Anda di halaman 1dari 11

TUGAS III

PERENCANAAN SISTEM TRANSOPORTASI

TAHAP MODEL TRANSPORTASI


PELAKSANAAN PON XX PAPUA TAHUN 2020
(LOKASI: STADION MAHACENDERA UNCEN)

ANGGOTA KELOMPOK:
DINI YULIA PATABANG 20150611014055
HALIK PASO’BO 20180621014009
INVIA KEUMALA SYAHWARDHANA 2019062014003
KHABIB IRSYAD SAPUTRA 2019062014014
SARTIKA PANGGALO 2019062014007

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA – 2019
BAB I
PENDAHULUAN

Transportasi adalah perpindahan suatu objek dari satu tempat ke tempat


yang lain dengan menggunakan sebuah medium yang dapat berupa kendaraan.
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya seringkali kita menggunakan transportasi
untuk memudahkan pekerjaan kita. Transportasi itu sendiri dapat terjadi karena
adanya perbedaan sumber daya dari wilayah satu dan wilayah yang lainnya.
Akibat perbedaan itulah maka terjadi kebutuhan dan ketersediaan. Dengan
demikian terjadi interaksi antar kawasan yang digambarkan dengan adanya
transportasi.
Sampai saat ini, baik di Indonesia maupun negara-negara maju masih terus
mengembangkan sistem transportasi yang aman, cepat, murah, nyaman serta
ramah lingkungan. Namun, ekspektasi tersebut masih menjadi tantangan yang
tidak mudah untuk diselesaikan terutama ketika menghadapi masalah seperti
kemacetan, jalan yang rusak, polusi udara, suara dan getaran. Metoda analisa yang
telah dikembangkan membutuhkan biaya yang mahal serta waktu proses yang
lama. Hal ini tidak sesuai untuk negara berkembang, karena ada keterbatasan
waktu dan biaya, yang tentunya selalu memerlukan pemecahan dan penanganan
masalah transportasi yang bersifat quick-response.
Salah satu metode analisa yang paling sering digunakan adalah 4 tahap
model transportasi. Model ini disebut 4 tahap karena dalam pemodelan tersebut
terdapat 4 sub-model yang pemodelannya dilakukan secara terpisah. Hasil yang
didapat dari suatu sub-model dapat menjadi masukan untuk sub-model
selanjutnya. Berikut ini adalah penjelasan empat tahap model perencanaan
transportasi:
1.1 Trip Generation (Bangkitan - Tarikan)
Trip generation adalah adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan
jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna dan jumlah
pergerakan yang tertarik ke suatu zona atau tata guna. Suatu zona atau tata guna
yang dimaksud disini dapat berupa unit permukiman atau bagian wilayah kota
(kawasan). Jenis-jenis perjalanannya (Trip Purpose) biasanya berupa:
1. Home-based work trip (rumah-kantor)
2. Home-based other (rumah-tempat lain)
3. Non-home-based trip (tempat lain-tempat lain)
Perkiraan jumlah bangkitan/tarikan perjalanan dilakukan terhadap suatu
zona, sesuai dengan variabel zonanya. Besar kecilnya Trip Generation
dipengaruhi oleh:
1. Intensitas tata guna lahan dan perkembangan pada daerah studi
2. Kondisi sosio-ekonomi dari pelaku perjalanan
3. Kapabilitas dan keadaan sistem transportasi yang ada di daerah studi

1.2 Trip Distribution (Distribusi Perjalanan)


Trip distribution adalah pemodelan untuk melihat bagaimana lalu lintas
dapat ditimbulkan oleh suatu wilayah itu didistribusikan. Apakah arah pejalanan
itu semua menuju satu tempat atau tersebar merata. Faktor yang menentukan Trip
Distribution adalah jumlah perjalanan itu sendiri yang berupa orang, kendaraan,
maupun barang yang terjadi di antar zona. Pada tahap pemodelan distribusi
perjalanan ini, tujuan utamanya adalah membentuk Matriks Asal Tujuan untuk
Nilai Bangkitan/Tarikan yang telah diperoleh dari Trip Generation. Distribusi
perjalanan juga dapat direpresentasikan dalam bentuk Desire Lines, yang
merupakan garis-garis yang menghubungkan antar pusat zona pada suatu peta,
dengan ketebalan garis menunjukkan besaran pergerakannya. Dari sini dapat
terlihat secara visual lokasi mana saja yang ramai dikunjungi.

1.3 Moda Split (Jenis Angkutan)


Interaksi antara dua tata guna lahan dapat dilakukan dalam dua pilihan,
pertama adalah dengan menggunakan telepon (atau pos) untuk menghindari
terjadinya pergerakan, dan kedua, interaksi yang mengharuskan terjadinya
pergerakan. Pada pilihan kedua, keputusan harus ditetapkan dalam hal pemilihan
moda yang berkaitan dengan jenis transportasi yang digunakan.
Moda split adalah pembagian perjalanan ke dalam moda angkutan baik
pribadi maupun angkutan umum. Dengan kata lain moda split adalah pemisahan
perjalanan berdasarkan jenis angkutan. Secara garis besar moda angkutan terbagi
menjadi 3 yakni :
1. Angkutan Darat (Mobil, Motor, Bus, Kereta Api)
2. Angkutan Air (Kapal Laut, Boat)
3. Ankutan Udara (Pesawat Terbang, Helikopter)
Faktor yang menentukan Moda Split adalah jenis moda yang tersedia pada
daerah studi serta pemilihan moda yang berdasarkan biaya, kemudahan, serta
waktu tempuh.

