PENGUJIAN BETON
FAKULTAS TEKNIK
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan Pengujian Beton.
Adapun maksud dari penyusunan laporan ini yaitu sebagai pelengkap mata kuliah
Pengujian Beton, yang menjadi salah satu komponen penilaian dan dapat dijadikan acuhan
dalam proses belajar mengajar pada mata kuliah yang bersangkutan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Karena itu kami mengharapkan adanya masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan tugas kami selanjutnya.
Demikian akhir kata dari kami, harapan kami semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat dan menambah pengetahuan serta dapat memenuhi harapan dari berbagai pihak.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
LAPORAN PRATIKUM...................................................................................................................... 1
PENGUJIAN BETON .......................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
PENGUJIAN KADAR LUMPUR PASIR DAN KERIKIL .............................................................. 4
PENGUJIAN CLAY LUMP PASIR ................................................................................................... 8
PENGUJIAN ANALISA AYAKAN PASIR DAN KERIKIL ......................................................... 11
A. Pengujian analisa ayakan pasir ............................................................................................. 11
B. Pengujian analisa ayakan pasir ............................................................................................. 19
PENGUJIAN BERAT ISI PASIR DAN KERIKIL ......................................................................... 25
2. Pengujian berat isi pasir ......................................................................................................... 25
3. Pengujian berat isi kerikil ...................................................................................................... 29
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN ABSORBSI PASIR DAN KERIKIL .................................... 33
A. Pengujian berat jenis dan absorbsi pasir ................................................................................. 33
B. Pengujian berat jenis dan absorbsi Kerikil .......................................................................... 36
PENGUJIAN KADAR LUMPUR PASIR DAN KERIKIL
1. Tujuan
Menentukan persentase kadar lumpur pada pasir dan kerikil
2. Teori
Agrerat halus dalam fungsinya sebagai bahan campuran beton harus lebih bersih dari
materi yang halus (lumpur). Pemakaian semen akan semakin banyak jika lumpur yang di
kandung agrerat semakin banyak , hal ini di sebabkan karena semakin luas permukaan yang
harus di selimuti sedangkan larutan perekat semakin menipis yang mengakibatkan
kemampuan mengikat aka berkurang dan kekuatan beton kecil.
Hal utama yang harus diperhatikan dalam agrerat halus tersebut adalah kebersihannya,
jadi jangan meremas remas pasir (mencuci) diperkirakan bagian-bagian yang kotor seperti
lumpur dan tanah liat akan berkurang.
Perhitungan kadar lumpur adalah sebagai berikut:
𝑾𝟏−𝑾𝟐
KL = 𝑾𝟐
x 100%
Perhitungan
= 664 – 228
= 436
Kandungan lumpur
500−436
= × 100%
436
=0,147 × 100%
=14,7
Perhitungan
= 1238 - 246
= 992
Kandungan lumpur
1000−992
= × 100%
992
=0,008 × 100%
= 0,8%
B. Teori
Clay Lump test merupakan kelanjutan dari percobaan pencucian pasir di mana
pasir yang sudah dicuci pada percobaan terdahulu direndam lagi dalam aquades selama
lebih kurang 24 jam. Tujuannya adalah agar gumpalan-gumpalan liat yang melekat
pada pasir (yang tidak lepas pada pencucian pasir) menjadi lepas dan mengapung.
Setelah itu dicuci lagi dengan ayakan no. 200 di bawah siraman air sehingga yang
tertinggal hanyalah pasir yang bersih.
Untuk percobaan pencucian pasir ini, kandungan lumpur yang diperoleh harus
lebih kecil atau sama dengan 5% maka untuk kandungan gumpalan liat/ clay lump
haruslah kurang dari atau sama dengan 1%.
