PERCOBAAN I-A
Tinggi lumpur = 1 cc
Tinggi pasir = 130 cc
Tintometer
Kuning kecoklatan
Percobaan II
Berat pasir mula – mula = 100 gram
Berat setelah dicuci = 96 gram
Berat lumpur = 4 gram
4 gram
Persentase kandungan lumpur = × 100% = 4%
100 gram
4%+5%
Rata –rata persentase kandungan lumpur = = 4,5%
2
F. Pembahasan
Dari percobaan kandungan lumpur cara kocokan didapatkan kandungan
lumpur sebesar 0,769%. Sedangkan untuk percobaan kandungan lumpur
cara cucian didapatkan kandungan lumpur sebesar 4,5%.
Untuk percobaan kandungan zat organis pada agregat halus, warna larutan
yang dihasilkan adalah kuning kecoklatan atau pada tintometer
menunjukkan angka 11. Warna tersebut dikarenakan kadar zat organis
yang terkandung pada agregat halus, semakin besar kadar zat organisnya,
maka warnanya akan lebih gelap.
G. Syarat dan Ketentuan
Syarat dan ketentuan pasir menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia
(PBI) 1971 N.I-2 [pasal 3.3 Agregat Halus (Pasir)] :
1. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur
adalah bagian – bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila
kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat halus harus dicuci.
2. Kandungan bahan organis agregat halus harus sedikit, dibuktikan
dengan percobaan warna dengan larutan NaOH. Agregat halus yang
Rata−rata (gram)
Rata-rata (%) = ∑ Rata−rata (gram) x 100%
7 gram
= 994,5 gram x 100% = 0,7%
Jumlah sisa kumulatif (%) = Jumlah sisa kumulatif saringan 9,52(%) + Rata-
rata saringan 4,76 (%)
311,7
= = 3,117
100
5,5 gram
Persentase kehilangan berat = 1000 gram x 100% = 0,55%
= Batas bawah
1. Menurut Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971 N.I-2 (Pasal 33) tentang
agregat halus disebutkan : Agregat halus terdiri dari butiran-butiran yang
beranekaragaman besarnyadan apabila akan diayak dengan susunan yang
Dalam percobaan analisa agregat halus, agregat halus yang diuji memenuhi
persyaratan sisa diatas diameter saringan 4mm, 1mm, dan 0,25mm, maka
agregat halus tersebut sebaiknya digunakan sebagai bahan pembuatan beton
bermutu tinggi.
BERAT JENIS
DAN
PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS
E. Hitungan Percobaan
1. Berat jenis
Berat jenis adalah perbandingan antara berat agregat kering dan volume
agregat kering. Maka volume agregat kering dapat diperoleh dengan
menggunakan hukum Archimedes.
2. Peyerapan air
F. Pembahasan
SSD atau Saturated Surface Dry adalah keadaan pada agregat dimana tidak
terdapat air pada permukaannya tetapi pada rongganya terisi oleh air sehingga
tidak mengakibatkan penambahan maupun pengurangan kadar air dalam beton.
Dari percobaan yang dilakukan, didapat berat jenis sebesar 2,64 dalam kondisi
asli dan berat jenis sebesar 2,79 dalam kondisi SSD. Dari hasil perhitungan
tersebut dapat diketahui bahwa berat jenis agregat halus kondisi SSD lebih
besar daripada kondisi asli. Untuk perhitungan penyerapan air agregat halus
kondisi asli, didapat penyerapan airnya sebesar 0,8% dan untuk agregat halus
kondisi SSD, didapat penyerapan airnya sebesar 2,46%, hal ini menandakan
bahwa agregat halus tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuatan beton
karena memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1970-1990 yaitu
kurang dari 3%.
Berat jenis adalah perbandingan antara berat kering dengan berat air yang
mempunyai volume yang sama.
