Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN

PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN

Regu 14

Anggota:
Stefanus Adi Pratama 051002000028
Manisha Rucitawangi 051002000036
Nawang Wulan 051002000047
Wahid Alfitrah 051002000069

Pembimbing:

Liana Herlina, ST., MT.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN
LABORATORIUM BETON

Yang bertanda tangan dibawah ini selaku Kepala Laboratorium Beton Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil Universitas Trisakti, menyatakan bahwa laporan
praktikum dari mahasiswa :
1. Stefanus Adi Pratama (051002000028)
2. Manisha Rucitawangi (051002000036)
3. Nawang Wulan (051002000047)
4. Wahid Alfitrah (051002000069)

Dinyatakan telah selesai dan berhak untuk mendapatkan Surat Tanda Selesai Praktikum.

Jakarta, 18 Januari 2023


Kepala Laboratorium

Liana Herlina, ST., MT.


NIK: 3038/USAKTI

1
2
3
KATA PENGANTAR

Buku pedoman praktikum Teknologi Bahan ini disusun untuk digunakan dalam
praktikum Teknologi Bahan di Laboratorium Beton Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti. Buku pedoman ini terdiri atas 14
pembahasan praktikum yang mendukung mata kuliah Teknologi Bahan, dimana 3
pembahasan merupakan perhitungan berdasarkan data yang diketahui, sementara 11
modul lainnya adalah pengujian laboratorium. Buku pedoman ini dilengkapi dengan
maksud, tujuan masing-masing pengujian, langkah-langkah pengujian, serta tabel data
dari masing-masing pengujian yang dilakukan. Semoga buku pedoman ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa dan menjadi acuan dalam melaksanakan praktikum
Teknlogi Bahan.

Jakarta, 11 Januari 2023

Kepala Laboratorium Beton


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas Trisakti

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................4
DAFTAR ISI...................................................................................................................................5
PERCOBAAN MENENTUKAN KADAR KOTORAN DIDALAM PASIR.................................6
SPECIFIC GRAVITY AND ABSORPTION OF FINE AGGREGATE.........................................9
SPECIFIC GRAVITY AND ABSORPTION OF COARSE AGGREGATE................................12
MENENTUKAN BERAT ISI DARI PASIR/SPLIT/SEMEN/ABU SEKAM..............................15
PERCOBAAN AYAKAN.............................................................................................................17
RANCANGAN CAMPURAN BETON........................................................................................22
MENENTUKAN KADAR AIR....................................................................................................26
RANCANGAN CAMPURAN BETON RAMAH LINGKUNGAN.............................................27
SLUMP TEST................................................................................................................................30
PERCOBAAN UNTUK MENETUKAN KEKUATAN TEKAN KARAKTERISTIK BETON. .33
FLUEXURAL STRENGTH OF CONCRETE..............................................................................43
PERCOBAAN LENGKUNG DINGIN BAJA..............................................................................46
PERCOBAAN TARIK BAJA.......................................................................................................48

5
PERCOBAAN MENENTUKAN KADAR KOTORAN DIDALAM PASIR
1. Maksud
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan keadaan kotoran bersifat lumpur dan
memberikan keterangan akan adanya zat-zat organik yang terkandung di dalam pasir

2. Penentuan Kadar Kotoran Bersifat Lumpur


Ada 2 cara :
1) Cara dengan gelas takaran (by volume)
Alat : gelas takar (ukur)
Jalan percobaan :
a. Ambil suatu gelas ukur diisi dengan dengan 300 ml pasir yang akan diselidiki.
Air dituangkan hingga penuh. Pasir dan air dikocok bersama-sama dan
sesudahnya diendapkan, gelas takar diletakkan beberapa lama.
b. Bagian yang berat akan turun ke bawah sedangkan yang ringan akan mengendap
di atasnya. Dari tebalnya lapisan dapatlah diketahui jumlah kadar kotoran.
2) Cara dengan menimbang (by weight)
Alat : timbangan
Jalannya percobaan :
a. Ambil sejumlah pasir, dicuci dengan hati-hati.
b. Setelah bahan yang dicuci menjadi kering, tentukan kerugian dalam persen.

