Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRATIKUM

PENGUJIAN BETON

DOSEN PENGAMPU : SYAHREZA ALVAN, S.T., M.Si.,IPM

MUHAMMAD QARINUR, S.T., M.Si., IPM

MATA KULIAH : PENGUJIAN BAHAN DAN BETON

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

1. EDYMA TAMBA (5222111005)


2. CICI INDRA WAYU (5221111004)
3. AUSTIN SAGALA (5223111032)
4. ADLI KHOLISHA (5223111019)
5. DORLIAN SILALAHI (5222411002)
6. PANGGABEAN TUA SIMBOLON (5222311001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan Pengujian Beton.

Adapun maksud dari penyusunan laporan ini yaitu sebagai pelengkap mata kuliah
Pengujian Beton, yang menjadi salah satu komponen penilaian dan dapat dijadikan acuhan
dalam proses belajar mengajar pada mata kuliah yang bersangkutan.

Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Syahreza Alfan, S.T.,M.Si.,IPM. dan


bapak Muhammad Qarinur, S.T.,M.Eng. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengujian Beton
dan semua pihak yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas praktek pada
mata kuliah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Karena itu kami mengharapkan adanya masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan tugas kami selanjutnya.

Demikian akhir kata dari kami, harapan kami semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat dan menambah pengetahuan serta dapat memenuhi harapan dari berbagai pihak.

Medan, 18 Desember 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

LAPORAN PRATIKUM...................................................................................................................... 1
PENGUJIAN BETON .......................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
PENGUJIAN KADAR LUMPUR PASIR DAN KERIKIL .............................................................. 4
PENGUJIAN CLAY LUMP PASIR ................................................................................................... 8
PENGUJIAN ANALISA AYAKAN PASIR DAN KERIKIL ......................................................... 11
A. Pengujian analisa ayakan pasir ............................................................................................. 11
B. Pengujian analisa ayakan pasir ............................................................................................. 19
PENGUJIAN BERAT ISI PASIR DAN KERIKIL ......................................................................... 25
2. Pengujian berat isi pasir ......................................................................................................... 25
3. Pengujian berat isi kerikil ...................................................................................................... 29
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN ABSORBSI PASIR DAN KERIKIL .................................... 33
A. Pengujian berat jenis dan absorbsi pasir ................................................................................. 33
B. Pengujian berat jenis dan absorbsi Kerikil .......................................................................... 36
PENGUJIAN KADAR LUMPUR PASIR DAN KERIKIL
1. Tujuan
Menentukan persentase kadar lumpur pada pasir dan kerikil
2. Teori
Agrerat halus dalam fungsinya sebagai bahan campuran beton harus lebih bersih dari
materi yang halus (lumpur). Pemakaian semen akan semakin banyak jika lumpur yang di
kandung agrerat semakin banyak , hal ini di sebabkan karena semakin luas permukaan yang
harus di selimuti sedangkan larutan perekat semakin menipis yang mengakibatkan
kemampuan mengikat aka berkurang dan kekuatan beton kecil.
Hal utama yang harus diperhatikan dalam agrerat halus tersebut adalah kebersihannya,
jadi jangan meremas remas pasir (mencuci) diperkirakan bagian-bagian yang kotor seperti
lumpur dan tanah liat akan berkurang.
Perhitungan kadar lumpur adalah sebagai berikut:
𝑾𝟏−𝑾𝟐
KL = 𝑾𝟐
x 100%

Keterangan : KL = Kadar lumpur agrerat dalam persen


W1 = Berat sampel mula-mula
W2 = Berat sampel setelah dikeringkan selama 24 jam
Menurut PBI’71 kadar lumpur yang terkandung dalam agregat (kerikil) tidak boleh
lebih dari 1% berat agregat. Pasir yang telah dicuci dengan ayakan no. 200 kadar lumpur
tidak boleh lebih dari 5% berat agregat.

3. Alat dan Bahan


a. Alat
• Ayakan no. 200
• Oven
• Timbangan
• Pan
• Sample splitter
b. Bahan
• Pasir kering oven
• Kerikil kering oven
• Air
4. Prosedur percobaan
1. Sediakan 2 (dua) sampel pasir sebanyak masing masing 500 gram dan 2 (dua)
sampel kerikil sebanyak masing-masing 1000 gram dalam keabdaan kering oven
melalui sampel splitter.
2. Tuang pasir kedalam ayakan no. 200 dan di siram dan di siram dengan air melalui
air kran sambi bergoyang-goyang.
3. Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas sehingga air yang keluar melalui
ayakan terlihat jernih dan bersih.
4. Air yang masih ada di pan bersama pasir, disedot dengan alat penghisap air.
5. Usahakan pasir didalam pan tidak tumpah keluar.
6. Sampel di dalam pan dikeringkan dalam oven selama 24 jam.
7. Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan diangkat kemudian ditimbang dan
hasilnya dicatat. Persentase selisih antara berat mula-mula dan berat kering setelah
pencucian adalah kadar lumpur yang terkandung dalam mineral.
8. Lakukan percobaan untuk sampel dua dan sampel kerikil.

5. Data hasil percobaan


Tabel 1. Data kadar lumpur pasir
KETERANGAN Sampel I Sampel II Rata-Rata
Berat Pasir Mula-Mula 500 500 500 + 500
= 500
(gr) 2

Berat Pasir Kering (gr) 436 436 436 + 436


= 436
2

Kandungan Lumpur =14,7 =14,7 14,7 + 14,7


= 14,7
(%) 2

Perhitungan

W2 = berat kering oven – wadah

= 664 – 228

= 436

Kandungan lumpur

500−436
= × 100%
436
=0,147 × 100%

=14,7

Tabel. 2 kadar lumpur kerikil

KETERANGAN Sampel I Sampel II Rata-Rata


Berat Kerikil Mula- 1000 1000 1000 + 1000
Mula (gr) (W1) 2
= 1000
Berat Kerikil 992 992 992 + 992
= 992
Kering (gr) (W2) 2