Menurut hasil pemeriksaan, berat jenis asli adalah 2,64 dan berat jenis SSD
adalah 2,79, berdasarkan Standar Konsep Standar Nasional Indonesia (SK SNI)
T-15-1990-03 maka berat jenis asli tersebut termasuk kelompok agregat
normal.dan berat jenis SSD termasuk kelompok agregat berat. Menurut hasil
pemeriksaan, penyerapan air agregat halus sebesar 2,46% sehingga memenuhi
syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1970-1990 yaitu kurang dari 3%.
Berdasarkan hasil percobaan pemeriksaan berat jenis agregat halus tidak
memenuhi syarat dan hasil percobaan penyerapan air agregat halus memenuhi
syarat, maka agregat halus tersebut kurang cocok dipakai sebagai bahan
pembuatan beton.
Berdasarkan hasil percobaan agregat halus yang diuji tidak memenuhi syarat
untuk berat jenis dan memenuhi syarat untuk penyerapan air, maka sebaiknya
agregat halus tersebut tidak digunakan sebagai bahan pembuatan beton.
Agregat halus tersebut dapat digunakan untuk dasar pavling block, pasir urug,
plesteran, dan penyambung bata. Jika agregat halus tersebut ingin digunakan
sebagai bahan pembuatan beton, sebaiknya agregat halus tersebut dicampur
dengan agregat halus yang memenuhi syarat dalam Standar Konsep Standar
Nasional Indonesia (SK SNI) T-15-1990-03 sehingga dapat digunakan sebagai
bahan pembuatan beton.
Tabel.1d.1. Menunjukkan berat contoh dan berat kering jenis agregat halus
asli dan SSD.
=0,8%
2. Pasir SSD pada percobaan sebanyak 500 gram, mempunyai nilai :
Berat cawan (W1) (1) = 47 gram
(2) = 47 gram
Berat benda uji dan cawan (W2) (1) = 547 gram
=2,4%
3. Berat Isi Asli
Kondisi Gembur = 4940 gram / 2941,67 = 1,679 kg/dm3
Kondisi Padat = 5050 gram / 2941,67 = 1,717 kg/dm3
4. Berat Isi SSD
Kondisi Gembur = 5067 gram / 2941,67 = 1,72 kg/dm3
Kondisi Padat = 5122 gram / 2941,67 = 1,74 kg/dm3
F. Pembahasan
Dari percobaan pemeriksaan kadar air agregat halus didapat persentase kadar
air sebesar 0,8% untuk kondisi asli dan 2,4% untuk kondisi SSD. Dari hasil
percobaan ini agregat halus tersebut baik kondisi asli maupun SSD memenuhi
syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1971-1990 yang berpedoman
America Society For Testing Material (ASTM) C566-89 yaitu maksimal 5%
dari berat totalnya. Dan dari percobaan berat isi agregat halus, didapat berat isi
sebesar 1,679 kg/dm3 (gembur) serta 1,717 kg/dm3 (padat) untuk kondisi asli,
dan berat isi sebesar 1,72 kg/dm3 (gembur) serta 1,74 kg/dm3 (padat) untuk
kondisi SSD. Dari hasil percobaan ini agregat halus tersebut baik kondisi asli
maupun SSD memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-4804-
1998 yang merevisikan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1969-1990 dan
beracuan normative pada American Association of State Highway and
Transportation Officials (AASHTO) T 255 yaitu minimal 1 kg/dm3. Kadar air
dan berat isi untuk agregat halus kondisi SSD lebih besar daripada kadar air
PERCOBAAN II-A
100% = 0,4%
2. Percobaan 2
500 𝑔𝑟𝑎𝑚−(𝐵𝑏−𝐶) 500 𝑔𝑟𝑎𝑚−496 𝑔𝑟𝑎𝑚
Kandungan lumpur = x 100% = x
500 𝑔𝑟𝑎𝑚 500 𝑔𝑟𝑎𝑚
100% = 0,8%
3. Percobaan 3
500 𝑔𝑟𝑎𝑚−(𝐵𝑏−𝐶) 500 𝑔𝑟𝑎𝑚−497 𝑔𝑟𝑎𝑚
Kandungan lumpur = x 100% = x
500 𝑔𝑟𝑎𝑚 500 𝑔𝑟𝑎𝑚
100% = 0,6%
4. Rata-rata (%)
0,4%+0,8%+0,6%
Rata-rata kandungan lumpur (%) = = 0,6%
3
F. Pembahasan
Dari percobaan kandungan lumpur agregat kasar dengan cara cucian,
didapat rata-rata kandungan lumpur sebesar 0,6%.
