Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN OPERASIONAL ANGKUTAN

KERETA API

Disusun Oleh :
Zaim Fathur Rohman
17.01.092
TD 3.1

D-IV TRANSPORTASI DARAT


POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA – STTD
2019/2020
MATERI XIII
METODE PEMBUATAN DAN CARA MEMBACA GAPEKA

Dasar : PM 110/2017 Tentang Tata cara dan standar pembuatan grafik perjalanan
Kereta api, Perjalanan Kereta Api Di Luar Grafik Perjalanan Kereta Api, Dan
Perjalanan Kereta Api Luar Biasa.

A. Pengertian
Grafik Perjalanan Kereta Api yang selanjutnya disebut GAPEKA adalah pedoman
pengaturan pelaksanaan perjalanan kereta api yang digambarkan dalam bentuk garis
yang menunjukkan stasiun, waktu, jarak, kecepatan, dan posisi perjalanan kereta api
mulai dari berangkat, bersilang, bersusulan, dan berhenti yang digambarkan secara
grafis untuk pengendalian perjalanan kereta api.

B. Kecepatan Operasi Dalam GAPEKA


Puncak kecepatan (VMax) yang membatasi operasi kereta api :
1. Puncak kecepatan prasarana jalan (maximum permissable track speed)
2. Puncak kecepatan sarana (maximum permissable train speed)
 Kedua puncak kecepatan tersebut tidak boleh terlampaui, demikian juga
terhadap pembatasan kecepatan (speed restriction)
 Kecepatan operasi (Vi )selalu lebih rendah dari VMax
 Gunanya untuk mengurangi kemungkinan kelambatan yang terjadi
CARA PENETAPAN :
1. Berdasar % dari yang ditentukan lebih dahulu, lazimnya 85 % -90 %,
metode ini tidak mengakomodasi perbedaan waktu pengejaran untuk setiap
jenis kereta api
2. Berdasar atas dasar kerugian waktu, metode ini didasarkan atas kesempatan
yang sama dalam mengejar kelambatan, karena kerugian waktu ditetapkan
terlebih dulu
Cara penetapan berdasar % dari yang ditentukan lebih dahulu (misal 90%),
Maka kelambatan waktu (t) yang dapat dikejar dalam jarak misal 100 km adalah
(contoh) :
1. KA cepat : = 90 km/jam
= 90% x 90 km/jam = 81 km/jam

t= - = 7,4 menit
2. KA biasa : = 70 km/jam
= 90% x 70 km/jam = 63 km/jam

t=
t
- = 9,5 menit

Cara penetapan Vi berdasar KELAMBATAN YANG DITENTUKAN LEBIH DAHULU,


(misal 10 menit dalam jarak 100 km)
maka pada contoh KA terdahulu :

X X
1. 10 =
Vi
-

Vi = 78 km/jam ( 87 % VMax )
X X
2. 10 =
Vi
-

Vi = 63 km/jam ( 90 % VMax )
C. Kerugian Waktu Mula Gerak
Dalam pembuatan GAPEKA, untuk perhitungan kerugian waktu mula gerak (starting
period) dan penghentian, ditetapkan angka rata-rata kerugian tempo tersebut :
a. Untuk KA penumpang antar kota :
periode mula gerak = 1,5 menit
periode penghentian = 0,5 menit
>> Total per periode = 2 menit
b. Untuk KA lokal/barang :
periode mula gerak = 2 menit
periode penghentian = 1 menit
>> Total per periode = 3 menit
Untuk jalur tunggal :
 Menghitung waktu/jarak persilangan
 Menghitung waktu/jarak penyusulan
 Untuk persilangan, KA dengan kecepatan lebih tinggi, mendapat prioritas.
Untuk jalur ganda :
 Menghitung waktu/jarak penyusulan
S
Gunakan rumus matematika standar = t
V
D. Contoh Pembuatan GAPEKA KA “A” dan Cara Membaca GAPEKA
Penjelasan Lembar GAPEKA
E. Kapasitas Lintas
Kapasitas Lintas dihitung dalam tiga cara berbeda:
1. Kapasitas Lintas Maksimum
Merupakan jumlah maksimum kereta yang dapat diplot dalam Gapeka,
2. Kapasitas Lintas Praktis
Adalah jumlah kereta api yang dapat dijalankan setelah memperhitungkan
waktu pemeliharaan jalur rel, mengatasi kondisi darurat dan sebagainya. Pada
umumnya pengertian kapasitas lintas DIARTIKAN SEBAGAI KAPASITAS LINTAS
PRAKTIS.
3. Kapasitas lintas ekonomis
Berkaitan dengan perhitungan/analisis biaya operasi kereta api

Parameter dari perhitungan kapasitas lintas/jalur


1. Berkaitan dengan prasarana ;
 Blok dan sistem persinyalan
 Jumlah jalur (tunggal, double)
2. Berkaitan dengan jalur :
 Pembatasan kecepatan
 Panjang blok kritis
3. Berkaitan dengan operasi kereta api :
 Waktu berhenti kereta api (dwell time)
 Waktu penguasaan blok
 Headway
 Jarak headway
 Operating margin
 Jarak aman antar kereta api
F. Frekuensi, Jarak Antar KA/Headway
Frekuensi sering dikaitkan dengan kapasitas lintas :
1. KA jarak jauh/antar kota dihitung untuk waktu 24 jam.
2. KA komuter dihitung untuk waktu 1 jam (60 menit)
Formula yang lazim digunakan untuk KA jarak jauh bisa digunakan formula dasar
yang kita sebut “Formula Scott”
Formula ini didasarkan pada perhitungan :
1. Waktu tempuh KA dengan kecepatan terendah
2. Jarak blok terjauh
3. Kapasitas lintas adalah jumlah kapasitas terendah yang dipilih.
Formula kapasitas lintas (Sederhana)
Scotts’s Formula

