Anda di halaman 1dari 26

Laporan Fakta Dan Analisa

Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

Bab 5 KONSE
PENGE
5.1. PERUMUSAN TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN
RUANG RTRW KABUPATEN BELU TAHUN 2015-2035

5.1.1. Perumusan Tujuan Penataan Ruang


Perumusan tujuan penataan ruang RTRW Kabupaten didapatkan dari hasil analisa
tujuan/visi dari kebijakan yang telah ada. Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:
No
Kebijakan Tujuan / Visi
.
1. UU No. 26/2007 tentang Tujuan :
Penataan Ruang Mewujudkan ruang yg aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan
2. RPJP Nasional Visi :
Indonesia yang maju, mandiri dan adil
3. RPJM Provinsi NTT Visi :
Terwujudnya masyarakat Nusa Tenggara Timur yang
berkualitas, sejahtera dan demokratis dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia
4. RTRW Provinsi NTT Tujuan:
Mewujudkan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai
provinsi kepulauan dan maritim yang berbasis pada
pengembangan potensi sumber daya alam dan
budaya lokal yang terpadu dan berkelanjutan,
bertumpu pada masyarakat berkualitas, adil dan

V-1
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

No
Kebijakan Tujuan / Visi
.
sejahtera, dengan tetap memperhatikan aspek
mitigasi bencana.
5. RTRW Kabupaten Balu Tujuan :
Terwujudnya tata ruang kabupaten belu yang
produktif dan berwawasan lingkungan sebagai pusat
distribusi barang dan jasa pada kawasan perbatasan
negara yang berbasis pertanian
6. RPJP Kabupaten Belu Visi :
Belu sebagai kabupaten perbatasan yang maju,
mandiri, adil dan sejahtera 2025

Tujuan / visi dari maing-masing kebijakan tersebut diatas, menghasilkan kata kunci
sebagai berikut :
 aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
 maju, mandiri dan adil,
 berkualitas, sejahtera dan demokratis,
 provinsi kepulauan, maritim, sumber daya alam dan budaya lokal yang terpadu dan
berkelanjutan, masyarakat berkualitas, adil dan sejahtera serta mitigasi bencana,
 Produktif, berwawasan lingkungan, pusat distribusi barang dan jasa, perbatasan
negara, berbasis pertanian,
 kabupaten perbatasan yang maju, mandiri, adil dan sejahtera

Sehingga rumusan tujuan dari penataan ruang RTRW Kabupaten Belu adalah :
“Terwujudnya tata ruang Kabupaten Belu yang produktif dan berkualitas sebagai
pusat distribusi barang dan jasa dan kawasan perbatasan negara yang maju dan
mandiri berbasis pertanian”.

V-2
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

Pengertian/arti kata kunci :


 Produktif : kegiatan yang selalu menghasilkan barang atau jasa yang mempunyai nilai
ekonomi dan berlangsung secara terus menerus.
 Berkualitas : mempunyai mutu yang baik
 Maju : telah mencapai atau berada pada tingkat peradaban yang tinggi
 Mandiri : dapat berdiri sendiri / tidak bergantung pada orang lain

Pengertian dari tujuan penataan ruang RTRW Kabupaten Belu tersebut di atas
sebagaimana pengertia dari masing-masing kata kunci adalah sebagai berikut :
“Terwujudnya tata ruang Kabupaten Belu yang selalu menghasilkan barang atau jasa yang
mempunyai nilai ekonomi dan berlangsung secara terus menerus dan mempunyai mutu
yang baik sebagai pusat distribusi barang dan jasa dan kawasan perbatasan negara yang
telah mencapai atau berada pada tingkat peradaban yang tinggi dan dapat berdiri sendiri
atau tidak bergantung pada orang lain.”

5.1.2. Perumusan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang


Guna mendukung tujuan penataan ruang tersebut di atas, maka langkah-langkah
yang ditempuh adalah mengembangkan kebijakan baik secara internal maupun eksternal.
Kebijakan secara internal dikembangkan dan dikaitkan dengan permasalahan internal yang
dihadapi oleh Kabupaten Belu, sedangkan kebijakan eksternal dikembangkan dan
dikaitkan dengan permasalahan eksternal. Perumusan kebijakan didapatkan dari hasil
analisa kebijakan terkait pada bab sebelumnya, serta analisa potensi dan permasalahan
internal eksternal Kabupaten Belu.

5.1.2.1. Hasil Analisa Permasalahan Internal


Kriteria atau dasar analisa permasalahan internal lebih menitikberatkan pada
masalah perekonomian dengan pertimbangan bahwa perkembangan perkonomian dapat
maju dan produktif apabila didukung dengan sarana dan prasarana wilayah yang memadai.

V-3
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

Hasil penilaian tersebut adalah sebagai berikut:


1. Adanya perbedaan yang menyolok antar wilayah kecamatan, baik dari kondisi sosial,
potensi ekonomi dan pelayanan infrastuktur wilayah yang ada;
2. Masih belum optimalnya pelayanan transportasi darat yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibu kota kecamatan, antar ibu kota kecamatan maupun ibu kota
kecamatan dengan wilayah hinterlannya baik dari ketersediaan sarana maupun
prasarana transportasinya;
3. Belum memadainya kualitas sumber daya manusia dalam mendukung kegiatan
produksi yang produktif;
4. Kondisi iklim yang relatif terbatas, yaitu curah hujan dan ketersediaan air permukaan
yang relatif rendah merupakan tantangan dalam pengembangan sektor pertanian,
perdagangan dan jasa;
5. Adanya beberapa desa yang secara administrasi adalah wilayah RDTL namun secara
orientasi lebih dekat dengan Kabupaten Belu.