Dalam pekerjaan pencampuran beton, kadar liat yang ada harus seminimal
mungkin agar mutu beton yang didapat lebih baik. Semakin banyak liat yang dikandung
agregat halus maka semakin banyak pula permukaan yang harus ditutupi semen. Ini
menyebabkan pemakaian semen yang boros dan kemampuan semen mengikat
berkurang sehingga beton menjadi berkurang mutunya.
Menurut buku petunjuk praktikum "Teknologi Beton", persyaratan untuk mencari
kadar liat pasir
𝐴−𝐵×100%
% kadar liat = 𝐴
D. Prosedur percobaan
1. Pasir sisa percobaan pencucian lumpur sebanyak 2 sampel dengan berat kering
pencucian lumpur sebagai berat awal direndam dalam aquades selama lebih kurang
24 jam.
2. Setelah direndam selama lebih kurang 24 jam aquades dibuang dengan hati-hati
agar jangan sampai ada pasir yang ikut terbuang.
3. Tuangkan pasir pada ayakan no. 200 dan dicuci di bawah siraman air sambil
diremas- remas selama lebi Jh kurang 5 menit.
4. Pasir hasil pencucian dituang ke dalam pan dan dikeringkan dalam oven bersuhu
110°C selama 24 jam.
5. Pasir kering hasil pengovenan kemudian ditimbang beratnya dan dicatat
6. Persentase selisih antara berat mula-mula sebelum pencucian dan berat kering
sesudah pencucian disebut sebagai kadar liat.
Perhitungan
Sampel 1
𝐴−𝐵×100%
% kadar liat = 𝐴
500−226×100%
= 500
=8%
Sampel 2
𝐴−𝐵×100%
% kadar liat = 𝐴
500−246×100%
= 500
= 6,8 %
2. Teori
Keadaan gradsi suatu agregat sangat mempengaruhi kekuatan dan keekonomisan suatu
beton. Agregat dengan gradasi yang homogen dikatakan bergradasi jelek dan tidak bias
dipakai sebagai campuran beton. Karena dengan perbutiran yang homogeny akan banyak
ruang-ruang kosong atau celah diantara agregat tersebut. Ruang kosong ini dengan
sendirinya akan terisi oleh semen, sehingga pemakaian semen akan berlebihan dan
pembiayaan menjadi tidak ekonomis. Juga ditinjau dari sifat semen yang menyusut bila
mongering sehingga partikel-partikel tidak terikat dengan baik yang mengakibatkan
timbulnya kerapuhan atau retak
Jadi agregat yanga baik untuk beton adalah agregat dengan butiran yang bervariasi,
karena ruang-ruang kosong antara partikel akan terisi olch partikel yang lebih kecil dqan
semen akan mengisi ruangan yang tidak terisi oleh ruangan yang lebih kecil, sehingga
pemakaian semen bias lebih hemat dan yang lebih penting pengukatan partikel oleh semen
dapat berlangsung dengan baik
Derajat kehalusan (kekrasn) suatu agregat ditentukan oleh modulus kehalusan atau
fineness modulus.
4. Prosedur percobaan
a. Ambil pasir yang telah kering oven
b. Sediakan pasir sebanyak 2 sampel masing-masing sebanyak 1000 gr dengan
menggunakan sampel spliter.
c. Susun ayakan berturut-turut dari atas kebawah: 9.52, 4.76, 2.38, 1.19, 0.6, 0.30,
0.15 mm dan pan
d. Tempatkan susunan ayakan tersebut diatas shieve sheker machine.
e. Masukkan sampel I pada ayakan yang paling atas lalu ditutup.
f. Mesin dihidupkan selama 5 (Lima) menit.
g. Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan
h. Lakukan sampel di atas untuk percobaan II
5. Data hasil percobaan
Tabel 4. Data ayakan pasir
No.4 2 6 4
No.8 20 38 29
No.16 54 38 46
No.30 86 50 68
No.200 52 56 54
PAN 18 10 14
• Ayakan 4,8
8
𝐵 = 1000 𝑥 100% = 0,8%
• Ayakan 2,4
58
𝐵 = 1000 𝑥 100% = 5,8%
• Ayakan 1,2
92
𝐵 = 1000 x 100% = 9,2%
• Ayakan 0,6
136
𝐵 = 1000 x 100% = 13,6%
• Ayakan 0,3
218
𝐵 = 1000 x 100% = 21,8%
• Ayakan 0,15
35,2
𝐵 = 1000 x 100% = 35,2%
• Ayakan 0,075
108
𝐵 = 1000 x 100% = 10,8%
• Pan
28
B = 1996 x 100% = 2,8%
❖ ( % ) Kumulatif tertahan = % great tertahan + % great tertahan berikutnya
• Ayakan 9,52 = 0%+0%
= 0%
• Ayakan 4,8 = 0 %+ 0,8%
= 0,8%
• Ayakan 2,4 = 0,8%% + 5,8%
= 6,6%
• Ayakan 1,2 = 6,6% + 9,2%
= 15,8%
• Ayakan 0,6 = 15,8% + 13,6%
= 29,4%
• Ayakan 0,3 = 29,4% + 21,8%
= 51,2%
• Ayakan 0,15 = 51,2% + 35,2%
= 86,4%
• Ayakan 0,075 = 86,4% + 10,8%
= 97,2%
• Pan = 97,2%+2,8%
= 100%
= 99,2%
grafik 2. zona 2
120
100
80
60
40
20
0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10
100
80
60
40
20
0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10
grafik 4. zona 4
120
100
80
60
40
20
0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10
Agregat yang kita pakai sebagai campuran beton adakalanya memiliki distrribusi
butiran bervariasi ( heterogen ) maupun yang homogen. Agregat dengan gradasi heterogen
lebih baik dipakai sebagai campuran beton daripada agregat yang gradasinya homogeny.
Hal ini disebabkan karena agregat dengan gradasi homogen membentuk banyak ruang
kosong diantara partikel, semen nantinya akan mengisi ruang ini, otomatis biaya menjadi
lebih mahal.
Selain itu juga ditinjau dari sifat semen yang menyusut bial mengering sehingga
partikel partikel tidak terikat dengan baik dan mengakibatkan kerapuhan bahkan keretakan
pada beton.
Jadi agregat yang baik untuk campuran semen adalah agregat kasar dengan butiran yang
heterogen, karena ruang kosong antara partikel lebih sedikit dan pemakaian semenpun akan
menjadi lebih irit serta pengikatan butiran-butiran agregat dapat berlangsung dengan baik.
Kerikil dengan FM tersebut dinyatakan baik dan memnuhi syarat sebagai bahan
konstruksi.
Perhitungan
= 38,68
1088
• Ayakan 9,52 = 𝐵 = 𝑥 100%
1996
= 54,50
14
• Ayakan 4,76 = 𝐵 = 1996 x 100%
= 0,70
122
• Pan = B = 1996 x 100%
= 6,12
100
80
HASIL PENGUJIAN
60
BATAS MAKSIMUM
40 BATAS MINIMUM
20
0
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00
100
80
HASIL PENGUJIAN
60
BATAS MAKSIMUM
40 BATAS MINIMUM
20
0
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00
100
80
HASIL PENGUJIAN
60
BATAS MAKSIMUM
40 BATAS MINIMUM
20
0
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00
F. Kesimpulan dan rekomendasi
a. Kesimpulan
Dari data pengujian ini dapat ditentukan bahwa grafik batas gradasi kerikil
atau koral ukuran maksimum agregat kasar adalah 40 mm . Nilai FM yang
didapat adalah 7,25, dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian tersebut
memenuhi syarat yang seharusnya 5,5≤FM≤7,5.
b. Rekomendasi
Dalam pelaksanaan praktek pengujian ini langkah-langkah yang dilakukan
sudah sesuai dengan modul, tetapi hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan
persyaratan modul. Dikarenakan peralatan dilaboratorium pengujian beton
kurang lengkap ,sebaiknya peralatan dilaboratorium pengujian beton
dilengkapi.