Kandungan 1000 − 992 1000 − 992 0,8 + 0,8


= 0,8
Lumpur (%) 992 992 2
× 100% × 100%
=0,008 × 100% =0,008 × 100%
=0,8 =0,8

Perhitungan

W2 = berat kering oven – wadah

= 1238 - 246
= 992

Kandungan lumpur

1000−992
= × 100%
992

=0,008 × 100%

= 0,8%

6. Kesimpulan dan rekomendasi


a. Kesimpulan
- Pada percobaan kadar lumpur pada kerikil, hasil rata-rata yang didapatkan
sebesar 0,8%. Sedangkan menurut PBI’71 syarat kadar lumpur pada kerikil
tidak boleh lebih dari 1%, maka kerikil yang diuji layak digunakan.
- Dari hasil percobaan kadar lumpur pada pasir, hasil rata-rata yang di dapatkan
sebesar 14,7%. Menurut PBI’71 syarat kadar lumpur pada pasir tidak boleh
lebih dari 5%, maka pasir yang diuji tidak layak untuk digunakan.
b. Rekomendasi
- Pada proses pencucian kerikil harus diperhatikan benar-benar bersih, agar data
yang di dapat akurat atau sesuai dengan PBI 71.
- Sebaiknya menggunakan pasir ini, harus dicuci terlebih dahulu sebelum
digunakan sebagai material pembuatan beton.
PENGUJIAN CLAY LUMP PASIR
A. Tujuan
Untuk menentukan persentase kadar liat dalam pasir

B. Teori
Clay Lump test merupakan kelanjutan dari percobaan pencucian pasir di mana
pasir yang sudah dicuci pada percobaan terdahulu direndam lagi dalam aquades selama
lebih kurang 24 jam. Tujuannya adalah agar gumpalan-gumpalan liat yang melekat
pada pasir (yang tidak lepas pada pencucian pasir) menjadi lepas dan mengapung.
Setelah itu dicuci lagi dengan ayakan no. 200 di bawah siraman air sehingga yang
tertinggal hanyalah pasir yang bersih.

Untuk percobaan pencucian pasir ini, kandungan lumpur yang diperoleh harus
lebih kecil atau sama dengan 5% maka untuk kandungan gumpalan liat/ clay lump
haruslah kurang dari atau sama dengan 1%.

Dalam pekerjaan pencampuran beton, kadar liat yang ada harus seminimal
mungkin agar mutu beton yang didapat lebih baik. Semakin banyak liat yang dikandung
agregat halus maka semakin banyak pula permukaan yang harus ditutupi semen. Ini
menyebabkan pemakaian semen yang boros dan kemampuan semen mengikat
berkurang sehingga beton menjadi berkurang mutunya.
Menurut buku petunjuk praktikum "Teknologi Beton", persyaratan untuk mencari
kadar liat pasir
𝐴−𝐵×100%
% kadar liat = 𝐴

Dimana: A = Berat pasir mula-mula (sisa pencucian lumpur) (gram)

B = Berat pasir setelah dioven (gram)

Menurut PBI’71 kadar liat yang terkandung < 1%

C. Alat dan Bahan


a. Alat
- Ayakan no.200
- Oven
- Timbangan
- Pan
b. Bahan
- Pasir sisa pnentuan kadar lumpur
- Air

D. Prosedur percobaan
1. Pasir sisa percobaan pencucian lumpur sebanyak 2 sampel dengan berat kering
pencucian lumpur sebagai berat awal direndam dalam aquades selama lebih kurang
24 jam.
2. Setelah direndam selama lebih kurang 24 jam aquades dibuang dengan hati-hati
agar jangan sampai ada pasir yang ikut terbuang.
3. Tuangkan pasir pada ayakan no. 200 dan dicuci di bawah siraman air sambil
diremas- remas selama lebi Jh kurang 5 menit.
4. Pasir hasil pencucian dituang ke dalam pan dan dikeringkan dalam oven bersuhu
110°C selama 24 jam.
5. Pasir kering hasil pengovenan kemudian ditimbang beratnya dan dicatat
6. Persentase selisih antara berat mula-mula sebelum pencucian dan berat kering
sesudah pencucian disebut sebagai kadar liat.

E. Data hasil percobaan


Tabel 3. data clay lump
Keterangan Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata
Berat pasir mula- 500 500 500
mula(gr)
Berat pasir kering 460 466 463
oven (gr)
Kandungan liat (%) 8 6,8 7,4

Perhitungan
Sampel 1
𝐴−𝐵×100%
% kadar liat = 𝐴
500−226×100%
= 500

=8%
Sampel 2
𝐴−𝐵×100%
% kadar liat = 𝐴
500−246×100%
= 500

= 6,8 %

F. Kesimpulan dan rekomendasi


a. Kesimpulan
Dari pengujian yang dilakukan, hasil rata-rata kandungan liat yang didapatkan
sebesar 7,4 %. Menurut PBI’71 syarat kadar liat yang terkandung < 1, maka hasil
kandungan liat yang didapatkan tidak memenuhi syarat dan pasir yang diuji tidak
layak digunakan.
b. Rekomendasi
Sebaiknya dalam proses pencucian diharapkan untuk berhati-hati, agar pasir
yang dicuci tidak ikut terbuang dan proses pengovenan harus benar-benar 24 jam.
PENGUJIAN ANALISA AYAKAN PASIR DAN KERIKIL
A. Pengujian analisa ayakan pasir
1. Tujuan
- Menentukan gradasi /distribusi perbutiran pasir
- Mengetahui fineness modulus (kehalusan) pasir

2. Teori

Keadaan gradsi suatu agregat sangat mempengaruhi kekuatan dan keekonomisan suatu
beton. Agregat dengan gradasi yang homogen dikatakan bergradasi jelek dan tidak bias
dipakai sebagai campuran beton. Karena dengan perbutiran yang homogeny akan banyak
ruang-ruang kosong atau celah diantara agregat tersebut. Ruang kosong ini dengan
sendirinya akan terisi oleh semen, sehingga pemakaian semen akan berlebihan dan
pembiayaan menjadi tidak ekonomis. Juga ditinjau dari sifat semen yang menyusut bila
mongering sehingga partikel-partikel tidak terikat dengan baik yang mengakibatkan
timbulnya kerapuhan atau retak

Jadi agregat yanga baik untuk beton adalah agregat dengan butiran yang bervariasi,
karena ruang-ruang kosong antara partikel akan terisi olch partikel yang lebih kecil dqan
semen akan mengisi ruangan yang tidak terisi oleh ruangan yang lebih kecil, sehingga
pemakaian semen bias lebih hemat dan yang lebih penting pengukatan partikel oleh semen
dapat berlangsung dengan baik

Derajat kehalusan (kekrasn) suatu agregat ditentukan oleh modulus kehalusan atau
fineness modulus.