3. Penentuan Akan Adanya Zat-Zat Organis


Alat : gelas ukur
Bahan : Larutan 3% NaOH
Jalannya percobaan :
a. Ambil satu gelas ukur diisi dengan 130 cm3dan larutan NaOH dikocok dengan
seksama. Gelas ukur didiamkan selama 24 jam setelah itu dilihat warna cairan :
jernih, kuning muda, kuning tua, merah kuning atau coklat tua.
b. Jika cairan warna jernih, kuning muda, maka hampir tidak terdapat kotoran
organis di dalamnya berarti pasir dapat dipakai.
c. Jika warna cairan kuning tua menerangkan bahwa pasir banyak mengandung
kotoran organis maka pasir tidak dapat dipakai, sebab jumlah kekuatan tarik

6
adalah 10% atau 20% kurang. Sebelum dipakai pasir demikian harus dicuci
dahulu.
d. Jika warna cairan adalah merah kuning hingga coklat tua, maka pasir yang
diperiksa itu sama sekali tidak dapat dipakai untuk bangunan bertulang. Sebab
kemungkinan akan mengalami pengurangan kekuatan sebesar 20% sampai
dengan 100%.

4. Hasil Percobaan
A. Penentuan kadar kotoran bersifat lumpur
1) Dengan gelas ukur (by volume)
Volume pasir kotor = 300 ml
Volume pasir bersih = 295 ml
Volume kotoran = 5 ml

5
Kadar kotoran = ×100 %=1,67 %
300

2) Dengan menimbang (by weight)


Berat pasir kotor = 1000 gr
Berat pasir bersih = 983,23 gr

Berat kotoran = 16,77 gr

16,77
Kadar kotoran = ×100 %=1,68 %
1000

B. Penentuan akan adanya zat-zat organis


Setelah gelas ukur didiamkan selama 24 jam, diperoleh warna cairan : kuning, ini
berarti pasir yang diperiksa hampir tidak terdapat kotoran organis. Pasir dapat dipakai.

5. Kesimpulan
1) Penentuan kadar kotoran bersifat lumpur
Berdasarkan percobaan di atas menurut persyaratan PBI pasal 3.3.3 : “Bila kadar
lumpur melampaui 5% dari berat kering, maka agregat/pasir harus dicuci dulu”. Dari

7
percobaan di atas by volume didapat kadar kotoran 1,67 % dan dari by weight kadar kotoran
1,68 %, maka pasir memiliki kadar kotor < 5% artinya pasir tidak perlu dicuci
2) Penentuan akan adanya zat organis
Hasil percobaan diperoleh warna kuning, berarti pasir hampir tidak terdapat kotoran
organis di dalamnya, berarti pasir dapat dipakai.

8
SPECIFIC GRAVITY AND ABSORPTION OF FINE AGGREGATE
(BERAT JENIS DAN PENYERAPAN DARI PASIR)

1. Scope (Pengetahuan)
Cara ini meliputi penentuan bulk specific gravity (berat jenis butir), apparent specific
gravity dan absorpsi (penyerapan) dari bulk specific gravity pada umumnya digunakan untuk
perhitungan volume (isi) bahan yang dicampur dalam beton.

2. Alat-Alat
1. Timbangan = kapasitas 1 kg atau lebih, kepekaan 0,01 gram.
2. Picnometer = cukup untuk 500 gram pasir atau lebih.
3. Mold (cetakan) = mold logam berbentuk kerucut terpancung dengan ukuran :
• ⌀ dalam atas 40 ± 3 mm
• ⌀ dalam bawah 90 ± 3 mm
• Tinggi 75 ± 3 mm
• Tebal minimum 0,8 mm
4. Penumbuk – penumbuk logam berat 340 ± 15 gram dengan permukaan bulat rata
diameter 25 ± 3 mm.