PENGUJIAN BERAT ISI PASIR DAN KERIKIL
2. Pengujian berat isi pasir
A. Tujuan
Untuk menentukan berat isi pasir dalam kondisi lepas dan longgar
B. Teori
Pasir sebagai salah satu campuran beton, akan mempunyai nilai ekonomis dimana
apabila direncanakan dengan pencampuran volume yang tepat akan didapatkan suatu
nilai optimum.
Percobaan Berat Isi Pasir sebagaimana hasilnya pada percobaan Berat Isi Kerikil,
bertujuan untuk mencari berat isi dari suatu pasir. Berat isi pasir ini perlu diketahui agar
dapat dikonversikan pasir dari berat ke volume atau sebaliknya.
Pengkonversian ini perlu dilakukan agar pada pelaksanaan di lapangan tidak
diperlukan waktu yang banyak untuk menentukan komposisi pasir yang harus dicampur
pada pembuatan beton dengan perbandingan tertentu. Pada umumnya, perbandingan
komposisi campuran beton yang digunakan adalah dalam satuan berat.
Jadi jika berat isi pasir tidak diketahui, maka kita terpaksa menimbang pasir tersebut
agar sesuai dengan nilai perbandingan nilai yang diperlukan. Ini tentu saja pekerjaan
yang melelahkan karena sangat tidak ekonomis disamping waktu yang lama juag biaya
akan naik untuk membayar jam kerja yang lebih lama. Untuk mengatasi masalah ini
dicari berat isi dari agregat tadi. Setelah berat isi diketahui maka dikonversikanlah
seperti yang dimaksud diatas. Untuk pelaksanaannya dapat digunakan takaran dengan
volume tertentu, baik berupa ember atau lainnya dengan volume diketahui.
Hubungannya dapat ditulis sebagai berikut :
𝑀
Berat isi = 𝑉
Untuk menetukan berat ini dari paur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
D. Prosedur percobaan
a. Cara Merojok
1
• Bejana besi ditimbang kemudian diisi dengan pasir sampai 3bagian tinggi
secara merata pada permukaannya, kemudian bejana pasir diisi pasir sampai
penuh dan dirojok 25 kali secara merata lalu permukaannya diratakan,
Dalam perojokan untuk setiap lapis tidak boleh menembus lapisan
bawahnya.
• Timbang bejana + pasir
• Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh,
timbang berat bejana + air dan diukur suhu air di dalam bejana
• Percobaan dilakukan untuk 2 (dua) sampel
b. Cara Menyiram
• Bejana besi ditimbang dan kemudian diisi air dengan cara menyiram dengan
sekop setinggi ±5 cm dua bagian atas bejana sampai bejana tersebut penuh
lalu ratakan permukaannya.
• Timbang bejana + pasir.
• Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lau diisi dengan air hingga penuh,
timbang berat bejana + air dan diukur suhu didalam bejana.
• Percobaan dilakukan untuk 2 (dua) sampel
Perhitungan :
Cara Longgar
• Berat pasir (M) : 5,39 - 2,75 = 2,64 kg
• Berat air (V) : 4,71 - 2,75 = 1,96 kg
• Berat isi air pada suhu 30OC = 995 kg/m3
2,64
• Berat isi pasir : 1,96×995 = 1340 kg/m3
Cara Merojok
• Berat pasir (M) : 5,75 - 2,75 = 3 kg
• Berat air (V) : 4,71 - 2,75 = 1,96 kg
• Berat isi air pada suhu 30OC = 995 kg/m3
3
• Berat isi pasir : 1,96×995 = 1530 kg/m3
F. Kesimpulan dan rekomendasi
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian berat isi pasir yang telah dilakukan
diperoleh hasil yaitu berat isi pasir dengan cara longgar adalah 1340 kg/m3 dan
berat isi pasir dengan cara merojok adalah 1530 kg/m3. Menurut ATM C29 M-
9, syarat nilai agregat pasir adalah 1,25-1,59 gr/cm3. Maka, berat isi pasir
dengan cara longgar dan merojok memenuhi syarat.