G. Syarat dan Ketentuan
Syarat agregat kasar menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI)
1971 (N.1-2) pasal 3.3 ayat 3 :
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur > 1% (ditentukan terhadap
berat kering).
D. Hasil Percobaan
Tabel 2b.1 Analisa Saringan untuk Agregat Kasar
Sisa di atas saringan Jumlah
Diameter Jumlah sisa
Percobaan Percobaan Rata – rata yang lolos
saringan (mm) kumulatif (%)
I (gram) II (gram) gram % (%)
63,5 0 0 0 0 0 100
50,8 0 0 0 0 0 100
38,1 0 0 0 0 0 100
25,4 75 33 54 1,1 1,1 98,9
19,1 1562 1598 1580 31,7 32,8 67,2
12,7 2037 1941 1989 39,9 72,7 27,3
9,52 740 816 778 15,5 88,2 11,8
4,75 455 525 490 9,8 98 2
2,36 42 30 36 0,7 98,7 1,3
Jumlah sisa kumulatif (%) = Jumlah sisa kumulatif saringan 38,1 (%) +
Rata – rata saringan 25,4 (%)
= 0% + 1,1% = 1,1%
Jumlah yang lolos (%) =100% - Rata – rata (%) saringan 25,4
= 100% - 1,1% = 98,9%
F. Pembahasan
1. Dalam pengujian agregat kasar, digunakan susunan saringan dengan
urutan ukuran diameter 63,5; 50,8; 38,1; 25,4; 19,1; 12,7; 9,52; 4,76;
2,36; 1,18; 0,6; 0,25; 0,15; 0,075; 0,00 mm.
2. Modulus kehalusan agregat kasar (FM) adalah bilangan yang
menunjukkan derajat kehalusan agregat kasar yang tertahan di atas
saringan berdiameter 0,15 mm. Pada hasil percobaan, diketahui FM =
7,882.
3. Hasil percobaan ini bila dikorelasikan dengan klasifikasi sisa di atas
saringan menurut syarat Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI)
1971 N.I-2 :
a. Pada percobaan dengan sisa di atas diameter saringan 4 mm
dengan jumlah sisa 98% (˃2% berarti memenuhi syarat).
b. Pada percobaan dengan sisa di atas diameter saringan 1 mm
dengan jumlah sisa 98,9% (˃10% berarti memenuhi syarat).
c. Pada percobaan dengan sisa di atas diameter 0,25 mm dengan
jumlah sisa 99,2% (antara 80 – 90% berarti tidak memenuhi
syarat).
= Batas bawah
D. Hasil Percobaan
E. Hitungan Percobaan
Keausan dapat didefinisikan sebagai selisih berat semula dengan berat lolos
saringan No.12 dibagi berat semula dikali 100%
𝐴−𝐵
Keausan = 𝐴
x 100%
(5000−3300)𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100 %
5000 gram
= 34%
F. Pembahasan
Dari hasil percobaan diatas, didapat keausan agregat kasar sebesar 34%. Hal ini
menunjukkan bahwa agregat kasar yang diuji adalah agregat dengan butiran
tajam, keras, dan kekal, sehingga agregat tersebut kuat dari keausan yang
ditimbulkan oleh mesin abrasi.
H. Kesimpulan
Agregat kasar yang digunakan pada percobaan memiliki keausan sebesar 34%.
Dari hasil percobaan ini, dapat disimpulkann bahwa keausan agregat kasar
tersebut memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2494-2002
yaitu kurang dari 50%.
Keausan suatu agregat kasar yang digunakan sebagai sampel percobaan telah
memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2494-2002 sehingga
sebaiknya digunakan sebagai bahan pembuatan beton dengan mutu tinggi.
