Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PERMASALAHAN

1. Perhitungan besarnya jumlah permintaan penumpang


Perhitungan permintaan penumpang di awali dengan data jumlah peserta
didik sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah
atas di wilayah perkotaan Atambua yang diperoleh dari Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Belu. Perhitungan selanjutnya dilakukan
dengan asumsi serta mempertimbangkan sistem zonasi pendidikan yang
diterapkan Kabupaten Belu, sebagai berikut :
- 80% Peserta didik yang bersekolah dekat dengan tempat tinggal dan
menempuh perjalanan tanpa menggunakan kendaraan (berjalan kaki )
- Peserta didik yang bersekolah dengan menggunakan kendaraan pribadi
dari hasil pengambilan sampel pada 3 sekolah menengah atas sebesar
13%
Dari hasil pertimbangan di atas, di dapat bahwa total permintaan
penumpang bus sekolah adalah sebesar 1.475 penumpang. Untuk lebih
jelas, dapat dilihat pada tabel berikut

No Uraian Jumlah
1 Total peserta didik diwilayah perkotaan Atambua 21.361
2 Peserta didik yang tinggal di dekat sekolah (80 %) 17.089
3 Peserta didik yang menggunakan kendaraan 2.797
Pribadi (13%)
4 Permintaan penumpang 1.475

2. Penentuan Jenis Kendaraan


Penentuan jenis kendaraan yang dipakai mempertimbangkan ukuran kota
dan jumlah minimum sesuai SK Dirjenhubdat No. 687/AJ.206/DRJD/2002
seperti pada tabel berikut :
Tabel Penentuan Jenis Kendaraan Berdasarkan Ukuran Kota
Ukuran Kota
Kota Raya > Kota Besar Kota Sedang Kota
Klasifikasi
No 1.000.000 500.000 - 100.000 - Kecil <
Trayek
Penduduk 1.000.000 1.000.000 100.000
Penduduk Penduduk Penduduk
1 Utama K.A, Bus Bus Besar Bus Bus Sedang
Besar Besar/Sedang
(SD/DD)
2 Cabang Bus Bus Sedang Bus Bus Kecil
Besar/Sedang Sedang/Kecil
3 Ranting Bus Sedang/ Bus Kecil MPU (hanya MPU (hanya
Kecil roda empat) roda empat)
4 Langsung Bus Besar Bus Besar Bus Sedang Bus Sedang
Sumber : SK Dirjenhubdat No. 687/AJ.206/DRJD/2002
Dari tabel diatas maka jenis kendaraan yang dapat digunakan sebagai
angkutan sekolah di Kabupaten Belu adalah jenis kendaraan Bus Sedang
dan Bus Kecil.