Hal ini disebabkan karena merojok atau menggunakan metode
penumbukan membuat rongga udara yang kosong menjadi terisi dan lebih
padat, sedangkan pada longgar, benda uji hanya dimasukkan saja ke dalam
bejana besi tanpa dipadatkan.
b. Rekomendasi
Saran yang dapat diberikan untuk pengujian berat isi diuraikan sebagai berikut:
1. Teliti dalam melakukan penimbangan benda uji serta menggunakan
timbangan dengan ketelitian yang lebih baik.
2. Melakukan prosedur percobaan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
3. Melakukan pengisian benda uji kedalam silinder dengan hati-hati agar tidak
terjadi pemisahan butir-butir.
4. Melakukan penumbukan secara merata untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik.
3. Pengujian berat isi kerikil
A. Tujuan
Untuk menentukan berat isi pasir dalam kondisi lepas dan longgar
B. Teori
Berat isi kerikil ikut menentukan kekuatan beton, maka perlu diatur unsur-unsur
yang membentuk beton untuk mencapai kekuatan beton yang optimum. Penakaran
dengan berat sulit dilakukan dngan pertimbangan efisiensi pekerjaan, maka penakaran
berat diganti dengan penakaran volume yang diberikan dengan hubungan berikut:
Hubungannya dapat ditulis sebagai berikut :
𝑀
Berat isi = 𝑉
Untuk menetukan berat ini dari paur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
D. Prosedur percobaan
a) Dengan cara merojok
• Timbang bejana besi, ambil kerikil yang kering oven (110±5)°C dan isikan
1
kedalam bejana sampai 3 tinggi bejana lalu dirojok sebanyak 25 kali secara
1
merata diseluruh permukaan, Isikan tinggi bejana lagi sehingga menjadi
3
kerikil, lalu diisi bejana sampai penuh dan kemudian dirojok kembali
sebanyak 25 kali secara merata diseluruhpermukaan dan permukaan
diratakan setinggi permukaan bejana besi
• Timbang bejana + kerikil
• Keluarkan kerikil dan bersikan bejana lalu isi bejana yang sama dengan air
sampai penuh, kemudian timbang bejana + air serta suhu air.
• Lakukan percobaan itu untuk 2(dua) sampel dengan bejana yang sama.
Perhitungan :
Cara Longgar
• Berat kerikil (M) : 5,56 - 2,75 = 2,81 kg
• Berat air (V) : 4,71 - 2,75 = 1,96 kg
• Berat isi air pada suhu 30OC = 995 kg/m3
2,81
• Berat isi pasir : 1,96×995 = 1426 kg/m3
Cara Merojok
• Berat kerikil (M) : 5,80 - 2,75 = 3,05 kg
• Berat air (V) : 4,71 - 2,75 = 1,96 kg
• Berat isi air pada suhu 30OC = 995 kg/m3
3,05
• Berat isi kerikil : 1,96×995 = 1548 kg/m3
Rumus :
𝐴
Berat jenis kering = 𝐵+𝐷−𝐶
𝐷
Berat jenis SSD = 𝐵+𝐷−𝐶
𝐴
Berat jenis semu = 𝐵+𝐴−𝐶
𝐷−𝐴
Absorbsi = ×100%
𝐴
Dimana :
Dimana: Berat jenis kering < berat jenis < SSD < berat jenis semu
D. Prosedur percobaan
• Sediakan pasir secukupnya.
• Rendam pasir tersebut dalam suatu wadah dengan air selama 24 jam
• Pasir tersebut dianginkan hingga mencapai kondisi kering permukaan.