BERAT JENIS
DAN
1. Berat jenis
E. Hitungan Percobaan
1. Berat jenis
Berat jenis adalah perbandingan antara berat agregat kering dan volume
agregat kering. Maka volume agregat kering dapat diperoleh dengan
menggunakan hukum Archimedes.
Volume agregat
= (berat contoh + berat air – berat dalam air)/massa jenis air
11 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 489 𝑔𝑟𝑎𝑚×100% = 2,25%
F. Pembahasan
Dari percobaan yang dilakukan, didapat berat jenis kondisi asli sebesar 2,6 dan
berat jenis kondisi SSD sebesar 2,78. Dari hasil perhitungan tersebut dapat
diketahui bahwa berat jenis agregat kasar kondisi SSD lebih besar dari kondisi
asli. Untuk perhitungan penyerapan air agregat kasar kondisi asli, didapat
penyerapan airnya sebesar 1,5% dan untuk agregat kasar kondisi SSD didapat
penyerapan airnya sebesar 2,25%. Hal ini menandakan bahwa agregat kasar
tersebut telah memenuhi syarat untuk berat jenis dan penyerapan air.
H. Kesimpulan
Menurut hasil pemeriksaan, berat jenis kondisi asli adalah 2,6 dan berat jenis
kondisi SSD adalah 2,78, sehingga memenuhi syarat American Society for
Testing Material (ASTM) C127-04 yaitu berat jenis agregat asli maksimal 3,8
dan untuk SSD 3,2. Menurut hasil pemeriksaan, penyerapan air agregat kasar
kondisi asli sebesar 1,55% dan penyerapan air agregat kasar kondisi SSD
I. Saran
Berdasarkan hasil percobaan agregat kasar yang diuji telah memenuhi syarat
untuk berat jenis dan memenuhi syarat untuk penyerapan air, agregat kasar
tersebut sebaiknya digunakan sebagai bahan pembuatan beton dengan mutu
tinggi.
2. Berat Isi
Berat isi merupakan berat agregat kasar dalam wadah tertentu (silinder
berlubang) dibagi dengan volume wadah. Pada percobaan ini didapatkan
hasil :
1. Berat Isi Asli
Kondisi Gembur = 4408 gram / 2941,67 = 1,5 kg/dm3
Kondisi Padat = 4506 gram / 2941,67 = 1,53 kg/dm3
2. Berat Isi SSD
Kondisi Gembur = 4438 gram / 2941,67 = 1,5 kg/dm3
Kondisi Padat = 4620 gram / 2941,67 = 1,57 kg/dm3
F. Pembahasan
Dari percobaan pemeriksaan kadar air agregat kasar didapat kadar air sebesar
1,5% untuk kondisi asli dan 2,2% untuk kondisi SSD. Dari hasil percobaan ini,
agregat kasar tersebut baik kondisi asli maupun SSD memenuhi syarat Standar
Nasional Indonesia (SNI) 03-1969-1990 karena kadar airnya kurang dari 3%.
Dan dari percobaan berat isi agregat kasar, didapat berat isi sebesar 1,5 kg/dm 3
IMPACT TEST
2. Percobaan II
B3 14 gram
× 100%= × 100%= 9,2%
B1 141 gram
Rata – rata
7,09% + 9,2%
= 8,15%
2
F. Pembahasan
Dari hasil percobaan di atas, didapat persentase kehancuran agregat kasar
terhadap impact test sebesar 8,15%. Hal ini membuktikan bahwa agregat
kasar yang diuji adalah agregat yang baik karena agregat tersebut tahan
terhadap tekanan yang diberikan oleh alat impact test.
G. Syarat dan Ketentuan
Syarat agregat yang baik sesuai Construction Standard (CS) 3 2013 adalah
nilai persentase kehancuran agregat harus di bawah atau sama dengan
30%.
H. Kesimpulan
Agregat kasar yang diuji memiliki persentase kehancuran sebesar 8,15%
sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat kasar tersebut memenuhi
syarat Construction Standard (CS) 3 2013.