3. Rencana Kinerja pelayanan Bus


a. Trayek yang direncanakan
Berdasarkan Keputusan Dirjen Hubdat No.SK.967/AJ.202/DRJD/2007
Pasal 9 ayat 2 yang harus dipertimbangkan adalah bangkitan dan
tarikan perjalanan dengan mempertimbangkan lokasi sekolah, jenis
pelayanan angkutan sekolah, kelas jalan yang dilalui serta jarak dan
waktu tempuhnya. Trayek bus sekolah yang direncanakan adalah
sebagai berikut :
1. Trayek I :
Titik Awal Terminal Lolowa-Halte Lolowa-Halte Perempatan SDK Tini-
Halte Tugu Bingkar-Halte SMA Surya-Halte Sentral-Halte Polikarpus-
Halte Pelita-Terminal lolowa.
2. Trayek II :
Titik Awal Terminal Fatubenao-Halte Pertigaan SD Fatubenao-Halte
Pertokoan-Halte Polikarpus-Halte Pelita-Halte Perempatan SDK Tini-
Halte Tugu Bingkar-Halte SMK Surya-Halte Sentral-Terminal
Fatubenao.
3. Trayek III :
Titik Awal Terminal Umanen-Halte SD Sesekoe-Halte Perempatan
Graha Kirani-Halte SMA Surya-Halte Sentral-Halte Maiona Mart-Halte
Cabang PU-Halte Cabang Raimaten-Terminal Umanen
4. Trayek IV :
Titik Awal Bengkel PU-Halte Gudang PU-Halte Maiona Mart-Halte
Sentral-Halte Polikarpus-Halte Pelita-Halte SD Tini-Halte Cabang
Raimaten-Bengkel PU
Rencana Rute trayek dapat dilihat pada peta.
b. Jarak Tempuh
Jarak yang ditempuh oleh angkutan sekolah dalam satu kali rit pada
masing-masing trayek adalah sebagai berikut :
1. Jarak tempuh trayek I sepanjang 8,22 Km
2. Jarak tempuh trayek II sepanjang 7,55 Km
3. Jarak tempuh trayek III sepanjang 8,70 Km
4. Jarak tempuh trayek IV sepanjang 7,95 Km
c. Kecepatan Rencana Bus Sekolah
Berdasarkan Peraturan Dirjen Perhubungan Darat Nomor :
SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Angkutan Penumpang Umum Diwilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap
Dan Teratur, kecepatan minimal Angkutan sekolah 20 Km/jam dan
kecepatan maksimal 40 Km/jam. Maka berdasarkan Peraturan tersebut
dapat di tetapkan kecepatan rencana angkutan sekolah adalah maksimal
40 Km/jam.
d. Faktor Muat Bus Sekolah
Penentuan kapasitas untuk kendaraan yang akan beroperasi
disesuaikan Peraturan Menteri No. 15 Th 2019 Tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek.
Penentuan faktor muat ini juga berdasarkan Peraturan Dirjen
Perhubungan Darat Nomor: SK.967/AJ.202/DRJD/2007, tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Bus Sekolah bahwa penyelenggaraan
angkutan sekolah wajib mengangkut penumpang sesuai kapasitas yang
ditetapkan dalam ketentuan pelayanan angkutan, agar tidak
mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau menjamin keselamatan
pelajar selama dalam perjalanan dan untuk memberi kenyamanan siswa
itu sendiri. Dalam perencanaan angkutan sekolah ini faktor muat yang
digunakan sebesar 100%.
e. Waktu tempuh dan waktu sirkulasi Bus Sekolah
Waktu tempuh bus sekolah dihitung dengan rumus sebagai berikut :
PR
WT = x 60
KR
Keterangan :
WT : Waktu tempuh
PR : Panjang Rute
KR : Kecepatan Rencana

Untuk waktu sirkulasi angkutan sekolah dihitung dengan rumus sebagai


berikut :
CTABA = TABA + σABA + TTAB
Keterangan :
CTABA : Waktu sirkulasi dari A ke B kembali ke A
TABA : Waktu tempuh/perjalanan rata rata dari A ke B kembali ke A
σAB : Deviasi waktu tempuh/perjalanan dari A ke B kembali ke A
TT : Waktu berhenti/istirahat kendaraan
Deviasi yang digunakan adalah 15%, dan waktu berhenti sebesar 20 %.
Hasil dari perhitungan dapat dilihat pada tabel
Panjang Kecepata Waktu Waktu
Trayek
Trayek n Tempuh Sirkulasi
  (Km) (Km/jam) (menit) (menit)
I 8,22 40 12,33 17,26
II 7,55 40 11,325 15,86
III 8,70 40 13,05 18,27
IV 7,95 40 11,925 16,70

f. Jam Operasi
Waktu operasi angkutan sekolah terdiri 2 shift yaitu shift pagi dan shift
siang, dimulai pukul 06.00 - 07.00 WITA dan pukul 13.30 – 14.30 WITA.
Setiap kendaraan bus sekolah dapat melakukan 2 kali putaran dalam
trayek yang direncanakan untuk setiap shift. Angkutan sekolah ini
beroperasi selama hari sekolah yaitu hari senin sampai dengan hari
sabtu. Total waktu operasi secara keseluruhan dalam satu hari untuk
transportasi anak sekolah adalah 2 jam.

g. Perhitungan kebutuhan armada bus


Dengan mempertimbangkan jumlah permintaan penumpang, kapasitas
penumpang bus dan jumlah rit kendaraan yang ditentukan, maka
perhitungan kebutuhan armada bus adalah sebagai berikut :
Jumlah permintaan penumpang
Jumlah armadabus sekolah=
Kapasitas angkut x jumlah rit
1475
Jumlah armadabus sekolah=
56 x 2
Jumlah armadabus sekolah=13,17 14 Armada

h. Biaya Operasional Kendaraan (BOK)


Biaya Operasional Kendaraan (BOK) ini meliputi pengeluaran yang harus
dikeluarkan oleh pengusaha angkutan setiap hari, bulan bahkan setiap
tahun untuk biaya pemeliharaan kendaraan dan pengoperasian usaha
angkutan. Biaya ini meliputi biaya langsung dan tidak langsung.

Tabel Produksi Per Bus


Trayek
No Produksi Per Bus Satuan
I II III IV
1 Km/tempuh/rit 8,22 7,55 8,70 7,95 Km
2 Jumlah rit/hari 4 4 4 4 Rit
Trayek
No Produksi Per Bus Satuan
I II III IV
3 Km-tempuh/hari 32,88 30,20 34,80 31,80 Km
4 Hari operasi/bulan 24 24 24 24 Hari
5 Hari operasi/tahun 288 288 288 288 Hari
6 Km-tempuh/bulan 789 725 835 763 Km
7 Km-tempuh/tahun 9.469 8.698 10.022 9.158 Km

Biaya Operasional Kendaraan Bus Sekolah


Trayek
Rekapitulasi Biaya Per Km
I II III IV
Biaya
Langsung Penyusutan 4827,56 5255,97 4561,21 4991,51
  Bunga Modal - - - -
  Biaya Awak Kendaraan 5702,55 6208,61 5387,93 5896,23
  Biaya BBM 2692,31 2692,31 2692,31 2692,31
  Biaya Ban 700,00 700,00 700,00 700,00
Biaya Pemeliharaan
  Kendaraan 1464,29 1535,82 1419,83 1491,67
  Biaya Terminal - - - -
  Biaya PKB (STNK) 422,41 459,90 399,11 436,76
  Keur 42,24 45,99 39,91 43,68
  Asuransi 1267,23 1379,69 1197,32 1310,27
Jumlah 17118,60 18278,28 16397,61 17562,42
Biaya Tidak Langsung 83,87 84,87 85,87 86,87
BOK Bus per Km 17202,47 18363,15 16483,48 17649,29

i. Tarif
Berikut merupakan perhitungan Tarif Pokok (TP) dalam satuan Rupiah
per penumpang berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan.

Tabel besarnya Tarif berdasarkan Biaya Operasi Kendaraan


pada masing-masing trayek
Biaya Pokok Banyak
Keuntunga Total Panjang Tarif
Traye Kendaraan/K penumpang
n (10%) BOK trayek Pokok
k m dalam 1 rit
(Rp) (Rp) (Rp) (Orang) (Km) (Rp)
1. 18.922, 2.880
I 17202,47 720,25 72 54 8,22 ,46
1. 20.199, 2.824
II 18363,15 836,31 46 54 7,55 ,18
1. 18.131, 2.921
III 16483,48 648,35 83 54 8,7 ,24
1. 19.414, 2.858
IV 17649,29 764,93 22 54 7,95 ,20

j. Rencana subsidi dan penyediaan anggaran operasional


Berikut ini adalah perhitungan subsidi baik subsidi sebagian maupun
subsidi penuh yang akan dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Belu.
Tarif Subsidi tiap kendaraan bus pada setiap trayek
Subsidi Sebagian Subsidi Penuh
Trayek Non Subsidi Subsidi Subsidi Subsidi
Tarif Tarif
Subsidi perhari pertahun perhari pertahun
(Rp) (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Trayek I 2800 1500 280.800 80.870.400 0 604.800 174.182.400

Trayek II 2800 1500 280.800 80.870.400 0 604.800 174.182.400

Trayek III 2900 1500 302.400 87.091.200 0 626.400 180.403.200

Trayek IV 2800 1500 280.800 80.870.400 0 604.800 174.182.400

k. Badan Pengelola
Pemerintah kabupaten Belu menunjuk ...................................... sebagai
pengelola bus sekolah di kabupaten Belu untuk melakukan pengawasan
dan mengkoordinasikan kegiatan pelayanan transportasi bus sekolah
agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Perhatian utama dalam
pelayanan bus sekolah ini adalah pada keselamatan peserta didik pada
layanan transportasi bus sekolah cara melakukan perawatan rutin
sehingga memenuhi standart untuk layak jalan.

Anda mungkin juga menyukai