1
• Untuk menentukan pasir dalam kondisi SSD mould 3 tinggi, lalu rojok 25 kali,
2
kemudian isi pasir hingga ketinggian tinggi, dirojok 25 kali. Demikian
3
seterusnya diisi hingga penuh dan dirojok 25 kali. Setelah itu mould diangkat
secara perlahan, dan apabila pasir runtuh pada bagian tepi atasnya (tidak
keseluruhan) berarti pasir dalam keadaan SSD.
• Sediakan pasir yang telah mencapai kondisi SSD dalam dua bagian, masing-
masing seberat 500 gram. Bagian yang pertama dimasukkan kedalam
piknometer kemudian di isi dengan air kemudian diguncang berulang-ulang
dengan tujuan agar udara yang ada dalam pasir keluar, ini ditandai dengan
keluarnya buih dalam pasir. Buih yang keluar tersebut dibuang dengan cara
mengisi piknometer dengan air, sampai melimpah dari leher piknometer
tersebut. Pengisian air dilakukan secara perlahan-lahan. Setelah udara tidak lagi,
atur agar air sampai hingga batas air.
• Timbang berat piknometer + pasir + air.
• Buang isi piknometer lalu isi dengan air bersih hingga batas air max.
• Timbang berat piknometer + air, dan catat hasilnya.
• Untuk pasir yang telah di ovenkan, setelah kering dilakukan penimbangan.
• Ulangi percobaan diatas untuk sampel kedua.
Sampel 1
𝐴 246
Berat jenis kering = 𝐵+𝐷−𝐶 = 692+250−844 = 2,51
𝐷 250
Berat jenis SSD = 𝐵+𝐷−𝐶 = 692+250−844 = 2,69
𝐴 246
Berat jenis semu = 𝐵+𝐴−𝐶 = 692+246−844 = 2,61
𝐷−𝐴 250−246
Absorbsi = ×100% = × 100% = 1,6%
𝐴 246
Sampel 2
𝐴 248
Berat jenis kering = 𝐵+𝐷−𝐶 = 692+250−850 = 2,69
𝐷 250
Berat jenis SSD = 𝐵+𝐷−𝐶 = 692+250−850 = 2,71
𝐴 248
Berat jenis semu = 𝐵+𝐴−𝐶 = 692+246−850 = 2,69
𝐷−𝐴 250−248
Absorbsi = ×100% = × 100% = 0,8%
𝐴 248
F. Kesimpulan dan rekomendasi
a. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan pada berat jenis dan absorbsi pasir, didapatkan
• Rata-rata berat jenis spesifik pasir SSD sebesar 2,63;
• Rata-rata berat jenis spesifik pasir kering sebesar 2,6;
• Rata-rata berat jenis spesifik pasir semu sebesar 2,65; dan
• Rata-rata absorbsi sebesar 1,2 %.
2. Sesuai dengan ketentuan pada modul, berat jenis kering < berat jenis SSD <
berat jenis semu. Dari analisis data pada kedua benda uji, hasil yang didapatkan
memenuhi ketentuan pada modul.
b. Rekomendasi
Sebaiknya dalam langkah pencucian dilakukan dengan hati-hati dan
teliti agar benda uji tidak terjatuh dan berat benda uji tidak berkurang, dan
persamaan perhitungan pada modul perlu diperbaiki.
𝐴
Berat jenis kering = 𝐵−𝐶
𝐵
Berat jenis SSD = 𝐵−𝐶
𝐴
Berat jenis semu = 𝐴−𝐶
𝐵−𝐴
Absorbsi = ×100%
𝐴
𝐴 992
Berat jenis kering = 𝐵−𝐶 = 1000−543 = 2,17
𝐵 1000
Berat jenis SSD = 𝐵−𝐶 = 1000−543 = 2,18
𝐴 992
Berat jenis semu = 𝐴−𝐶 = 992−543 = 2,2
𝐵−𝐴 1000−992
Absorbsi = ×100% = ×100% = 0,8%
𝐴 992