5.1.2.2. Hasil Analisa Permasalahan Eksternal


Kriteria atau dasar analisa permasalahan eksternal lebih menitikberatkan pada
kedudukan Kabuptanten Belu dengan Kabupaten/Kota lainnya secara hirarkis dengan
dukungan sarana dan prasarana wilayah yang ada. Hasil penilaian tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Adanya keterbatasan akses dengan kabupaten/kota lain di dalam maupun di luar
Provinsi NTT yang disebabkan oleh faktor geografis yang ekstrim dan pelayanan
transportasi darat yang terbatas;
2. Belum optimalnya pelayanan transportasi laut dan udara dalam memacu pertumbuhan
ekonomi sebagai gerbang distribusi manusia, barang dan jasa;
3. Banyaknya wilayah desa/kelurahan yang berada di perbatasan dengan RDTL, dimana
hal ini merupakan permasalah perekonomian dan stabilitas keamanan negara

V-4
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

sementara dukungan sarana dan prasarana wilayah belum memadai.


4. Kabupaten Belu mempunyai rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan
kemiskinan di bawah rata-rata Provinsi NTT (low growth, less pro-poor). Kinerja
pembangunan daerah tersebut menegaskan bahwa Pemerintah Belu harus bekerja
keras untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi melalui peningkatan
produkvititas sektor atau kegiatan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja secara
lebih besar dari golongan miskin.
5. Kabupaten Belu merupakan kategori daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah
rata-rata, tapi peningkatan IPM di atas rata-rata (low growth, pro-human development).
Hal ini mengindikasikan bahwa berbagai kebijakan dan program pembangunan untuk
meningkatkan pelayanan publik dapat meningkatkan IPM. Tantangan yang harus
diatasi adalah mendorong percepatan pembangunan ekonomi melalui peningkatan
produktivitas dan nilai tambah sektor dan kegiatan ekonomi yang menggunakan
sumber daya lokal seperti pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan.

5.1.2.3. Rumusan Kebijakan dan Srategi Penataan Ruang Kabupaten Belu


Dalam usaha mencapai tujuan penataan ruang dan dengan mempertimbangkan
permasalahan internal dan eksternal, maka rumusan kebijakan penataan ruang adalah
sebagai berikut :
1. Kebijakan pengembangan struktur ruang, meliputi:
a. Peningkatan peran dan fungsi perkotaan secara berhirarki;
Strategi pengembangannya adalah:
1) Mengembangkan Perkotaan Atambua sebagai pusat pemerintahan Kabupaten
Belu sekaligus pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa;
2) Meningkatkan interaksi desa-kota melalui pengembangan sistem agropolitan;
3) Mengembangkan potensi kawasan perisisir melalui sistem minapolitan;

V-5
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

4) Mengembangkan infrastruktur transportasi darat pendukung sistem


agropolitan dan minapolitan.
b. Pemerataan persebaran penduduk sesuai dengan penetapan pusat-pusat
permukiman.
Strategi pengembangannya adalah:
1) Mengembangkan sarana dan prasarana permukiman pada pusat–pusat
pertumbuhan baru;
2) Mengembangkan kegiatan perekonomian lokal sebagai penarik pergerakan
pada pusat-pusat permukiman;
3) Meningkatkan kualitas infrastruktur wilayah yang memudahkan aksesibilitas
penduduk dari pusat permukiman dengan wilayah hinterlandnya.
c. Penyediaan dan peningkatan kualitas prasarana wilayah utama sebagai pendukung
sistem koleksi dan distribusi barang dan jasa.
Strategi pengembangannya adalah:
1) Pengembangan jaringan jalan dengan dimensi dan kualitas sesuai dengan
fungsinya,
2) Penyediaan jaringan jalan yang menghubungkan antar pusat-pusat
permukiman perkotaan dan pedesaan,
3) Penyediaan prasarana penunjang pergerakan di kawasan perkotaan meliputi
jalur pejalan kaki, jalur sepeda, halte dan penanda jalan,
4) Pengembangan dan revitalisasi terminal tipe A di Kota Atambua sebagai
terminal antar kota dalam provinsi,
5) Mengembangkan sistem transportasi yang menghubungkan pusat pelayanan
permukiman dengan pusat produksi pertanian dan pelayanan pariwisata,
6) Penyediaan moda transportasi umum yang menghubungkan moda prasarana
transportasi darat dengan moda transportasi laut / udara.

