Anda di halaman 1dari 7

PERMASALAHAN YANG TERJADI TERHADAP PENGELOLAAN DAS BENENAIN

1. menurunnya produktivitas lahan pertanian


2. laju peningkatan lahan kritis yang kian meluas
3. menurunnya fungsi DAS sebagai daerah tangkapan air
4. menurunnya fungsi DAS sebagai penahan laju limpasan permukaan (run off)
terutama ketika terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi dalam sebulan
pada setiap musim hujan
Kondisi ini telah mengakibatkan sebagian besar tutupan lahan sudah terkuras
atau terbuka yang pada gilirannya akan menimbulkan erosi dan pendangkalan
sungai, sehingga banjir dan tanah longsor tidak dapat dihindari dan
menimbulkan kerugian yang sangat besar bahkan merenggut nyawa manusia.
UPAYA PENGELOLAAN DAS BENENAIN DI KABUPATEN BELU
1. SEJAK DITETAPKANNYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELU No.6 Tahun 2011 TENTANG RTRW
Kabupaten Belu 2011 – 2031 dilanjutkan dengan DITETAPKANNYA PERDA NOMOR 1 TAHUN 2020
tentang RTRW KABUPATEN BELU 2020-2040 sebagai Dasar dalam Pemanfaatan ruang di wilayah
Kabupaten Belu.
Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Belu sesuai perda nomor 1 tahun 2020 adalah untuk
mewujudkan ruang Kabupaten Belu yang produktif dan berkualitas sebagai pusat distribusi barang
dan jasa serta kawasan perbatasan negara yang maju dan mandiri berbasis pertanian.
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang tersebut maka disusun kebijakan dan strategi penataan
ruang.
Kebijakan Penataan Ruang yang berhubungan dengan Pengelolaan DAS :
A. pemantapan fungsi kawasan lindung dengan meminimalkan alih fungsi kawasan lindung;
B. pengembangan kawasan penyelamatan lingkungan hidup di kabupaten.
Adapun Strategi yang di tetapkan :
Strategi pemantapan fungsi kawasan lindung dengan meminimalkan alih fungsi kawasan lindung terdiri atas
1) memantapkan fungsi kawasan hutan lindung melalui peningkatan kelestarian hutan untuk keseimbangan
tata air dan lingkungan hidup;
2) meningkatkan kualitas kawasan yang memberi perlindungan dibawahnya berupa kawasan hutan lindung
dan resapan air untuk perlindungan fungsi lingkungan;
3) memantapkan kawasan perlindungan setempat melalui upaya konservasi alam, rehabilitasi ekosistem yang
rusak, perlindungan sempadan sungai, sempadan pantai, pengendalian pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup;
4) memantapkan fungsi dan nilai manfaat pada kawasan suaka cagar budaya;
5) menangani kawasan rawan bencana alam melalui pengendalian dan pengawasan kegiatan perusakan
lingkungan terutama pada kawasan yang berpotensi menimbulkan bencana (longsor dan banjir); dan
6) menetapkan ruang terbuka hijau publik dengan luas sekurangkurangnya 20% (dua puluh persen) dan ruang
terbuka hijau privat dengan luas sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari luasan kawasan perkotaan
yang tersebar secara merata pada bagian wilayah perkotaan.
Strategi pengembangan kawasan penyelamatan lingkungan hidup di kabupaten belu terdiri atas:
1) memelihara kawasan hutan lindung yang terletak menyebar hampir diseluruh wilayah kecamatan
dalam wilayah administratif kabupaten;
2) mendukung kebijakan penghentian sementara pengusahaan kayu yang berpotensi merusak
lingkungan (moratorium logging) dalam kawasan hutan serta mendorong berlangsungnya
investasi bidang kehutanan yang diawali dengan kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan;
3) mengembangkan produksi hasil hutan kayu dari hasil kegiatan budidaya tanaman hutan dalam
kawasan hutan produksi;
4) mengembangkan produksi hasil hutan kayu yang berasal dari hutan alam dari kegiatan
penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan dengan izin yang sah;
5) mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas
kawasan perkotaan yang tersebar secara merata pada bagian wilayah perkotaan;
6) menyediakan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit antara 15-25 % (lima belas sampai
dengan dua puluh lima persen) dalam setiap rencana pengembangan kawasan baru untuk
permukiman/ industri;
7) mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung kawasan;
8) mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan
hidup dan efisiensi kawasan;
9) mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin
kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; dan
10)mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara
bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya.
DIDALAM PERDA RTRW KABUPATEN BELU DIATUR PULA Ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah Kabupaten yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dalam bentuk Ketentuan Umum Peraturan Zonasi (KUPZ).
PERDA TENTANG RTRW KABUPATEN BELU INI MENETAPKAN KURANG LEBIH 34 % DARI WILAYAH
KABUPATEN BELU SEBAGAI KAWASAN PERUNTUKAN LINDUNG.
PERAN LEMBAGA MASYARAKAT DALAM HAL INI FORUM MASYARAKAT PEDULI SUNGAI (FORMAPES)
TALAU BERKOORDINASI DENGAN dinas terkait seperti Dinas PUPR dan tokoh agama, tokoh masyarakat
dan semua stakeholder serta masyarakat yang tinggal di sepanjang daerah aliran sungai dari hulu
sampai hilir ini, diharapkan kelestarian sungai dapat berfungsi sebagai sumber daya air yang sehat dan
bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai