Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu disebut
dengan curah hujan (presipitasi). Presipitasi hujan akan mempengaruhi proses yang ada
di dalamnya. Rain guage digunakan untuk mengukur banyaknya curah hujan, dimana
curah hujan dapat diukur dalam jam, hari, bulan, dan juga tahun.Variasi curah hujan dan
juga besarnya presipitasi rata-rata dapat diketahui secara makasimal apabila tempat
tersebut dipasang alat-alat penakar hujan dengan jumlah yang banyak. Tinggi atau
rendahnya air yang jatuh kepermukaan bumi (jumlah hujan) dalam satuan waktu
disebut dengan intensitas curah hujan.
Analisis curah hujan dilakukan untuk memprediksi kejadian hujan di setiap
tempat dan waktu tertentu. Data curah hujan sangat berguna untuk mengatur air irigasi,
terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menghitung analisis curah hujan
desain diantaranya metode Log Person III, metode gumbel dan metode distribusi
normal. Masing-masing distribusi memiliki sifat-sifat khas sehingga setiap data
hidrologi harus diuji kesesuaiannya dengan sifat statistik masing-masing distribusi
tersebut. Pemilihan distribusi yang tidak benar dapat mengundang kesalahan perkiraan
yang dapat cukup besar, baik ‘overestimated’ maupun ‘underestimated’, keduanya tidak
diinginkan. Dengan demikian jelas bahwa pengambilan salah satu distribusi secara
sembarang untuk analisis tanpa pengujian data hidrologi sangat tidak dianjurkan,
meskipun dalam praktek harus diakui bahwa besar kemungkinan distribusi tersebut
sesuai dengan jenis distribusi tertentu. Setelah melakukan proses dengan metode
tersebut maka hasil yang diperoleh dari metode tersebut dibuat dalam kurva Intensity -
DurationFrequency (IDF Curve) dimana IDF tersebut digunakan untuk mengetahui
intensitas, durasi, kedalaman, dan juga frekuensinya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana proses menganalisis data curah hujan sesuai tahapan analisis
frekuensi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Pembaca mampu memahami proses menganalisis data curah hujan sesuai tahapan
analisis frekuensi

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Curah Hujan


Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal
bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. Satuan CH adalah mm, inch.
terdapat beberapa cara mengukur curah hujan. Curah hujan (mm) : merupakan
ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak
meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu
meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau
tertampung air sebanyak satu liter. Curah hujan kumulatif (mm) : merupakan jumlah
hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim,
rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada masing-masing Daerah
Prakiraan Musim (DPM).
Sifat Hujan merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang
waktu yang ditetapkan (satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan
normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971- 2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3
(tiga) katagori, yaitu :
a. Diatas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-
ratanya.
b. Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85%--115% terhadap rata-ratanya.
c. Dibawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-
ratanya.

2.2 Analisis Frekuensi

Analisis Frekuensi yaitu penetapan hujan dan banjir rancangan/rencana


berdasarkan analisis statistik data hujan dan debit yang tersedia. Untuk mendapatkan
curah hujan rencana untuk keperluan desain, dilakukan analisis frekuensi terhadap
data curah hujan harian maksimum. Hasil dari analisis frekuensi ini adalah curah

2
hujan dengan beberapa periode ulang sesuai dengan dua cara, yaitu secara langsung
dan secara tidak langsung. (Mawiti, dkk. 2015)

2.2.1 Analisis Frekuensi Secara Langsung

Analisis frekuensi secara langsung dapat dilakukan dengan dua metode yaitu :

1) Analisis Frekuensi berdasarkan interval kedalaman hujan (Depth Interval),


metode ini digunakan jika data yang ada cukup banyak (misal data harian).
Prosedur yang harus dilakukan :

1. Tentukan banyaknya kelas interval, batas bawah (a), dan batas bawah (b)
berdasarkan data kedalaman hujan.

a. Banyaknya kelas ditentukan berdasarkan persamaan k = 1 + 3.322 log n.

b. Besar kelas/ panjang kelas interval ditentukan berdasarkan persamaan c=

, dimana Xn dan Xi masing – masing adalah nilai data terbesar dan


nilai data terkecil.