V-6
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

7) Pengembangan sarana dan prasarana Pelabuhan Atapupu sebagai Pelabuhan


Regional,
8) Pengembangan sarana dan prasarana Bandar Udara AA Bere Tallo sebagai
bandar udara yang melayani antar provinsi.
d. Penyediaan dan pengembangan prasarana wilayah lainnya secara terpadu.
Strategi pengembangannya adalah:
1) Mengembangkan sarana komunikasi yang menjangkau hingga pelosok
perdesaan dengan penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) bersama;
2) Mengembangkan sistem informasi pembangunan daerah secara menyeluruh,
3) Mengembangkan sistem energi terbarukan dengan menggunakan potensi yang
ada,
4) Menjaga keberlangsungan sistem jaringan sumber daya air,
5) Mengembangkan sistem penyediaan air bersih bagi masyarakat perkotaan dan
pedesaan,
6) Membangun dan meningkatkan kualitas jaringan drainase perkotaan secara
terpadu,
7) Mengembangkan teknologi pengelolaan sampah melalui teknologi sanitary
landfill dengan prinsip-prinsip 3R (reduse, reuse, recycle) serta prinsip
pemulihan biaya (cost-recovery).
8) Mewajibkan IPAL bagi kawasan industri dan kegiatan strategis lainnya;
9) Mengembangkan sistem pengelolaan limbah rumah tangga untuk menciptakan
lingkungan permukiman yang sehat.
e. Penetapan fungsi kawasan lindung dengan mengendalikan dan meminimalisir alih
fungsi lahan .
Strategi pengembangannya adalah:
1) Merehabilitasi lahan hutan yang rusak dengan menanam vegetasi yang mampu
memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan meresapkan air;

V-7
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

2) Mengelola kawasan sekitar hutan lindung dengan prinsip hutan kemitraan,


dengan melibatkan masyarakat lokal secara aktif.
3) Menjaga keberlanjutan kawasan hulu DAS dengan pengembangan hutan atau
perkebunan,
4) Membatasi kegiatan budidaya pada kawasan perlindungan setempat dalam
bentuk jalur hijau dan pariwisata minat khusus/edukasi;
5) Mengamankan dan melestarikan kawasan lindung spiritual dan lindung
budaya,
6) Mengendalikan secara ketat kawasan yang memiliki kekayaan plasma nutfah
sehingga keaslian kawasan tetap terpelihara,
7) Menangani dan mengelola kawasan rawan bencana alam melalui pengendalian
dan pengawasan kegiatan budidaya pada kawasan tersebut,
f. Pengembangan kegiatan budi daya yang produktif, mandiri dan berkelanjutan
untuk menunjang aspek pertahanan dan keamanan negara.
Strategi pengembangannya adalah:
1) Mengembangkan dan mengelola kawasan hutan produksi yang
memperhatikan keseimbangan lingkungan dengan melibatkan peran serta
masyarakat sekitarnya,
2) Menetapkan dan mengelola kawasan hutan rakyat bersama masyarakat secara
produktif dan berkelanjutan,
3) Mengamankan dan menyediakan prasarana penunjang lahan pertanian
berkelanjutan dengan sistem agropolitan,
4) Mengembangkan komoditas-komoditas unggul perkebunan di setiap wilayah,
melalui penyuluhan pengenalan teknologi pengolahan hasil perkebunan dan
sistem informasi,
5) Mengembangkan kawasan minapolitan dan teknologi pengolahan produksi
perikanan tangkap dan budidaya,

V-8
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

6) Menetapkan dan mengelola kawasan pertambangan yang berbasis pada


teknologi yang ramah lingkungan,
o Menetapkan dan mengembangankan kawasan peruntukan Industri yang ramah
lingkungan,
o Mengembangkan pariwisata berbasis ekowisata dan budaya dengan melibatkan
peran serta masyarakat,
o Penyediaan kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan yang ditunjang oleh
sarana dan prasarana permukiman.
o Mengembangkan zona kawasan pesisir dan laut yang potensial sebagai
kawasan wisata yang ramah lingkungan.
o Pengembangan ekonomi pedesaan melalui sistem agroindustri dan agrowisata.

5.2. KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN BELU

5.2.1. Konsep Struktur Ruang Kabupaten Belu


Konsep pengembangan struktur ruang disusun dengan memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Hirarki kota yang disesuaikan skala pelayanannya dalam lingkup wilayah,
2. Pola distribusi kota,
3. Tingkat aksesibilitas kota yang meliputi hubungan antar kota maupun dengan wilayah
hinterlandnya,
4. Kendala fisik dalam upaya pengembangan lahan budidaya,
5. Potensi pengembangan kegiatan ekonomi di daerah pusat-pusat produksi maupun
daerah hinterlandnya,
6. Fungsi dan peran kota dalam mendukung pengembangan ekonomi wilayah,

V-9
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

Pengembangan kota-kota dan hirarki kota terbagi atas kota sebagai pusat
pertumbuhan, pusat pemerintahan dan pusat kegiatan ekonomi dan keterkaitannya
dengan wilayah hinterlandnya. Konsepsi pengembangan di masa datang meliputi :
1. Pengembangan sistem hirarki kota guna meningkatkan struktur pelayanan sebagai
pusat pertumbuhan ataupun pusat permukiman;
2. Pengembangan transportasi darat untuk meningkatkan aksesibilitas ibukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan (IKK), antar IKK maupun IKK dengan wilayah
hinterlandnya;
3. Pengembangan transportasi laut sebagai upaya memacu pertumbuhan ekonomi dengan
mendukung pergerakan manusia, barang dan jasa dengan kabupaten/kota lainnya;
4. Pengembangan transportasi udara sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi wilayah
melalui pengembangan kegiatan pariwisata;
5. Pengembangan wilayah Kabupaten Belu dititikberatkan pada kegiatan koleksi dan
distribusi barang dan jasa didalam dan di luar wilayah melalui pengembangan pusat-
pusat kegiatan ekonomi.
6. Mengembangkan potensi-potensi yang memiliki daya saing dan peluang tinggi yang
dimiliki Kabupaten Belu;
7. Pengembangan wilayah perbatasan dalam upaya pengendalian dan pengawasan
penggunaan lahan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka konsep struktur ruang wilayah Kabupaten
Belu adalah sebagai berikut :
1. Sistem perwilayah Kabupaten Belu adalah sebagai berikut:
a. Wilayah Pengembangan I
 Perkotaan yang menjadi pusat adalah Kota Atambua
 Peran/fungsi sebagai ibukota kabupaten
 Wilayah pendukungnya adalah Kecamatan Kota Atambu, Atambua Selatan,
Atambua Barat dan sebagian Kecamatan Tasifeto Timur bagian selatan.