3. Persiapan Contoh Percobaan


1. Kira-kira 1000 gr dari pasir diperoleh dengan cara quartering (membagi empat).
2. Keringkan di dalam oven menggunakan pan/bejana hingga berat tetap pada temperatur
100°C – 110°C .
3. Dinginkan hingga dapat di pegang, genangi air dan biarkan 24 ± 4 jam.
4. Dengan hati-hati tuangkan yang berlebihan untuk menghindari kehilangan butir pasir,
tebarkan contoh bahan di atas permukaan rata terbuka untuk diangini udara panas dan
gerakkan berulang-ulang sampai kering merata betul.
5. Teruskan pekerjaan ini sampai contoh bahan mendekati keadaan free flowing (mengalir
bebas).
6. Kemudian tempat sebagian dari pasir kering ke dalam mold, tetap memegang mold
yang diletakkan di atas permukaan licin, tak menyerap dengan diameter mold yang
besar dibagian bawah, pukul perlahan-lahan sebanyak 25 kali dengan pemukul lalu
diangkat mold tersebut tegak lurus.
9
7. Kalau permukaan masih lembab (basah) maka pasir bertahan dalam bentuk mold
(cetakan) keringkan terus dengan gerakan tetap dan ditest berulang-ulang sampai slump
pasir yang dipukul berpindah sedikit dari atas mold. Ini menunjukkan bahwa sudah
mencapai keadaan kering permukaan.

4. Procedure (Cara Kerja)


1. Segera masukkan 500 gram pasir seperti yang di jelaskan dalam pasal 3 ke dalam
picnometer, isi air kira-kira 90% dari kapasitasnya.
2. Balik-balik dan gerakan picnometer untuk mengeluarkan gelembung udara.
3. Temperaturnya diatur 23 ± 1,7°C kalau perlu dengan pencelupan ke dalam air yang
mengalir dan dibiarkan tinggi air dalam picnometer sampai penuh sekali.
4. Tentukan jumlah berat dari picnometer, bahan dan air.
5. Keluarkan pasir dari picnometer, keringkan hingga berat tetap pada temperatur 100°C –
110°C.
6. Dinginkan dalam udara pada temperatur ruang selama ½ - 1 ½ jam, lalu ditimbang.
7. Tentukan berat picnometer diisi air sa1mpai penuh sekali pada temperatur 23 ± 1,7°C.

5. Bulk Specific Gravity (Berat Jenis Butir)


A
Bulk SP. Gr. =
( B+500−C )

6. Bulk Specific Gravity (Saturrated Surface Dry Basis)


500
Bulk SP. Gr. (S.S.D.B) =
( B+500−C )
7. Apparent Specific Gravity
A
Apparent SP. Gr. =
( B+ A−C)

8. Absorption (Penyerapan)
500− A
Presentase Absorption = ×100 %
A

10
Keterangan :
A = Berat contoh pasir kering di udara (gram)
B = Berat picnometer diisi dengan air (gram)
C = Berat picnometer dengan contoh pasir dan air (gram)

1. Hasil Percobaan
Berat jenis pasir kering udara (A) = 483,30 gram
Berat picnometer + air (B) = 1391,93 gram
Berat picnometer + air + pasir jenuh (C) = 1692,57 gram

• Bulk specific gravity (Berat Jenis Butir)


A 483,30
Bulk Sp. Gr. = = =2,42
( B+500−C ) (1391,93+500−1692,57)

• Bulk specific gravity (Saturated Surface Dry Basis)


500 500
Bulk Sp. Gr. (S.S.D.B) = = =2,51
( B+500−C ) (1391,93+500−1692,57)

• Apparent specific gravity


A 483,30
Apparent Sp. Gr. = = =2,65
( B+ A−C) (1391,93+483,30−1692,57)

• Absorption (Penyerapan)
500− A 500−483,30
Presentase Absorption = ×100 %= ×100 %=3,46 %
A 483,30

11
SPECIFIC GRAVITY AND ABSORPTION OF COARSE AGGREGATE
(BERAT JENIS DAN PENYERAPAN KORAL/SPLIT)

1. Scope
Cara ini meliputi penentuan bulk specific gravity (berat jenis butir), apparent specific
gravity dan absorpsi (penyerapan) dari koral/split. Bulk specific gravity pada umunya
digunakan untuk perhitungan volume bahan yang dicampur dalam beton.
2. Alat-Alat
1. Timbangan – kapasitas 5 kg atau lebih, kepekaan 0,5 gram.
2. Tempat contoh – keranjang kawat dengan diameter lubang 3 mm.
3. Ember kapasitas 4000-7000 cm3 untuk contoh bahan dengan ⌀ 38,1 atau lebih kecil
8000-16000 cm3 untuk ukuran besar.