2. Hitung jumlah data pada masing – masing kelas interval ( ai < p ≤ bi = mi).

3. Hitung frekuensi (F) dimana F (ai < p ≤ bi ) = mi/n dengan n adalah jumlah
data kedalaman hujan.

4. Hitung periode ulang T = 1/F.

5. Analisis Frekuensi berdasarkan ranking kedalaman hujan (Depth Ranking),


metode ini digunakan jika data yang ada tidak banyak (misal data bulanan).
Prosedur yang harus dilakukan adalah:

(1) Rangkingkan data hujan bulanan berurut dari besar ke kecil

(2) Hitung frekuensi (F) terlampaui dimana F ( P > Pr ) = r/(n+1) dengan r


adalah nilai rangking dan n adalah jumlah data kedalaman hujan
(3) Hitung periode ulang T = 1/F ( Sophia, 2016)

2.2.2 Analisis Frekuensi Secara Tidak Langsung

Secara tidak langsung analisis frekuensi dilakukan terhadap curah hujan


harian maksimum, cara dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:

3
• Metode Log Person III

• Metode Gumbel

• Metode Weduwen

• Metode Normal

• Metode Log Normal

Metode analisis distribusi frekuensi yang sering digunakan dalam bidang


hidrologi:

• Distribusi Normal

• Distribusi Log Normal

• Distribusi Log Person III

• Distribusi Gumbel ( Asdak, 2004)

2.3 Uji Konsistensi Data


Sebelum data hujan digunakan terlebih dahulu harus lewat pengujian untuk
konsistensi data tersebut, karena hal ini dapat mempengaruhi ketelitian hasil analisa.
Analisis konsistensi data hujan menggunakan metode kurva massa ganda (Double Mass
Curve). Cara ini merupakan cara sederhana untuk mengetahui penyimpangan data.
Metode ini menggambarkan besaran tujuan secara kumulatif stasiun yang diuji dengan
besaran kumulatif rata rata stasiun referensi disekitarnya. Ketidak konsistenan data
ditunjukkan oleh penyimpangan garis terhadap garis lurusnya.

2.4 Perhitungan Curah Hujan Wilayah


Stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik mana stasiun
tersebut berada, sehingga hujan pada suatu daerah terdapat lebih dari satu stasiun
pengukuran yang ditempatkan secara terpencar, hujan yang tercatat di masing masing
stasiun tidak sama. Dalam analisis hidrologi sering diperlukan untuk menentukan hujan
rerata pada daerah tersebut, yang dapat dilakukan dengan tiga metode berikut yaitu
metode rata rata aljabar, Metode Tolygon thiessen, dan Metode Isohiet. (Suripin,2004)

2.5 Parameter Statistik

4
Distribusi Curah Hujan dan Periode Ulang (Return Period) parameter nilai rata-
rata ( X ), standar deviasi (Sd), koefisien variasi (Cv), koefisien kemiringan (Cs), dan
koefisien kurtosis (Ck). Perhitungan parameter tersebut didasarkan pada data catatan
tinggi hujan harian rata-rata maksimum 15 tahun terakhir. Untuk memudahkan
perhitungan, maka proses analisisnya dilakukan secara matriks dengan menggunakan
tabel.

2.6 Distribusi Curah Hujan dan Periode Ulang (Return Period)


Dalam perencanaan saluran drainase periode ulang yang dipergunakan tergantung
dari fungsi saluran serta daerah tangkap hujan yang akan dikeringkan. Menurut
pengalaman, penggunaan periode ulang perencanaan antara lain :
a. Saluran kwarter : periode ulang 1 tahun
b. Saluran tersier : periode ulang 2 tahun
c. Saluran sekunder : periode ulang 5 tahun
d. Saluran primer : periode ulang 10 tahun
Analisa distribusi curah hujan dari data hujan yang tersedia dapat dilakukan
dengan beberapa metode antara lain Normal, log normal, log Pearson III dan Gumbel.
Berikut ini adalah beberapa macam distribusi yang digunakan dalam penelitian ini
untuk menganalisis probabilitas debit rencana, yaitu :

a. Distribusi Normal
Dalam analisis hidrologi distribusi normal sering digunakan untuk menganalisis
frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi curah hujan tahunan, debit
rata-rata tahunan. Sebaran normal atau kurva normal disebut pula sebaran Gauss.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah :
X T =μ+ K T σ
yang dapat didekati dengan : X T = X́ + K T S
dimana :
XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan
X́ = nilai rata-rata hitung variat
S = deviasi standar nilai variat
KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan
tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang

5
b. Metode Distribusi Log Normal
Distribusi Log Normal, merupakan hasil transformasi dari distribusi normal, yaitu
dengan mengubah varian X menjadi nilai logaritmik varian X. Rumus yang
digunakan dalam perhitungan metode ini adalah sebagai berikut :
Y T =μ + K T σ
yang dapat didekati dengan : Y T =Ý + K T S
dimana :
YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan
Ý = nilai rata-rata hitung variat
S = deviasi standar nilai variat
KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan
tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang

c. Distribusi Gumbel Tipe - I


Distribusi Gumbel Tipe - I digunakan untuk analisis data maksimum, misal untuk
analisis frekuensi banjir.
X = X́ + s . K
dengan :
X = variate yang ektrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rancangan untuk
periode ulang T tahun
X́ = harga rata-rata dari data
s = standar deviasi
K = faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dan tipe distribusi
frekuensi

d. Distribusi Log Pearson Tipe - III


Distribusi Log Pearson Tipe III digunakan dalam analisis hidrologi, terutama dalam
analisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit minimum) dengan nilai
ekstrim. Bentuk sebaran Log Pearson tipe III merupakan hasil transformasi dari
sebaran Pearson tipe III dengan menggantikan varian menjadi nilai logaritmik.
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut (Soemarto C.D.,1995) :
Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = log X

6
Hitung harga rata-rata
n

∑ log X i
log X́ = i=1
n
Hitung harga simpangan baku
0.5

[ ]
n

∑ (log X i−log X́ ) 2

i=1
s=
n−1

Hitung koefisien kemencengan


n
n ∑ ( log X i−log X́ )3
i=1
G= 3
(n−1)( n−2)s
Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang dengan rumus :
log X T =log X́ + K . s

2.7 Intensitas Durasi Frekuensi


Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Analisis intensitas curah hujan ini
dapat diproses dari data curah hujan yang telah terjadi pada masa lampau. Menurut Dr.
Mononobe jika data curah hujan yang ada hanya curah hujan harian. Rumus yang
digunakan :
R 24 24 23
I= ( )
24 t c
Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
tc = Lamanya curah hujan (menit)
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Hasil Analisa Data Curah Hujan Sesuai Tahapan Analisis Frekuensi

STA \
NO STA A STA B STA C
THN
1 2000 86 78 92
2 2001 95 65 99
3 2002 91 81 118
4 2003 83 80 125
5 2004 103 79 128
6 2005 112 67 134
7 2006 124 102 130
8 2007 109 108 144
9 2008 138 118 148
10 2009 146 129 160
11 2010 130 130 172
12 2011 152 138 169
13 2012 158 159 178
14 2013 148 153 163

1. Uji konsistensi data dengan rumus

8
Jika nilai data lebih kecil daripada tabel diatas, maka data dapat dipakai.

2. Kemudian yang dilakukan yaitu mengalikan besar curah hujan masing-masing


Sta dengan persentase yang sudah ditentukan
3. Kemudian, jumlahkan hasil perkalian masing-masing Sta dengan persentasenya,
dimana hasil penjumlahan ini selanjutnya digunakan sebagai dasar perhitungan
selanjutnya.
4. Selanjutnya, lakukan uji parameter statistic, dimana parameter yang digunakan
dalam analisis ini meliputi nilai rata-rata ( X́ ), standar deviasi (Sd), Koefisien
variasi (Cv), Koefisien kemiringan (Cs), dan Koefisien kurtosis (Ck).

