Anda di halaman 1dari 26

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pemeriksaan Kadar Air Agregat (Pasir dan Kerikil)

Tanggal : Online (Work From Home)


Tempat : Laboratorium Beton Teknik Sipil UNUD
Tujuan : Untuk mengetahui jumlah air yang terkandung dalam pasir dan kerikil
yang akan dipakai sebagai bahan pencampur beton.

3.1.1 Bahan yang digunakan :


- Pasir
- Kerikil
- Air

3.1.2 Alat-alat yang digunakan :


- Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat yang ditimbang
- Tungku pengering (oven)
- Cawan.

3.1.3 Cara kerja :


1. Pasir dalam keadaan lembab atau basah (bukan SSD) ditimbang.
2. Kerikil dalam keadaan lembab atau basah (bukan SSD) ditimbang.
3. Keringkan pasir dan kerikil tersebut dalam oven dengan temperatur 105° C selama 1
x 24 jam sampai beratnya tetap.
4. Cawan dengan agregat pasir dan kerikil masing-masing didalamnya, dikeluarkan
dari oven dan ditimbang berat pasir dan kerikil yang sudah di oven.
5. Dari pemeriksaan diatas diperoleh prosentase kandungan air pasir dan kerikil.
3.1.4 Hasil
1. Hasil Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

No. Uraian Hasil

1. Berat Pasir Semula (W1) 658 gr


2. Berat Pasir Setelah di Oven (W2) 268 gr
W1  W2
3. Kadar air =  100 % 145,5%
W2

2. Hasil Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar (Kerikil)

No. Uraian Hasil

1. Berat Kerikil Semula (W1) 915 gr


2. Berat Batu Pecah Setelah di Oven (W2) 387 gr
W1  W2
3. Kadar air =  100 % 136,4%
W2

Uraian :
Dari data hasil perhitungan di atas diperoleh, kadar air pasir adalah 145.5 % dan kadar
air kerikil adalah 136.4%. Kadar air kerikil lebih kecil dibandingkan dengan kadar air
pasir.

3.2 Pemeriksaan Prosentase Kandungan Lumpur dalam Agregat (Pasir)

Tanggal : Online (Work From Home)


Tempat : Laboratorium Beton Teknik Sipil UNUD
Tujuan : Untuk mengetahui kandungan lumpur dalam pasir, dimana kandungan
lumpur yang lebih dari 5% akan menyebabkan mutu beton berkurang.
3.2.1 Bahan yang digunakan :
- Pasir
- Air

3.2.2 Alat-alat yang digunakan :


- Tabung Kimia
- Penggaris

3.2.3 Cara kerja :


1. Bersihkan tabung kimia yang akan digunakan
2. Masukkan pasir dan air ke dalam tabung kimia, kemudian guncangkan agar pasir
bercampur dengan air.
3. Tunggu 124 jam agar terjadi endapan pasir dan Lumpur
4. Melalui endapan dalam tabung tersebut dapat dihitung tinggi dari endapan
(pasir+lumpur) dan tinggi endapan pasir. Maka dari hasil perhitungan tinggi pasir
dan tinggi keduanya (pasir+lumpur) tersebut dapat dihitung presentase kandungan
lumpur dalam pasir.
3.2.4 Hasil :
3. Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus

No. Uraian Hasil

1. Tinggi pasir + lumpur (H1) 15,6 cm

2. Tinggi pasir (H2) 15,5 cm

H1  H 2
3. Kadar Lumpur = x 100 % 0,64%
H1

Uraian :
Berdasarkan hasil perhitungn diperoleh kandungan lumpur sebesar 0.64%
sedangkan syarat pasir untuk campuran beton yaitu memiliki kandungan lumpur
maksimum sebesar 5%. Jadi, pasir tersebut memenuhi syarat sebagai rancangan
campuran beton.
3.3 Pemeriksaan Prosentase Kandungan Lumpur dalam Agregat (Kerikil)
Tanggal : Online (Work From Home)
Tempat : Laboratorium Beton Teknik Sipil UNUD
Tujuan : Untuk mengetahui kandungan lumpur dalam kerikil, dimana
kandungan lumpur yang lebih dari 1 % akan menyebabkan mutu
beton berkurang.