3. Contoh Percobaan
1. Contoh bahan dicampur dengan seksama. Dengan cara quartering (membagi empat)
koral/split diambil ± 5 kg. bahan yang melalui lubang ayakan ⌀ 4,75 mm dibuang.
2. Dapat juga diambil secara terpisah
Ukuran Maksimum ⌀ (mm) Berat Isi (kg)
12,5 atau kurang 2
19,0 3
25,0 4
37,5 5
50,0 8
63,0 12
75,0 18
90,0 25

4. Procedure
1. Bahan dicuci dengan seksama untuk menghilangkan debu, lapisan yang melekat pada
permukaan partikel (koral/split) contoh dikeringkan dalam oven hingga berat tetap
pada temperatur 100oC – 110oC.

12
2. Didinginkan selama 1-3 jam pada temperatur ruang, kemudian dicelupkan (semalam)
dalam air selama 24 ± 4 jam.
3. Contoh bahan diangkat dari dalam air dan dikeringkan dengan kain penyerap.
4. Hindarkan penguapan air dan pori-pori selama pengeringan permukaan bahan.
5. Contoh bahan ditimbang dalam keadaan kering jenuh permukaan.
6. Setelah ditimbang contoh dimasukkan ke dalam ember, lalu ditimbang di dalam air
pada temperatur 23oC ± 1,7oC. Density (kepekaan) 0,997 ± 0,002 sebelum ditimbang
dalam air, ember digoyang-goyangkan terlebih dahulu untuk menghindari gelembung-
gelembung udara ketika mencelupkan ember.
7. Contoh bahan dikeringkan dalam oven pada temperatur 100oC-110oC, dinginkan
selama 1-3 jam pada temperatur ruang lalu ditimbang.

5. Bulk specific gravity


A
Bulk Sp.Gr =
( B−C )

6. Bulk specific gravity (Saturated Surface Dry Basis)


B
Bulk Sp. Gr. (S.S.D.B) =
( B−C )

7. Apparent specific gravity


A
Apparent SP. Gr. =
( A−C)

8. Absorption (Penyerapan)
B− A
Presentase Absorption = × 100 %
A

9. 1 Perhitungan Harga Rata-Rata Specific Gravity


Apabila contoh di test terpisah dalam masing-masing ukuran (lihat tabel pada pasal 3.2),
harga rata-rata untuk bulk specific gravity. Bulk specific gravity (saturated surface dry basis)
atau apparent specific gravity dapat dihitung harga masing-masing seperti yang telaH
dihitung sesuai dengan pasal 5.6.7 digunakan pada persamaan di bawah:

1
G=
P1 P2 Pn
+ + ...+
100G 1 100G 2 100Gn

13
G = harga rata-rata specific gravity, baik untuk bulk dry saturrated
surface dry maupun apparent specific gravity.
G1, G2, …, Gn = Specific gravity masing-masing ukuran.
P1, P2, …, Pn = Persentasi berat masing-masing ukuran contoh asli.

9. 2 Perhitungan Harga Rata-Rata Absorpsi


P 1× A 1 P2 × A 2 Pn× An
A= + +…+
100 100 100

A = Presentase harga rata-rata absorpsi


A1, A2, … An = Presentase absorpsi masing-masing ukuran.

10. Hasil Percobaan


Berat split kering (A) = 4525,89 gram
Berat split jenuh (B) = 4863 gram
Berat split jenuh dalam air (C) = 2782 gram

• Bulk Specific Gravity


A 4525,89
Bulk SP. Gr. = = =2,17
( B−C ) (4863−2782)
• SSDB (Berat Jenis)
B 4863
Bulk SP. Gr. (S.S.D.B) = = =2,34
( B−C ) (4863−2782)
• Apparent Specific Gravity
A 4525,89
Apparent SP. Gr. = = =2,60
( A−C ) ( 4525,89−2782 )
• Absorption (Penyerapan)
B− A (4863−4525,89)
Presentase Absorption = × 100 %= ×100 %=7,45 %
A 4525,89

14
MENENTUKAN BERAT ISI DARI PASIR/SPLIT/SEMEN/ABU SEKAM
(UNIT WEIGHT)

1. Maksud Percobaan
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui berat isi dari pasir/split/semen/fly
ash/serabut kelapa dalam keadaan padat dan gembur.

