Anda di halaman 1dari 13

1.

2 PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR AGREGAT HALUS (PASIR


A. PENDAHULUAN

Lumpur adalah gumpalan atau lapisan yang menutupi permukaan agregat


dan lolos ayakan No. 200. Kandungan kadar lumpur pada permukaan butiran
agregat akan mempengaruhi kekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat
sehingga akan mengurangi kekuatan dan ketahanan beton.
Lumpur dan debu halus hasil pemecahan batu adalah partikel berukuran
antara 0,002 mm s/d 0,006 mm (2 s/d 6 mikron). Lumpur tidak diijinkan dalam
jumlah banyak, untuk masing-masing agregat kadar lumpur yang diijinkan
berbeda. Kadar lumpur agregat normal yang diijinkan SK SNI S-04-1989-F
untuk agregat halus adalah maksimal 5% dan untuk agregat kasar maksimal
1%. Adanya lumpur dan tanah liat menyebabkan bertambahnya air pengaduk
yang diperlukan dalam pembuatan beton, disamping itu pula akan
menyebabkan turunnya kekuatan beton yang bersangkutan.
Pengujian ini dilakukan dengan cara meminimalkan kandungan lumpur
yang terkandung dalam agregat halus dan kasar didapatkan kuat tekan beton
yang tinggi. Variasi kadar lumpur pada agregat adalah sebagai berikut ini.

Tabel 1.1.4 Klasifikasi kadar lumpur pada agregat


Agregat Halus (Pasir) Agregat Kasar (Kerikil)
Bersih ( 0% - 3% )
Sedang ( 3% - 5% ) Bersih ( <1% )
Kotor ( 5% - 7% )

B. TUJUAN
Tujuan dalam pengujian ini yaitu untuk mengetahui kadar lumpur yang
terdapat pada agregat halus (pasir).

C. BENDA UJI
Pasir yang butir-butirnya lolos ayakan 4,8 mm dan tertahan ayakan No.
200 (0,075 mm) sebanyak 500 gram.

D. ALAT – ALAT
12
Alat-alat yang digunakan dalam pengujian pemeriksaan kandungan
lumpur agregat halus (pasir) seperti berikut ini.
1. Timbangan.
2. Saringan no. 200.
3. Nampan tempat penampung dan pencuci pasir.
4. Tungku pengering dengan suhu sekitar 105 ºC.
5. Air.

E. PELAKSANAAN
Prosedur pelaksanaan pengujian pemeriksaan kandungan lumpur
agregat halus (pasir) sebagai berikut ini.
1. Ambil pasir kering tungku seberat 500 gram (w1).
2. Masukkan pasir tersebut ke dalam nampan pencuci dan tambahkan
air secukupnya sampai semuanya terendam.
3. Nampan digoncang-goncangkan lalu tuangkan ke dalam ayakan no. 200.
4. Ulangi langkah (3) sampai air cucian tampak jernih / tidak keruh.
5. Masukkan butir-butir pasir yang tersisa di ayakan no. 200 ke dalam
nampan dan keringkan kembali dalam tungku pengering selama ±24
jam.
6. Timbang pasir kering tungku kembali (w2).

13
F. HASIL PENGUJIAN
Tabel 1.1.5 Hasil pemeriksaan kadar lumpur
Uraian Contoh 1 Contoh 2 Satuan
Berat pasir kering tungku sebelum
500 500 gram
dicuci (W1)
Berat pasir kering tungku setelah
634 634 gram
dicuci + nampan (W2)
Berat nampan (W3) 188 189 gram
Berat pasir kering tungku setelah
446 445 gram
dicuci (W4)
Kadar butir lolos ayakan No.200 10,8 11 %
Sumber: Data Praktikum Teknologi Beton, 2022

14
G. ANALISIS HITUNGAN
1. Analisis Hitungan Pengujian 2
a. Contoh 1
1) Berat pasir kering tungku setelah dicuci
W4 = W2 – W3
= 634 – 188
= 446 gram
2) Kadar butir lolos ayakan No. 200
W1 - W4
% Lolos = ×100%
W1
500 - 446
= ×100%
500