3.3.1 Bahan yang digunakan:


- Kerikil
- Air

3.3.2 Alat-alat yang digunakan:


 Cawan
 Oven
 Timbangan

3.3.3 Cara kerja:


1. Kerikil sebelumnya dikeringkan dalam oven selama 24 jam
2. Kerikil kering oven di timbang
3. Setelah ditimbang, kerikil tersebut dicuci sampai air yang melaluinya mulai tampak
jernih dan ditimbang kembali pada kondisi telah tercuci
4. Kemudian untuk mendapatkan prosentase kandungan lumpur kerikil, dilakukan
perbandingan melalui rumus.
3.3.4 Hasil
4. Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar (Kerikil)

No Uraian Hasil

1 Berat Kerikil Kering Oven (V1) 500 gr

Berat Kerikil Kering Oven Setelah Dicuci


2 498 gr
Tertahan saringan No. 200 (V2)
V1  V2
3 Kadar Lumpur = x 100 % 0,4 %
V1

Uraian :
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kandungan lumpur sebesar 0.4 %
sedangkan syarat untuk campuran beton , kerikil memiliki kandungan lumpur
maksimum 1 %. Jadi, kerikil tersebut memenuhi syarat maksimum.

3.4 Pemeriksaan Berat Jenis Pasir dan Penyerapan Agregat Halus

Tanggal : Online (Work From Home)


Tempat : Laboratorium Beton Teknik Sipil UNUD
Tujuan : Untuk menentukan berat jenis bulk, berat jenis jenuh kering
permukaan (SSD), berat jenis semu (appearent), dan menentukan
besarnya penyerapan dari agregat halus.

3.4.1 Bahan yang digunakan :


- Pasir Kering Oven
- Air

3.4.2 Alat-alat yang digunakan :


- Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat pasir contoh
- Piknometer dengan kapasitas 500 ml
- Oven dengan suhu sekitar 105oC
- Gelas ukur
- Cawan

3.4.3 Cara Kerja :


1. Timbang pasir yang sudah SSD sebanyak 500 gr.
2. Ambil piknometer lalu isi dengan air sebanyak 500 cc lalu timbang beratnya.
3. Buang sebagian air pada piknometer, lalu masukkan pasir pasir SSD ke dalam
piknometer.
4. Tutup mulut piknometer dengan telapak tangan, kemudian piknometer dibolak-balik
agar udara yang terperangkap diantara butiran pasir dapat keluar, sehingga
permukaan air turun, tambahkan air lagi sampai permukaannya mencapai tanda
batas 500 cc, kemudian timbang berat piknometer yang berisi pasir dan air tersebut.

5. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus

No Uraian Hasil
1 Berat Contoh Pasir SSD (A) 500 gr
2 Berat Pasir Kering Oven (B) 459 gr
3 Berat Labu (Piknometer) + Air temperature 25° (C) 705 gr
Berat Labu (Piknometer) + Pasir SSD + Air
4 996 gr
temperature 25° (D)
(B)
5 2,196
Berat Jenis Bulk = ( C  500  D )
( 500 )
6 Berat Jenis SSD = 2,392
( C  500  D )
(B )
7 2,732
Berat Jenis Semu = (C  B  D )

(500  B)
8 x100 % 8,932%
Absorpsi = ( B)

Uraian :
Berat jenis pasir SSD (Saturated Surface Dry) yang diperoleh adalah 2,392 gr/cm3
dengan penyerapan air sebesar 8.932 %.

3.5 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar


Tanggal : Online (Work From Home)
Tempat : Laboratorium Beton Teknik Sipil UNUD
Tujuan : Untuk menentukan berat jenis bulk, berat jenis jenuh kering
permukaan (SSD), berat jenis semu (appearent), dan menentukan
besarnya absorpsi dari agregat kasar.
3.5.1 Bahan yang digunakan :
- Kerikil Kering Oven
- Air
3.5.2 Alat-alat yang digunakan :
- Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat kerikil
- Keranjang kawat dengan kapasitas kira-kira 5 kg (5000 gr)
- Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang disesuaikan dengan pemeriksaan
3.5.3 Cara Kerja :
1. Timbang kerikil kering oven seberat 5000 gr.
2. Kerikil dimasukkan dalam keranjang kawat.
3. Masukkan keranjang kawat berisi kerikil tersebut ke dalam bak air dan dicelupkan
selama ± 15 menit sehingga gelembung-gelembung udara dapat keluar, kemudian
timbang berat benda uji dalam air.
4. Kerikil diangkat kemudian dilap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang (SSD/jenuh kering permukaan), kemudian timbang berat kerikil
tersebut.
3.5.4 Hasil
6. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar

No. Uraian Hasil


1. Berat benda uji kering oven (A) 5000 gr
2. Berat benda uji SSD (B) 5165 gr
3. Berat benda uji dalam air (C) 3025 gr
Berat jenis Bulk = A
4. B  C 2,336

Berat jenis SSD = B


5. B  C 2,413

6. Berat jenis Semu = A 2,531


A  C
B  A
7. Absorpsi = A
x 100 % 3,3 %

Uraian :
Berat jenis kerikil SSD (Saturated Surface Dry) yang diperoleh adalah 2,413 gr/cm3
dengan penyerapan air dalam kerikil sebesar 3,3 %. Berat jenis Agregat ini mendekati
berat jenis agregat ringan yang memiliki batasan kurang dari 2,5 gr/cm3.
3.6 Pemeriksaan Berat Isi Agregat dan Semen

Tanggal : Online (Work From Home)


Tempat : Laboratorium Beton Teknik Sipil UNUD
Tujuan : Untuk mendapatkan berat satuan/isi (berat jenis menyeluruh) dari pasir,
kerikil, dan semen

3.6.1 Bahan yang digunakan :


- Pasir
- Kerikil
- Semen

3.6.2 Alat-alat yang digunakan :


- Timbangan dengan ketelitian maksimum 0,1% dari berat benda uji
- Sekop/cetok
- Mistar perata
- Penumbuk/tongkat pemadat dari baja tahan karat, panjang 60 cm dan diameter 15
mm dan ujungnya tumpul/bulat
- Bejana baja kaku (container), berbentuk silinder dengan ukuran (minimum), yaitu :

▪ Diameter bejana = 15,4 cm


▪ Tinggi bejana = 16 cm
▪ Volume = 2,987 liter

3.6.3 Cara Kerja :


1. Pasir dan kerikil yang digunakan dalam keadaan SSD.
2. Timbang berat bejana dan ukur diameter serta tinggi bejana (A).
3. Masukkan benda uji ke dalam container dengan hati-hati agar tidak ada butiran
yang keluar.
4. Ratakan permukaan benda uji sehingga rata dengan bagian atas container, dengan
menggunakan mistar perata lalu timbang beratnya.
5. Container diisi air sampai penuh kemudian ditimbang beratnya (B), sehingga
diperoleh volume container = (B – A) liter.
Ada dua cara memadatkan pasir dalam bejana/container, yaitu :
1. Cara Rodding.
Dengan memasukkan pasir ke dalam container dalam tiga lapisan. Lapisan I
masukkan pasir setinggi 1/3 tinggi container, kemudian ditumbuk sebanyak 25 kali.
Lapisan II setinggi 2/3 tinggi container dan ditumbuk sebanyak 25 kali. Lapisan III
dengan mengisi container sampai penuh dan ditumbuk sebanyak 25 kali, kemudian
diratakan dengan mistar perata. Hal serupa juga dilakukan pada semen dan kerikil.
Pasir, kerikil, dan semen yang sudah diratakan ditimbang beratnya (W1).

Rumus perhitungan :

(W 1  A )
Cara Rodding =
(B  A )

2. Cara Sovelling.
Pengisian pasir ke dalam container dengan menggunakan sekop/cetok dengan
ketinggian jatuh tidak lebih dari 5 cm diatas container yang diratakan. Hal serupa
juga dilakukan pada semen dan kerikil. Pasir, kerikil, dan semen yang sudah
diratakan ditimbang beratnya (W2).
Rumus perhitungan :

(W 2  A )
Cara Sovelling =
(B  A )
3.6.4 Hasil
7. Pemeriksaan Berat Isi Semen, Agregat Halus, dan Agregat Kasar

Semen Pasir Kerikil


No Uraian
R S R S R S
1 Berat Container + Sampel (A) gr 6695 6215 7915 6455 6975 6610
2 Berat Container (B) gr 2845 2485 2845 2845 2845 2845
3 Berat Sampel (C = A - B) gr 3850 3370 5070 3610 4130 3765
4 Isi Container (D) ml 2995 2995 2995 2995 2995 2995
5 Berat Isi Sampel (C/D) gr/ml 1,285 1,125 1,692 1,205 1,378 1,257
6 Berat Isi Sampel rata-rata gr/ml 1,205 1,448 1,317

R: Rodding
S: Shoveling
Uraian :
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan terlihat bahwa pengujian berat satuan dengan
cara Rodding memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan cara Shoveling. Hal
ini disebabkan karena pada cara Rodding, pori-pori agregat terisi penuh akibat proses
pemadatan dengan tongkat penumbuk. Banyaknya butiran-butiran yang mengisi pori-pori
tersebut akan dipengaruhi oleh gradasi butiran, bentuk permukaan dan bentuk butiran.
Adapun berat isi rata-rata pasir yang diperoleh adalah 1,448 gr/ml, berat isi rata-rata kerikil
1.317 gr/ml, dan berat isi rata-rata semen 1.205 gr/ml.

