Anda di halaman 1dari 37

MATERI SISTEM TRANSPORTASI

A. TEORI PERHITUNGAN KINERJA OPERASIONAL DAN BOK

2.5 Kinerja Operasional Angkutan Kota


Persoalan pelayanan angkutan umum penumpang dikota-kota di Indonesia
pada masa kini adalah mutu dan keandalan pelayanan yang belum memadai.
Beberapa indikator kinerja angkutan umum (Departemen Perhubungan, 1996) :
1. Jumlah / Volume Penumpang
Jumlah penumpang adalah rata-rata jumlah penumpang per armada per
hari, untuk periode harian umumnya jumlah penumpang mencapai
puncaknya pada pagi dan siang hari. Untuk perhitungan jumlah/volume
penumpang dihitung dengan rumus :
JPA = JPJ / Jab ........................................................... (2.1)
Dimana :
JPA = jumlah penumpang/armada/hari.
JPJ = jumlah penumpang/hari.
Jab = jumlah armada yang beroperasi.

2. Jarak Perjalanan
Banyaknya perjalanan yang dapat dilakukan oleh angkutan umum
dipengaruhi jarak perjalanan angkutan umum itu, dari tempat asal ke
tempat tujuan. Jarak perjalanan yang dekat menyebabkan jumlah
perjalanan lebih banyak, begitu pula sebaliknya, jika jarak perjalanan jauh
makajumlah perjalanan yang dapat dilakukan angkutan semakin sedikit.
Untuk perhitungan jarak perjalanan yang ditempuh dihitung dengan rumus
:
JP = JR / hari x Pr ..................................................... (2.2)
dimana :
JP = jarak perjalanan.
JR / hari = jumlah rata-rata rit/armada/hari.
Pr = panjang ruas (km).
3. Tingkat Konsumsi Bahan Bakar

1
Volume bahan bakar (liter) yang dipergunakan untuk menempuh jarak
100 kilometer. Untuk perhitungan konsumsi bahan bakar dihitung
dengan rumus :
KBB = JBB / Jp ............................................................. (2.3)
dimana :
KBB = konsumsi bahan bakar.
JBB = jumlah bahan bakar.
Jp = jarak perjalanan.
4. Faktor Muatan (load factor)
Perbandingan jumlah penumpang yang diangkut dengan daya tampug
pada tiap segmen jalan sebagai faktor beban yang mewakili satu lintasan
jalan. Dari itu dapat diketahui apakah jumlah armada yang ada masih
kurang, mencukupi, atau melebihi kebutuhan. Untuk menghitung faktor
muatan dapat dihitung dengan rumus :
LF = P/K x 100% ....................................................... (2.4)
dimana :
LF = load faktor.
P = jumlah kapasitas yang diangkut pada tiap segmen jalan.
K = kapasitas atau daya tampung tempat duduk yang diijinkan.

2.6 Kualitas Pelayanan Angkutan Kota


Kualitas pelayanan angkutan kota meliputi beberapa indikator, seperti :
1. Waktu Tunggu
Waktu tunggu adalah jumlah waktu rata-rata dan maksimum penumpang
saat menunggu angkutan umum. Dalam mengestimasi waktu tunggu
diasumsikan bahwa kedatangan angkutan umum bersifat acak dan tidak
berdasarkan jadwal yang jelas, sehingga rata-rata waktu tunggu yang
diperlukan pengguna angkutan umum diasumsikan sama dengan setengah
headway. Untuk perhitungan waktu tunggu dihitung dengan rumus :
WT = 0,5 x H ............................................................... (2.5)
dimana :
WT = waktu tunggu (menit).
H = headway (menit).
2. Waktu Perjalanan

2
Waktu perjalanan yaitu waktu maksimum yang diperlukan dalam
melakukan perjalanan, termasuk dalam waktu perjalanan ini adalah waktu
tunggu, waktu berjalan menuju pemberhentian angkutan serta waktu
selama bergerak. Untuk perhitungan waktu perjalanan dapat dihitung
dengan rumus :
WP = WT – WB .......................................................... (2.6)
dimana :
WP = waktu perjalanan.
WT = waktu tiba.
WB = waktu berangkat.
3. Headway
Headway merupakan rata-rata waktu jarak kedatangan dari dua kendaraan
angkutan pengumpan yang merupakan interval waktu jarak antara saat
dimana bagian depan suatu kendaraan melewati suatu titik pengamatan
sampai bagian depan kendaraan berikutnya melewati titik pengamatan
yang sama.
4. Kecepatan Angkutan
Kecepatan rata-rata yang ditempuh angkutan diperoleh dari pencatatan
waktu saat kendaraan berangkat dan kembali ke tempat asal serta jarak
perjalanan. Untuk perhitungan kecepatan angkutan dapat dihitung dengan
rumus :
V = JP / WP .................................................................. (2.7)
dimana :
V = kecepatan rata-rata (km/jam).
JP = jarak perjalanan (km).
WP = waktu perjalanan (jam).

2.10 Standar Kinerja Angkutan Kota


Standar kinerja dan kualitas pelayanan angkutan umum mengacu pada
pedoman teknis penyelenggaraan angkutan umum di wilayah perkotaan dalam trayek
tetap dan trayek yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan, Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat yang terlihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 di bawah ini.

3
Tabel 2.1 Standar Kinerja Operasional Berdasarkan Departemen Perhubungan
No Aspe k Parame te r Standar
1 Jumlah Jumlah penumpang/angkutan/hari (pnp/angktn/hr)
penumpang - Bus besar lantai ganda,
1500 - 1800
85 tempat duduk, 35 berdiri
- Bus besar lantai tunggal,
1000 - 1200
49 tempat dudu, 30 berdiri
- Bus sedang, 20 tempat duduk,
500 - 600
10 berdiri
- Bus kecil, 14 tempat duduk 300 - 400
- Mobil penumpang umum,
250 - 300
11 tempat duduk
2 Jarak perjalanan Rata-rata jarak tempuh (km/hari) (km/hr)
angkutan - Bus besar lantai ganda 250
- Bus besar lantai tunggal 250
- Bus sedang 250
- Bus kecil 250
- Mobil penumpang umum 250
3 Tingkat konsumsi Penggunaan bahan bakar minyak (km/liter) (km/ltr)
bahan bakar - Bus besar lantai ganda 2
- Bus besar lantai tunggal 3 -3,6
- Bus sedang 5
- Bus kecil 7,5 - 9
- Mobil penumpang umum 7,5 - 9
4 Load Factor Perbandingan kapasitas terjual dan
70%
kapasitas tersedia untuk satu perjalanan
Sumber : Departemen Perhubungan, 1996
Tabel 2.2 Standar Kualitas Pelayanan Berdasarkan Departemen Perhubungan
No Aspe k Parame te r Standar
1 Waktu tunggu Waktu penumpang menunggu
(menit)
angkutan (menit)
- Rata - rata 5 - 10
- Maksimum 10 - 20
2 Waktu perjalanan Waktu perjalanan setiap hari dari/ke (jam)
tempat tujuan (jam)
- Rata - rata 1,0 - 1,5
- Maksimum 2-3
3 Headway Waktu antara kendaraan (menit) (menit)
- Headway ideal 5 - 10
- Headway puncak 2-5
4 Kecepatan Berdasarkan kelas jalan (km/jam) (km/jam)
- Kelas II 30
- Kelas III A 20-40
- Kelas III B 20
- Kelas III C 10 - 20
Berdasarkan jenis trayek
- Cabang 20
- Ranting 10