• Pasir Halus : 2,20 < FM ≤2,60


• Pasir Sedang : 2,60 < FM 2,90
• Pasir Kasar : 2,90 < FM ≤3,20
𝑬% 𝑲𝒖𝒎𝒖𝒍𝒂𝒕𝒊𝒇 𝑻𝒆𝒓𝒕𝒂𝒉𝒂𝒏 𝑨𝒚𝒂𝒌𝒂𝒏
FM = 𝟏𝟎𝟎

➢ Untuk berat yang tertahan ( tertinggal ) pada ayakan


𝑃
B = 𝑄 x 100 %

Dimana : B = % berat tertahan pada ayakan


P = Berat agregat pada ayakan
Q = Berat total pada sampel
➢ Untuk berat yang lolos ( melewati 0 ayakan )
𝑃
B = 𝑄x 100%

Dimana : B = % Berat lolos saringan


P = Berat kumulatif agregat yang tertahan
Q = Berat total sampel
➢ Dari sampel rata-rata kita peroleh FM ( fineness modulus ) sebagai berikut :
£ % 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛
FM = 100

➢ ( % ) Kumulatif tertahan = % great tertahan + % great tertahan berikutnya


➢ ( % ) Kumulatif lolos saringan = 100% - ( % ) kumulatif tertahan.

3. Alat dan Bahan


a. Alat
• Timbangan
• Shieve Shaker Machine
• Sample Splinter
• 1 set ayakan
b. Bahan
Pasir kering Oven 1000gr

4. Prosedur percobaan
a. Ambil pasir yang telah kering oven
b. Sediakan pasir sebanyak 2 sampel masing-masing sebanyak 1000 gr dengan
menggunakan sampel spliter.
c. Susun ayakan berturut-turut dari atas kebawah: 9.52, 4.76, 2.38, 1.19, 0.6, 0.30,
0.15 mm dan pan
d. Tempatkan susunan ayakan tersebut diatas shieve sheker machine.
e. Masukkan sampel I pada ayakan yang paling atas lalu ditutup.
f. Mesin dihidupkan selama 5 (Lima) menit.
g. Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan
h. Lakukan sampel di atas untuk percobaan II
5. Data hasil percobaan
Tabel 4. Data ayakan pasir

Berat Fraksi Tertahan

Ayakan Sampel 1(Gr) Sampel 2(Gr) Rata-Rata

No.4 2 6 4

No.8 20 38 29

No.16 54 38 46

No.30 86 50 68

No.50 130 88 109

No100 138 214 176

No.200 52 56 54

PAN 18 10 14

Total 500 500 500

Berat Fraksi Tertahan (gr) Kumulatif


% %
Ayakan Sampel Sampel Berat % Berat Kumulatif Kumulatif
I II total Tertahan Tertahan Lolos
9,52 0 0 0 0 0 100
(No.4) 2 6 8 0,8 0,08 99,92
(No.8) 20 38 58 5,8 6,6 94,2
(No.16) 54 38 92 9,2 15,8 84,2
(No.30) 86 50 136 13,6 29,4 70,6
(No.50) 130 88 218 21,8 51,2 48,8
(No.100) 138 214 352 35,2 86,4 13,6
(No.200) 52 56 108 10,8 97,2 2,8
Pan 18 10 28 2,8 100 0
Jumlah 500 500 1000 100 287,4
FM ( Angka Kehalusan ) 287,4
= 2,874
100
Tabel 5. perhitungan

❖ Untuk berat yang tertahan ( tertinggal ) pada ayakan


𝑃
B = 𝑄 x 100 %

Dimana : B = % berat tertahan pada ayakan


P = Berat agregat pada ayakan
Q = Berat total pada sampel
• Ayakan 9,52
0
𝐵 = 1996 x 100% = 0

• Ayakan 4,8
8
𝐵 = 1000 𝑥 100% = 0,8%

• Ayakan 2,4
58
𝐵 = 1000 𝑥 100% = 5,8%

• Ayakan 1,2
92
𝐵 = 1000 x 100% = 9,2%

• Ayakan 0,6
136
𝐵 = 1000 x 100% = 13,6%

• Ayakan 0,3
218
𝐵 = 1000 x 100% = 21,8%

• Ayakan 0,15
35,2
𝐵 = 1000 x 100% = 35,2%

• Ayakan 0,075
108
𝐵 = 1000 x 100% = 10,8%

• Pan
28
B = 1996 x 100% = 2,8%
❖ ( % ) Kumulatif tertahan = % great tertahan + % great tertahan berikutnya
• Ayakan 9,52 = 0%+0%
= 0%
• Ayakan 4,8 = 0 %+ 0,8%
= 0,8%
• Ayakan 2,4 = 0,8%% + 5,8%
= 6,6%
• Ayakan 1,2 = 6,6% + 9,2%
= 15,8%
• Ayakan 0,6 = 15,8% + 13,6%
= 29,4%
• Ayakan 0,3 = 29,4% + 21,8%
= 51,2%
• Ayakan 0,15 = 51,2% + 35,2%
= 86,4%
• Ayakan 0,075 = 86,4% + 10,8%
= 97,2%
• Pan = 97,2%+2,8%
= 100%

❖ ( % ) Kumulatif lolos saringan = 100% - ( % ) kumulatif tertahan.