2. Alat-Alat
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
2. Literan (1 Liter atau 2 Liter).

3. Bahan
1. Pasir/split//semen/fly ash/serabut kelapa.
2. Keadaan bahan :
• Gembur (lepas)
• Padat
Catatan : Bahan dalam keadaan kering udara ruang.

4. Prosedur
1. Bahan Gembur (lepas)
• Bahan digunakan dalam literan
• Permukaan diratakan
• Ditimbang
• Pelaksanaan 3x berulang-ulang, kemudian diambil nilai rata-ratanya (gram/liter)
2. Bahan Padat
• Bahan dimasukkan 1/3 bagian
• Dirojok-rojok 25x
• Dimasukkan 1/3 bagian lagi
• Dirojok-rojok 25x
• Dimasukkan 1/3 bagian lagi
• Dirojok-rojok 25x lagi dan diratakan

15
• Ditimbang
• Pelaksanaan 3x berulang-ulang, kemudian diambil nilai rata-ratanya (gram/liter)
5. Hasil Percobaan
1. Pasir
Penimbangan Gembur (gr/l) Padat (gr/l)
1 1574,68 1692,28
2 1620,07 1708,20
3 1603,39 1722,08
Rata - Rata 1599,38 1707,52

2. Split
Penimbangan Gembur (gr/l) Padat (gr/l)
1 1257,37 1437,14
2 1206,22 1388,49
3 1276,73 1392,95
Rata - Rata 1246,77 1406,19

3. Semen
Penimbangan Gembur (gr/l) Padat (gr/l)
1 997,58 1200,16
2 1002,69 1177,77
3 997,58 1186,83
Rata - Rata 999,28 1188,25

4. Abu Sekam
Penimbangan Gembur (gr/l) Padat (gr/l)
1 165,71 254,27
2 145,42 269,75
3 141,43 284,21
Rata - Rata 150,85 269,41

16
PERCOBAAN AYAKAN
(SIEVE ANALISIS)

1. Maksud
Percobaan ini maksudnya untuk mengetahui susunan butir kerikil atau split dan pasir.

2. Alat-Alat
1. 1 (satu) set ayakan.
2. Timbangan.
3. Oven pengering

3. Cara Singkat
Suatu berat yang kering dari kerikil/split dipindahkan oleh suatu set ayakan untuk
menjelaskan pembagian butir-butir tersebut.

4. Persiapan Contoh Percobaan


Cara mengambil suatu contoh pasir, kerikil/split untuk suatu percobaan ayak :
• Dari suatu timbunan pasir atau kerikil/split diambil sejumlah pasir, kerikil/split dari
bagian-bagian atas, tengah dan bawah.
• Dari berbagai tempat diambil sejumlah pasir, kerikil/split, karena butir-butir yang kasar
cenderung akan menggelincir ke sebelah luar timbunan dari bahan yang lebih halus
berpindah ke bagian dalam. Contoh-contoh ini di campurkan dengan sebaik-baiknya
menjadi satu kemudian sebarkan masing-masing diatas sebuah layar atau meja secara
lingkaran.
• Untuk memperkecil suatu contoh, banyaknya dibagi dalam 4 sektor oleh dua garis tengah
yang letaknya tegak lurus satu terhadap yang lainnya, dua sektor yang letaknya
berhadapan kita sampingkan. Dari kedua sektor lainnya yang ketinggalan kita ulangi lagi
pekerjaan tadi.

