Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hambatan Pergerakan (transport impedance/spatial separation)

Hambatan pergerakan merupakan ukuran untuk memperlihatkan mudah atau


sukarnya suatu tempat dicapai, dinyatakan dalam bentuk hambatan perjalanan,
seperti: jarak, waktu, biaya, ketidak-nyamanan dan ketidak-amanan.Umumnya
berbagai hambatan pergerakan tersebut untuk suatu tujuan analisis tertentu akan
dinyatakan dalam satu satuan, misalnya: jam atau rupiah, dan lain-lain sebagai biaya
gabungan (Generalised Cost). Semua ini tentu memerlukan cara tersendiri untuk
menyatakan berbagai hambatan dalam satu satuan dan untuk itu telah dikembangkan
berbagai penelitian untuk tujuan tersebut. Namun, semua pengukuran hambatan
perjalanan seringkali tidak cocok, karena adanya perbedaan kepentingan dan
kemampuan secara ekonomi bagi masyarakat pengguna (users). Jarak dapat
merupakan ukuran yang tidak cocok, jika belum ada sistem transportasinya.
Demikian pula, tersedianya jaringan dan berbagai moda sarana penghubung tidak
akan berguna bila masyarakat tidak memiliki uang untuk membeli tiket. Jadi ukuran
biaya tentunya akan menjadi hambatan perjalanan terpenting, dst. Untuk analisis
kasus tertentu, karenanya perlu juga dikembangkan ukuran yang lain, seperti
aksesibilitas untuk suatu lokasi / tempat dan mobilitas untuk pelaku perjalanannya.

1. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan Tata
Guna Lahan (TGL) secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Jadi, aksesibilitas adalah suatu ukuran kemudahan suatu lokasi
untuk dicapai melalui sistem transportasinya atau kemudahan suatu tempat
berinteraksi satu sama lainnya. Ukuran fisik aksesibilitas yang paling terkenal adalah
ukuran dari Hansen (1959).
Dimana:
Ki = Aksesibilitas dari zona i ke zona lain j
Aj = Ukuran aktivitas pada setiap zona j (mis: jumlah lapangan kerja)
tij = Ukuran waktu dan biaya dari zona i ke zona j

2. Mobilitas

Adalah suatu ukuran kemampuan seseorang untuk bergerak yang biasanya


dinyatakan dari kemampuan membayar, pengalaman dan kesehatan yang dimiliki.
Berbagai faktor, baik dari pengguna kendaraan, sistem transportasi maupun
lingkungan yang ada, akan berpengaruh terhadap aksesibilitas suatu tempat maupun
mobilitas seseorang dalam melakukan perjalanan. Hal ini dapat dijelaskan dari faktor-
faktor yang saling mempengaruhi dimana dan bagaimana keputusan seseorang dalam
melakukan perjalanan. Suatu tempat dikatakan aksesibel jika dekat dengan tempat
lainnya dan sebaliknya. Ini konsep paling sederhana yang dinyatakan dalam bentuk
jarak (km). Namun, jarak tak begitu cocok, kalau sistem transportasi antara dua
tempat tersebut diperbaiki, sehingga waktu tempuh menjadi lebih singkat. Konsep
kedua factor tersebut dapat dijelaskan dengan Gambar berikut.

Perkembangan Sarana dan Prasarana Sistem Transportasi yang akan


mempengaruhi aksesibilitas dan mobilitas seseorang untuk mendapatkan/mencapai
maksud perjalanan ditempat tujuan, umumnya meliputi 10 tahap, yaitu:
1. Perjalanan jarak dekat dengan berjalan kaki.
2. Perjalanan relatif jauh dan berpencar dengan kendaraan pribadi (gerobak,
kereta
kuda, sepeda, motor).
3. Perjalanan semakin banyak, jarak jauh dan berpencar (kendaraan pribadi
terbatas) dengan angkutan umum bus, becak, bajay, angkot dan taksi.
4. Frekuensi perjalanan semakin tinggi, sehingga perlu penataan jaringan jalan
dan
menyediakan moda lebih besar dengan bus klasifikasi paratransit.
5. Meningkatkan kapasitas sistem dengan moda yang berkapasitas besar dan
pengembangan sistem hirarki jalan. Pemenuhannya menjadi tanggung jawab
pemerintah, bukan berdasarkan analisis pasar.
6. Merubah ROW menjadi “B” (longitudinal separation) dengan Bus lane dan
Guided bus pada koridor yang padat.
7. Guided Transyt dengan Bus atau LRT dan ROW menjadi “A”.
8. Grade Separated dengan Mass Transyt dan ROW menjadi “A”.
9. Berkembangnya Mass Transyt.
10. Otomatisasi perjalanan dan quasi transport.