3.7 Pemeriksaan Analisa Gradasi (Sieve Analysis) Pasir

Tanggal : Online (Work From Home)


Tempat : Laboratorium Beton Teknik Sipil UNUD
Tujuan : Untuk mengetahui dan menetapkan gradasi pasir dan modulus
kehalusannya.
3.7.1 Bahan yang digunakan :
- Pasir kering oven.
3.7.2 Alat-alat yang digunakan :
- Timbangan dengan ketelitian dibawah 0,1% dari berat benda yang ditimbang
- Satu set ayakan ASTM E-11, USA Standart Testing Sieve dengan diameter lubang,
4,75 mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm dan Pan
- Mesin penggetar ayakan
- Tempat menampung pasir dan sikat untuk membersihkan ayakan

3.7.3 Cara Kerja :


1. Satu set ayakan disusun secara berurutan dengan diameter lubang terbesar berada
paling atas kemudian ayakan dengan diameter lubang yang lebih kecil dibawahnya.
2. Timbang 1000 gr pasir kering (setelah dioven) lalu masukan keayakan teratas
(diameter 4,75 mm) dan ayakan tersebut ditutup.
3. Susunan ayakan diletakkan di atas mesin pengayak. Pengayakan dilakukan selama ±
5 menit.
4. Pasir yang tertinggal di dalam masing-masing ayakan dipindahkan ke tempat/bejana
lain/di atas kertas. Agar tidak ada pasir yang tertinggal di dalam ayakan, maka
ayakan harus dibersihkan dengan sikat lembut.
5. Timbang masing-masing pasir tersebut. Penimbangan sebaiknya dilakukan secara
kumulatif, yaitu dari butir pasir yang kasar dahulu, kemudian ditambahkan dengan
butir pasir yang lebih halus sampai semua pasir tertimbang. Catat berat pasir setiap
kali penimbangan. Pada langkah ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada
butir pasir yang hilang.
Modulus kehalusan pasir = jumlah % tertinggal kumulatif dari butir-butir
agregat yang tertinggal di atas suatu set ayakan dan
kemudian dibagi seratus

3.7.4 Hasil
8. Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus

Bahan yang diayak 1000 gr


Nomor Persen
Persen
Ayakan Tertahan tertahan
tertahan Persen lolos (%)
(mm) (gr) kumulatif
(%)
(%)
38,00 - - - -
25,00 - - - -
19,00 - - - -
12,50 - - - -
9,50 0 0 0 100
4,75 62 6,2 6,2 93,8
2,36 92 9,2 15,4 84,6
1,18 126 12,6 21,8 72
0,60 175 17,5 30,10 54,50
0,30 273 27,3 44,80 27,2
0,15 191 19,1 46,40 8,1
Pan 81 8,1 27,2 -
Jumlah 1000 100,00 191,90 440.20

Modulus kehalusan (FM) = 191,90/100 = 1,919

Uraian :
Dari hasil pemeriksaan gradasi , pasir/agregat halus tersebut masuk ke dalam zone 2
karena sebagian besar nilai gradasi yang diperoleh masuk ke dalam batasan zone 2,
dengan, modulus kehaulan 1,919 %.

3.7.5 Syarat Gradasi Agregat Halus / Pasir


Lubang Persen Berat Tembus Kumulatif
Ayakan
(mm) Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4

9.50 100 100 100 100


4,75 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100
2,36 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100
1,18 30 – 70 55 – 100 75 – 100 90 – 100
0,60 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100
0,30 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50
0,15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15
3.8 Pemeriksaan Analisa Gradasi (Sieve Analysis) Kerikil

Tanggal : Online (Work From Home)


Tempat : Laboratorium Beton Teknik Sipil UNUD
Tujuan : Untuk mengetahui dan menetapkan gradasi kerikil dan modulus
kehalusannya.