5. Procedure (Cara Bekerja)


Hal Mengayak

17
• Ayakan ditumpuk di atas sebuah dasar dan bawah dimulai dengan ayakan yang
mempunyai lubang kasa yang halus oleh bahan-bahan yang kasar, karena bahan-bahan
yang kasar ketinggalan dalam ayakan paling atas. Percobaan seluruhnya berjalan terus
menerus dan tiap satu kali ayak lamanya 10 menit.
• Ambil contoh pasir atau kerikil/split yang kering, masing-masing 1 atau 2 kg, lalu
dimasukkan ke dalam ayakan yang ditumpuk seperti disebut di atas, setelah percobaan
selesai dilakukan maka sisa-sisa bahan yang ketinggalan dari tiap-tiap ayakan ditimbang.
• Percobaan ini dilakukan dua atau tiga kali, supaya sedapat-dapatnya menghilangkan
kesalahan-kesalahan.

6. Daftar Ayak
Hasil percobaan ayak ditulis dalam sebuah daftar ayak. Dari harga-harga yang ditimbang
tadi dihitung harga rata-ratanya. Tentukan pula proses yang dapat melalui ayakan.

Bentuk daftar percobaan ayak untuk pasir:


Sisa Ayakan
Diameter
Dalam Gram Dalam % Jumlah
Ayakan
Perc 1 Perc 2 Sisa %
(mm) Perc 1 Perc 2 Rata-Rata
(Koreksi) (Koreksi)
⌀ 9,52 0 0 0 0 0,000 0,0000 0,0000
⌀ 4,75 10,5 7,27 11,08 8,25 9,667 0,9665 0,9665
⌀ 2,0 61,63 48,26 62,21 49,14 55,675 5,5675 6,5340
⌀ 0,85 219,15 196,59 219,73 197,57 208,650 20,8650 27,3990
⌀ 0,425 285,94 287,52 286,52 288,52 287,515 29,7515 56,1505
⌀ 0,250 192,21 201,91 192,79 202,89 197,840 19,7840 75,9345
⌀ 0,105 142,41 168,74 142,98 169,72 156,355 15,6355 91,5700
⌀0 84,11 83,93 84,69 83,91 84,300 8,4300 -
Jumlah 995,95 993,12 1000 1000 1000,000 100,000 258,5545

18
Bentuk daftar percobaan ayak untuk split:
Sisa Ayakan
Diameter Dalam Gram Dalam %
Jumlah
Ayakan Perc 2
Per 1 Sisa %
(mm) Perc 1 Perc 2 (Koreksi Rata-Rata
(Koreksi)
)

⌀ 38,1 0 0 0 0 0,000 0,0000 0,0000

⌀ 25,4 22,82 0 22,87 0 11,425 1,1425 1,1425

⌀ 19,1 120,89 129,97 120,94 130,02 125,480 12,5480 13,6905

⌀ 9,52 541,52 541,33 541,57 541,38 541,450 54,1450 67,8355

⌀ 4,76 287,12 305,99 287,17 306,04 296,695 29,6595 97,4950

⌀ 2,0 12,65 9,79 12,70 9,84 11,275 1,1275 98,6225

⌀0 14,75 12,68 14,80 12,73 13,775 1,3775 -

Jumlah 99,75 999,76 1000 1000 1000,000 100,0000 278.7860

7. Diagram Butir
Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas mengenai susunan butir dari pasir dan
kerikil/split maka dibuat suatu gambaran secara grafik yang disebut diagram butir.

19
Diameter Sisa Ayakan Jumlah
Ayakan Dalam Gram Dalam % Sisa %
(mm) Perc 1 Perc 2 Rata-Rata
⌀ 9,52 0 0 0,000 0,0000 0,0000
⌀ 4,75 11,08 8,25 9,665 0,9665 0,9665
⌀ 2,0 62,21 49,14 55,675 5,5675 6,5340
⌀ 0,85 219,73 197,57 208,650 20,8650 27,3990
⌀ 0,425 286,52 288,52 287,515 28,7515 56,1505
⌀ 0,250 192,79 202,89 197,840 19,7840 75,9345
⌀ 0,105 142,98 169,72 156,355 15,6355 91,5700
⌀0 84,69 83,91 84,300 8,4300 -
Jumlah 1000 1000 1000,000 100,0000 258,5545