2.2. Biaya Transportasi dalam Proses Produksi


Perpindahan penumpang atau barang dari tempat asal ke tempat tujuan, akan
membutuhkan biaya transportasi yang besarnya sangat tergantung pada fasilitas
transportasi yang digunakan, jauh dekatnya jarak yang ditempuh dan kemungkinan
biaya transit. Semakin jauh jarak yang ditempuh, semakin mahal biaya transportasi
yang harus dibayar dan biaya transit pada umumnya dikeluarkan apabila terjadi
perpindahan atau pergantian moda transportasi pada Terminal, Stasiun Kereta Api,
Pelabuhan Laut atau Bandar Udara. Besarnya biaya transportasi yang harus dibayar
tidak sama untuk setiap moda tertentu, seperti misalnya transportasi Jalan Raya,
Kereta Api, Kapal Laut atau Kapal Udara. Hubungan antara biaya transportasi dengan
lokasi tujuan dapat digambarkan sebagai berikut:
2.3. Biaya Transportasi dalam Jasa Pelayanan (Servicing)

Transportasi (penumpang & barang) dalam perhitungan ekonomi Transportasi


(penumpang & barang) dalam perhitungan ekonomi Transportasi (penumpang &
barang) dalam perhitungan ekonomi Transportasi (penumpang & barang) dalam
perhitungan ekonomi dianggap sebagai ‘komoditas’ dianggap sebagai ‘komoditas’
dianggap sebagai ‘komoditas’ dianggap sebagai ‘komoditas’
Didalam suatu pengoperasian transportasi, keuntungan (profit) dapat ditentukan
dengan membandingkan pendapatan (revenue) dengan biaya yang dikeluarkan (cost),
dengan menggambarkan dalam suatu grafik sebagai berikut:
Keterangan:
Break Event Point (BEP) adalah titik impas, dimana pengeluaran biaya (cost)
ditutupi oleh pendapatan (revenue) dalam hal ini pada jarak perjalanan 30.000 kilometer.
Keuntungan (profit) terlihat pada saat penerimaan (revenue) lebih besar dari biaya (cost)
yang dikeluarkan. Pendapatan (revenue) adalah hasil dari pengoperasian kendaraan
selama waktu tertentu.
 Biaya tetap (standing cost)
 Investasi
 Penyusutan kendaraan produktif
 Bunga modal kendaraan produktif
 Awak bus (sopir dan kondektur)
a) Gaji/ upah
b) Tunjangan kerja operasi (uang dinas)
c) Tunjungan sosial
 Surat-surat Kendaraan (STNK/ pajak kendaraan, KIR)
 Asuransi
a) Asuransi Kendaraan
b) Asuransi awak kendaraan.
 Biaya tidak tetap (running cost)
 Biaya Operasional
a) Bahan bakar (BBM)
b) Pelumas (Oli, dll)
c) Ban
d) Cuci bus dan Retribusi Terminal
 Biaya Pemeliharaan
a) Suku cadang
b) Bodi Kendaraan
c) Service Kecil dan Service Besar
d) Bongkar mesin (Overhaul)
 Biaya Pengelolaan
a) Penyusutan bangunan kantor, pool, sarana bengkel/bengkel dan
inventaris/alat kantor
b) Biaya administrasi dan pemeliharaan kantor, pool dan bengkel
c) Biaya listrik, telepon/telegram dan air
d) Biaya perjalanan dinas selain awak kendaraan
e) Pajak perusahaan
f) Biaya Izin trayek dan Izin usaha
g) Biaya pemasaran, dan lain-lain.