Sumber : Departemen Perhubungan, 1996

4
2.11 Biaya Operasi Kendaraan (BOK)
Menurut Departemen Perhubungan (2004), biaya operasi kendaraan
didefinisikan sebagai biaya yang secara ekonomi terjadi dengan dioperasikannya
kendaraan pada kondisi normal untuk suatu tujuan tertentu. Pengertian biaya
ekonomi yang terjadi disini adalah biaya yang sebenarnya terjadi. Komponen biaya
operasi kendaraan terdiri atas biaya tetap (fixed cost), biaya tidak tetap (variable
cost) dan biaya tambahan (overhead), seperti diperlihatkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Komponen BOK


Golongan Biaya No Komponen BOK
Biaya Tetap 1 Biaya penyusutan kendaraan
2 Biaya administrasi
a. Biaya pajak kendaraan (STNK)
b. Biaya ijin trayek
c. Biaya KIR kendaraan
d. Biaya ijin usaha
e. Biaya iuran Organda
3 Biaya asuransi
Biaya Tidak Tetap 1 Biaya pemakaian bahan bakar
2 Biaya gaji pengemudi
3 Biaya retribusi
4 Biaya pemakaian suku cadang
5 Biaya overhoul
1 Biaya sewa kantor
Biaya Tambahan 2 Gaji pegawai administrasi
(Overhead) 3 Biaya telepon
4 Biaya listrik

Sumber : Departemen Perhubungan, 2004

2.11.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)


Biaya tetap (Fixed Cost) adalah semua biaya operasi kendaraan yang jumlah
pengeluarannya tidak dipengaruhi oleh jmlah frekuensi operasi kendaraan. Biaya
tetap tergantung dari waktu dan tidak terpengaruh dengan penggunaan kendaraan.
Komponen-komponen biaya tetap, terdiri dari (Departemen Perhubungan, 2004) :
1. Biaya Penyusutan Kendaraan (Depresiasi)
Adalah biaya yang dikeluarkan atas penyusutan nilai ekonomis
kendaraan akibat keausan teknis karena melakukan operasi.
2. Biaya Administrasi

5
Biaya administrasi ialah biaya yang dikeluarkan pemilik/pengemudi
secara periodik.
Biaya administrasi terdiri dari :
 STNK, yaitu biaya untuk tiap kendaraan yang dikeluarkan setiap
lima tahun sekali tetapi pembayaran pajaknya dilakukan setiap
tahun sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Retribusi ijin trayek, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh ijin pengoperasian kendaraan pada suatu trayek
tertentu yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setiap tahun.
 Retribusi ijin usaha angkutan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh ijin mempunyai usaha angkutan.
 Iuran Organda, yaitu biaya yang dikeluarkan oleh pemilik
kendaraan umum sebagai anggota Organda yang besarnya
berdasarkan tarif resmi dari pemerintah daerah setempat. Dengan
demikian akan terdapat kseragaman biaya Organda dari seluruh
sampel pemilik kendaraan.
 KIR, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan kendaraan
secara teknis apakah layak atau tidaknya kendaraan tersebut
beroperasi di jalan raya yang dikeluarkan setiap 6 (enam) bulan
sekali.
3. Biaya Asuransi
Biaya asuransi terdiri dari biaya asuransi kendaraan dan asuransi Jasa
Raharja. Dengan membayar asuransi maka kendaraan akan terlepas dari
resiko membayar akibat kecelakaan atau kehilangan kendaraan.

2.11.2 Biaya Tidak Tetap (Standing Cost)


Biaya tidak tetap (Standing Cost) adalah semua biaya operasi kendaraan yang
jumlah pengeluarannya dipengaruhi oleh jumlah frekuensi operasi kendaraan,
misalnya biaya pemakaian bahan bakar. Biaya tidak tetap juga disebut biaya variabel
(Variable Cost), karena biaya ini sangat bervariasi tergantung dari hasil poduksi,
seperti jarak tempuh dan jumlah penumpang. Komponen-komponen biaya tidak tetap
terdiri dari (Departemen Perhubungan, 2004) :
1. Gaji Pengemudi

6
Seharusnya gaji pengemudi diberikan oleh pemilik kendaraan secara tetap agar
pengemudi memperoleh penghasilan yang tetap setiap harinya. Namun
umumnya yang terjadi dilapangan adalah gaji pengemudi didapatkan
berdasarkan dari jumlah pendapatan sehari setelah dikurangi biaya operasi
kendaraan harian termasuk sewa kendaraan (setoran). Sehingga untuk
memperoleh pendapatan maka pengemudi harus mengusahakannya sendiri.
Jadi, gaji pengemudi bervariasi setiap harinya tergantung dari pendapatan
harian.
2. Biaya Pemakaian Bahan Bakar
Biaya pemakaian bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian
bahan bakar kendaraan yang digunakan untuk mengoperasikan kendaraan dan
tergantung dari jarak tempuh yang dilakukan untuk tiap liter bahan bakar yang
digunakan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian bahan bakar adalah :
 Jenis/ukuran kendaraan
Rata-rata pemakaian bahan bakar meningkat hampir sebanding dengan
berat kendaraan.
 Cuaca dan ketinggian lokasi
Cuaca dan iklim dapat mempengaruhi kinerja kendaraan, misal hujan dan
angin secara langsung berpengaruh terhadap kinerja kendaraan dan suhu
udara berpengaruh terhadap mesin kendaraan.
 Cara mengemudi
Cara mengemudi dengan menjalankan kendaraan pada gigi rendah dapat
mempengaruhi penggunaan bahan bakar.
 Kondisi kendaraan
Kondisi kendaraan yang usianya semakin tua dan tidak terawat dengan
baik akan meningkatkan penggunaan bahan bakar.
 Tingkat pengisian penumpang/muatan
Apabila kendaraan diisi penumpang/muatan penuh dan digunakan dalam
kecepatan rendah akan meningkatkan penggunaan bahan bakar
dibandingkan dengan kendaraan dalam keadaan muatan kosong.
 Kecepatan kendaraan