3.8.1 Bahan yang digunakan :


- Kerikil kering oven.

3.8.2 Alat-alat yang digunakan :


- Timbangan dengan ketelitian dibawah 0,1% dari berat benda yang ditimbang
- Satu set ayakan ASTM E-11, USA Standart Testing Sieve dengan diameter
lubang 37,5 mm, 25,4 mm, 19 mm, 12,5 mm, 9,5 mm, 4,75 mm, 2,36 mm, 1,18 mm,
0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm, pan.
- Mesin penggetar ayakan.
- Tempat menampung kerikil dan sikat untuk membersihkan ayakan.
3.8.3 Cara Kerja :
1. Diambil kerikil kering oven seberat 1000 gr.
2. Satu set ayakan disusun secara berurutan dengan diameter lubang terbesar berada
paling atas kemudian ayakan dengan diameter lubang yang lebih kecil dibawahnya.
3. Masukkan kerikil dengan berat 1000 gr ke dalam ayakan yang paling atas. Susunan
ayakan diletakkan diatas mesin penggetar ayakan. Pengayakan dilakukan selama ± 5
menit sampai tidak ada lagi kerikil yang lolos pada masing-masing ayakan.
4. Timbang masing-masing kerikil tersebut. Penimbangan sebaiknya dilakukan secara
kumulatif, yaitu dari butir kerikil yang kasar dahulu, kemudian ditambahkan dengan
butir pasir yang lebih halus sampai semua kerikil tertimbang. Catat berat kerikil
setiap kali penimbangan. Pada langkah ini harus dilakukan dengan hati-hati agar
tidak ada butir kerikil yang hilang.
Modulus kehalusan kerikil = jumlah % tertinggal kumulatif dari butir-butir agregat
yang tertinggal di atas suatu set ayakan dan kemudian
dibagi seratus.

3.8.4 Hasil
9. Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar

Nomor Bahan yang diayak : 1000 gr


Ayakan
Persen Persen tertahan
(mm) Tertahan Persen lolos
tertahan kumulatif
(gr) (%)
(%) (%)

38,00 0 0 0 100
25,00 53 5,3 5,3 94,7
19,00 236 23,6 28,9 71,10
12,50 639 63,9 87,5 7,2
9,50 53 5,3 69,2 1,9
4,75 19 1,9 7,2 0
2,36 0 - - 0
1,18 0 - - 0
0,60 0 - - 0
0,30 0 - - 0
0,15 0 - - 0
Pan - - - 0
Jumlah 1000 100,00 198,10 274,90
Modulus kehalusan (FM) = 198,10/100 = 1,9810

Uraian :
Dari hasil pemeriksaan gradasi agregat kasar / kerikil diperoleh hasil bahwa kerikil
yang akan digunakan dalam praktikum teknologi beton ini memiliki diameter
maksimum 25,00 mm, dengan modulus kehalusan kerikil 1.9810%. Kerikil ini masuk
ke dalam kerikil dengan ukuran butir nominal 38.1-4.76 mm.

3.8.5 Syarat Gradasi Agregat Kasar/Kerikil

Persentase Berat Tembus Kumulatif


Lubang Ukuran Butir Nominal (mm)
Ayakan
38.1 – 4.76 19.0 – 4.76 9.6 – 4.76
(mm)
38,00 100 - -
25.00 95 – 100 95 – 100 -
19.00 30 – 75 95 – 100 100
12,50 10 – 35 25 – 55 50 – 85
9,50 0 – 10 0 – 10 0 – 10
BAB IV
PERENCANAAN CAMPURAN BETON

Pada bagian ini akan diuraikan cara-cara mencampur bahan-bahan dasar yang
digunakan dalam pembuatan campuran beton dengan menggunakan mesin pengaduk (molen).
Sebelum dilakukan pengadukan bahan-bahan campuran beton, perlu dipersiapkan terlebih
dahulu segala sesuatu yang diperlukan dalam percobaan seperti: mengukur secara teliti
bahan-bahan dasar (semen, pasir, kerikil) serta berat dan volume air.
Untuk dapat melakukan hal tersebut terlebih dahulu dirancang formulir data yang jelas yang
memuat jumlah bahan yang akan dicampur berdasarkan data yang didapat dari percobaan
sebelumnya.

Tanggal : Online (Work From Home)


Tempat : Laboratorium Beton Teknik Sipil UNUD
Tujuan : Untuk menentukan proporsi bahan campuran beton sehingga dapat
dibuat beton dengan mutu yang baik.
4.1 Data-Data Campuran Beton
BERDASARKAN METODE SK SNI 03-2847-2002
Data-data yang dibutuhkan untuk perencanaan campuran beton :
1. Kuat tekan karakterikstik f c' = 300K = 300 x 0,83/10= 24.9 MPa, bulatkan 25 MPa

2. Deviasi standar = 6 Mpa


(SNI 03-2847-2002, PasaL 7.4.1 hal:41)
3. Slump 60 – 180 mm
4. Faktor air semen maksimum = 0,6
(Tabel 3, Terlampir)
5. Semen Portland (PPC Type 1)
6. Kadar semen minimum = 275 kg/m3
7. Jenis agregat halus : pasir alami
8. Jenis agregat kasar : kerikil alami
4.2 Perhitungan Campuran Beton
Langkah-langkah perencanaan campuran beton menurut SK SNI 03-2847-2002
1. Kuat tekan yang diisyaratkan
Kuat tekan yang diisyaratkan sudah ditetapkan 25 MPa untuk umur 28 hari dengan
bagian tak memenuhi syarat 5 %.
2. Deviasi standar (s)
Deviasi standar diketahui sebesar 6 MPa
( Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 7.4 hal:41 )
3. Nilai Margin = 1.64 x 6 MPa = 9.84
4. Kekuatan Rata-rata yang ditargetkan
Jadi, f’u = fc’ + 9.84
= 25 + 9.84
= 34.84 MPa
5. Jenis Semen → Gresik Type 1
6. Jenis agregat halus dan kasar
Jenis agregat halus yang dipergunakan adalah batu tak dipecahkan (alami)
Jenis agregat kasar yang dipergunakan adalah batu tak dipecahkan (alami)
7. Faktor air semen hitung
Gunakan Tabel 2 (terlampir) untuk menentukan harga kekuatan beton dasar yang
diharapkan dapat dicapai, dengan semen Gresik Type 1 dan agregat kasar batu non
alami dengan bentuk kubus. Dari Tabel 2 didapat harga pada beton umur 28 hari
dan FAS 0,6 , kekuatan tekan 40 N/mm. Kemudian lihat Grafik 2 (terlampir),
ikutilah garis mendatar di titik 40 hingga memotong kurva 28 hari, kemudian di titik
perpotongan tarik garis tegak ke bawah hingga diperoleh nilai FAS 0,5. Sehingga
diperoleh nilai FAS 0,543
8. Faktor air semen maksimum
Faktor air semen maksimum ditentukan sebesar 0,6.
(Asumsi beton di luar ruangan bangunan dan terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung )
9. Slump
Tinggi slump ditentukan antara 60 – 180 mm
10. Ukuran agregat maksimum
Berdasarkan hasil percobaan yang didapat dari pemeriksaan sieve analysis butiran
ukuran agregat kasar maksimumnya adalah 25,40 mm.
11. Kadar Air Bebas
Untuk menentukan nilai kadar air bebas, periksa tabel 3. Untuk ukuran besar butir
agregat maksimum 25.40 mm dengan jenis agregat batu alami dan slump 60 – 180
mm,
Diperoleh kadar air bebas = 175
12. Kadar Semen
Kadar semen diperoleh dari hasil bagi kadar air bebas dengan nilai FAS yang
dipergunakan adalah nilai FAS yang terkecil. Karena FAS maks > FAS hitung maka
nilai FAS yang dipergunakan adalah FAS hitung
kadar air bebas
Kadar Semen =
FAS
175
=
0,543
= 322, 283 kg/m3 ≈ 322kg
13. Kadar Semen Minimum
Kadar Semen Minimum ditetapkan sebesar 275 kg/m3
14. Susunan butir agregat halus
Susunan butir agregat halus termasuk dalam Zone 2 (berdasarkan tabel)
15. Persen agregat halus
Untuk mengetahui persen agregat halus gunakan Grafik 12 (terlampir), dengan
ukuran butir agregat maksimum 25.40 mm, slump 60 – 180 FAS 0,543 dan
termasuk dalam Zone 2
P1  P2
P=
2
33  42
=
2
P = 37,5 %
Keterangan:
P1 = batas bawah zone
P2 = batas atas zone
P = Persen agregat
16. Berat Jenis Agregat Gabungan
Berat jenis agregat gabungan ialah berat jenis gabungan antara agregat halus dan
agregat kasar
= x % . A + y %. B
= 37,5 %. 2,392 + 62,5 % . 2,413
= 2.40 %
Keterangan :
x = % agregat halus
y = % agregat kasar
A= berat jenis agregat halus
B= berat jenis agregat kasar
17. Berat Jenis Beton
Didapat berdasarkan berat jenis agregat gabungan = 2,40 dan kadar air bebas = 175
kg dengan menggunakan grafik 13. Tentukan BJ agregat gabungan (2,38),
kemudian tarik garis sejajar dengan garis grafik, tentukan posisi kadar air bebas
(175) dan tarik garis vertical ke atas hingga memotong garis BJ agregat gabungan.
Tarik garis horizontal hingga didapatkan berat jenis beton 2240 kg/m3
18. Kadar Agregat Gabungan
Kadar agregat gabungan = berat jenis beton – kadar semen – kadar air bebas
= 2240 – 322 – 175
= 1743 kg/m 3 .
19. Kadar Agregat Halus
Kadar agregat halus = persen agregat halus  kadar agregat gabungan
= 37,5 %  1743
= 653 kg/m 3 .
20. Kadar Agregat Kasar
Kadar agregat kasar = kadar agregat gabungan – kadar agregat halus
= 1743 – 653
= 1090 kg/m 3 .
Tabel Rancangan Campuran Beton (Mix Design)
No Uraian Keterangan

