Anda di halaman 1dari 11

11

1.2 PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR AGREGAT HALUS


(PASIR)
A. PENDAHULUAN
Lumpur adalah gumpalan atau lapisan yang menutupi permukaan
agregat dan lolos ayakan No. 200. Kandungan kadar lumpur pada permukaan
butiran agregat akan mempengaruhi kekuatan ikatan antara pasta semen dan
agregat sehingga akan mengurangi kekuatan dan ketahanan beton.
Lumpur dan debu halus hasil pemecahan batu adalah partikel berukuran
antara 0,002 mm s/d 0,006 mm (2 s/d 6 mikro). Lumpur tidak diijinkan dalam
jumlah banyak, untuk masing-masing agregat kadar lumpur yang diijinkan
berbeda. Kadar lumpur agregat normal yang diijinkan SK SNI S-04-1989-F
untuk agregat halus adalah maksimal 5% dan untuk agregat kasar maksimal
1%. Adanya lumpur dan tanah liat menyebabkan bertambahnya air pengaduk
yang diperlukan dalam pembuatan beton, disamping itu pula akan
menyebabkan turunnya kekuatan beton yang bersangkutan.
Pengujian ini dilakukan dengan cara meminimalkan kandungan lumpur
yang terkandung dalam agregat halus dan kasar didapatkan kuat tekan beton
yang tinggi. Variasi kadar lumpur pada agregat adalah sebagai berikut ini.
Tabel 1.2.1 Klasifikasi Kadar Lumpur pada Agregat
Agregat Halus (Pasir) Agregat Kasar (Kerikil)
Bersih ( 0% - 3% )
Sedang ( 3% - 5% ) Bersih ( <1% )
Kotor ( 5% - 7% )
Sumber : Modul Praktikum Teknologi Beton 2022

B. TUJUAN
Tujuan dalam pengujian ini yaitu untuk mengetahui kadar lumpur yang
terdapat pada agregat halus (pasir).

C. BENDA UJI
Pasir yang butir-butirnya lolos ayakan 4,8 mm dan tertahan ayakan No.
200 (0,075 mm) sebanyak 500 gram.
12

D. ALAT – ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam pengujian pemeriksaan kandungan
lumpur agregat halus (pasir) seperti berikut ini.
1. Timbangan.
2. Saringan no. 200.
3. Nampan tempat penampung dan pencuci pasir.
4. Tungku pengering dengan suhu sekitar 105 ºC.
5. Air.

E. PELAKSANAAN
Prosedur pelaksanaan pengujian pemeriksaan kandungan lumpur
agregat halus (pasir) sebagai berikut ini.
1. Ambil pasir kering tungku seberat 500 gram (w1).
2. Masukkan pasir tersebut ke dalam nampan pencuci dan tambahkan
air secukupnya sampai semuanya terendam.
3. Nampan digoncang-goncangkan lalu tuangkan ke dalam ayakan no.
200.
4. Ulangi langkah (3) sampai air cucian tampak jernih / tidak keruh.
5. Masukkan butir-butir pasir yang tersisa di ayakan no. 200 ke dalam
nampan dan keringkan kembali dalam tungku pengering selama ±24
jam.
6. Timbang pasir kering tungku kembali (w2).
13

F. HASIL PENGUJIAN
Tabel 1.2.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur
Uraian Contoh 1 Contoh 2 Satuan
Berat pasir kering tungku
500 500 gram
sebelum dicuci (W1)
Berat pasir kering tungku setelah
630 630 gram
dicuci + nampan (W2)
Berat nampan (W3) 197 182 gram
Berat pasir kering tungku setelah
433 448 gram
dicuci (W4)
Kadar butir lolos ayakan No.200 13,4 10,4 %
Sumber: Data Praktikum Teknologi Beton, 2022
14

G. ANALISIS HITUNGAN
1. Pengujian 1
a. Berat pasir kering tungku setelah dicuci
W4 = W2 - W3
= 630 – 197
= 433 gram
b. Kadar butir lolos ayakan no. 200
W1 - W4
% lolos = ×100%
W1
500 - 433
= ×100%
500
= 13,4 %

2. Pengujian 2
a. Berat pasir kering tungku setelah dicuci
W4 = W2 - W3
= 630 - 182
= 448 gram
b. Kadar butir lolos ayakan no. 200
W1 - W4
% lolos = ×100%
W1
500 - 448
= ×100%
500
= 10,4 %