• Ayakan 9,52 = 100% - 0


= 100%
• Ayakan 4,8 = 100% - 0,8%

= 99,2%

• Ayakan 2,4 = 100% - 6,6%


= 93,4%
• Ayakan 1,2 = 100% - 15,8%
= 84,2%
• Ayakan 0,6 = 100% - 29,4%
= 70,6%
• Ayakan 0,3 = 100% - 51,2%
= 48,8%
• Ayakan 0,15 = 100% - 86,4%
= 13,6%
• Ayakan 0,075 = 100% - 97,2%
= 2,8%
• Pan = 100% - 100%
= 0%

Tabel 6. hasil analisis saringan agregat

Ukuran lubang Berat Persentase Persentase tertahan Kumulatif


ayakan (mm) tertahan berat Kumulatif (%) lolos
(gr) tertahan saringan (%)
(%)
(1) (2) (3) (4) (5)
4,76 (No.4) 8 0,8 0,8 99,2
2,36 (No.8) 58 5,8 6,6 93,4
1,18 (No.16) 92 9,2 15,8 84,2
0,60 (No.30) 136 13,6 29,4 70,6
0,30 (No.50) 218 21,8 51,2 48,8
0,15(No.100) 352 35,2 86,4 13,6
0.075(No.200) 108 10,8 97,2 2,8
Pan 28 2,8 0 0
Jumlah 1000 100 287,4
Angka Kehalusan (FM) 287,4
= 2,874
100

Tabel 7. penentuan zona

Lubang Persen berat butir yang terlewat ayakan


ayakan (mm) Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
10 100 100 100 100
4.8 90-100 90-100 90-100 95-100
2.4 60-95 75-100 85-100 95-100
1.2 30-70 55-90 75-100 90-100
0.6 15-34 35-59 60-79 80-100
0.3 5-20 8-30 12-40 15-50
0.15 0-10 0-10 0-10 0-15

grafik 2. zona 2
120

100

80

60

40

20

0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10

batas bawah batas atas gradasi


grafik 3. zona 3
120

100

80

60

40

20

0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10

gradasi batas bawah batas atas

grafik 4. zona 4
120

100

80

60

40

20

0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10

gradasi batas bawah batas atas

6. Kesimpulan dan rekomendasi


a. Kesimpulan
Dapat dilihat dari angka kehalusan (FM) yaitu 2,874 dan terdapat pada zona 3,
sehingga agregat halus tersebut termasuk kategori pasir sedang. Pasir tersebut dapat
digunakan dalam campuran beton sebagai pasir.
b. Rekomendasi
Pasir yang digunakan sangat cocok untuk campuran beton pada saat pengayakan
harus menggunakan pasir yang kering supaya proses pengayakan berjalan dengan
cepat. Partikel besar jangan dimasukkan ketika proses pengayakan, perlu
ditambahkan beberapa kelengkapan alat seperti kuas, sekop kecil, wadah, dan
ember dalam modul.
B. Pengujian analisa ayakan pasir
A. Tujuan
- Menentukan gradasi /distribusi perbutiran pasir
- Mengetahui fineness modulus pasir (kehalusan) pasir
B. Teori

Agregat yang kita pakai sebagai campuran beton adakalanya memiliki distrribusi
butiran bervariasi ( heterogen ) maupun yang homogen. Agregat dengan gradasi heterogen
lebih baik dipakai sebagai campuran beton daripada agregat yang gradasinya homogeny.

Hal ini disebabkan karena agregat dengan gradasi homogen membentuk banyak ruang
kosong diantara partikel, semen nantinya akan mengisi ruang ini, otomatis biaya menjadi
lebih mahal.

Selain itu juga ditinjau dari sifat semen yang menyusut bial mengering sehingga
partikel partikel tidak terikat dengan baik dan mengakibatkan kerapuhan bahkan keretakan
pada beton.

Jadi agregat yang baik untuk campuran semen adalah agregat kasar dengan butiran yang
heterogen, karena ruang kosong antara partikel lebih sedikit dan pemakaian semenpun akan
menjadi lebih irit serta pengikatan butiran-butiran agregat dapat berlangsung dengan baik.

Kerikil adalah agregat kasar yang berdiameter 38,1mm-4,76mm ( lolos saringan


berdiameter 38,1mm dan tertahan pada saringan 4,76 ).

Batasan modul kehalusan krikil

5,5 < FM< 7,5

Kerikil dengan FM tersebut dinyatakan baik dan memnuhi syarat sebagai bahan
konstruksi.

C. Alat dan Bahan


a. Alat
- Timbangan digital
- Shieve shaker machine
- 1 set ayakan kerikil
- Sekop dan ember
- Sample splitter
b. Bahan
- Kerikil
D. Prosedur percobaan

1) Sediakan 2 ( dua ) sampel kerikil dengan berat masing-masing 1000gr dengan


menggunakan sample spliter.
2) Masukkan kerikil dengan ayakan yang telah disusun sesuai urutannya yaitu
38.1mm ; 19.1mm ; 9.52mm ;
3) Tutup susunan ayakan tersebut dan letakkan di shiever shaker machine , kemudian
hidupkan selama 5 menit.
4) Setelah 5 menit ambil ayakan dan timbang kerikil yang bertahan dimasing-masing
ayakan tersebut.
5) Ulangi percobaan untuk sampel kedua dengan cara yang sama

E. Data hasil percobaan


Tabel 8. Data hasil prcobaan kerikil

BERAT FRAKSI TERTAHAN ( gram )


AYAKAN SAMPEL 1 SAMPEL 2 RATA-RATA
38,2 0 0 0
19,1 408 364 386
9,52 566 522 544
4,76 2 12 7
PAN 24 98 61
TOTAL 1000 996 99

Perhitungan

❖ Untuk berat yang tertahan ( tertinggal ) pada ayakan


𝑃
B = 𝑄 x 100 %

Dimana : B = % berat tertahan pada ayakan


P = Berat agregat pada ayakan
Q = Berat total pada sampel
0
• Ayakan 38.1 = 𝐵 = 1996 x 100%
= 0
772
• Ayakan 19.1 = 𝐵 = 1996 𝑥 100%

= 38,68

1088
• Ayakan 9,52 = 𝐵 = 𝑥 100%
1996

= 54,50

14
• Ayakan 4,76 = 𝐵 = 1996 x 100%

= 0,70

122
• Pan = B = 1996 x 100%

= 6,12

❖ Dari sampel rata-rata kita peroleh FM ( fineness modulus ) sebagai berikut :

£ % 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 (∅ 38,1 𝑠.𝑑 ∅ 0,15


FM = 100
0+38,68+93,18+93,18+500
FM = 100
725
FM = 100 = 7,25

❖ ( % ) Kumulatif tertahan = % great tertahan + % great tertahan berikutnya


• Ayakan 38,1 = 0%+0%
= 0%
• Ayakan 19,1 = 0 %+ 38,68%
= 38,68%
• Ayakan 9,52 = 38,68 %+ 54,50%
= 93,18%
• Ayakan 4,76 = 93,18% + 0,70%
= 93,88%
• Pan = 93,88%+6,12%
= 100%

❖ ( % ) Kumulatif lolos saringan = 100% - ( % ) kumulatif tertahan.