I. Saran
Agregat kasar yang diuji memenuhi syarat persentase kehancuran agregat,
sehingga sebaiknya agregat kasar tersebut digunakan sebagai bahan
pembuatan beton bermutu tinggi.
PERCOBAAN III-A
1. Air secukupnya
5. Stopwatch
6. Sendok Perata
7. Cetakan kubus 5 x 5 x 5 cm
1. Pasir, semen, dan agregat halus lolos saringan yang sudah ditetapkan
laboratorium, yaitu 1:2:3, disiapkan.
2. Besaran perbandingan air yang akan digunakan sesuai ketentuan (FAS : 0,5)
ditetapkan.
3. Cetakan mortar disiapkan lalu permukaan dalamnya dilapisi menggunakan
oli. Oli berguna sebagai cairan pelicin agar ketika dilepas, mortar tidak
menempel pada cetakan.
4. Pasir dan semen dicampur sesuai perbandingan yang telah ditetapkan hingga
campuran merata
5. Air yang telah ditentukan sesuai ketentuan (FAS : 0,5) dimasukkan dan
diaduk hingga tercampur. Pada saat diaduk,diusahakan tidak berhenti.
6. Campuran yang sudah merata dimasukkan kedalam cetakan hingga penuh.
Pengisian dilakukan sebanyak 2 lapisan. Setiap lapisan ditumbuk 32 kali
selama 10 detik dengan alat penumbuk. Pengisian paling lama 2,5 menit
setelah pengadukan semula.
7. Permukaan kubus benda uji diratakan hingga sama dengan bidang datar.
8. Cetakan kubus benda uji disimpan dalam suhu ruangan selama 24 jam.
9. Setelah 24 jam, Cetakan dibuka dan kubus-kubus benda uji direndam dalam
air bersih sampai saat pengujian kuat tekan dilakukan.
10. Pada umur yang telah ditentukan, pengujian kuat tekan dilakukan terhadap
benda uji.
11. Benda uji diangkat dari tempat perendaman, kemudian permukaannya
dikeringkan dengan cara dilap dan dibiarkan selama ±15 menit.
12. Kubus benda uji ditimbang lalu dicatat berat benda uji tersebut.
13. Benda uji diletakkan pada mesin penekan, benda uji ditekan dengan
pertambahan besar gaya yang tetap sampai benda uji pecah. Besar gaya
maksimum dicatat pada saat benda uji pecah.
D. Hasil Percobaan
6000 𝑘𝑔
= 25 𝑐𝑚2
= 240 kg/cm²
6000 𝑘𝑔
= 25 𝑐𝑚2
= 240 kg/cm²
5500 𝑘𝑔
= 25 𝑐𝑚2
= 220 kg/cm²
kg kg kg
240 +240 2 +220 2
cm2 cm cm
= 233,33 kg/cm²
3
F. Pembahasan
Kekuatan tekan mortar Semen Portland adalah gaya tekan maksimum yang
dapat diterima mortar per satuan luas yang bekerja pada benda uji mortar
Semen Portland berbentuk kubus dengan ukuran dan umur tertentu. Gaya
maksimum adalah gaya yang bekerja pada saat benda uji kubus pecah.
H. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan, didapatkan rata-rata kuat tekan mortar sebesar 233,33
kg/cm². Maka dapat disimpulkan bahwa kuat tekan mortar memenuhi syarat
Standar Nasional Indonesia (SNI) IS-7064-2004 yaitu kuat tekan mortar pada
umur 3 hari minimal 125 kg/cm².
I. Saran
E. Hitungan Percobaan
1. Pembuatan campuran beton
Dalam pembuatan campuran beton, ditentukan perbandingan PC : PS : KR
sebesar 1 : 2 : 3 dengan nilai FAS : 0,5 sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut :
Volume beton = π.r2.t
= 3,14.52. 20 = 1570 cm3
Faktor safety = 120%
a. Berat semen
Berat jenis semen = 3,15
Berat semen untuk pembuatan 3 benda uji
1
= 6 × 3 × (Volume beton) × Berat jenis semen × 120%
1
= 6 × 3 × 1570 cm3× 3,15× 120% = 2967,3 gr = 2,9673 kg.
b. Berat pasir
Berat jenis pasir = 2,64
Berat pasir untuk pembuatan 3 benda uji
2
= 6 × 3 × (Volume beton) × Berat jenis pasir × 120%
2
= × 3 × 1570 cm3× 2,64× 120% = 4973,76 gr = 4,97376 kg.
