bejana setinggi 130 cc

b. Tambahkan larutan NaOH 3% yang berfungsi sebagai pelarut, pengontrol


keasaman air dan pemisah zat zat organis kedalam bejana sampai
meresap kedalam pasir (jenuh) setinggi ± 200 cc.
c. Tutup mulut bejana dengan plastik hingga rapat dan kocok-kocok bejana
tersebut selama ± 30 menit.

Gambar 1.11 Proses kocokan agregat halus percobaan kandungan zat organis

d. Diamkan selama ± 24 jam


Gambar 1.12 Pengendapan selama ± 24 jam

e. Amati dan catat hasil percobaan mengenai warna.

Gambar 1.13 Hasil pengendapan selama ± 24 jam

4. DATA HASIL PERCOBAAN


A. Data Hasil Percobaan Kandungan Lumpur dengan Sistem Kocokan
Percobaan 1
Tabel 1.1 Data Hasil Percobaan 1 Dengan Sistem Kocokan
A+B Tinggi Pasir + lumpur 140 cc
A Tinggi pasir 130 cc
B Tinggi Lumpur 10 cc

B. Data Hasil Percobaan Kandungan Lumpur dengan Sistem Cucian


Percobaan 1
Tabel 1.3 Data Hasil Percobaan 1 Dengan Sistem Cucian
Berat Pasir Mula-mula (A) 200 gram
Berat Setelah Dicuci (B) 184 gram
Berat Lumpur (A-B) 16 gram
Percobaan 2
Tabel 1.4 Data Hasil Percobaan 2 Dengan Sistem Cucian
Berat Pasir Mula-mula (A) 500 gram
Berat Setelah Dicuci (B) 460 gram
Berat Lumpur (A-B) 40 gram
C. Data Hasil Percobaan Kandungan Zat Organis
Tabel 1.5 Data Hasil Percobaan Kandungan Zat Organis
Warna NaOH Kuning kecoklatan (tintometer No. 11)
Gambar 1.14 Hasil percobaan kandungan zat organis dengan tintometer No. 11

5. ANALISA DATA
A. Pembahasan Hasil Percobaan Kandungan Lumpur dengan Sistem
Kocokan
A+B Tinggi pasir + lumpur = 140 cc
A Tinggi pasir = 130 cc
B Tinggi lumpur = 10 cc

Prosentase Kandungan Lumpur ( BA × 100 %) = 130


10
×100 % = 7,692%

Hasil kandungan lumpur dalam percobaan ini adalah 7,692% > 5% yang
artinya kandungan lumpur dari percobaan ini tidak memenuhi standar
SK SNI S-4-1989-F dan PBI 1971 N.I-2.
B. Pembahasan Hasil Percobaan Kandungan Lumpur dengan Sistem
Cucian
Percobaan 1
Berat pasir mula-mula = 200 gram
Berat setelah dicuci = 184 gram
Berat lumpur = 16 gram
Percobaan 2
Berat pasir mula-mula = 500 gram
Berat setelah dicuci = 460 gram
Berat lumpur = 40 gram
16+40
Berat Lumpur Rata-Rata = = 28 𝑔𝑟𝑎𝑚
2
Prosentase Kandungan Lumpur
= 8%

Hasil kandungan lumpur dalam percobaan ini adalah 8% > 5% yang


artinya kandungan lumpur dalam percobaan ini tidak memenuhi
standar SK SNI S-4-1989-F dan PBI 1971 N.I-2.
Dikarenakan agregat halus yang dapat digunakan sebagai bahan
bangunan jika kandungan lumpur-nya tidak lebih dari 5%.
C. Pembahasan hasil percobaan kandungan zat organis
Warna larutan NaOH dalam percobaan ini adalah kuning kecoklatan
(tintometer No.11). Agregat halus tersebut masih dapat digunakan, namun
tidak dianjurkan.
Kandungan zat organis dalam agregat halus tidak memenuhi standar karena
dari hasil percobaan mendekati warna tergelap (Tintometer No. 16). Bila
warna semakin merah dan gelap, maka kadar zat organis yang terkandung
pada agregat halus tersebut semakin besar.
7. KESIMPULAN
a. Pada percobaan dengan sistem kocokan, kandungan lumpur diperoleh 8% >
5% yang berarti kandungan lumpur dalam percobaan ini belum atau tidak
memenuhi standar SK SNI S-4-1989-F.
b. Pada percobaan sistem pencucian, hasil kandungan lumpur yang diperoleh
yaitu sebesar 8%> 5% yang berarti kandungan lumpur dalam percobaan ini
tidak memenuhi standar SK SNI-S-4-1989-F.
c. Pada percobaan kandungan zat organis warna dengan larutan NaOH yang
didapat adalah kuning kecoklatan (tintometer No. 11) yang berarti kadar zat
organis yang terkandung di dalam percobaan ini cukup besar karena warna
yang dihasilkan gelap. Sehingga agregat halus tersebut dapat digunakan,
namun tidak dianjurkan.
8. SARAN
a. Dalam percobaan kandungan lumpur dengan pencucian harus dilakukan
dengan hati-hati agar pasir tidak ikut hilang.
b. Kandungan lumpur pada pasir/ agregat halus yang dipakai dalam percobaan
baik cara kocokan maupun cara cucian sebenarnya telah memenuhi syarat SK
SNI S-4-1989-F di mana tidak melebihi 5%. Hanya saja kandungan lumpur
pada percobaan bisa dikatakan hampir menyentuh batas yang telah
ditentukan, sehingga apabila pasir tersebut ingin digunakan maka sebaiknya
dicuci terlebih dahulu agar kandungan lumpurnya berkurang.
c. Kandungan organis pada pasir dalam percobaan telah melebihi batas yang
telah ditentukan sehingga perlu dicuci.
9. DAFTAR PUSTAKA
 SK SNI S-4-1989-F
10. LAMPIRAN

Gambar 1.1 Timbangan Ketelitian 1 Gambar 1.2 Proses kocokan agregat


gram halus
Gambar 1.4 Cawan
Gambar 1.3 Hasil
percobaan kandungan
lumpur dan zat organis
agregat halus dengan
sistem kocokan
Gambar 1.5 Tintometer Gambar 1.6 Agregat halus 200
gram

Gambar 1.7 Proses percobaan kandungan lumpur agregat


halus dengan sistem cucian

Gambar 1.9 Hasil


Gambar 1.8 Hasil percobaan kandungan zat organis
cucian agregat halus agregat halus tintimeter no
11

Anda mungkin juga menyukai