V-10
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

b. Wilayah Pengembangan II
 Perkotaan yang menjadi pusat adalah Perkotaan Umarese (Kecamatan
Kalkuluk Mesak),
 Peran/fungsi sebagai pusat sub wilayah 2
 Wilayah pendukungnya adalah Kecamatan Kalkuluk Mesak dan sebagian
Kecamatan Tasifeto Timur bagian utara.
c. Wilayah Pengembangan III
 Perkotaan yang menjadi pusat adalah Perkotaan Kimbana (Kecamatan
Tasefeto Barat),
 Peran/fungsi sebagai pusat sub wilayah 3
 Wilayah pendukungnya adalah Kecamatan Tasefeto Barat, Kecamatan Nanaet
Duabesi dan Kecamatan Raimanuk.
d. Wilayah Pengembangan IV
 Perkotaan yang menjadi pusat adalah Perkotaan Eokpuran (Kecamatan
Lamanen),
 Peran/fungsi sebagai pusat sub wilayah 4
 Wilayah pendukungnya adalah Kecamatan Lasiolat, Lamaknen Selatan,
Lamaknen, Raihat.
2. Pusat kegiatan pelayanan dan permukiman, adalah sebagai berikut :
a. Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan (PKWp) adalah Kota Atambua
Kota Atambu berfungsi sebagai :
 pusat pemerintahan Kabupaten Belu,
 pusat pengembangan wilayah Kabupaten Belu,
 pusat perdagangan dan jasa skala Kabupaten,
 pusat koleksi dan distribusi hasil-hasil bumi dari kecamatan-kecamatan yang
menjadi wilayah pengaruhnya.
 Pusat pelayanan umum skala kabupaten.

V-11
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

b. Pusat Kegiatan Stategis Nasional (PKSN)


PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong
pengembangan kawasan perbatasan negara, yaitu :
 Kota Atambua,
 Perkotaan Atambu Barat dan
 Perkotaan Atambu Selatan.
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK).
PPK adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau ibukota Kecamatan atau beberapa desa/kelurahan yakni seluruh
ibukota kecamatan yang tidak termasuk dalam PKL yang memiliki fungsi dari
masing-masing ibukota kecamatan tersebut, yaitu :
 Perkotaan Umarese (Kecamatan Kakuluk Mesak),
 Perkotaan Kimbana (Kecamatan Tasefeto Barat), dan
 Perkotaan Eokpuran (Kecamatan Lamaknen),
d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
PPL merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
antar desa, antara lain:
 Perkotaan Haekesak (Kecamatan Raihat),
 Perkotaan Webora (Kecamatan Raimanuk),
 Perkotaan Teteseban (Kecamatan Nanaet Duabesi),
 Perkotaan Wedomu (Kecamatan Tasifeto Timur),
 Perkotaan Halibete (Kecamatan Lasiolat),
 Perkotaan Weluli (Kecamatan Lamaknen), dan
 Perkotaan Piebulak (Kecamatan Lamaknen Selatan),.
PPL berfungsi sebagai :
 kegiatan perdagangan dan jasa;
 pengembangan kegiatan industri, pertanian, peternakan, dan perikanan.

V-12
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

3. Infrastruktur wilayah pendukung aksesibilitas yang juga menentukan hirarki kota-kota,


meliputi:
a. Jalan arteri primer, yaitu :
 Kupang – TTS – TTU – Sp. Halilulik – Atambua – Atapupu – Motaain – Timor
Leste.
 ruas Jalan Atambua/Kecamatan Kota Atambua–Weluli/Kecamatan Lamaknen
(P.87) sebagai penghubung antara Perkotaan Atambua sebagai PKSN menuju
ke Pintu Lintas Batas RI – RDTL pada Pintu Lintas Batas II Turiskain;
 ruas Jalan Atambua/Kecamatan Kota Atambua – Haliwen/Kecamatan
Perkotaan Atambua – Salore/Kecamatan Tasifeto Timur (P.85) sebagai
penghubung antara Kecamatan Perkotaan Atambua dan akses menuju Pintu
Lintas Batas RI–RDTL pada Pintu Lintas Batas I Motaain; dan
 ruas jalan Motaain-Atapupu-Anleu–Biboki-Wini–RDTL (Oekusi) sebagai ruas
jalan yang menghubungkan Pintu Lintas Batas I dengan RDTL.
b. Terminal penumpang, yaitu :
 Terminal penumpang tipe A di Kecamatan Tasifeto Timur,
 Terminal penumpang tipe B di Kota Atambua,
 Terminal penumpang tipe B di Kecamatan Atambua Selatan,
c. Pelabuhan laut, meliputi :
 pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/provinsi yaitu Pelabuhan Teluk
Gurita berada di Teluk Gurita dengan alur pelayaran meliputi:
o Jalur Teluk Gurita –Kalabahi/Alor,
o Jalur Teluk Gurita –Waibalun/Flores Timur,
o Jalur Teluk Gurita – Lewoleba/Lembata, dan
o Jalur Teluk Gurita – Kisar/Provinsi Maluku;
 pelabuhan pengumpul , yaitu Pelabuhan Atapupu yang berada di Kecamatan
Kakuluk Mesak dengan alur pelayaran:

V-13
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

o alur pelayaran regional dengan jalur Kupang – Naikliu – Wini – Atapupu –


Ende – Umbu Haramburu Kapita;
o alur pelayaran internasional dengan jalur Atapupu – Timor Leste (RDTL);
d. Bandara udara, yaitu : Bandara A.A. Bere Tallo berada di Kota Atambua dengan
jalur penerbangan antar kota dalam provinsi.

