Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS MANUFUI

SURAT KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS MANUFUI
Nomor: C/IX/SK/PMNF/6/2015/........

TENTANG
MANAJEMEN RISIKO KLINIS

KEPALA PUSKESMAS MANUFUI

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan


keselamatan pasien Puskesmas maka diperlukan manajemen
risiko klinis;
b. bahwa sehubungan dengan butir a tersebut diatas ditetapkan
manajemen risiko klinis dengan keputusan Kepala
Puskesmas Manufui;
Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
2. Permenkes No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128 tahun 2004, tentang Puskesmas; ;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MANUFUI TENTANG


MANAJEMEN RISIKO KLINIS.
Kesatu : Panduan manajemen risiko klinis, bukti identifikasi risiko,
analisis, dan tindak lanjut risiko pelayanan klinis seperti yang
tertera pada lampiran Surat Keputusan ini.
Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Manufui
pada tanggal : 03 Juni 2015

KEPALA PUSKESMAS MANUFUI,

SAMUEL J. TOMASOWA
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS NOMOR…….
TENTANG : MANAJEMEN RISIKO KLINIS

Risiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses
kegiatan saat sekarang atau kejadian di masa datang. Manajemen risiko klinis
adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasikan, mengevaluasi, dan
mempriotaskan risiko untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien,
karyawan puskesmas, pengunjung dan organisasi sendiri.
Tujuan manajemen risiko klinis adalah:
1. Meminimalkan kemungkinan terjadinya cedera pada pasien, pengunjung,
dan karyawan puskesmas Manufui
2. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung
puskesmas Manufui
3. Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien
4. Mempertahankan reputasi puskesmas Manufui

Puskesmas Manufui mengembangkan program manajemen risiko dan


keselamatan pasien, mensosialisasikan program manajemen risiko dan
keselamatan pasien (sistem & alur pelaporan), bagaimana kesalahan dapat terjadi
dan harus dilaporkan untuk menjadi pembelajaran memastikan dan monitor bahwa
risiko di kelola secara aktif dan dikomunikasikan ke manajemen,secara multidisiplin
mendiskusikan manajemen risiko dalam rapat yang sudah biasa dilakukan (tidak
perlu dipisah-pisah)
Pelaksanaan sistem manajemen risiko klinis yaitu:
1. Identifikasi Risiko
Adalah usaha- usaha yang dilakukan untuk mengidentifikasi situasi yang
dapat menyebabkan cedera, tuntutan, dan kerugian. Instrumen yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi risiko klinis antara lain laporan kejadian
(KTD, KNC), review rekam medik, pengaduan pelanggan, survei, dan self
assesment.
2. Analisis Risiko
Petugas melakukan pembahasan secara rinci dan pencatatan selengkap
mungkin segala sesuatu tentang semua risiko yang teridentifikasi. Meliputi
bagaimana hal itu bisa terjadi, akibat yang ditimbulkan, tingkat keparahan,
frekuensi kejadian, cara pencegahannya atau rencana tindakan untuk
mengatasi risiko tersebut. Alat yang digunakan Puskesmas Manufui untuk
menganalisa risiko tersebut adalah analisa modus dampak dan kegagalan
(Failure Mode Effect Analysis).
3. Evaluasi Risiko
Dalam tahap ini dilakukan prediksi tingkat risiko dan menentukan prioritas
risiko dengan menggunakan penilaian matriks risiko. Penilaian matriks risiko
adalah metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu
insiden berdasarkan dampak dan probabilitas.
4. Pengelolaan Risiko
a. MenentukanTindakan Pengelolaan Risiko antara lain:
 Risk retention: dilakukan pada risiko yang tingkatnya rendah (dampak
dan probabilitas yang rendah), misalnya kerusakan pada peralatan
yang tidak membahayakan. Risiko ini dapat dikelola puskesmas.
 Risk transfer: dilakukan pada risiko yang jarang terjadi tapi bida
berakibat serius (probabilitas rendah, dampak tinggi). Dilakukan
pengalihan risiko agar pihak lain ikut menaggung.
 Risk avoidance: dilakukan pada risiko yang sering terjadi dan
berdampak tinggi (dampak dan probabilitas yang tinggi). Kegiatan
yang menimbulkan risiko tersebut sebisa mungkin dihindari untuk tidak
dilaksanakan.
b. Langkah- langkah melaksanakan tindakan pengelolaan risiko:
1. Perencanaan (planning)
2. Pelaksanaan (action)
3. Pemantauan (monitoring)
4. Evaluasi (evaluation)
5. Perbaikan berkelanjutan (continous improvement)
5. Monitoring dan review
Meliputi kegiatan pemantauan dampak risiko, pengkajian efektivitas kegiatan
yang dilakukan dan perubahan prioritas risiko bila diperlukan.
6. Komunikasi dan konsultasi
7. Tahap terakhir adalah dilakukan komunikasi dan konsultasi kepada semua
pihak baik internal maupun eksternal.

Ditetapkan di : Manufui
pada tanggal : 03 Juni 2015

KEPALA PUSKESMAS MANUFUI,

SAMUEL J. TOMASOWA

Anda mungkin juga menyukai