1 Kuat tekan beton yang direncanakan pada 25 MPa


umur 28 hari dengan bagian tak memenuhi
syarat 5 %

2 Deviasi Standar 6 MPa

3 Kekuatan rata – rata yang ditargetkan 34.84 MPa

4 Jenis semen Gresik type 1

5 Jenis agregat halus Pasir

6 Jenis agregat kasar Kerikil

7 Faktor air semen hitung 0,543

8 Faktor air semen maksimum 0,6

9 Slump 60 – 180 mm

10 Ukuran agregat maksimum 25,40 mm

11 Kadar air bebas 175

12 Kadar semen 322 kg/m3

13 Kadar semen minimum 275 kg/m3

14 Susunan butir agregat halus Zone 2

15 Persen agregat halus 37,5 %

16 Berat jenis agregat gabungan 2,40 %

17 Berat jenis beton 2240 kg/m 3

18 Kadar agregat gabungan 1743 kg/m 3

20 Kadar agregat halus 653 kg/m 3

21 Kadar agregat kasar 1090 kg/m 3


Kondisi SSD
Campuran Berat Air ( kg ) Semen ( kg ) Pasir ( kg ) Kerikil ( kg )
Per m 3 beton 175 322 653 1090
Perbandingan berat

Semen : pasir : kerikil 1 : 2,027 : 3,385

Campuran Volume Air ( kg ) Semen ( kg ) Pasir ( kg ) Kerikil ( kg )


Per m 3 beton 175 267 451 827
Perbandingan Volume

Semen : pasir : kerikil 1 : 1,689 : 3,097

CATATAN:
Mengubah dari berat ke volume
 Volume semen = berat semen = 322 = 267,21 ltr ≈ 267 ltr
Berat isi semen 1,205

 Volume pasir = berat pasir = 653 = 450,96 ltr ≈ 451 ltr


Berat isi pasir 1,448

 Volume kerikil = berat kerikil = 1090 = 827,63 ltr ≈ 827 ltr


Berat isi kerikil 1,317
BAB VI

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

Tanggal : Online (Work From Home)


Tempat : Laboratorium Beton Teknik Sipil UNUD
Tujuan : Untuk mengetahui dan menetapkan gradasi pasir dan modulus
kehalusannya.
A. Bahan yang digunakan :
- Benda Uji berupa beton silinder (10 buah )berumur 28 hari
B. Alat-alat yang digunakan :
- Mesin Tekan ELE
- Kaliper
- Penolok Ukur
- Timbangan
C. Cara Kerja :
1. Setelah benda uji berupa silinder (10 buah) berumur 28 hari.
2. Letakkan benda uji pada tempat yang telah disediakan pada mesin tekan ELE
3. Catat daya tahan benda uji sesaat setelah benda uji mengalami retak.