5.2.2. Konsep Pengembangan Pola Ruang Kabupaten Belu


Konsep pengembangan pola ruang Kabupaten Belu adalah sebagai berikut:
A. Kawasan Lindung, meliputi :
1. Kawasan Hutan Lindung
Meliputi kawasan hutan lindung seluas 40.675,67 ha, sebagai berikut :
 Hutan Lindung Fatukaduak di Kecamatan Kakuluk Mesak,
 Hutan Lindung Tukubesi di Kecamatan Tasifeto Timur,
 Hutan Lindung Bifennasi-Sonmahole tersebar di Kecamatan Kakuluk Mesak,
Atambua Barat, Tasifeto Barat dan Lamaknen.
 Hutan Lindung Lakaan Mandeu tersebar di Kecamatan Nanaet Duabesi,
Raimanuk, Lamaknen dan Lasiolat,
2. Kawasan yang memberikan perlindungan bawahannya,
Merupakan kawasan resapan air seluas 41.646,52 ha yang meliputi kawasan hutan
lindung dan hutan produksi.
3. Kawasan perlindungan setempat,
 Sempadan pantai, yaitu di wilayah pesisir Kecamatan Kalkuluk Mesak dan
Tasifeto Timur;
 Sempadan sungai, merupakan kawasan sepanjang sungai yaitu 239 km yang
melalui Kecamatan Tasifeto Barat, Tasifeto Timur, Lamaknen dan Kota Atambua;
 Kawasan sekitar mata air, yaitu kawasan sekitar mata air yang berada di
Kecamatan Kakuluk Mesak, Tasifeto Timur, Lasiolat, Raihat, Kecamatan

V-14
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

Lamaknen, Atambua Barat, Atambua Selatan, Kota Atambua, Tasifeto Barat, dan
Raimanuk,
4. Kawasan cagar budaya,
 Kawasan cagar budaya di Kabupaten Belu terdiri atas rumah dan perkampungan
adat, yaitu :
a. Rumah Adat Matabesi di Kecamatan Atambua Barat,
b. Rumah Adat Loe Gatal di Kecamatan Lamaknen,
c. Rumah Adat Nualain di Kecamatan Lamaknen Selatan,
d. Rumah Adat Sadan Takirin di Kecamatan Tasifeto Timur,
e. Perkampungan Adat Fatuketi di Kecamatan Kota Atambua, dan
f. Benteng Makes di Kecamatan Lamaknen.
5. Kawasan Pantai Berhutan Bakau,
Merupakan kawasan wilayah pesisir utara yang mempunyai hutan bakau
(mangrove) seluas 779,7 ha berada Kecamatan Kalkuluk Mesak dan Tasifeto Timur.
6. Kawasan Rawan Bencana Alam Longsor,
Berada pada kawasan hutan yang gundul yang berada di semua kawasan di
Kabupaten Belu.
B. Kawasan Budidaya, meliputi:
1. Kawasan Hutan Produksi,
Kawasan hutan produksi seluas 970,85 hektar tersebar di Kecamatan Tasifeto Barat,
Tasifeto Timur dan Atambua Selatan.
2. Kawasan Pertanian,
Kawasan pertanian meliputi:
 Lahan pertanian tanaman pangan, meliputi :
o Lahan sawah untuk tanaman padi seluas 5.578 hektar yang tersebar di semua
kecamatan kecuali Kecamatan Atambua Barat dan Lamaknen Selatan.

V-15
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

o Lahan ladang untuk tanaman jagung seluas 8.423 hektar di seluruh


kecamatan.
o Lahan ladang untuk kacang tanah seluas 387 hektar tersebar di seluruh
kecamatan kecuali Kecamatan Atambua Selatan,
o Lahan ladang untuk kacang hijau seluas 391 hektar tersebar di seluruh
kecamatan kecuali Kecamatan Atambua Selatan, Tasifeto Barat, Kalkuluk
Mesak dan Lamaknen Selatan.
o Lahan ladang untuk ubi kayu seluas 3.035 hektar tersebar di seluruh
kecamatan kecuali Kecamatan Raimanuk,
o Lahan ladang untuk ubi jalar seluas 80 hektar tersebar di seluruh kecamatan
kecuali Kecamatan Raimanuk, Atambua Selatan, Kota Atambua, Kalkuluk
Mesak dan Lamaknen Selatan
 Lahan pertanian untuk tanaman hortikultura, meliputi:
o Lahan untuk sayur-sayuran seluas 212 hektar meliputi bawang merah, cabe ,
kubis dan cabe rawit tersebar di Kecamatan Kalkuluk Mesak, Kota Atambua,
Atambua Selatan, Tasifeto Timur, Raihat, Lamaknen dan Lamaknen Selatan.
o Lahan untuk buah-buahan seluas 1.333,5 hektar meliputi mangga, jambu biji,
jeruk, pisang, pepaya dan nanas yang tersebar di seluruh kecamatan.
 Lahan pertanian untuk tanaman perkebunan, meliputi:
o Lahan untuk tanaman kapuk seluas 81, kemiri seluas 443 hektar, kelapa
seluas 361 hektar dan jarak pagar seluas 572 hektar yang tersebar di seluruh
kecamatan.
o Lahan untuk tanaman jambu mente seluas 1.084 tersebar di seluruh
kecamatan kecuali Kecamatan Kalkuluk Mesak dan Lamaknen Selatan.
o Lahan untuk tanaman pinang seluas 49 hektar tersebar tersebar di
Kecamatan Raimanuk, Tasifeto Barat, Kalkuluk Mesak, Tasifeto Timur,
Raihat, Lasiolat dan Lamaknen Selatan.