• Ayakan 38,1 = 100% - 0
= 100%
• Ayakan 19,1 = 100% - 38,68
= 61,32%
• Ayakan 9,52 = 100% - 93,18
= 6,82%
• Ayakan 4,76 = 100% - 93,88
= 6,12%
• Pan = 100% - 100%
= 0%

Tabel 9. Perhitungan rata-rata sample

BERAT FRAKSI TERTAHAN (gram) KUMULATIF


% %
Ayakan Sampel 1 Sampel 2 Berat %Berat Kumulatif Kumulatif
Total Tertahan Tertahan Lolos
38,1 0 0 0 0 0 100
19,1 408 364 772 38,68 38,68 61,32
9,52 566 522 1088 54,50 93,18 6,8
4,76 2 12 14 0,70 93,88 6,12%
2,38 0 0 0 0 100 0
1,19 0 0 0 0 100 0
0,60 0 0 0 0 100 0
0,30 0 0 0 0 100 0
0,15 0 0 0 0 100 0
PAN 24 98 122 6,12 725
TOTAL 1000 996 1996 100
FM ( ANGKA KEHALUSAN ) 725
= 7,25
100
grafik 5 (10 mm)
120

100

80
HASIL PENGUJIAN
60
BATAS MAKSIMUM
40 BATAS MINIMUM

20

0
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00

grafik 6 (20 mm)


120

100

80
HASIL PENGUJIAN
60
BATAS MAKSIMUM
40 BATAS MINIMUM

20

0
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00

grafik 7 (40 mm)


120

100

80
HASIL PENGUJIAN
60
BATAS MAKSIMUM
40 BATAS MINIMUM

20

0
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00
F. Kesimpulan dan rekomendasi
a. Kesimpulan
Dari data pengujian ini dapat ditentukan bahwa grafik batas gradasi kerikil
atau koral ukuran maksimum agregat kasar adalah 40 mm . Nilai FM yang
didapat adalah 7,25, dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian tersebut
memenuhi syarat yang seharusnya 5,5≤FM≤7,5.
b. Rekomendasi
Dalam pelaksanaan praktek pengujian ini langkah-langkah yang dilakukan
sudah sesuai dengan modul, tetapi hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan
persyaratan modul. Dikarenakan peralatan dilaboratorium pengujian beton
kurang lengkap ,sebaiknya peralatan dilaboratorium pengujian beton
dilengkapi.
PENGUJIAN BERAT ISI PASIR DAN KERIKIL
2. Pengujian berat isi pasir
A. Tujuan
Untuk menentukan berat isi pasir dalam kondisi lepas dan longgar
B. Teori
Pasir sebagai salah satu campuran beton, akan mempunyai nilai ekonomis dimana
apabila direncanakan dengan pencampuran volume yang tepat akan didapatkan suatu
nilai optimum.
Percobaan Berat Isi Pasir sebagaimana hasilnya pada percobaan Berat Isi Kerikil,
bertujuan untuk mencari berat isi dari suatu pasir. Berat isi pasir ini perlu diketahui agar
dapat dikonversikan pasir dari berat ke volume atau sebaliknya.
Pengkonversian ini perlu dilakukan agar pada pelaksanaan di lapangan tidak
diperlukan waktu yang banyak untuk menentukan komposisi pasir yang harus dicampur
pada pembuatan beton dengan perbandingan tertentu. Pada umumnya, perbandingan
komposisi campuran beton yang digunakan adalah dalam satuan berat.
Jadi jika berat isi pasir tidak diketahui, maka kita terpaksa menimbang pasir tersebut
agar sesuai dengan nilai perbandingan nilai yang diperlukan. Ini tentu saja pekerjaan
yang melelahkan karena sangat tidak ekonomis disamping waktu yang lama juag biaya
akan naik untuk membayar jam kerja yang lebih lama. Untuk mengatasi masalah ini
dicari berat isi dari agregat tadi. Setelah berat isi diketahui maka dikonversikanlah
seperti yang dimaksud diatas. Untuk pelaksanaannya dapat digunakan takaran dengan
volume tertentu, baik berupa ember atau lainnya dengan volume diketahui.
Hubungannya dapat ditulis sebagai berikut :

𝑀
Berat isi = 𝑉

Dimana : M = Berat benda uji


V = Volume/Berat isi air pada suhu tertentu (m3)

Untuk menetukan berat ini dari paur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Cara merojok (cara padat)


2) Cara menyiram ( cara longgar )

C. Alat dan bahan


b. Alat
▪ Timbangan dengan kepekaan 0,1%, Berfungsi untuk menentukan berat
benda uji
▪ Bejana besi, berfungsi sebagai wadah benda uji
▪ Bejana perojok, berfungsi untuk memadatkan dan meratakan benda uji
pada bejana besi
▪ Termometer, berfungsi untuk mengukur suhu air
▪ Sekop kecil, berfungsi untuk memasukkan benda uji kedalam bejana
besi
c. Bahan
▪ Pasir
▪ Air

D. Prosedur percobaan
a. Cara Merojok
1
• Bejana besi ditimbang kemudian diisi dengan pasir sampai 3bagian tinggi

bejana tersebut, lalu dirojok selama 25 kali secara merata pada


permukaannya.
2
• Pasir ditambah lagi hingga mencapai tinggi bejana dan dirojok 25 kali
3

secara merata pada permukaannya, kemudian bejana pasir diisi pasir sampai
penuh dan dirojok 25 kali secara merata lalu permukaannya diratakan,
Dalam perojokan untuk setiap lapis tidak boleh menembus lapisan
bawahnya.
• Timbang bejana + pasir
• Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh,
timbang berat bejana + air dan diukur suhu air di dalam bejana
• Percobaan dilakukan untuk 2 (dua) sampel
b. Cara Menyiram
• Bejana besi ditimbang dan kemudian diisi air dengan cara menyiram dengan
sekop setinggi ±5 cm dua bagian atas bejana sampai bejana tersebut penuh
lalu ratakan permukaannya.
• Timbang bejana + pasir.
• Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lau diisi dengan air hingga penuh,
timbang berat bejana + air dan diukur suhu didalam bejana.
• Percobaan dilakukan untuk 2 (dua) sampel

E. Data hasil percobaan


Tabel 10. data berat isi pasir
Cara Longgar Rata- Cara Merojok Rata-
Keterangan Sampel 1 Sampel 2 rata Sampel 1 Sampel 2 rata