7
Pemakaian bahan bakar yang efisien pada kecepatan kendaraan antara
40-60 km/jam.
3. Biaya Pemakaian Ban
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian ban luar dan ban dalam yang
jangka waktu penggunaannya dihitung berdasarkan jarak tempuh kendaraan
dalam kilometer, tetapi ada juga yang mengganti bannya secara teratur dalam
hitungan bulan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi umur ban :
 Cara mengemudikan kendaraan
 Kualitas ban
 Kondisi permukaan jalan
 Tingkat pengisian penumpang/muatan
 Kecepatan kendaraan
4. Biaya Perawatan dan Pemeliharaan
Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Kendaraan adalah biaya yang dikeluarkan
untuk pemeliharaan dan perawatan (memperbaiki dan mengganti suku cadang).
Besarnya biaya perawatan kendaraan ditentukan berdasarkan jarak tempuh dan
jangka waktu (tahun).
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pemeliharaan kendaraan :
 Umur dan kondisi kendaraan
Biaya perawatan dan pemeliharaan kendaraan pada dasarnya berubah
dari waktu ke waktu. Apabila tersedia data biaya perawatan maka dari
waktu ke waktu dapat diketahui bahwa biaya akan meningkat seiring
dengan umur dan waktu penggunaan kendaraan.
 Kondisi permukaan jalan
Kendaraan yang dioperasikan pada jalan yang permukaan yang dilapisi
kerikil akan menyebabkan biaya perawatan lebih tinggi dibandingkan
apabila dioperasikan pada jaln dengan permukaan beraspal.
 Kecepatan kendaraan
Pengaruh kecepatan kendaraan terhadap biaya perawatan akan berlaku
pada kendaraan tertentu. Misalnya kecepatan kendaraan yang tinggi akan
mempercepat pemakaian suku cadang seperti kanvas rem.
5. Biaya Minyak Pelumas (Oli)

8
Biaya minyak pelumas adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian minyak
pelumas, misalnya oli mesin, oli gardan dan oli rem.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian minyak pelumas :


 Kebijaksanaan pengoperasian dan kondisi kendaraan
Misalnya kebijaksanaan kapan seharusnya mengganti minyak pelumas
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemakaian minyak
pelumas.
 Kondisi kendaraan
Kondisi dari mesin kendaraan merupakan hal yang penting pengaruhnya
dalam pemakaian pelumas. Pada umunya, keadaan ini erat kaitannya
dengan usia kendaraan.

2.11.3 Biaya Tambahan (Overhead)


Biaya tambahan dapat didefinisikan sebagai biaya-biaya lainnya yang penting
dari operasi kendaraan yang tidak dapat secara langsung dimasukkan dalam
komponen-komponen biaya diatas. Beberapa komponen dari biaya tambahan,
antaralain :
1. Biaya sewa kantor
2. Gaji pegawai administrasi (bukan sopir/kondektur)
3. Biaya telepon
4. Biaya listrik
Untuk angkutan penumpang umum tidak memerlukan biaya tambahan karena
pada kenyataannya pengusaha angkutan penumpang umum tidak memerlukan biaya
tambahan seperti biaya sewa kantor, gaji pegawai, gaji pegawai administrasi selain
sopir dan kondektur, biaya telepon, biaya air dan listrik.

2.12 Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan (BOK) per Tahun


Analisis BOK yang dilakukan adalah analisis BOK tetap per tahun dan
analisis BOK variabel per tahun (Departemen Perhubungan, 2004).
2.12.1 Perhitungan BOK Tetap Per Tahun
Adapun biaya operasional kendaraan tetap yang harus dikeluarkan setiap
tahunnya adalah :

9
1. Biaya Penyusutan Kendaraan (Depresiasi)
Biaya penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Straight
line depreciation) karena metode ini perhitungannya cukup sederhana dan
mengalokasikan depresiasi secara merata selama umur ekonomis. Jadi laju
depresiasinya adalah sama setiap tahun selama umur ekonomis. Biaya
penyusutan kendaraan dihitung dengan rumus :
.... (2.8)

Nilai Residu dari biaya penyusutan diambil sebesar 20% dari harga kendaraan
awal dan masa susut ditetapkan 7 tahun.
2. Biaya Bunga Modal
Biaya bunga modal dihitung dengan rumus :
.......... (2.9)

dimana :
n = pengembalian modal, diambil selama 5 tahun.
i = tingkat suku bunga per tahun, diambil sebesar 20% per tahun.
Masa susut ditetapkan 7 tahun.
3. Biaya Pajak Kendaraan
Biaya pajak kendaraan dihitung berdasarkan tarif resmi dari pemerintah.
4. Biaya Ijin Trayek
Besarnya biaya ijin trayek dihitung berdasarkan jumlah yang sesungguhnya
dikeluarkan sesuai dengan hasil survai di lapangan.
5. Biaya KIR Kendaraan
Dalam analisis BOK besarnya biaya KIR per periode juga dihitung berdasarkan
hasil survai di lapangan.
6. Biaya Iuran Organda
Besarnya biaya iuran organda per tahun yang dikenakan pada operator
angkutan umum dihitung berdasarkan tarif resmi yang berlaku di daerah
setempat.
7. Biaya Ijin Usaha
Besarnya biaya ijin usaha per tahun dihitung berdasarkan hasil survai di
lapangan.

10
Maka total BOK Tetap per tahun dari jumlah keseluruhan dari pengeluaran
biaya adalah :
BOK/thn = BP/thn + BM/thn + BPK/thn + BIT/thn + BK/thn + BIO/thn +
BIU/th .......................................... (2.10)
dimana :
BOK/thn = biaya operasi kendaraan per tahun
BP/thn = biaya penyusutan per tahun
BM/thn = biaya bunga modal per tahun
BPK/thn = biaya pajak per tahun
BIT/thn = biaya ijin trayek per tahun
BK/thn = biaya KIR kendaraan per tahun
BIO/thn = biaya iuran organda per tahun
BIU/thn = biaya ijin usaha per tahun

2.12.2 Perhitungan BOK Tidak Tetap Per Tahun


Adapun biaya operasional kendaraan tidak tetap yang terjadi setiap tahun
antara lain :
1. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM)
Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan bakar kendaraan, biaya
ini menyangkut jarak tempuh yang dilakukan untuk tiap liter bahan bakar yang
digunakan. Taksiran jumlah biaya BBM per tahun dihitung dengan rumus :
BBBM/thn = JPBBM/hr x HBBM/ltr ..................................... (2.11)
dimana :
BBBM/thn = biaya BBM per tahun
JPBB/hr = jumlah pemakaian BBM per hari
HBBm/ltr = harga BBM per liter
2. Biaya Retribusi
Biaya retribusi terminal dikenakan per hari kepada operator sehingga biaya
retribusi per tahun dihitung dengan rumus :
BR/thn = BRH/hr x JHO/thn ........................................... (2.12)
dimana :
BR/thn = biaya retribusi per tahun
BRH/hr = biaya retribusi per hari
JHO = jumlah hari operasi per tahun