Perhitungan masing-masing benda uji :

f ’c r =
 f ' c  293,5  29,35
n 10

Kuat Tekan Masing-Masing Benda Uji


P
No Umur Beban A f’c= f ’c r (f’c – fc r)2
A
( hari ) P (kN) (m2) (Mpa) (Mpa)
( Mpa )
I 28 500 0,0176 28,40 29,35 0,90
II 28 475 0,0176 26,98 29,35 5,61
III 28 490 0,0176 27,84 29,35 2,28
IV 28 510 0,0176 28,97 29,35 0,14
V 28 520 0,0176 29,54 29,35 0,03
VI 28 525 0,0176 29,82 29,35 0,22
VII 28 550 0,0176 31,25 29,35 3,61
VIII 28 535 0,0176 30,39 29,35 1,08
IX 28 540 0,0176 30,68 29,35 1,76
X 28 575 0,0176 32,67 29,35 11,02

26,65 Mpa
N

( fc  fcr)
i
2

6.3 Perhitungan kuat tekan rata-rata beton uji kubus

6.3.1 Menghitung standar deviasi

 ( f ' c  f ' cr )
i
2

26,65
Sd = = = 2,96 Mpa
뜈༊ 9

Dimana : f’c = kuat tekan karakteristik (MPa)

f’cr = kuat tekan beton rata-rata silinder (MPa)

Nilai Standar deviasi yang didapatkan dari hasil perhitungan : 2,96 Mpa

Menghitung kuat tekan beton uji silinder rata-rata

fcr’ = fc’ + k .Sd

fc’ = fcr’ – k .Sd

Dimana : fcr’ = kuat tekan rata-rata kubus

fc’ = kuat tekan karakteristik dispesifikasi

k = 1,83

Sd = Standar deviasi

fc’ = fcr’ – k.Sd

= 29,35 – (1,83 x 2,96)

= 29,35 – 5,41

= 24,35 Mpa
Pembahasan
Dari hasil perhitungan diperoleh :
Kuat tekan untuk 10 Silinder 24,35 Mpa dengan standar deviasi 2,96 Mpa. Hasil
perancangan ini mendekati kuat tekan beton yang direncanakan yaitu 25 Mpa dengan
selisih 0,65 Mpa. Nilai kuat tekan memenuhi kuat tekan yang direncanakan, maka
campuran ini layak digunakan.

11 KN

5,5 KN 5,5 KN

P = 11 kN
11000 kg . m
= 11000 N = s2
10 m
s2

= 1100 kg = 1,1 ton

P1 = P2 = 1 P  1,1  0 , 55 ton
2 2
Reaksi perletakan:

MB = 0
(Av x 0,45) – (P1 x 0,15) – (P2 x 0,3) =0
(Av x 0,45) – (0.55 x 0,3) – (0.55 x 0,15) =0
(Av x 0,45) – 0,165 – 0,0825 =0
Av = 0 , 2475  0 , 55 ton
0 , 45

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa perletakan dan beban masing –
masing simetris, sehingga diperoleh nilai : Av = Bv = 0,55 ton.
Perhitungan Bidang Momen
 Batang C – A ( 0  X  0,075)

 Batang A – D ( 0,075  X  0,225 )

Mx = Av x ( X – 0,075 )
Mx = 0,55 x (X – 0,075 )
X→0,075; M=0
X→0,225; M =0,0825 tm

 Batang D –E ( 0,225  X  0,375 )

Mx = Av x ( X – 0,075 ) – P1 x ( X – 0,225 )
= 0,55 x ( X – 0,075 ) – 0,55 x ( X – 0,225 )
X → 0,225; M = 0,0825 tm
X → 0,375; M = 0,0825 tm
Berdasarkan gambar perletakan di atas, beban dan perletakan simetris maka perhitungan
bidang momen untuk batang bagian A –D sama dengan perhitungan bidang momen
untuk bagian E – F. Berikut ini gambar bidang momen yang telah diperoleh dari hasil
perhitungan di atas, yaitu:
C A D E B F

Momen maksimum di D (MD) dan E (ME) = 0,0825 tm


= 82,5 kg m
= 825 Nm
= 825000 Nmm

1
Momen inersia =  bh 3
12
1
=  15  15 3
12
= 4218,75 cm4
= 42.187.500 mm4
1
Momen penahan (W) =  15  15 2  562,5 cm3 = 562500 mm3
6
M
Tegangan lentur maksimum balok =
W
= 825000
562500

= 0,1467 N/mm2 = 0,1467 MPa

Anda mungkin juga menyukai