Transportasi biasanya merepresentasikan komponen yang paling penting


menyangkut biaya logistik bagi perusahaan. Perpindahan barang dari
tempat asal ke tempat tujuan berdasarkan hasil kajian dan berbagai
pengalaman menyerap 30% sampai 70% dari total biaya logistik. Dengan
demikian bergerak dalam bidang logistik perlu memiliki pemahaman
yang memadai mengenai masalah transportasi.
2.4. Perbandingan Biaya Beberapa Moda Transportasi

Seperti dijelaskan dalam gambar di atas untuk jarak dekat biaya yang dikeluarkan
transportasi jalan raya (road) paling efisien karena biaya terminalnya rendah.
Sementara untuk jarak jauh biaya yang dikeluarkan meningkat sebagai fungsi dari
jarak angkut yang diakibatkan meningkatknya biaya tidak tetap (variable cost). Untuk
jarak menengah biaya transportasi Kereta Api (rail) akan lebih efisien dan untuk jarak
jauh biaya transportasi Kapal laut (water) paling efisien, walaupun biaya terminalnya
cukup tinggi.
2.5. ATP dan WTP dalam Transportasi
Ability to Pay (ATP) Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk
membayar biaya jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang
dianggap ideal. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada
alokasi biaya untuk transportasi dari pendapatan rutin yang diterimanya. Dengan kata
lain ability to pay adalah kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos/biaya
perjalanan yang dilakukannya. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi ability to
pay diantaranya: 1. Besar penghasilan. 2. Kebutuhan transportasi. 3. Total biaya
transportasi (harga tiket yang ditawarkan). 4. Prosentase penghasilan yang digunakan
untuk biaya transportasi.
Willingness to Pay (WTP) Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna
untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang
digunakan dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna terhadap
biaya/tarif dari jasa pelayanan angkutan umum tersebut. Dalam permasalahan
transportasi WTP dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:
1. Produk yang ditawarkan/disediakan oleh operator jasa pelayanan transportasi.
2. Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan.
3. Utilitas pengguna terhadap angkutan tersebut.
4. Perilaku pengguna.
Untuk melakukan perhitungan Willingness To Pay (WTP) masyarakat dapat
dilakukan melalui survei, misalnya dengan menyebarkan kuisioner kepada
penumpang Bus mengenai kesesuaian biaya/tarif yang berlaku saat ini jika
dibandingkan dengan kualitas yang ditawarkan.
Contoh:
1. Pada saat ini penetapan tarif Bus Rapid Transit (BRT) SARBAGITA sebesar
Rp. 3.500,- untuk kalangan umum dan sebesar Rp. 2.500,- untuk kalangan
pelajar. Pertanyaan: bagaimana ATP dan WTP pengguna terhadap biaya yang
dibebankan tersebut?
Berdasarkan hasil survei sementara terhadap 30 orang penumpang Bus (lihat
Gambar 9.6), dapat diambil kesimpulan bahwa penumpang bus menganggap bahwa
tarif yang diterapkan sebesar Rp. 3.500,- untuk kalangan umum merupakan tarif yang
terlalu tinggi sehingga hanya sekitar 7 orang (23%) penumpang yang berasumsi tarif
tersebut terjangkau dan sebagian besar yaitu 23 orang (77%) beranggapan tarif yang
ditetapkan tersebut masih terlalu tinggi.

Disisi lain, berdasarkan hasil survei Willingness to Pay (WTP) masyarakat


yang bersangkutan selanjutnya juga didapatkan tarif yang dikehendaki oleh sebagian
besar masyarakat pemakai (users) adalah sebesar Rp. 2.500,- yaitu sebanyak 15 orang
(50 %) dari hasil survei memberikan indikasi tersebut. Hasil-hasil lainnya mengenai
tarif yang dikehendaki masyarakat pemakai dapat dilihat pada Gambar 9.7

Anda mungkin juga menyukai