3. Kadar butir lolos ayakan no. 200 rata-rata


% lolos 1 + % lolos 2
% lolos rata-rata =
2
13,4 % +10,4 %
=
2
= 11,9 %
15

H. PEMBAHASAN
Lumpur adalah bagian-bagian yang berasal dari agregat alam (kerikil dan
pasir) yang dapat melalui ayakan 0,075 mm, dengan berat jenis kurang dari 2,0
t/m3 (SK SNI S-04-1989-F). Penyebab dari kandungan lumpur yang berlebihan
dapat disebabkan oleh pasir itu sendiri yang secara teknis sudah terlihat kotor
atau dapat juga dari pihak tempat pengolahan pasir yang sistem pencucian dan
penyaringannya tidak benar, selain itu dapat disebabkan kesalahan dalam
menguji di laboratorium, yaitu dalam proses pencucian agregat halus yang tidak
bersih (Purwanto & Priastiwi, 2017).
Kandungan lumpur yang berlebihan pada agregat akan mengurangi daya
lekat agregat dengan pasta semen. Kadar lumpur yang berlebih pada agregat
juga dapat membuat kekuatan beton menjadi rendah, sehingga mutu beton yang
diinginkan tidak tercapai (Achmad, 2015).
Terdapat lima kategori kadar lumpur yang terdapat pada agregat halus
(pasir) yaitu katagori pasir dengan kadar lumpur bersih (1% & 2%), pasir dengan
kadar lumpur sedang (4%) dan pasir dengan kadar lumpur kotor (7% & 11%).
Kadar lumpur agregat normal yang diijinkan SK SNI S–04–1989–F untuk
agregat halus (pasir) maksimal 5% dan untuk agregat kasar (split) maksimal 1%
(Purwanto & Priastiwi, 2017).
Dari hasil pengujian dan analisis hitungan diperoleh kadar butir lolos
ayakan No.200 pada pengujian I sebesar 13,4 % dan pada pengujian II sebesar
10,4 %. Kadar butir lolos ayakan no. 200 rata-rata sebesar 11,9 %. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa agregat halus (pasir) yang digunakan tidak
termasuk dalam rentang yang diijinkan SK SNI S–04–1989–F yaitu maksimal
sebesar 5%.
Hal ini dapat disebabkan oleh pasir itu sendiri yang secara teknis sudah
terlihat kotor atau dapat juga dari pihak tempat pengolahan pasir yang sistem
pencucian dan penyaringannya tidak benar, selain itu dapat disebabkan
kesalahan dalam menguji di laboratorium, yaitu dalam proses pencucian agregat
halus yang tidak bersih.
16

I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan lumpur agregat halus (pasir)
diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Pengujian 1
a. Berat pasir kering tungku setelah dicuci = 433 gram
b. Kadar butir lolos ayakan no. 200 = 13,4 %
2. Pengujian 2
a. Berat pasir kering tungku setelah dicuci = 448 gram
b. Kadar butir lolos ayakan no. 200 = 10,4 %
3. Kadar butir lolos ayakan no. 200 rata-rata = 11,9 %

J. REFERENSI
Achmad, D. (2015). Efek Kadar Lumpur Terhadap Kekuatan Beton
Geopolimer. Jurnal Poli-Teknologi, 14(1).
BSN,1989,SK SNI S-04-1989-F. Pengaruh Kadar Lumpur Pada Agregat Halus
Purwanto, & Priastiwi, Y. A. (2017). Pengaruh Kadar Lumpur Pada Agregat
Halus Dalam Mutu Beton Purwanto, Yulita Arni Priastiwi *). Pengaruh
Kadar Lumpur Pada Agregat Halus Dalam Mutu Beton, 33, 46–52. P
Purwanto, YA Priastiwi - Teknik, 2012 - ejournal.undip.ac.id
Tim Dosen dari Tim Asisten Praktikum 2022. Modul Praktikum Teknologi
Beton. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

KETERANGAN :

NILAI ASISTEN NILAI DOSEN

Tanggal: Tanggal:
LAMPIRAN
A. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT

Gambar 1.2.1 Timbangan Gambar 1.2.2 Oven

Gambar 1.2.3 Saringan no. 200 Gambar 1.2.4 Nampan

Gambar 1.2.5 Air


2. BAHAN

Gambar 1.2.6 Pasir lolos


ayakan 4,8 mm dan tertahan
no. 200

B. LANGKAH – LANGKAH
1. Pasir dicuci kemudian dikeringkan dalam oven selama 24 jam kemudian
pasir kering tungku dikeluarkan.

Gambar 1.2.7 Proses pengambilan


pasir dari oven

2. Kemudian pasir ditimbang seberat 500 gram.

Gambar 1.2.7 Proses menimbang pasir


3. Setelah itu pasir dimasukkan kedalam nampan pencuci dan tambahkan
air secukupnya sampai terendam.

Gambar 1.2.8 Proses penambahan


air pada pasir

4. Goncang-goncangkan nampan lalu tuang pasir ke dalam ayakan no. 200

Gambar 1.2.9 Proses


memasukkan pasir

5. Kemudian pasir dicuci berulang kali sampai air cucian tampak jernih
atau tidak keruh.

Gambar 1.2.10 Proses pencucian


pasir
6. Masukkan butir-butir pasir yang tersisa di ayakan no. 200 ke dalam
nampan dan keringkan kembali dalam tungku pengering selama ±24
jam

Gambar 1.2.11 Proses penimbangan


pasir
7. Pasir yang sudah dikeringkan ke dalam oven selama + 24 jam kemudian
ditimbang kembali.

Gambar 1.2.12 Proses penimbangan


agregat

Anda mungkin juga menyukai