= 10,8%
b. Contoh 2
1) Berat pasir kering tungku setelah dicuci
W4 = W2 – W3
= 634 – 189
= 445 gram
2) Kadar butir lolos ayakan No. 200
W1 - W4
% Lolos = ×100%
W1
500 - 445
= ×100%
500

= 11%
c. Kadar butir ayakan No. 200 rata-rata
% lolos 1+ % lolos 2
% Lolos rata-rata = × 100 %
2
10,8 + 11
= × 100 %
2

= 10,9%

15
H. PEMBAHASAN
Dalam SK SNI S–04–1989–F, lumpur adalah bagian–bagian yang
berasal dari agregat alam (kerikil dan pasir) yang dapat melalui ayakan 0,075
mm, dengan berat jenis kurang dari 2,0 t/m3. Dalam jumlahnya yang cukup
banyak dapat mengurangi kekuatan beton. Pengaruh kadar lumpur terhadap
kuat tekan beton sangat signifikan di mana semakin bersih maka kuat tekan
beton semakin kuat dan semakin tinggi. Serta semakin kecil kadar lumpur
kuat tekan beton semakin tinggi. lumpur pada pasir biasanya berasal dari
endapan sungai (Purwanto & Priastiwi, 2017).
Kandungan lumpur yang berlebihan pada agregat akan mengurangi
daya lekat agregat dengan pasta semen. Dengan kehalusan lumpur yang
menyerupai semen akan menghambat proses hidrasi pada semen yang
mengakibatkan kekuatan pada beton menjadi lebih rendah dari kuat tekan
yang ditargetkan (Achmad, 2015). Serta dengan adanya lumpur dan tanah liat
akan menyebabkan bertambahnya air penganduk yang diperlukan dalam
proses pembuatan beton dan menyebabkan menurunnya kekuatan beton
tersebut. Untuk itu diperlukan pemeriksaan mutu agregat (kerikil maupun
pasir) agar mendapatkan bahan – bahan campuran beton yang memenuhi
syarat sehingga beton yang dihasilkan nantinya sesuai dengan yang
diharapkan.
Dari pengujian yang sudah dilakukan, diperoleh berat pasir kering
tungku setelah dicuci pada pengujian 1 sebesar yaitu 446 gram dan pada
pengujian 2 yaitu sebesar 445 gram. Diperoleh juga kadar butir lolos ayakan
No. 200 pada pengujian 1 sebesar yaitu 10,8% dan pada pengujian 2 yaitu
sebesar 11%. Serta kadar butir lolos ayakan No. 200 rata pengujian 1 dan
pengujian 2 yaitu sebesar 10,9%.
Nilai kandungan kadar lumpur agregat normal yang diijinkan SK SNI
S–04–1989–F untuk agregat halus (pasir) maksimal 5% dan untuk agregat
kasar (split) maksimal 1%. Maka dapat disimpulkan pada pengujian 1 dan 2
dinyatakan tidak memenuhi nilai kandungan kadar lumpur agregat normal
yang diijinkan SK SNI S-04-1989-F karena melebihi nilai maksimal 5%.

16
I. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pengujian pemerikasaan kandungan lumpur
agregat halus (pasir) maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Hasil pengujian 1
a. Berat pasir kering tungku sebelum dicuci (W1) = 500 g
b. Berat pasir kering tungku setelah dicuci + nampan (W2)= 634 g
c. Berat nampan (W3) = 188 g
d. Berat pasir kering tungku setelah dicuci (W4) = 446 g
e. Kadar butir lolos ayakan No.200 = 10,8%
2. Hasil pengujian 1
a. Berat pasir kering tungku sebelum dicuci (W1) = 500 g
b. Berat pasir kering tungku setelah dicuci + nampan (W2)= 634 g
c. Berat nampan (W3) = 189 g
d. Berat pasir kering tungku setelah dicuci (W4) = 445 g
e. Kadar butir lolos ayakan No.200 = 11 %
3. Rata – rata kadar butir lolos ayakan No. 200 = 10,9 %