Berat bejana 2,75 2,75 2,75 2,75 2,75 2,75


(kg)
Berat pasir + 5,39 5,39 5,39 5,75 5,75 5,75
bejana (kg)
Berat 4,71 4,71 4,71 4,70 4,70 4,70
bejana+air
(kg)
Suhu air (OC) 30 30 30 30 30 30
Berat isi 1340 1340 1340 1530 1530 1530
(kg/m3)

Perhitungan :
Cara Longgar
• Berat pasir (M) : 5,39 - 2,75 = 2,64 kg
• Berat air (V) : 4,71 - 2,75 = 1,96 kg
• Berat isi air pada suhu 30OC = 995 kg/m3
2,64
• Berat isi pasir : 1,96×995 = 1340 kg/m3

Cara Merojok
• Berat pasir (M) : 5,75 - 2,75 = 3 kg
• Berat air (V) : 4,71 - 2,75 = 1,96 kg
• Berat isi air pada suhu 30OC = 995 kg/m3
3
• Berat isi pasir : 1,96×995 = 1530 kg/m3
F. Kesimpulan dan rekomendasi
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian berat isi pasir yang telah dilakukan
diperoleh hasil yaitu berat isi pasir dengan cara longgar adalah 1340 kg/m3 dan
berat isi pasir dengan cara merojok adalah 1530 kg/m3. Menurut ATM C29 M-
9, syarat nilai agregat pasir adalah 1,25-1,59 gr/cm3. Maka, berat isi pasir
dengan cara longgar dan merojok memenuhi syarat.
Hal ini disebabkan karena merojok atau menggunakan metode
penumbukan membuat rongga udara yang kosong menjadi terisi dan lebih
padat, sedangkan pada longgar, benda uji hanya dimasukkan saja ke dalam
bejana besi tanpa dipadatkan.

b. Rekomendasi
Saran yang dapat diberikan untuk pengujian berat isi diuraikan sebagai berikut:
1. Teliti dalam melakukan penimbangan benda uji serta menggunakan
timbangan dengan ketelitian yang lebih baik.
2. Melakukan prosedur percobaan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
3. Melakukan pengisian benda uji kedalam silinder dengan hati-hati agar tidak
terjadi pemisahan butir-butir.
4. Melakukan penumbukan secara merata untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik.
3. Pengujian berat isi kerikil
A. Tujuan
Untuk menentukan berat isi pasir dalam kondisi lepas dan longgar
B. Teori
Berat isi kerikil ikut menentukan kekuatan beton, maka perlu diatur unsur-unsur
yang membentuk beton untuk mencapai kekuatan beton yang optimum. Penakaran
dengan berat sulit dilakukan dngan pertimbangan efisiensi pekerjaan, maka penakaran
berat diganti dengan penakaran volume yang diberikan dengan hubungan berikut:
Hubungannya dapat ditulis sebagai berikut :

𝑀
Berat isi = 𝑉

Dimana : M = Berat benda uji


V = Volume/Berat isi air pada suhu tertentu (m3)

Untuk menetukan berat ini dari paur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Cara merojok (cara padat)


2. Cara menyiram ( cara longgar )

C. Alat dan bahan


a. Alat
• Timbangan dengan kepekaan 0,1%, Berfungsi untuk menentukan berat benda
uji
• Bejana besi, berfungsi sebagai wadah benda uji
• Bejana perojok, berfungsi untuk memadatkan dan meratakan benda uji pada
bejana besi
• Termometer, berfungsi untuk mengukur suhu air
• Sekop kecil, berfungsi untuk memasukkan benda uji kedalam bejana besi
b. bahan
▪ Kerikil
▪ Air

D. Prosedur percobaan
a) Dengan cara merojok
• Timbang bejana besi, ambil kerikil yang kering oven (110±5)°C dan isikan
1
kedalam bejana sampai 3 tinggi bejana lalu dirojok sebanyak 25 kali secara
1
merata diseluruh permukaan, Isikan tinggi bejana lagi sehingga menjadi
3

kerikil, lalu diisi bejana sampai penuh dan kemudian dirojok kembali
sebanyak 25 kali secara merata diseluruhpermukaan dan permukaan
diratakan setinggi permukaan bejana besi
• Timbang bejana + kerikil
• Keluarkan kerikil dan bersikan bejana lalu isi bejana yang sama dengan air
sampai penuh, kemudian timbang bejana + air serta suhu air.
• Lakukan percobaan itu untuk 2(dua) sampel dengan bejana yang sama.

b) Dengan cara longgar


• Timbang bejana besi, ambil kerikil yang kering oven (110±5)°C dan isikan
kedalam bejana dengan cara menyiram dengan menggunakan sekop setinggi
±5 cm dari permukaan atas bejana besi sampai penuh lalu ratakan
permukaan kerikil setinggi permukan bejana besi.
• Timbang bejana + kerikil
• Keluarkan kerikil dan bersikan bejana lalu isi bejan yang sama dengan air
sampai penuh, kemudian timbang bejana + air serta suhu air
• Lakukan percobaan itu untuk 2(dua) sampel dengan bejana yang sama.

E. Data hasil percobaan


Tabel 11. Data berat isi kerikil
Cara Longgar Rata- Cara Merojok Rata-
Keterangan Sampel 1 Sampel 2 rata Sampel 1 Sampel 2 rata

Berat bejana 2,75 2,75 2,75 2,75 2,75 2,75


(kg)
Berat kerikil 5,56 5,56 5,56 5,85 5,85 5,85
+ bejana (kg)
Berat 4,71 4,71 4,71 4,71 4,71 4,71
bejana+air
(kg)
Suhu air (OC) 30 30 30 30 30 30
Berat isi 1426 1426 1426 1548 1548 1548
(kg/m3)

Perhitungan :
Cara Longgar
• Berat kerikil (M) : 5,56 - 2,75 = 2,81 kg
• Berat air (V) : 4,71 - 2,75 = 1,96 kg
• Berat isi air pada suhu 30OC = 995 kg/m3
2,81
• Berat isi pasir : 1,96×995 = 1426 kg/m3

Cara Merojok
• Berat kerikil (M) : 5,80 - 2,75 = 3,05 kg
• Berat air (V) : 4,71 - 2,75 = 1,96 kg
• Berat isi air pada suhu 30OC = 995 kg/m3
3,05
• Berat isi kerikil : 1,96×995 = 1548 kg/m3