6
F. Pembahasan
1. Dari percobaan diatas didapat berat semen, berat pasir, dan berat kerikil
sebesar 2,9673 kg, 4,97376 kg, 7,3476 kg. Sehingga hasil percobaan ini
dalam pembuatan campuran beton memenuhi perbandingan PC : PS : KR
= 1 : 2 : 3.
2. Slump Test
Slump test merupakan percobaan untuk mengetahui tingkat kekentalan
adukan yang berpengaruh pada mudah atau tidaknya pengerjaan
pembetonan. Nilai slump dapat diketahui dari penurunan puncak adukan
setelah Kerucut Abrams diangkat. Dari percobaan didapat rata-rata nilai
slump sebesar 13 cm.
G. Syarat dan Ketentuan
Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971,
syarat nilai slump untuk beton biasa tanpa zat tambahan harus memenuhi :
Tabel.2b.2.Slump Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia
Penggunaan Maks (cm) Min ( cm )
Dinding
Plat Pondasi 12,5 5
Pondasi telapak bertulang
Pondasi telapak tak bertulang 9 2,5
Konstruksi di bawah tanah
H. Kesimpulan
1. Dari percobaan yang dilakukan, didapat rata-rata nilai slump sebesar 13
cm dengan FAS 0,5.
2. Berdasarkan hasil slump test dan syarat Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (PBI) 1971, adukan beton cocok digunakan untuk pembuatan
a. Dinding.
b. Plat pondasi.
c. Pondasi telapak bertulang.
d. Pondasi telapak tak bertulang.
e. Konstruksi di bawah tanah.
f. Pengerasan jalan.
g. Pembetonan masal.
I. Saran
Dari hasil percobaan, didapatkan nilai slump sebesar 13 cm. Jika campuran
beton tersebut hendak digunakan sebagai dinding, plat pondasi, pondasi telapak
bertulang, pondasi telapak tak bertulang, konstruksi di bawah tanah, bahan
pengerasan jalan dan pembetonan masal sebaiknya diturunkan nilai FASnya
sehingga nilai slump menurun dan memenuhi Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (PBI) 1971 sebagai bahan dinding, plat pondasi, pondasi telapak
bertulang, pondasi telapak tak bertulang, konstruksi di bawah tanah,
pengerasan jalan dan pembetonan masal.
Luas penampang
Kokoh tekan 28
tanggal
Perbandingan
hari (kg/cm²)
Berat (gram)
campuran
(kg/cm²)
(cm²)
(cm)
No.
cor uji
3 okt
6−3 𝑥 − 0,4
=
7 − 3 0,65 − 0,4
3 𝑥 − 0,4
=
4 0,25
0,75 = 4x-1,6
0,59 = x
Keterangan:
= 18,713 – 5,404
= 13,309 MPa
F. Pembahasan
Dari percobaan uji kuat tekan beton diperoleh hasil bahwa rata-rata kuat tekan
beton silinde berumur 6 hari adalah 11,040 MPa. Dan dapat diprediksikan kuat
tekan beton silinder berumur 28 hari adalah 18,713 MPa. Maka beton tersebut
memiliki kuat tekan karakteristik sebesar 13,309 MPa. Hal ini menunjukan
bahwa berdasarkan syarat Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971
beton tersebut termasuk beton kelas II dengan mutu K 125 dan cocok untuk
pengerjaan bagian struktural bangunan.