17
J. REFERENSI
Achmad, D. (2015). Efek Kadar Lumpur Terhadap Kekuatan Beton
Geopolimer. Jurnal Poli-Teknologi, 14(1).

Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI S-04-1989-F. Tentang Spesifikasi


Bahan Bangunan. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Purwanto, & Priastiwi, Y. A. (2017). PENGARUH KADAR LUMPUR


PADA AGREGAT HALUS DALAM MUTU BETON Purwanto, Yulita
Arni Priastiwi *). Pengaruh Kadar Lumpur Pada Agregat Halus Dalam
Mutu Beton, 33, 46–52. P Purwanto, YA Priastiwi - Teknik, 2012 -
ejournal.undip.ac.id

Tim Dosen dan Tim Asisten Praktikum. 2022. Modul Praktikum Teknologi Bahan
Konstruksi. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

KETERANGAN :

NILAI ASISTEN NILAI DOSEN

Tanggal: Tanggal:

18
1.3 PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS
ANGELES
A. PENDAHULUAN
Ketahanan agregat terhadap penghancuran (degradasi) diperiksa dengan
menggunakan percobaan abrasi Los Angeles (Abrasion Los Angeles Test).
Pengujian ini memberikan gambaran yang berhubungan dengan kekerasan dan
kekuatan kerikil, serta kemungkinan terjadinya pecah butir-butir kerikil selama
penumpukan, pemindahan, maupun selama pengangkutan. Kekerasan kerikil
berhubungan pula dengan kekuatan beton yang dibuat. Nilai yang diperoleh
dari hasil pengujian ketahanan aus ini berupa presentase antara berat bagian
yang halus (lewat lubang ayakan 2 mm) setelah pengujian dan berat semula
sebelum pengujian. Makin banyak yang aus makin kurang tahan keausannya.

B. TUJUAN
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui ketahanan aus kerikil/batu
pecah yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan.

C. BENDA UJI
Bahan untuk pelaksanaan pengujian adalah 2 sampel Agregat Gradasi A
dengan ukuran agregat maksimum 37,5 mm dan dengan ukuran minimum
agregat adalah 9,5 mm dengan berat masing-masing sampel adalah 5000 gram.

D. ALAT-ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam pengujian keausan agregat dengan
mesin abrasi los angeles seperti berikut ini.
1. Mesin abrasi los angeles
2. Saringan no. 12 dan saringan-saringan lainnya.
3. Timbangan degan ketelitian 0,1 % terhadap berat contoh.
4. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing-
masing antara 390 gram sampai dengan 445 gram.
5. Oven, dengan suhu 110°c ± 5°c.
6. alat bantu pan dan kuas

19
E. PELAKSANAAN
Prosedur pelaksanaan pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi los
angeles sebagai berikut ini.
1. Cuci dan keringkan agregat gradasi a pada temperatur 110°c ± 5°c
sampai berat tetap
2. Masukkan benda uji dan bola baja ke dalam mesin abrasi los angeles.
3. Putar mesin dengan kecepatan 30 rpm sampai dengan 33 rpm ; jumlah
putaran gradasi a adalah 500 putaran.
4. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian
saring dengan saringan no. 12 (1,7 mm); butiran yang tertahan di
atasnya dicuci bersih, selanjutnya keringkan dalam oven paada
temperatur 110 °C ± 5°C sampai berat tetap.