F. Kesimpulan dan rekomendasi


a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian berat isi kerikil yang telah dilakukan diperoleh
hasil yaitu berat isi kerikil dengan cara longgar adalah 1426 kg/m3 dan berat isi
kerikil dengan cara merojok adalah 1548 kg/m3. Menurut aturan SNI 03-4804-1998,
syarat nili agregat kerikil yaitu 1,50-1,80kg/m3. Maka, berat isi kerikil dengan cara
longgar tidak memenuhi syarat tetapi berat isi kerikil dengan cara merojok
memenuhi syarat.
Hal ini disebabkan karena merojok atau menggunakan metode penumbukan
membuat rongga udara yang kosong menjadi terisi dan lebih padat, sedangkan pada
longgar, benda uji hanya dimasukkan saja ke dalam bejana besi tanpa dipadatkan.
b. Rekomendasi
Saran yang dapat diberikan untuk pengujian berat isi diuraikan sebagai berikut:
1) Teliti dalam melakukan penimbangan benda uji serta menggunakan
timbangan dengan ketelitian yang lebih baik.
2) Melakukan prosedur percobaan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
3) Melakukan pengisian benda uji kedalam silinder dengan hati-hati agar tidak
terjadi pemisahan butir-butir.
4) Melakukan penumbukan secara merata untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik.
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN ABSORBSI PASIR DAN KERIKIL
A. Pengujian berat jenis dan absorbsi pasir
A. Tujuan
- Untuk menentukan berat jenis kering, berat jenis semu, dan berat jenis SSD
pasir
- Untuk menentukan penyerapan (absorbsi) pasir
B. Teori
Berat jenis pasir perlu diketahui untuk menentukan banyaknya agregat, ada 3
keadaan pasir yang digunakan pada percobaan ini, antara lain: pasir kering dimana pori-
pori pasir dan kerikil berisikan udara tanpa air dengan kandungan air sama dengan 0%.
Lalu dalam keadaan SSD (Saturated Surface Dry) dimana permukaan pasir jenuh
dengan uap air sedangkan dalamnya kering pasir dan kerikil dalam keadaan inilah yang
sering digunakan. Dan terakhir dalam keadaan semu dimana pasir dan kerikil basah
total dengan pori-pori jenuh air. pasir ini masih dalam keadaan basah walaupun
permukaan pasir tidak ada air.
Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat uji dalam keadaan SSD
dengan volume benda uji dalam keadaan SSD.
Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase dari berat benda uji yang hilang
terhadap berat benda uji kering dimana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai
keadaan kering. Berat jenis pasir ini perlu diketahui tinggi Mould untuk menentukan
banyaknya agregat yang digunakan dalam campuran beton.

Rumus :

𝐴
Berat jenis kering = 𝐵+𝐷−𝐶

𝐷
Berat jenis SSD = 𝐵+𝐷−𝐶

𝐴
Berat jenis semu = 𝐵+𝐴−𝐶

𝐷−𝐴
Absorbsi = ×100%
𝐴

Dimana :

A = berat pasir dalam keadaan kering (gr)

B = berat piknometer berisi air (gr)


C = berat piknometer (gr)

D = berat pasir dalam keadaan SSD

Dimana: Berat jenis kering < berat jenis < SSD < berat jenis semu

C. Alat dan bahan


1. Alat
- Timbangan digital
- Oven
- Piknometer
- Batang perojok
- Pan
2. Bahan
- Pasir
- Air

D. Prosedur percobaan
• Sediakan pasir secukupnya.
• Rendam pasir tersebut dalam suatu wadah dengan air selama 24 jam
• Pasir tersebut dianginkan hingga mencapai kondisi kering permukaan.
1
• Untuk menentukan pasir dalam kondisi SSD mould 3 tinggi, lalu rojok 25 kali,
2
kemudian isi pasir hingga ketinggian tinggi, dirojok 25 kali. Demikian
3

seterusnya diisi hingga penuh dan dirojok 25 kali. Setelah itu mould diangkat
secara perlahan, dan apabila pasir runtuh pada bagian tepi atasnya (tidak
keseluruhan) berarti pasir dalam keadaan SSD.
• Sediakan pasir yang telah mencapai kondisi SSD dalam dua bagian, masing-
masing seberat 500 gram. Bagian yang pertama dimasukkan kedalam
piknometer kemudian di isi dengan air kemudian diguncang berulang-ulang
dengan tujuan agar udara yang ada dalam pasir keluar, ini ditandai dengan
keluarnya buih dalam pasir. Buih yang keluar tersebut dibuang dengan cara
mengisi piknometer dengan air, sampai melimpah dari leher piknometer
tersebut. Pengisian air dilakukan secara perlahan-lahan. Setelah udara tidak lagi,
atur agar air sampai hingga batas air.
• Timbang berat piknometer + pasir + air.
• Buang isi piknometer lalu isi dengan air bersih hingga batas air max.
• Timbang berat piknometer + air, dan catat hasilnya.
• Untuk pasir yang telah di ovenkan, setelah kering dilakukan penimbangan.
• Ulangi percobaan diatas untuk sampel kedua.

E. Data hasil percobaan

Tabel 12. data hasil percobaan pada pasir


NO Keterangan Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata
1 Berat piknometer (gr) 174 176 175
2 Berat piknometer + air (gr) 692 694 693
3 Berat pasir kering oven (gr) 246 248 247
4 Berat pasir SSD (gr) 250 250 250
5 Berat pasir + piknometer + 844 850 847
air (gr)
6 Berat jenis pasir SSD 2,55 2,71 2,63
7 Berat jenis pasir kering 2,51 2,69 2,6
8 Berat jenis semu 2,61 2,69 2,65
9 Absorbsi (%) 1,6 0,8 1,2

Sampel 1
𝐴 246
Berat jenis kering = 𝐵+𝐷−𝐶 = 692+250−844 = 2,51
𝐷 250
Berat jenis SSD = 𝐵+𝐷−𝐶 = 692+250−844 = 2,69
𝐴 246
Berat jenis semu = 𝐵+𝐴−𝐶 = 692+246−844 = 2,61
𝐷−𝐴 250−246
Absorbsi = ×100% = × 100% = 1,6%
𝐴 246

Sampel 2
𝐴 248
Berat jenis kering = 𝐵+𝐷−𝐶 = 692+250−850 = 2,69
𝐷 250
Berat jenis SSD = 𝐵+𝐷−𝐶 = 692+250−850 = 2,71
𝐴 248
Berat jenis semu = 𝐵+𝐴−𝐶 = 692+246−850 = 2,69
𝐷−𝐴 250−248
Absorbsi = ×100% = × 100% = 0,8%
𝐴 248
F. Kesimpulan dan rekomendasi
a. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan pada berat jenis dan absorbsi pasir, didapatkan
• Rata-rata berat jenis spesifik pasir SSD sebesar 2,63;
• Rata-rata berat jenis spesifik pasir kering sebesar 2,6;
• Rata-rata berat jenis spesifik pasir semu sebesar 2,65; dan
• Rata-rata absorbsi sebesar 1,2 %.