1. Nilai rata-rata ( X́ ) :

X́ =
∑ x i = 1719.8664 =122.848
n 14

2. Standar deviasi (Sd) :


n

∑ (xi − x́)2
Sd = i=1
n−1
=
√ 9386.38
13
=26.871

9
3. Koefisien kemencengan (Cs) :
n
n ∑ ( xi −x́)3
i=1 14 .(23421,01)
Cs= 3
= =0.108
( n−1 )( n−2 ) Sd 13. 12 .(26.871)3

4. Koefisien kurtosis (Ck)


n
n ∑ ( xi −x́)4
i=1 14 .(9956202.05)
Ck= 4
= =0.156
( n−1 ) ( n−2 ) (n−3) Sd 13 . 12. 11 .(26.871)4

5. Berdasarkan tabel berikut :

Disimpulkan bahwa sebaran distribusi yang digunakan adalah Log Person Type
III

6. Lalu ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = log X


7. Hitung harga rata-rata
n

∑ log X i
log X́ = i=1 =2.0795
n

8. Hitung harga simpangan baku


0.5

[ ]
n

∑ (log X i−log X́ ) 2

i=1
s= =0.0966
n−1

9. Hitung koefisien kemencengan

10
n
n ∑ (log X i−log X́ )3
i=1
G= =−0.0999
(n−1)(n−2) s3

10. Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang dengan rumus :
log X T =log X́ + K . s

11. Setelah itu cari faktor frekuensi K untuk Distribusi Log Pearson Type III
Tr K Log Rt Rt
0.0153 2.0810 120.4
9
2 9
0
0.8456 2.1612 144.9
4
5 2
1
1.2721 2.2024 159.3
6
10 7
1
1.5704 2.2312 1170.
2
20 9
8
2
1.7195 2.2456 176.0
4
25 2
6

12. Selanjutnya, cari intensitas hujan dengan rumus :


R 24 24 23
I= ( )
24 t c

13. Setelah semua data didapat, kurva IDF dapat digambar sebagai berikut :

11
KURVA IDF
350

Curah Hujan (mm/jam) 300

250
I2
200 I5
l 10
150 l 20
100 l 25

50

0
5 10 15 20 30 45 60 120 180 240 360
menit

14. Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka pendek tersebut, lengkung IDF
dapat dibuat dengan salah satu dari persamaan rumus Talbot, rumus Sherman,
ataupun rumus Ishiguro.

12
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Analisis data hujan dimaksudkan untuk mendapatkan besaran curah hujan dan
analisis statistik yang diperlukan dalam perhitungan debit rancangan. Data curah hujan
yang dipakai untuk perhitungan debit rancangan adalah hujan yang terjadi pada daerah
aliran air pada waktu yang sama. Simpulan dari hasil analisis frekuensi curah hujan ini
adalah didapatnya :

1. Nilai rata-rata ( X́ ) : 122.848

2. Standar deviasi : 26.871

3. Nilai Cs : 0.108

4. Nilai Ck : 0.156

5. Sebaran yang digunakan adalah sebaran Log Pearson Type III

6. Kurva IDF yang didapat dapat diuji dengan persamaan rumus Talbot, rumus
Sherman, ataupun rumus Ishiguro

4.2 Saran

Karena pentingnya proses analisis frekuensi untuk perkuliahan teknik sipil


utamanya di bidang hidrologi dan drainase, diharapkan pembaca menambah referensi
lainnya untuk lebih memahami secara utuh tentang analisis frekuensi dalam bidang
teknik sipil.

13
DAFTAR PUSTAKA

123.com. TT. Analisis Frekuensi Hujan 1. Pengertian Umum. Diakses tanggal 29


Oktober 2019 pada : https://text-id.123dok.com/document/oy8ggm75z-analisis-
frekuensi-hujan-1-pengertian-umum.html

Mawiti, dkk. 2015. Analisis Frekuensi. Terdapat pada


http://dokumen.tips/documents/analisis-frekuensi-5597991f11fb1.html (Diakses pada
tanggal 30 Oktober 2016 pukul 21.00 WIB)

Harto, Sri. 2007. Distribusi Frekuensi ( Perencanaan Saluran Drainase Bag III).
Terdapat pada : https://mtnugraha.wordpress.com/2009/07/05/distribusifrekuensi-
perencanaan-saluran-drainase-bag-iii/ (Diakses pada tanggal 28 Oktober 2016 pukul
20.00 WIB).

14

Anda mungkin juga menyukai