20
F. HASIL PENGUJIAN
Tabel 1.2.1 Hasil pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi los angeles
Gradasi Pemeriksaan Jumlah Putaran =
Ukuran Saringan I II
Lolos Tertahan Berat Berat
76,2 (3”) 63,5 (2 ½”)
63,5 (2 ½”) 50,8 (2”)
50,8 (2”) 36,1 (1 ½“)
36,1 (1 ½“) 25,4 (1”)
25,4 (1”) 19,1 (3/4”)
19,1 (3/4”) 12,7 ( ½”)
12,7 ( ½ ”) 9,52 (3/8”)
9,52 (3/8”) 6,35 (1/4”)
6,35 (1/4”) 4,75 (No. 4)
4,75 (No. 4) 2,36 (No. 8)
Jumlah berat, gram (a) 5000 5000
Berat tertahan saringan No. 12 sesudah
percobaan, gram (b)
Sumber: Data Praktikum Teknologi Beton, 2022

21
G. ANALISIS HITUNGAN
1. Analisis Hitungan Pengujian 1
Diketahui :
Jumlah Berat (a) = 5000 gram
Berat tertahan saringan No.12 sesudah percobaan (b) = gram
a. Keausan
a-b
= × 100%
a
5000 - b
= × 100%
a

=%
2. Analisis Hitungan Pengujian 2
Diketahui :
Jumlah Berat (a) = 5000 gram
Berat tertahan saringan No.12 sesudah percobaan (b) = gram
a. Keausan
a-b
= × 100%
a
5000 - b
= × 100%
a

=%
b. Keausan rata-rata
Keausan 1 + Keausan 2
= 2
a+b
= 2

=%

22
H. PEMBAHASAN
Abrasi atau keausan agregat adalah proses penghacuran atau pecahnya
agregat dalam hal ini agregat kasar akibat proses mekanis seperti gaya-gaya
yang terjadi selama proses pelaksanaan pembuatan jalan (penimbunan,
penghamparan, pemadatan), pelayanan terhadap beban lalu lintas dan proses
kimiawi, seperti pengaruh kelembaban, kepanasan, dan perubahan suhu
sepanjang hari(Arifin, Kasan, and Pradani 2017).
Berdasarkan perhitungan untuk pengujian keausan dengan mesin abrasi
Los Angels didapatkan data dengan hasil keausan benda uji I sebesar 30,5%,
untuk benda uji II didapatkan nilai sebesar 28,6%, dan rata – rata keausan
benda uji I dan II sebesar 29,55%.Dari hasil analisis hitungan diperoleh hasil
keausan pada pengujian I sebesar 31.072% dan pada pengujian II sebesar
28.708% dan mendapatkan keausan rata-rata sebesar 29.89%
Berdasarkan presentase keausan dapat disimpulkan, hasil pengujiantelah
memenuhi syarat lolos keausan agregat kasar, Berdasarkan SK SNI 2417 –
2008, keausan agregat tergolong sebagai berikut :
1. Apabila nilai keausan yang diperoleh > 40%, maka agregat yang
diuji tidak baik digunakan dalam bahan perkerasan jalan.
2. Apabila nilai keausan agregat yang diperoleh < 40%, maka agregat
yang diuji baik digunakan dalam bahan perkerasan jalan.

Berdasarkan nilai benda uji 1 dan benda uji 2 diperoleh nilai keausan
agregat sudah masuk ke dalam rentang yang ada di SNI 2417:2008.

23
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian keausan agregat kasar dengan mesin
abrasi Los Angeles maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Hasil keausan pengujian 1 = %
2. Hasil keausan pengujian 2 = %
3. Keausan rata-rata =%
Dari hasil pengujian yang sudah dilakukan, maka nilai keausan agregat
kasar dinyatakan.

J. REFERENSI
Arifin, Syamsul, Muh Kasan, and Novita Pradani. 2017. “Pengaruh Nilai
Abrasi Agregat Terhadap Karakteristik Beton Aspal.” Smartek
5(1): 1–11.
SNI 2417 : 2008 tentang Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi
Los Angeles.
Tim Dosen dan Tim Asisten Praktikum, 2022. Modul Praktikum Teknologi
Bahan Konstruksi. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

KETERANGAN :

NILAI ASISTEN NILAI DOSEN

Tanggal: Tanggal:

24

Anda mungkin juga menyukai