V-16
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

o Lahan untuk tanaman nilam seluas 14 hektar tersebar tersebar di Kecamatan


Lamaknen dan Lamaknen Selatan.
o Lahan untuk tanaman sirih seluas 9 hektar tersebar tersebar di Kecamatan
Tasifeto Barat, Nanaet Duabesi, dan Lasiolat.
3. Kawasan Perikanan
 Kawasan perikanan tangkap berada di kawasan pesisir di Kecamatan Kalkuluk
Mesak dan Tasifeto Timur,
 Kawasan perikanan budidaya meliputi penggunaan lahan untuk kolam seluas
129 hektar dan tambak seluas 478 hektar.
4. Kawasan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi seluas 970, 85 hektar berada di Kecamatan Tasifeto Barat,
Atambua Selatan dan Tasifeto Timur dengan jenis hasil hutan adalah kayu jati, kayu
rimba, kayu indah, biji kemiri, kemiri isi, asam biji, asam isi, dan madu.
5. Kawasan Pertambangan
 Kawasan pertambangan mineral, yaitu :
o Nikel terdapat di Kecamatan Kakuluk Mesak (Maudemu);
o Emas sekunder (Placer) terdapat di Kecamatan Lamaknen,
o Cooper (Tembaga) terdapat di Kecamatan Lamaknen (Maudemu) dan
Kakuluk Mesak.
 Kawasan pertambangan mineral bukan logam, yaitu :
o Asbes berada di Kecamatan Kakuluk Mesak, sepanjang pantai utara (Pantai
Atapupu),
o Gypsum lokasinya tersebar di Kecamatan Kakuluk Mesak, Tasifeto Timur,
Raihat, Kecamatan Lasiolat, Lamaknen, Lamaknen Selatan, Atambua Selatan,
Atambua Barat, Kota Atambua, Tasifeto Barat, Nanaet Duabesi, Kecamatan
Raimanuk dan Kecamatan Rinhat.
o Magnesium terdapat di Kecamatan Raimanuk,

V-17
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

o Mangan lokasinya tersebar di Kecamatan Kakuluk Mesak, Tasifeto Timur,


Raihat, Lasiolat, Lamaknen, Lamaknen Selatan, Atambua Selatan, Atambua
Barat, Kota Atambua, Tasifeto Barat, Nanaet Duabesi, Raimanuk dan Raihat.
o Batu Marmer terdapat di Kecamatan Tasifeto Barat, Atambua Barat (Sesekoe)
dan Kakuluk Mesak (Kenebibi),
o Batu Lempung lokasinya tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Belu.
o Batu Gamping di Kecamatan Lamaknen dan Tasifeto Timur.
o Batu Setengah Permata di Desa Sanleo dan tersebar di sepanjang sungai di
Kabupaten Belu.
6. Kawasan Industri
 Kawasan industri kecil hasil pertanian dan kehutanan (IPHK) tersebar di
Kecamatan Tasifeto Timur, Raihat, Raimanuk, Lamaknen, Lamaknen Selatan,
Kota Atambua, Tasifeto Barat, Nanaet Duabesi, Raimanuk dan Raihat.
 Industri aneka tersebar di Kecamatan Raihat, Raimanuk, Lamaknen, Kota
Atambua, Tasifeto Barat, Nanaet Duabesi, dan Raihat,
 Industi rumah tangga tersebar di Kecamatan Raihat, Kota Atambua, Tasifeto
Barat, Nanaet Duabesi, Raimanuk dan Raihat.
7. Kawasan Pariwisata
a. Peruntukkan Pariwisata Budaya
o Rumah Adat Matabesi di Kecamatan Atambua Barat,
o Rumah Adat Loe Gatal di Kecamatan Lamaknen,
o Rumah Adat Nualain di Kecamatan Lamaknen Selatan,
o Rumah Adat Sadan Takirin di Kecamatan Tasifeto Timur,
o Perkampungan Adat Fatuketi di Kecamatan Kota Atambua,
o Benteng Makes di Kecamatan Lamaknen,
b. Peruntukkan Pariwisata Alam