11
3. Gaji Pengemudi
Dalam praktek dilapangan, upah (gaji) pengemudi bukan menjadi tanggung
jawab pemilik kendaraan, melainkan harus diusahakan oleh pengemudi sendiri.
Dalam hal ini, upah pengemudi pada dasarnya merupakan saldo dari
pendapatan operasi per hari setelah dikurangi berbagai macam BOK harian
seperti :
 Biaya BBM
 Biaya retribusi, dan
 Biaya sewa kendaraan (setoran)
Dengan demikian, maka besarnyaupah harian yang diterima pengemudi dapat
bervariasi dari hari ke hari. Namun dalam konteks penelitian ini, penulis akan
mengambil suatu jumlah upah tertentu yang mengacu kepada besarnya upah
harian minimum yang ditargetkan oleh masing-masing sampel.
Tingkat upah harian tersebut selanjutnya dianggap tetap dari hari ke hari agar
dapat diperkirakan jumlah total biaya upah pengemudi. Dengan demikian
taksiran biaya upah/gaji pengemudi per tahun dihitung dengan rumus :
GP/thn = GP/hr x JHO/thn ........................................... (2.13)
dimana :
GP/thn = gaji pengemudi per tahun
GP/hr = gaji pengemudi per hari
JHO = jumlah hari operasi per tahun
4. Biaya Pemakaian Suku Cadang
Biaya pemakaian suku cadang adalah biaya pembelian suku cadang kendaraan
yang secara teknis mengalami keausan akibat dioperasikan untuk jangka waktu
atau jumlah jarak tempuh tertentu. Dalam analisis ini jenis suku cadang yang
diperhitungkan antara lain : ban, oli, busi, platina, kondensor, aki (accu),
kanvas rem, plat kopling, kalahar roda depan/belakang.
Perhitungan masing-masing biaya suku cadang per tahun adalah sebagai
berikut :
 Biaya Pemakaian Ban
Biaya pemakaian ban adalah biaya untuk pembelian ban yang digunakan
untuk pengoperasian kendaraan, yang terdiri dari ban dalam dan ban luar.
Biaya pemakaian ban per tahun dapat dihitung dengan rumus :

12
BPB/thn = jumlah pemakaian ban/thn x harga ban/unit
.......................................... (2.14)
dimana :
BPB/thn = biaya pemakaian ban per tahun
 Biaya Pemakaian Oli (Pelumas)
Biaya penggantian oli adalah biaya pembelian oli kendaraan yang secara
teknis diganti secara periodik akibat dioperaikannya kendaraan untuk
suatu jangka waktu atau jumlah jarak tempuh tertentu. Dalam analisis ini
jenis suku cadang yang diperhitungkan terdiri dari : oli mesin, oli gardan,
oli verseneling, oli rem.
Perhitungan masing-masing suku cadang per tahun adalah sebagai berikut :
 Biaya Oli Mesin
BOM/thn = JPOM/thn x HOM/ltr ................ (2.15)
dimana :
BOM/thn = biaya oli mesin per tahun
JPOM/thn = jumlah pemakaian oli mesin per tahun
HOM/ltr = harga oli mesin per liter

 Biaya Oli Gardan


BOG/thn = JPOG/thn x HOG/ltr ................ (2.16)
dimana :
BOG/thn = biaya oli gardan per tahun
JPOG/thn = jumlah pemakaian oli gardan per tahun
HOG/ltr = harga oli gardan per liter
 Biaya Oli Verseneling
BOV/thn = JPOV/thn x HOV/ltr .................. (2.17)
dimana :
BOV/thn = biaya oli verseneling per tahun
JPOV/thn = jumlah pemakaian oli verseneling per tahun
HOV/ltr = harga oli verseneling per liter
 Biaya Oli Rem
BOR/thn = JPOR/thn x HOR/ltr .................. (2.18)
dimana :
BOR/thn = biaya oli rem per tahun
13
JPOR/thn = jumlah pemakaian oli rem per tahun
HOR/ltr = harga oli rem per liter
 Biaya Gemuk
BG/thn = JPG/thn x HG/ltr ...................... (2.19)
dimana :
BG/thn = biaya gemuk per tahun
JPG/thn = jumlah pemakaian gemuk per tahun
HG/ltr = harga gemuk per liter

Biaya total oli per tahun dihitung dengan rumus :


BPO/thn = BOM/thn + BOG/thn + BOV/thn + BOR/thn + BG/thn
............................................ (2.20)
 Biaya Plat Kopling
Dihitung dengan rumus :
BPK/thn = BPPk/thn x HPK/bh ............................ (2.23)
dimana :
BPK/thn = biaya plat kopling per tahun
BPPK/thn = biaya pemakaian plat kopling per tahun
HPK/bh = biaya plat kopling per buah

 Biaya Kanvas Rem


Dihitung dengan rumus :
BKR/thn = JPKR/thn x HKR/bh ........................... (2.24)
dimana :
BKR/thn = biaya kanvas rem per tahun
JPKR/thn = jumlah pemakaian kanvas rem per tahun
HKR/thn = harga kanvas rem per buah

 Biaya Filter Oli


Dihitung dengan rumus :
BFO/thn = JPFO/thn x HFO/bh ............................ (2.25)
dimana :
BFO/thn = biaya filter oli per tahun

14
JPFO/thn = jumlah pemakaian filter oli per tahun
HFO/bh = harga filter oli per buah

 Biaya aki (accu)


Dihitung dengan rumus :
BA/thn = JPA/thn x HA/bh .............................. (2.26)
dimana :
BA/thn = biaya aki per tahun
JPA/thn = jumlah pemakaian aki per tahun
HA/bh = harga aki per buah

 Biaya Kalahar Roda Depan dan Belakang


Dihitung dengan rumus :
BK/thn = JPK/thn x HK/bh ............................... (2.27)
dimana :
BK/thn = biaya kalahar per tahun
JPK/thn = jumlah pemakaian kalahar per tahun
HK/bh = harga kalahar per buah

 Biaya Kondensor
Dihitung dengan rumus :
BKD/thn = JPKD/thn x HKD/bh ............................ (2.28)
dimana :
BKD/thn = biaya kondesor per tahun
JJKD/thn = jumlah pemakaian kondesor per tahun
HKD/bh = harga kondesor per buah

 Biaya Saringan Udara


Dihitung dengan rumus :
BSU/thn = JPSU/thn x HSU/thn .......................... (2.29)
dimana :
BSU/thn = biaya saringan udara per tahun
JPSU/thn = jumlah pemakaian saringan udara per tahun

15
HSU/thn = harga saringan udara per buah

 Biaya Ball Joint


Dihitung dengan rumus :
BBJ/thn = JPBJ/thn x HBJ/bh ............................ (2.30)
dimana :
BBJ/thn = biaya ball joint per tahun
JPBJ/thn = jumlah pemakaian ball joint per tahun
HBJ/bh = harga ball joint per buah
Biaya total pemakaian suku cadang dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
BPSC/thn = BPB/thn + BPO/thn + BB/thn + BP/thn + BKK/thn +
BKR/thn + BFO/thn + BA/thn + BK/thn + BKD/thn + BSU/thn +
BBJ/thn ...................................... (2.31)

5. Biaya Servis Berat (Overhoul)


Dalam penelitian ini, biaya servis berat (overhoul) dipandang sebagai biaya
perbaikan mesin dan renovasi bodi kendaraan. Mengingat frekuensi overhoul
jarang sekali dilakukan secara periodik setahun sekali, melainkan kebanyakan
dilakukan secara isidentil jika terjadi kerusakan. Dengan demikian maka
jumlah biaya overhoul pertahun dari masing-masing sampel dihitung dengan
membagi total biaya overhoul yang dikeluarkan selama umur kendaraan dibagi
dengan jumlah umur kendaraan.
.................................................................. (2.32)

dimana :
BO/thn = biaya overhoul per tahun
BTO = biaya total overhoul selama umur kendaraan
U = umur kendaraan
Berdasarkan hasil perhitungan BOK variabel diatas maka total BOK variabel
per tahun, dihitung dengan rumus :
BOKV/thn = BBBM/thn + BPSC/thn + BR/thn + BO/thn + GP/thn
.......................................................... (2.33)
dimana :