2. Sesuai dengan ketentuan pada modul, berat jenis kering < berat jenis SSD <
berat jenis semu. Dari analisis data pada kedua benda uji, hasil yang didapatkan
memenuhi ketentuan pada modul.
b. Rekomendasi
Sebaiknya dalam langkah pencucian dilakukan dengan hati-hati dan
teliti agar benda uji tidak terjatuh dan berat benda uji tidak berkurang, dan
persamaan perhitungan pada modul perlu diperbaiki.

B. Pengujian berat jenis dan absorbsi Kerikil


A. Tujuan
• Untuk menentukan berat jenis kering, berat jenis semu, dan berat jenis SSD kerikil
• Untuk menentukan penyerapan (absorbsi) kerikil
B. Teori
Berat jenis pasir dan kerikil perlu diketahui untuk menentukan banyaknya
agregat, ada 3 keadaan kerikil yang digunakan pada percobaan ini, antara lain: kerikil
kering dimana pori-pori kerikil berisikan udara tanpa air dengan kandungan air sama
dengan 0%. Lalu dalam keadaan SSD (Saturated Surface Dry) dimana permukaan
kerikil jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya kering kerikil dalam keadaan inilah
yang sering digunakan. Dan terakhir dalam keadaan semu dimana kerikil basah total
dengan pori-pori jenuh air. Kerikil ini masih dalam keadaan basah walaupun
permukaan kerikil tidak ada air.
Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat uji dalam keadaan SSD
dengan volume benda uji dalam keadaan SSD.
Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase dari berat benda uji yang hilang
terhadap berat benda uji kering dimana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai
keadaan kering. Berat jenis kerikil ini perlu diketahui tinggi Mould untuk menentukan
banyaknya agregat yang digunakan dalam campuran beton.

𝐴
Berat jenis kering = 𝐵−𝐶
𝐵
Berat jenis SSD = 𝐵−𝐶
𝐴
Berat jenis semu = 𝐴−𝐶
𝐵−𝐴
Absorbsi = ×100%
𝐴

A = berat agregat dalam keadaan kering (gr)


B = berat agregat dalam keadaan SSD (gr)
C = berat agregat dalam air (gr)

C. Alat dan bahan


a. Alat
• Timbangan
• Saringan (ukuran 4,76 mm dan 19.1 mm)
• Oven
• Pan
• Dunagan tes test
• Keranjang kawat
• Ember
• Kain lap
b. Bahan
• Kerikil
• Air
D. Prosedur percobaan
a. kerikil diayak dengan ayakan 19.1 mm dan 4.76 mm. kita ambil krikil yang lolos
ayakan 19.1 mm dan yang tertahan diayakan 4.76mm±3kg.
b. Rendam krikil tersebut dalam suatu ember dengan air selama 24 jam
c. Krikil hasil rendaman tersebut dikeringkan hingga didapat kondisi kering
permukaan (ssd) dengan menggunakan kain lap
d. Siapkan krikil sebnyak 2 X 1250 gram untuk 2 sampel
e. Atur kesetimbangan air dan keranjang pada Dunagan Tes Set sampai jarum
menunjukkan kesetimbangan pada saat air dalam kondisi tenang
f. Masukkan krikil yang telah mencapai kendin sad kedalam keranjang yang telah
berisi air.
g. Timbang berat air + Keranjang kering
h. Ulangi prosedur diatas untuk sampel kedua
E. Data hasil percobaan
Tabel 13. data hasil percobaan pada pasir

NO Keterangan Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata


1 Berat cawan (gr) 710 710 710
2 Berat kerikil SSD (gr) 1000 1000 1000
3 Berat kerikil + cawan (gr) 1710 1710 1710
4 Berat kerikil + cawan 1253 1253 1253
dalam air (gr)
5 Berat kerikil kering oven 992 992 992
(gr)
6 Berat kerikil dalam air 543 543 543
(gr)
7 Berat jenis kerikil SSD 2,18 2,18 2,18
8 Berat jenis kerikil kering 2,17 2,17 2,17
9 Berat jenis semu 2,2 2,2 2,2
10 Absorbsi (%) 0,8 0,8 0,8

Perhitungan sampel 1 dan sampel 2

𝐴 992
Berat jenis kering = 𝐵−𝐶 = 1000−543 = 2,17

𝐵 1000
Berat jenis SSD = 𝐵−𝐶 = 1000−543 = 2,18

𝐴 992
Berat jenis semu = 𝐴−𝐶 = 992−543 = 2,2

𝐵−𝐴 1000−992
Absorbsi = ×100% = ×100% = 0,8%
𝐴 992

F. Kesimpulan dan rekomendasi


a. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan pada berat jenis dan absorbsi kerikil, didapatkan
• Rata-rata berat jenis spesifik kerikil SSD sebesar 2,18;
• Rata-rata berat jenis spesifik kerikil kering sebesar 2,17;
• Rata-rata berat jenis spesifik kerikil semu sebesar 2,2; dan
• Rata-rata absorbsi sebesar 0,8 %.
2. Sesuai dengan ketentuan pada modul, berat jenis kering < berat jenis SSD <
berat jenis semu. Dari analisis data pada kedua benda uji, hasil yang didapatkan
memenuhi ketentuan pada modul.
b. Rekomendasi
Sebaiknya dalam langkah pencucian dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar
benda uji tidak terjatuh dan berat benda uji tidak berkurang, dan persamaan
perhitungan pada modul perlu diperbaiki.

Anda mungkin juga menyukai