V-18
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

o Kecamatan Raimanuk: Panorama Gunung Mandeu


o Kecamatan Lamaknen: Panorama Gunung Lakaan, Air Terjun Lesutil
o Kecamatan Raihat: Sumber Air We Bot, Gua Kelelawar di Toheleten
o Kecamatan Kakuluk Mesak: Pantai Teluk Gurita, Pantai Aufuik, Pantai
Sukaerlaran, Pantai Pasir putih, Kolam Susuk
o Kecamatan Tasifeto Timur: Pantai Motaain( Perbatasan Timor Leste)
o Kecamatan Rinhat: Obyek Wisata Nanebot
o Kecamatan Tasifeto Barat: Gua Peninggalan Raja Dubesi Nanaet, Kolam We
Babotok/ Halimea.
c. Peruntukkan Pariwisata Buatan
o Embung Sirani dan Embung Haekrit terletak di Kecamatan Tasifeto Timur
o Gua Maria Ratu Dualilo terletak di Kecamatan Kakuluk Mesak
o Kolam Renang Tirta terletak di Kecamatan Atambua Selatan
8. Kawasan Permukiman
Persebaran kawasan permukiman di Kabupaten Belu cenderung mengikuti jalan
utama di kawasan perkotaan maupun pedesaan. Perkembangan kawasan
permukiman berkembang pesat pada daerah yang memiliki aksesibilitas dan sarana
prasara permukiman yang baik dan memadai. Luas wilayah permukiman secara
keseluruhan sebesar 8.724 Ha atau 3.57 % dari luas Kabupaten Belu.
9. Kawasan Peternakan.
Kawasan peternakan berupa kawasan usaha peternakan dan penggembalaan umu
yang meliputi:
 Kawasan usaha peternakan Kapitan Meo berada di Kecamatan Laenmanen
seluas 310 hektar;
 Kawasan Sonis Laloren/Bakustulama berada di Kecamatan Tasifeto Barat seluas
500 hektar;
 Kawasan Wekakoli beradat di Kecamatan Rinhat seluas 431 hektar;

V-19
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

 Kawasan Laloren berada di Kecamatan Raimanuk seluas 106 hektar,


 Kawasan Sadi berada di Kecamatan Tasifeto Timur seluas 300 hektar.
10.Penggunaan Tanah Lainnya
Sedangkan penggunaan tanah lainnya meliputi RTH, kawasan khusus sektor
informal dan kawasan pesisir memiliki prosentase luasan 20.28 % dari luas
kabupaten Belu (49.598 Ha).

C. Daya tampung penduduk hingga 20 th ke depan = 909.206 jiwa


D. Daya dukung lahan untuk:
 Kawasan budidaya dengan daya dukung untuk komoditi padi, jagung, ubi kayu, ubi
jalar, kacang tanah, kacang hijau, tanaman hortikultura, kelapa, kemiri,
kakao,pinang, kapuk, tembakau,kopi dan jambu mente.
 Kawasan lindung dengan daya dukung untuk komoditi jati, lamtorodan cendana.

5.2.3. Konsep Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Belu


Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan wilayah penataan ruangnya
diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten
terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis
kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan
ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis.
Kawasan strategis kabupaten berfungsi:
1. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan
pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan
ruang wilayah kota;
2. Sebagai alokasi ruang untuk berbagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai mempunyai pengaruh
sangat penting terahadap wilayah kabupaten bersangkutan;

V-20
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

3. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak terakomodasi di dalam rencana
struktur dan rencana pola ruang;
4. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kabupaten;
5. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan:


1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Nilai strategi dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan
kawasan;
3. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan terhadap
tingkat kestrategian nilai ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan pada kawasan yang
akan ditetapkan;
4. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten; dan
5. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan dengan kriteria:


1. Memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang memiliki
kekhususan;
2. Memperhatikan kawasan strategi nasional dan kawasan strategis wilayah provinsi yang
ada di wilayah kabupate;
3. Dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional, namun harus memiliki
kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan antara
pemerintahan pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota yang jelas;
4. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi kabupaten yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan
ekonomi yang memiliki:
a. Potensi ekonomi cepat tumbuh;

V-21
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

b. Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;


c. Potensi ekspor;
d. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
e. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
f. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan
ketahanan pangan;
g. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka
mewujudkan ketahanan energi; atau
h. Kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam
wilayah kabupaten.
5. Merupakan kawasan budidaya maupun kawasan lindung yang memiliki nilai strategis
sosial budaya di wilayah kabupaten, antara lain kawasan yang merupakan:
a. Tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;
b. Prioritas peningkatan kualitas sosial budaya;
c. Aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
d. Tempat perlindungan peninggalan budaya;
e. Tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.
6. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya sumber
daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten, antara lain kawasan yang
memiliki:
a. Peruntukan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdasarkan lokasi sumber daya alam strategi, pengembangan antariksa;
b. Sumber daya alam strategis;
c. Fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;
d. Fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau
e. Fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
7. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung lingkungan

V-22
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

hidup, antara lain merupakan:


a. Tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. Kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau
fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi
dan/atau dilestarikan;
c. Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap
tahun berpeluang menimbulkan kerugian;
d. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e. Kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
f. Kawasan rawan bencana alam; atau
g. Kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai
dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
8. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan
kepentingan pembangunan spasial wilayah kabupaten; dan
9. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi dalam rencana
struktur ruang dan rencana pola ruang;
10. Mengikuti ketentuan pemetaan kawasan strategis.