16
BOKV/thn = biaya operasi kendaraan variabel per tahun
BBBM/thn = biaya bahan bakar minyak per tahun
BPSC/thn = biaya pemakaian suku cadang per tahun
BR/thn = biaya retribusi per tahun
BO/thn = biaya overhoul per tahun
GP/thn = gaji pengemudi per tahun

2.12.3 Perhitungan BOK Total Per Tahun


Dengan diketahui taksiran BOK tetap dan BOK variabel per tahun diatas
maka estimasi total BOK per tahun untuk masing-masing sampel operator dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
1. Biaya Operasi Kendaraan Total
BOK/thn = BOKT/thn + BOKV/thn ............................. (2.34)
dimana :
BOK/thn = total BOK per tahun
BOKT/thn = total BOK tetap per tahun
BOKV/thn = total BOK tidak tetap per tahun

2. Biaya Operasi Kendaraan Total + Margin 15%


BOK total + margin 15% merupakan biaya operasi kendaraan yang telah
memperhitungkan keungtungan pemilik dan operator yaitu sebesar 15% ,
sehingga rumusnya :
BOK + M 15% = BOKT + BOKV + K .............................. (2.35)
dimana :
BOK + M 15% = total biaya operasi kendaraan per tahun dengan
keuntungan 15%
BOKT = biaya tetap per tahun
BOKV = biaya variabel per tahun
K = keuntungan 15% dari BOK total

2.12.4 Perhitungan BOK Per Kilometer


Untuk mengetahui besarnya BOK per kilometer diperlukan data sebagai
berikut :
1. Jumlah BOK per tahun masing-masing sampel

17
2. Taksiran jarak tempuh masing-masing sampel per tahun
Penaksiran jumlah kilometer jarak tempuh per tahun dari masing-masing
sampel didasarkan pada jumlah jarak tempuh per hari dan jumlah hari operasi per
tahun. Dengan diketahui rata-rata jarak tempuh per hari dari masing-masing sampel
operator maka total jarak tempuh per tahun ditaksir sebagai berikut :
JT/thn = RJT/hr x JHO/thn ............................................ (2.36)
dimana :
JT/thn = jarak tempuh per tahun
RJT/hr = rata-rata jarak tempuh per tahun
JHO/thn = jumlah hari operasi per tahun
Dengan diketahuinya jarak perjalanan per tahun dari masing-masing sampel
operator maka taksiran BOK per kilometer dapat dihitung dengan rumus :

1. ............................................ (2.37)

dimana :
BOK/km = total BOK per kilometer masing-masing sampel
BOK/thn = total BOK per tahun masing-masing sampel
JT/thn = jarak tempuh masing-masing sampel per tahun

2. .............................. (2.38)

dimana :
BOKT+ M15%/km = total biaya operasi kendaraan dengan keuntungan
15% per kilometer masing-masing sampel
BOKT+ M15% = total biaya operasi kendaraan dengan kauntungan
15% per tahun masing-masing sampel
JT/thn = jarak tempuh masing-masing sampel per tahun

18
B. CONTOH PERHITUNGAN KINERJA DAN BOK

4.1 Analisis Kinerja Angkutan Perdesaan


Analisis kinerja angkutan perdesaan terdiri dari dua indikator yaitu kinerja
operasional angkutan perdesaan dan standar kualitas pelayanan angkutan perdesaan,
dimana pada penulisan tugas akhir ini indikator-indikator yang digunakan mengacu
kepada standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Perhubungan.
4.2.1 Kinerja Operasional Angkutan Perdesaan
Nilai-nilai tingkat kinerja operasional angkutan perdesaan berdasarkan standar
Departemen Perhubungan meliputi:
1. Jumlah Penumpang
Jumlah penumpang yaitu banyaknya penumpang yang terangkut oleh satu
armada angkutan perdesaan dalam sehari. Perhitungan penumpang terangkut
dapat dilihat pada lampiran D. Dari penyajian Tabel 4.4 dan Gambar 4.1 dapat
dilihat dilihat jumlah penumpang terangkut paling banyak terjadi pada Trayek
Negara-Tegal Cangkring-Pertigaan Penyaringan sebanyak 37,60
penumpang/hari sedangkan yang terendah terjadi pada Trayek Negara-Melaya-
Palasari yaitu 9,528 penumpang/hari. Standar jumlah penumpang yang
ditetapkan oleh Departemen Perhubungan berkisar antara 250-300 penumpang
per hari (lihat Tabel 2.2). Dari kelima trayek yang ditinjau semuanya tidak
memenuhi standar, ini berarti angkutan perdesaan sebagai sarana transportasi
kurang diminati oleh masyarakat.

Tabel 4.4 Jumlah Penumpang Terangkut


No Nama Trayek Kode Rountrip Rata-Rata Total
Traye Per Hari Penumpang Penumpang
k Terangkut per Terangkut Per
trip (orang/trip) hari (orang/hari)
1 2 3 4 5 6 = 4*(5*2)
1 Negara-Melaya-Palasari NMP 2 4,76 9,528
2 Negara-Banyubiru-Tuwed NBT 3 7 21
3 Negara-Pengambengan NP 3 6,61 19,842
4 Negara-TegalCangkring NTP 4 9,4 37,60

-Pertigaan Penyaringan
5 4 9,33 37,336
Negara-Yeh Embang-Pekutatan NYP
Sumber: Hasil Analisis, 2013

19
Gambar 4.1 Grafik Total Penumpang Terangkut per Hari
Sumber: Hasil Analisis, 2013

2. Jarak Perjalanan Angkutan


Jarak perjalanan angkutan adalah panjang lintasan per segmen yang dilalui oleh
angkutan perdesaan per hari. Banyaknya perjalanan yang dapat dilakukan oleh
angkutan umum dipengaruhi oleh jarak perjalanan angkutan umum itu dari
tempat asal ke tempat tujuan. Jarak perjalanan yang dekat menyebabkan jumlah
perjalanan lebih banyak. Begitu juga sebaliknya, jika jarak perjalanan jauh
maka jumlah perjalanan yang dapat dilakukan oleh angkutan perdesaan
semakin sedikit. Dari penyajian Tabel 4.5 dan Gambar 4.2 dapat dilihat jarak
perjalanan angkutan terpanjang terjadi pada trayek Negara-YehEmbang-
Pekutatan yaitu 184 kilometer sedangkan yang terpendek terjadi apada trayek
Negara-Pengambengan yaitu 60 kilometer.

20
Tabel 4.5 Jarak Perjalanan Angkutan
Trayek Kode Panjang Roundtrip Total
Trayek Roundtrip Kendaraan jarak
(km) per Hari Perjalanan
(km/hari)

1 2 3 4 5 = 4*3
Negara-Melaya-Palasari NMP 46 2 92
Negara-Banyubiru-Tuwed NBT 32 3 75
Negara-Pengambengan NP 20 3 60
Negara-Tegal Cangkring NTP 21 4 84
-Pertigaan Penyaringan
Negara-Yeh Embang-Pekutatan NYP 46 4 184
Sumber: Hasil Analisis, 2013

Gambar 4.2 Grafik Total Jarak Perjalanan Angkutan per Hari


Sumber: Hasil Analisis, 2013

3. Tingkat Konsumsi Bahan Bakar


Tingkat konsumsi bahan bakar adalah jumlah bahan bakar yang dihabiskan
oleh angkutan perdesaan per km jarak tempuh. Data-data pemakaian bahan
bakar dapat dicari dengan menanyakan langsung kepada operator angkutan
perdesaan melalui survei wawancara operator angkutan. Dari penyajian Tabel

21
4.6 dan Gambar 4.3 dapat dilihat tingkat konsumsi bahan bakar tertinggi dalam
setiap pemakain setiap liternya terjadi pada Trayek Negara– Yeh Embang-
Pekutatan yaitu 10,18 km/liter, sedangkan yang terendah terjadi pada Trayek
Negara–Melaya-Palasari yaitu 5,28 km/ltr. Standar tingkat konsumsi bahan
bakar yang ditetapkan oleh Departemen Perhubungan (7,5 – 10) km/liter (lihat
Tabel 2.2). Dari kelima trayek yang ditinjau tingkat konsumsi bahan bakar
hanya tiga trayek yang memenuhi standar, yaitu Trayek Negara-Banyubiru-
Tuwed, Trayek Negara-Tegal Cangkring-PertigaanPenyaringan dan Trayek
Negara-YehEmbang-Pekutatan. ini berarti semua kondisi armada dalam
keadaan terpelihara, medan yang dilalui oleh angkutan perdesaan tidak terlalu
sulit dan kondisi arus lalu-lintas dalam keadaan lancar.
Tabel 4.6 Tingkat Konsumsi Bahan Bakar
Trayek Kode Konsumsi Jarak Perjalanan Konsumsi
Trayek BBM per Hari BBM
(liter/hari) (km) (km/liter)
1 2 3 4 5 = 4/3

Negara-Melaya-Palasari NMP 17,44 92 5,28


Negara-Banyubiru-Tuwed NBT 9,24 75 8,12
Negara-Pengambengan NP 9,04 60 6,64
Negara-TegalCangkring NTP 9,04 84 9,24
-Pertigaan Penyaringan
Negara-Yeh Embang-Pekutatan NYP 18,08 184 10,18
Sumber : Hasil Analisis, 2013

Gambar 4.3 Grafik Total Tingkat Konsumsi BBM km/ltr

22
4. Load Factor
Load factor adalah rasio jumlah penumpang yang diangkut dengan daya
tampung atau kapasitas kendaraan per segmen jalan dalam satu lintasan. Dalam
kondisi ideal kapasitas tempat duduk ideal adalah 12 tempat duduk. Data
perhitungan load factor dapat dilihat pada lampiran D. dari penyajian Tabel 4.7
dan Gambar 4.4 dapat dilihat load factor tertinggi terjadi pada Trayek Negara–
Tegal Cangkring-Pertigaan Penyaringan yaitu 78,33% sedangkan yang
terendah terjadi pada Trayek Negara–Melaya-Palasari yaitu 39,70%. Standar
load factor yang ditetapkan oleh Departemen Perhubungan adalah 70% (lihat
Tabel 2.2). Dari kelima trayek yang ditinjau hanya dua trayek yang memenuhi
standar load factor, yaitu Trayek Negara-Tegal Cangkring-Pertigaan
Penyaringan dan Trayek Negara-Yeh Embang-Pekutatan. ini berarti bangkitan
jumlah penumpang yang ada di setiap segmen adalah kecil.

Tabel 4.7 Load Factor


Trayek Kode Load Factor (%)
1 2 3
Negara-Melaya-Palasari NMP 39,70
Negara-Banyubiru-Tuwed NBT 58,33
Negara-Pengambengan NP 55,12
Negara-TegalCangkring NTP 78,33
-Pertigaan Penyaringan

Negara-Yeh Embang-Pekutatan NYP 77,78


Sumber : Hasil Analisis 2013

23
Gambar 4.4 Grafik Load Factor
Sumber: Hasil Analisis, 2013

4.2.2 Kualitas Pelayanan Angkutan Perdesaan


Nilai-nilai kualitas pelayanan angkutan perdesaan berdasarkan standar
Departemen Perhubungan meliputi:
1. Headway
Headway adalah selisih waktu antara kepala armada satu dengan kepala armada
di belakangnya yang melewati garis pengamatan. Data perhitungan headway
dapat dilihat pada lampiran B1. Dari penyajian Tabel 4.10 dan Gambar 4.7
dapat dilihat headway tercepat terjadi pada trayek Negara-Banyubiru-Tuwed
yaitu 12 menit, sedangkan yang terlama terjadi pada trayek Negara-Tegal
Cangkring-Pertigaan Penyaringan yaitu 32,5 menit. Standar headway yang
ditetapkan oleh Departemen Perhubungan adalah (5-10) menit (lihat Tabel 2.3).
Dari kelima trayek yang ditinjau semuanya tidak memenuhi standar, ini
disebabkan karena jumlah armada yang tersedia melebihi jumlah armada ideal
dan memiliki roundtrip yang cukup banyak. Sedangkan yang lainnya memiliki
jumlah armada yang sedikit dan memiliki roundtrip sedikit.

24
Tabel 4.8 Headway Angkutan Perdesaan
Trayek Kode Headway Headway Headway
Trayek Maksimum Minimum Rata-Rata
(menit) (menit) (menit)
1 2 3 4 5
Negara-Melaya-Palasari NMP 20 5 12,5
Negara-Banyubiru-Tuwed NBT 15 9 12
Negara-Pengambengan NP 32 15 23,5
Negara-TegalCangkring NTP 45 20 32,5
-Pertigaan Penyaringan
Negara-Yeh Embang-Pekutatan NYP 28 12 20
Sumber: Hasil Analisis, 2013

Gambar 4.5 Grafik Headway Rata-Rata


Sumber: Hasil Analisis, 2013

2. Waktu Tunggu
Waktu tunggu diasumsikan 0,5 x headway, dimana waktu tunggu merupakan
rata-rata waktu kedatangan dari dua armada angkutan perdesaan yang
merupakan interval waktu antara saat dimana bagian depan satu armada
angkutan perdesaan melewati suatu titik pengamatan sampai bagian depan
kendaraan berikutnya melewati titik pengamatan yang sama. Data perhitungan
waktu tunggu dapat dilihat pada lampiran B. Dari penyajian Tabel 4.8 dan
Gambar 4.5 dapat dilihat rata-rata waktu tunggu paling cepat terjadi pada
Trayek Negara–Pengambengan yaitu 7,4 menit sedangkan yang terlama terjadi

25
pada Trayek Negara-Yeh Embang-Pekutatan yaitu 18,75 menit. Standar rata-
rata waktu tunggu yang ditetapkan oleh Departemen Perhubungan adalah (5-
10) menit (lihat Tabel 2.3). Dari kelima trayek yang ditinjau yang memenuhi
standar hanya trayek Negara-Pengambengan, ini disebabkan karena jumlah
armada yang tersedia melebihi jumlah armada ideal dan memiliki roundtrip
yang cukup banyak. Sedangkan yang yang lainnya memiliki jumlah armada
yang minim dan memiliki roundtrip sedikit.