Untuk mengetahui mutu dan kelas beton dapat ditunjukan dalam tabel dibawah
ini sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971 mengenai
kelas dan mutu beton:
Tabel.3c.3. Mutu Kelas Beton Menurut Peraturan Bertulang Indonesia (PBI) 1971
Rata-rata kuat tekan beton silinder berumur 6 hari adalah 11,040 MPa dan
prediksi kuat tekan beton silinder berumur 28 hari adalah 18,713 MPa.kuat
tekan beton karakteristik beton adalah 13,309 MPa. Berdasarkan syarat
PeraturanBeton Bertulang Indonesia (PBI) 1971 beton termasuk beton kelas II
dengan mutu K 125 dan cocok untuk pengerjaan bagian strukturil bangunan.
I. Saran
1. Mengetahui kuat tekan beton pada elemen konstruksi yang sudah jadi.
2. Dapat memanfaatkan hasil uji dengan hammer beton, apabila tidak
tersedia benda uji atau hasil pengujian benda uji tidak memenuhi syarat.
3. Dapat melakukan pengujian dengan menggunakan hammer.
4. Mengurangi penentuan kuat tekan beton berdasarkan spesifikasi alat
hammer.
B. Alat dan Bahan
1. Benda uji beton atau elemen beton dengan usia minimum 28 hari
2. Hammer beton tipe N
3. Penggaris
4. Alat tulis, spidol
C. Prosedur Pelaksanaan percobaan
4. Nilai rebound atau R yang ditunjukkan oleh jarum pada hammer untuk
setiap pengujian dibaca.
5. Sudut yang dibentuk oleh sumbu hammer terhadap garis horizontal (0o dan
90o) ditentukan.
6. Dengan menggunakan daftar tabel konversi maka dapat ditentukan
besarnya kuat tekan elemen beton.
Kuat
R Tekan
(Mpa)
54 67
55 68.9
56 70.8
57 72.7
58 74.6
59 76.5
60 78.4
61 80.3
62 82.2
63 84.1
64 86
65 87.9
66 89.8
67 91.7
68 93.6
69 95.5
70 97.4
71 99.3
Tabel.3d.1. Menunjukkan berbagai nilai kuat tekan dengan hammer test dari
nilai reboundnya.
E. Hitungan Percobaan
1. Nilai rebound terkoreksi = Nilai rebound + Faktor koreksi
= 62 MPa + 1.6 MPa
= 63.6 MPa
2. Ekuivalensi nilai rebound f’c (Aktual)
4. Rata-rata f’c
∑ 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑏𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑓 ′ 𝑐(𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘) 776.765 MPa
=
9 9
= 86.3072 𝑀𝑃𝑎
F. Pembahasan
Dari hasil percobaan diatas, didapat nilai rata-rata f’c (Tabel 3d.1) 94.3271
MPa dan nilai rata-rata f’c (Tabel 3d.2) 86.3072 Mpa. Jadi nilai rata-rata f’c
dari kedua tabel tersebut adalah 90.31715 MPa.
H. Kesimpulan
Nilai dari pembacaan alat skala hammer test dapat dilihat pada Tabel.3d.3,
sehingga dapat diketahui bahwa nilai kekuatan beton dengan satuan MPa. Dari
data yang didapat, beton tersebut memiliki kuat tekan rata-rata 94,3271605
MPa pada sudut 0° dan 86,3072222 pada sudut 90°.
PEMERIKSAAN BAJA
PERCOBAAN IV
= 35,949%
1
2. A = 4 x п x d2
1
= 4 x 3,14 x (9,93 mm)2
= 77,4 mm2
Fyield
3. σyield = A
25,5 kN x 1000
= 77,4 mm2
= 329,16 N/mm2
Fmax
4. σmax = A
38,5 kN x 1000
= 77,4 mm2
= 496,97 N/mm2
F. Pembahasan
Dari hasil percobaan, diperoleh tegangan leleh (σyield) = 329,16 N/mm2.
Hal ini menunjukkan bahwa tegangan yang dimiliki baja ketika baja
tersebut sudah tidak elastis adalah sebesar 329,16 N/mm2. Dan dari hasil
percobaan, diperoleh tegangan ultimate (σmax) = 496,97 N/mm2. Hal ini
menujukkan bahwa tegangan maksimal yang dimiliki oleh baja adalah
sebesar 496,97 N/mm2.