1.4 Trip Assigment (Pembebanan Ruas Jalan)


Dalam kasus ini, pemilihan moda dan rute dilakukan bersama-sama.
Untuk angkutan umum, rute ditentukan berdasarkan moda transportasi. Untuk
kendaraan pribadi, diasumsikan bahwa orang akan memilih moda transportasinya
dulu baru rutenya. Seperti pemilihan moda, pemilihan rute juga tergantung pada
alternatif terpendek, tercepat, dan termurah, dan juga diasumsikan bahwa pemakai
jalan mempunyai informasi yang cukup (misalnya tentang kemacetan jalan)
sehingga mereka dapat menentukan rute terbaik. Juga untuk pengaturan volume
lalu lintas sehingga lalu lintas tidak menumpuk pada satu ruas jalan. Volume lalu
lintas pada suatu ruas jalan dapat dialihkan ke ruas jalan lain. Ini untuk
menghindari untuk menghindari kemacetan lalulintas dan menghindari terjadinya
kemacetan lalu lintas.
BAB II
PEMBAHASAN DAN HASIL

Pelaksanaan PON XX tahun 2020 di Papua, tepatnya di Kabupaten


Jayapura bertempat di beberapa lokasi. Salah satunya di Stadion Mahacendera,
Fakultas Keolahragaan Universitas Cenderawasih. Adapun analisa perencanaan
sistem transportasi dalam ruang lingkup Stadion Mahacendera Uncen yang
diperkirakan pada pelaksanaan PON XX tahun 2020 di Papua dijabarkan sebagai
berikut.
Perkiraan trip generation terpuncak untuk PON XX tahun 2020 di
Stadion Mahacendera Uncen dengan menggunakan nilai asumsi yang akan terjadi,
dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Asumsi Tarikan di Stadion Mahacendera saat Pelaksanaan PON XX


Tahun 2020 (pada 07.30-08.30 WIT)
X Tarikan
Mobil = 350
Motor = 845
Bus = 30
Pejalan Kaki = 624
Jumlah 1849
Rata-rata 462,25

Tabel 2.2 Asumsi Bangkitan di Stadion Mahacendera saat Pelaksanaan PON XX


Tahun 2020 (pada 18.00-19.00 WIT)
X Bangkitan
Mobil = 300
Motor = 770
Bus = 30
Pejalan Kaki = 717
Jumlah 1817
Rata-rata 454,3
Kapasitan pada Stadion Mahacendera Uncen diasumsikan sebagai berikut:
Atlet & Pelatih = 100 Orang
Penonton = 12500 Orang
Panitia = 60 Orang
Jumlah = 12660 Orang

Dari nilai di atas didapatkan hasil perhitungan:

Tarikan Bangkitan
Rata-rata Variabel Rata-rata Variabel
n n =
= Jml Kapasitas Stadion Jml Kapasitas Stadion
462,25 454,3
=
= 12660 12660

= 0,037 = 0,036

Setelah Trip Generation diketahui, dilanjutkan dengan tahap pemodelan


transportasinya. Dalam laporan ini tahap model transportasi yang dipilih adalah
Moda Split. Dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Moda yang digunakan adalah Moda Darat; mobil, motor, bus.
b. Lebih mengutamakan Kendaraan Umum
c. Kendaraan pribadi dikenakan Sistem Ganjil-Genap
d. Kendaraan bermuatan sebisa mungkin menghindari jam-jam puncak. (seperti:
jam masuk kantor, jam pulang kantor)
e. Diterapkannya Sistem BRT (Bus Rapid Transit)
Bus Rapid Transit atau disingkat BRT adalah sebuah sistem bus yang cepat,
nyaman, aman dan tepat waktu dari infrastruktur, kendaraan dan jadwal.
Menggunakan bus untuk melayani servis yang kualitasnya lebih baik
dibandingkan servis bus yang lain.
Adapun rencana rute BRT:
1) Bandara Sentani – Harapan (Istora Papua Bangkit)
2) Harapan (Istora Papua Bangkit) – Expo (Terminal Baru)
3) Expo (Terminal Baru) – Uncen
4) Abepura (Lingkaran Abe) – Waena (Lampu Merah)
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang diperoleh dalam memperkirakan tahap
model perencanaan transportasi untuk pelaksanaan PON XX di Papua Tahun 2020,
dengan lokasi studi Stadion Mahacendera Universitas Cenderawasih, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Perencanaan dengan menggunakan Moda Split yang mengutamakan
Kendaraan Umum untuk mengurangi volume kendaraan sehingga diharapkan
dapat menghindari kemacetan.
2. Serta diterapkannya sistem BRT untuk alternatif kendaraan paribadi saat
berlakunya sistem Ganjil-Genap.

Anda mungkin juga menyukai