Tabel 4.9 Waktu Tunggu Rata-Rata Angkutan Perdesaan


Trayek Kode Waktu Waktu Waktu Tunggu
Trayek Tunggu Tunggu Rata-Rata
Maksimum Minimum (menit)
(menit) (menit)
1 2 3 4 5
Negara-Melaya-Palasari NMP 20,6 5 12,8
Negara-Banyubiru-Tuwed NBT 15,2 7 11,1
Negara-Pengambengan NP 9,8 5 7,4
Negara-TegalCangkring NTP 18,1 10 14,05
-Pertigaan Penyaringan
Negara-Yeh Embang-Pekutatan NYP 24,5 12 18,75
Sumber : Hasil Analisis, 2013

Gambar 4.6 Grafik Waktu Tunggu Rata-Rata


Sumber: Hasil Analisis, 2013

26
3. Waktu Perjalanan
Waktu perjalanan angkutan adalah lamanya waktu tempuh yang diperlukan
dalam melakukan satu kali trip perjalanan, yaitu selisih antara waktu tiba di
tempat tujuan dengan waktu ketika berangkat dari lokasi awal. Data
perhitungan waktu perjalanan dapat dilihat pada lampiran B3. Dari penyajian
Tabel 4.9 dan Gambar 4.6 dapat dilihat waktu perjalanan angkutan tercepat
terjadi pada trayek Negara-Pengambengan yaitu 31 menit sedangkan waktu
perjalanan angkutan terlama terjadi pada trayek Negara-Melaya-Palasari yaitu
1,15 menit. Standar waktu perjalanan angkutan yang ditetapkan oleh
Departemen Perhubungan adalah (60-90) menit (lihat Tabel 2.3). Dari kelima
trayek yang ditinjau waktu perjalanan angkutan perdesaan hanya dua trayek
yang memenuhi standar, yaitu Trayek Negara-Melaya-Palasari dan trayek
Negara-Yeh Embang-Pekutatan. ini dikarenakan jarak perjalanan angkutan
yang pendek dan sedikitnya jumlah penumpang yang ada pada setiap segmen
sehingga interval waktu terjadinya naik turun penumpang sangat sedikit.

Tabel 4.10 Waktu Perjalanan Angkutan


Trayek Kode Jarak Waktu
Perjalanan Perjalanan
(km) (menit)
1 2 3 5 = (3+4)/2
Negara-Melaya-Palasari NMP 23 0,75
Negara-Banyubiru-Tuwed NBT 12,5 0,46
Negara-Pengambengan NP 10 0,31
Negara-TegalCangkring NTP 10,5 0,35
-Pertigaan Penyaringan
Negara-Yeh Embang-Pekutatan NYP 23 0,62
Sumber: Hasil Analisis, 2013

27
Gambar 4.7 Grafik Waktu Perjalanan
Sumber: Hasil Analisis, 2013

4. Kecepatan Angkutan
Kecepatan angkutan adalah jarak perjalanan angkutan dibagi waktu perjalanan
angkutan. Dari penyajian Tabel 4.11 dan Gambar 4.8 dapat dilihat kecepatan
angkutan tertinggi terjadi pada trayek Negara-Pengambengan yaitu 32,26
km/jam sedangkan yang terendah terjadi pada trayek Negara-Melaya-Palasari
yaitu 20 km/jam. Standar kecepatan angkutan perdesaan yang ditetapkan oleh
Departemen Perhubungan adalah (10-20) km/jam (lihat Tabel 2.3). Dari kelima
trayek yang ditinjau hanya satu trayek yang kecepatan angkutan perdesaannya
memenuhi standar, yaitu trayek Negara-Melaya-Palasari. ini disebabkan
kurangnya proses terjadinya naik-turun penumpang pada trip yang dilalui dan
tidak meratanya penyebaran tempat permukiman penduduk sehingga trip yang
dilalui kebanyakan daerah yang sepi sehingga kecepatan kendaraan relatif
tinggi.

28
Tabel 4.11 Kecepatan Angkutan
Trayek Kode Jarak Waktu Kecepatan
Trayek Perjalanan Perjalanan Angkutan
(km) (jam) (km/jam)
1 2 3 4 5=3/4
Negara-Melaya-Palasari NMP 23 1,15 20
Negara-Banyubiru-Tuwed NBT 12,5 0,46 27,7
Negara-Pengambengan NP 10 0,31 32,26
Negara-TegalCangkring NTP 10,5 0,35 30
-Pertigaan Penyaringan
Negara-Yeh Embang-Pekutatan NYP 23 1,02 22,55
Sumber : Hasil Analisis, 2013

Gambar 4.8 Grafik Kecepatan Angkutan


Sumber: Hasil Analisis, 2013

4.2.3 Rangkuman Hasil Evaluasi Kinerja Operasional Angkutan Perdesaan


Berikut ini disajikan Tabel 4.12 perbandingan evaluasi kinerja operasional
angkutan perdesaan yang diteliti dengan standar kinerja operasional yang ditetapkan
oleh Departemen Perhubungan (lihat Tabel 2.2).

29
Tabel 4.12 Kinerja Operasional Angkutan Perdesaan
no Aspek Trayek Nilai standar
1 Jumlah Negara - Melaya - Palasari 9,528 (pnp/angk/hr)
penumpang Negara - Banyubiru -Tuwed 21 250-300
Negara - Pengambengan 19,842
Negara - Tegal Cangkring - Pertigaan 37,60
Penyaringan
Negara - Yeh Embang - Pekutatan 37,336
2 Jarak Negara - Melaya - Palasari 92 (km/hr)
perjalanan Negara - Banyubiru -Tuwed 75 250
angkutan Negara - Pengambengan 60
Negara - Tegal Cangkring - Pertigaan 84
Penyaringan
Negara - Yeh Embang - Pekutatan 154
3 Tingkat Negara - Melaya - Palasari 5,28 (km/ltr)
konsumsi Negara - Banyubiru -Tuwed 8,12 7,5-9
Bahan Negara - Pengambengan 6,64
Bakar Negara - Tegal Cangkring - Pertigaan 9,24
Penyaringan
Negara - Yeh Embang - Pekutatan 10,18
4 Load Negara - Melaya - Palasari 39,70 70%
Factor Negara - Banyubiru -Tuwed 58,33
Negara - Pengambengan 55,12
Negara - Tegal Cangkring - Pertigaan 78,33
Penyaringan
Negara - Yeh Embang - Pekutatan 77,78
Sumber : Hasil Analisis, 2013

4.2.4 Rangkuman Hasil Evaluasi Tingkat Kualitas Pelayanan Angkutan


Perdesaan
Berikut ini disajikan Tabel 4.13 perbandingan evaluasi kinerja operasional
angkutan perdesaan yang diteliti dengan standar kinerja operasional yang ditetapkan
oleh Departemen Perhubungan (lihat Tabel 2.3).