T = Waktu perjalanan KA 1 dari stasiun A ke stasiun B


t = Waktu pelayanan pesawat blok dan persinyalan elektrik (0,75 menit) di
stasiun A setelah KA 1 tiba di stasiun B. Setelah ini, barulah KA 3 bisa
diberangkatkan dari stasiun A
K = Angka efisiensi, umumnya 0,5 – 0,7
RESUME PM 110 TAHUN 2017
TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API,
PERJALANAN KERETA API DI LUAR GRAFIK PERJALANAN KERETA API, DAN
PERJALANAN KERETA API LUAR BIASA
BAB I KETENTUAN UMUM
1. Grafik Perjalanan Kereta Api yang selanjutnya disebut Gapeka adalah pedoman
pengaturan pelaksanaan perjalanan kereta api yang digambarkan dalam bentuk garis
yang menunjukkan stasiun, waktu, jarak, kecepatan, dan posisi perjalanan kereta api
mulai dari berangkat, bersilang, bersusulan, dan berhenti yang digambarkan secara
grafis untuk pengendalian perjalanan kereta api.
2. Kapasitas Jalur Kereta Api adalah kemampuan maksimum suatu jalur kereta api
untuk dapat menampung sejumlah perjalanan kereta api dalam waktu 24 (dua puluh
empat) jam atau dalam periode waktu tertentu.
3. Kapasitas Stasiun adalah kemampuan maksimum suatu stasiun untuk dapat
menampung sejumlah perjalanan kereta api dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam
atau dalam periode waktu tertentu.
4. Frekuensi Perjalanan Kereta Api adalah jumlah perjalanan kereta api pada suatu
jalur kereta api dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam atau dalam periode waktu
tertentu.
BAB II PERJALANAN KERETA API
Perjalanan kereta api dibedakan berdasarkan:
a. Perjalanan Kereta Api sesuai dengan Gapeka;
b. Perjalanan Kereta Api di luar Gapeka; dan
c. Perjalanan Kereta Api Luar Biasa.
BAB III TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GAPEKA
Pembuatan Gapeka dibuat melalui tahapan kegiatan yang meliputi :
A. Pengumpulan data; data mengenai ketersediaan dan kondisi prasarana
perkeretaapian, data mengenai ketersediaan dan kondisi sarana perkeretaapian,
data lalu lintas perjalanan kereta api, dan data permintaan angkutan
penumpang dan barang.
B. Pengolahan data; komparasi, penghitungan, dan kompilasi.
C. Penyusunan rancangan;
D. Penetapan; Menteri pada jaringan jalur kereta api nasional, Gubernur pada
jaringan jalur kereta api provinsi, dan Bupati/Wali kota pada jaringan jalur
kereta api kabupaten / kota.
E. Pemberlakuan.
Tahapan kegiatan pembuatan Gapeka dilakukan oleh penyelenggara prasarana
perkeretaapian.
BAB IV TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN PERJALANAN KERETA API DI
LUAR GAPEKA DAN PERJALANAN KERETA API LUAR BIASA
Perjalanan kereta api harus dilakukan sesuai dengan Gapeka.
Dalam hal perjalanan kereta api dilaksanakan di luar Gapeka, penyelenggara
prasarana perkeretaapian harus melapor kepada pemilik prasarana kereta api.
Perjalanan Kereta Api di luar Gapeka merupakan perjalanan kereta api pada waktu
tertentu yang telah ditetapkan atau tidak tercantum dalam Gapeka untuk perjalanan
kereta api penumpang atau barang yang bersifat komersil.
Perjalanan Kereta Api Di Luar Gapeka dibagi menjadi:
a. perjalanan kereta api yang melebihi 30 (tiga puluh) hari berturut – turut.
b. perjalanan kereta api yang tidak melebihi 30 (tiga puluh) hari berturut - turut.
Pembuatan Perjalanan Kereta Api Di Luar Gapeka meliputi tahapan :
a. pengolahan data/permintaan perjalanan (Komparasi dan Penghitungan).
b. penyusunan perjalanan; dan .
c. pelaksanaan.
BAB V EVALUASI GAPEKA, PERJALANAN KERETA API DI LUAR GAPEKA DAN
PERJALANAN KERETA API LUAR BIASA
Penyelenggara prasarana perkeretaapian wajib melaksanakan Gapeka yang sudah
ditetapkan. Penyelenggara prasarana perkeretaapian wajib melaporkan realisasi
pelaksanaan Gapeka, Perjalanan Kereta Api di luar Gapeka dan kereta api luar biasa
kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali kota sesuai dengan kewenangannya
setiap 1 (satu) bulan sekali.
Pelaksanaan Gapeka sebagaimana, dilakukan evaluasi secara berkala setiap 3 (tiga)
bulan sekali oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali kota sesuai dengan
kewenangannya.
Segala bentuk penetapan dan pemberlakuan, persetujuan, evaluasi dan pelaporan
yang menjadi kewenangan Menteri dalam Peraturan Menteri ini, dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh Direktur Jenderal.

Anda mungkin juga menyukai