5.2.3.1. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertahanan Dan Keamanan


Kawasan strategis pertahanan dan keamanan yang ada di Kabupaten Belu adalah
kawasan perbatasan antara RI – RDTL, yang berada pada 7 (tujuh) wilayah kecamatan dari
utara hingga ke selatan, yaitu :
1. Kecamatan Tasifeto Timur,
2. Kecamatan Lasiolat,
3. Kecamatan Raihat,
4. Kecamatan Lamaknen,
5. Lamaknen Selatan,

V-23
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

6. Kecamatan Tasifeto Barat, dan


7. Kecamatan Nanaet Duabesi.

Di sepanjang perbatasan terdapat 7 (tujuh) pos lintas batas yang direncanakan


sebagai hasil kesepakatan bilateral, dijaga oleh petugas dari TNI, Polri, Imigrasi, Beacukai
dan Karantina, yaitu :
1. Pos batas Mota’ain, di Kecamatan Tasifeto Timur
2. Pos batas Nunura, di Kecamatan Raihat
3. Pos batas Turiskain, di Kecamatan Raihat
4. Pos batas Memo, di Kecamatan Lamaknen Selatan
5. Pos batas Lakmaras, di Kecamatan Lamaknen Selatan
6. Pos batas Laktutus, di Kecamatan Nanaet Dubesi

Kawasan strategis ini berfungsi sebagai kawasan untuk kegiatan yang sangat terkait
dengan penjagaan keamanan lingkungan dan kawasan serta sistem pertahanan negara
terhadap kemungkinan ancaman dari luar, sehingga kawasan ini erat hubungannya dengan
aparat TNI dan POLRI sebagai penjaga pertahanan dan keamanan lingkungan serta wilayah
kedaulatan Republik Indonesia.

Selain penjagaan oleh aparat, kegiatan pertahanan dan keamanan juga


direncanakan dengan :
 pengembangan kawasan green belt (sabuk hijau) yang berupa steril area yang
dikembangkan dengan membuat kawasan hutan sebagai bentuk pertahanan alami pada
sisi garis batas perbatasan negara,
 peningkatan jalan lingkar sabuk perbatasan RI-RDTL, dan
 Pengembangan pasar tradisional sebagai kesepakatan bilateral ekonomi/perdagangan
RI-RDTL, yaitu Pasar Mota’ain di Kecamatan Tasefeto Timur dan Pasar Turiskain di
Kecamatan Raihat.

V-24
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

5.2.3.2. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Ekonomi


Pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dari sudut kepentingan
ekonomi yaitu:
1. KSK Agropolitan Haekesak yang meliputi Kecamatan Raihat, Kecamatan Tasifeto Timur,
Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan
Tasifeto Barat dan Kecamatan Raimanuk,
2. KSK Pertambangan Mineral meliputi :
 Pertambangan emas terdapat di Kecamatan Lamaknen.
 Pertambangan magnesium, Asbes, Nikel terdapat di Kecamatan Kakulukmesak
 Pertambangan gipsum terdapat di Kecamatan Tasifeto Timur.
 Pertambangan cooper terdapat di Kecamatan Raihat
 Pertambangan mangan terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Belu.
 Batu Lempung di Kecamatan Tasifeto Timur dan Lamaknen, dan
 Batu Setengah Permata di Desa Sanleo.
3. KSK Minapolitan yang meliputi Kecamatan Kakuluk Mesak dan Tasifeto Timur.
4. KSK Peternakan yang meliputi:
 Kawasan Usaha Peternakan Bakustulama berada di Kecamatan Tasifeto Barat seluas
500 Ha,
 Kawasan Usaha Peternakan Raimanuk seluas 500 Ha, dan
 Kawasan Sadi berada di Kecamatan Tasifeto Timur seluas 300 Ha,
 Jenis ternak meliputi kuda, sapi, kerbau, kambing, babi, ayam kampung dan itik.
5. KSK Wisata Bahari Terpadu, meliputi obyek potensial Kolam Susuk dan Teluk Gurita
berada di di Desa Dualaus Kecamatan Kakuluk Mesak
6. KSK Agro Wisata Budaya yang meliputi Kawasan Wisata Fulan Fehan dan Air Terjun
Mauhalek yang terdapat di Kecamatan Lamaknen.
7. KSK Perdagangan di Lakafehan dan
8. KSK Industri Rumah Tangga yang berada di Desa Kenebibi Kecamatan Kakuluk Mesak.

V-25
Laporan Fakta Dan Analisa
Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belu Tahun 2015-2035
Tahun Anggaran 2015

5.2.3.3. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya


Pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dari sudut kepentingan
sosial budaya, yaitu: KSK Perkampungan Adat Belu, yang terdiri atas 5 obyek tersebar
sebagai berikut :
1. Rumah Adat Matabesi di Kecamatan Atambua Barat,
2. Perkampungan Adat Fatuketi di Kecamatan Kota Atambua,
3. Rumah Adat Loe Gatal dan Benteng Makes di Kecamatan Lamaknen,
4. Rumah Adat Nualain di Kecamatan Lamaknen Selatan, dan
5. Rumah Adat Takirin di Tasifeto Timur.

5.2.3.4. Kawasan Strategis Dari Sudut Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan
Teknologi Tinggi.
Pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dari sudut kepentingan
Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tinggi, yaitu: KSK PLTU Afuik yang
terletak di Desa Dualaus Kecamatan Kakuluk Mesak yang mampu melayani kebutuhan
energi listrik Pulau Timor bagian barat yang meliputi Kabupaten Belu, Kabupaten Malaka,
Kabupaten TTU, Kabupaten TTS.

5.2.3.5. Kawasan Strategis Dari Sudut Penyelamatan Lingkungan Hidup.


Pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dari sudut penyelamatan
lingkungan hidup, yaitu: hutan lindung yang terletak menyebar hampir di seluruh wilayah
kecamatan dalam wilayah administratif Kabupaten Belu terutama di sepanjang daerah
perbatasan dengan Timor Leste yaitu yang termasuk dalam Daerah Lini I (pertama) dalam
selebar 1 Km, kecuali Kecamatan Raihat.

V-26

Anda mungkin juga menyukai