30
Tabel 4.13 Kualitas Pelayanan Angkutan Perdesaan
No. Aspek Trayek Nilai standar
1 Waktu Negara - Melaya - Palasari 12,8 (menit)
tunggu Negara - Banyubiru -Tuwed 11,1 5-10
Negara - Pengambengan 7,4
Negara-Tegal Cangkring - Pertigaan 14,05
Penyaringan
Negara - Yeh Embang - Pekutatan 18,75

2 Waktu Negara - Melaya - Palasari 0,75 (menit)


perjalanan Negara - Banyubiru - Tuwed 0,46 60-90
Negara - Pengambengan 0,31
Negara - Tegal Cangkring -Pertigaan 0,35
Penyaringan
Negara - Yeh Embang - Pekutatan 0,62

3 Headway Negara - Melaya - Palasari 12,5 (menit)


Negara - Banyubiru -Tuwed 12 5-10
Negara - Pengambengan 23,5
Negara – Tegal Cangkring -Pertigaan 32,5
Penyaringan
Negara - Yeh Embang - Pekutatan 20

4 Kecepatan Negara - Melaya - Palasari 20 (km/jam)


Angkutan Negara - Banyubiru -Tuwed 27,7 10-20
Negara - Pengambengan 32,26
Negara - Tegal Cangkring -Pertigaan 30
Penyaringan
Negara - Yeh Embang - Pekutatan 22,55

Sumber : Hasil Analisis, 2013

4.3 Analisis Biaya Operasi Kendaraan (BOK)


Biaya operasi kendaraan didefinisikan sebagai biaya yang secara ekonomi
terjadi dengan dioperasikannya kendaraan pada kondisi normal untuk suatu tujuan
tertentu. Pengertian biaya ekonomi yang terjadi di sini adalah biaya yang sebenarnya
terjadi. BOK dihitung berdasarkan ketentuan Departemen Perhubungan seperti yang
sudah dijelaskan dalam Bab II. Perhitungan BOK pada masing-masing trayek

31
disajikan lengkap pada Lampiran C. Tabel 4.14 dan Gambar 4.9 memperlihatkan
BOK per tahun angkutan perdesaan yang diteliti, dimana yang paling tinggi adalah
pada trayek Negara-Yeh Embang-Pekutatan yaitu sebesar Rp. 71.396.948,95/th
sedangkan yang paling rendah terdapat pada trayek Negara-Pengambengan yaitu
sebesar Rp. 47.027.024,14/th. Perbedaan BOK per tahun pada masing-masing trayek
disebabkan karena adanya perbedaan jumlah round trip, jarak trip dan hari operasi
dari masing-masing trayek. Dimana ketiga hal tersebut akan mempengaruhi jarak
tempuh kendaraan yang nantinya akan berimplikasi pada biaya yang dikeluarkan
untuk menempuh jarak tersebut.
Berdasarkan Tabel 4.14 dan Gambar 4.10, perhitungan BOK per km
angkutan perdesaan yang diteliti paling tinggi terdapat pada trayek Negara-Melaya-
Palasari yaitu sebesar Rp. 1.924,84/km, sedangkan yang paling rendah terdapat pada
trayek Negara-Yeh Embang-Pekutatan yaitu sebesar Rp. 1.115,02/km. Perbedaan
BOK per km disebabkan karena adanya perbedaan jarak tempuh per tahun masing-
masing kendaraan dimana BOK per km didapat dari jumlah BOK per tahun dibagi
dengan jarak tempuh per tahun.

Tabel 4.14 Biaya Operasi Kendaraan


Kode Jumlah Jarak Hari Jarak
Trayek round round operasi perjalanan
BOK/km
Trayek trip trip rata- rata- BOK/th (Rp/th)
(Rp/km)
rata- rata-rata rata/th rata/th
rata (km) (hari/th) (km/th)
Negara-Melaya-Palasari NMP 2 46 348 33.408,00 1.924,84 64.306.618,05
Negara-Banyubiru-Tuwed NBT 3 25 336 32.236,00 1.562,87 49.764.608,14
Negara-Pengambengan NP 3 20 336 27.840,00 1.689,19 47.027.024,14
Negara-Tegal Cangkring NTP
4 21 348 36.540,00 1.497,81 54.671.506,47
-Pertigaan Penyaringan
Negara- Yeh Embang- NYP
4 46 348 64.032,00 1.115,02 71.396.948,95
Pekutatan
Sumber : Hasil Analisis, 2013

32
Gambar 4.9 Grafik Biaya Operasi Kendaraan per tahun
Sumber: Hasil Analisis, 2013

Gambar 4.10 Grafik Biaya Operasi Kendaraan per kilometer


Sumber: Hasil Analisis, 2013

33
CONTOH FORMULIR SURVEI

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
FORMULIR SURVAI HEADWAY

Nama surveyor : Putu Agus Tanggal : 9 Maret 2013


Trayek : Negara-Melaya-Palasari Lokasi : Terminal Negara
Jenis Armada : Carry

NO PLAT JAM MENIT HEADWAY JUMLAH


KENDARAAN PENUMPANG

1 1967 WA 8 00 0 4

2 1941 WE 8 20 20 3

3 1988 WB 8 45 25 -

4 1929 WA 9 30 45 -

5 1879 WA 9 50 20 -

6 1878 WB 10 19 29 -

7 1913 WB 10 39 20 -

8 1991 WA 11 24 45 -

9 1979 WE 11 54 30 2

10 1978 WA 12 39 45 4

11 1928 WA 12 59 20 2

12 1907 WE 13 24 25 3

13 1933 WB 13 44 20 -

14 1934 WA 13 58 14 -

34
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
FORMULIR ON BOARD SURVAI

Nama surveyor : Putu Agus Tanggal : 07/3/2013


Trayek : Negara-Melaya-Palasari W. Berangkat : 6:00
Arah pergerakan : ke Melaya-Palasari W. Tiba : 7:18
No Kend : 1967 WA Jenis Armada : Carry

Total
Penum-pang Penum- penumpang
Segmen KM Lokasi
naik pang turun dalam
kendaraan

1 7,2 T.Negara-Pertigaan Manistutu 6 0 6

2 6,3 Pertigaan Manistutu-Pasar Melaya 1 0 5

3 9,5 Pasar Melaya-Perempatan Kantor Perbekel 1 2 4


Palasari

35
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
FORMULIR ON BOARD SURVAI

Nama surveyor : Putu Agus Tanggal : 07/3/2013


Trayek : Negara-Melaya-Palasari W. Berangkat : 7:23
Arah pergerakan : Ke Terminal Negara W. Tiba : 8:25
No Kend : 9841 WA Jenis Armada : Carry

Total
Penum-pang Penum- penumpang
Segmen KM Lokasi
naik pang turun dalam
kendaraan

1 9,5 Perempatan Kantor Perbekel Palasari-Pasar 3 0 3


Melaya

2 6,3 Pasar Melaya-Pertigaan Manistutu 1 0 3

3 7,2 Pertigaan Manistutu-T.Negara 0 1 2

36
37

Anda mungkin juga menyukai