20
Diameter Sisa Ayakan Jumlah
Ayakan Dalam Gram Dalam % Sisa %
(mm) Perc 1 Perc 2 Rata-Rata
⌀ 38,1 0 0 0,000 0,0000 0,0000
⌀ 25,4 22,82 0 11,425 1,1425 1.1425
⌀ 19,1 120,94 130,02 125,480 12,5480 13,6905
⌀ 9,52 541,57 541,38 541,450 54,1450 67,8355
⌀ 4,76 287,17 306,03 296,595 29,6595 97,4950
⌀ 2,0 12,70 9,84 11,275 1,1275 98,6225
⌀0 14,80 12,73 13,775 1,3775 -

21
Jumlah 1000 1000 1000,000 100,0000 278.7860
RANCANGAN CAMPURAN BETON
(Mix Design)
1. Scope (Pengetahuan)
Rancangan campuran beton adalah rancangan komposisi beton yang dibuat agar
mendapatkan komposisi beton yang ekonomis dan memenuhi syarat kekuatan, ketahanan dan
kelecakan.

2. Tahapan Rancangan Campuran Beton


Untuk kuat tekan karakteristik fc’ = 30 MPa pada umur 28 hari dengan slump 75 mm.
Berdasarkan SNI kuat beton umur 28 hari berdasarkan kuat beton rata-rata dengan
perhitungan:

fc’ < 21 fcr’ = fc’ + 7,0


21 ≤ fc’ ≤ 35 fcr’ = fc’ + 8,3
fc’ > 35 fcr’ = 1,1 fc’ + 5,0

Sehingga dari data fc’ = 30 MPa, maka fcr’ = 30 + 8,3 = 38,3 MPa
Dengan data – data penelitian sebagai berikut:
 Agregat halus
Berat jenis = 2,51
Modulus kehalusan = 2,59
Penyerapan air (%) = 3,46
Kandungan air (%) = 0,27
 Agregat kasar
Berat jenis = 2,34
Berat isi (kg/m3) = 1326,48
Ukuran agregat maks = 18,44 mm ~ 19 mm
Penyerapan air (%) = 7,45
Kandungan air (%) = 2,20

22
Langkah – langkah perhitungan berdasarkan SNI 7656:2012
1. Menentukan nilai slump
Berdasarkan persyaratan, ditentukan slump 75 mm

2. Pemilihan ukuran besar butir agregat maksimum


Dari data material di dapat 19 mm

3. Menentukan jumlah air yang dibutuhkan dan kadar udara

Air (kg/m3) untuk ukuran nominal agregat maksimum batu pecah


SLUMP 9,5 12,7 19 25 37,5 50 75 150
(mm) mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2
Beton tanpa tambahan udara
25 – 50 207 199 190 179 166 154 130 113
75 – 100 228 216 205 193 181 169 145 124
150 -175 243 228 216 202 190 178 160 -
> 175 - - - - -- - - -
Banyaknya
Udara
2
dalam 3 2,5 1,5 1 0,5 0,3 0,2
beton (%)

Dari data:
- Nilai slump = 75 – 100 mm
- Dmax agregat = 19 mm
Maka didapat: Air yang dibutuhkan 205 (kg/m3), Kadar udara 2 %

4. Rasio Air Semen


Kekuatan beton Rasio air semen beton
umur 28 hari tanpa tambahan udara
40 0,42
Di interpolasi 35 0,47 sehingga mendapat
w/c 30 0,54
25 0,61
20 0,69
15 0,79
( 35−38,3)(0,42−0,47)
¿ 0,47+ =0,47−0.033=0,437
(35−40)

5. Menghitung kadar semen

23
- Dari langkah 3 didapat kebutuhan air 205 (kg/m3)
0,47
- Dari langkah 4 didapat w/c 0,437 X

Maka, jumlah semen yang dibutuhkan 0,42

205 3 35 38,3 40
C¿ =469,107 kg/m
0,437

6. Menentukan jumlah agregat kasar yang dibutuhkan

Ukuran Modulus kehalusan agregat halus


agregat
maksimum
(mm) 2,40 2,60 2,80 3,00

9,5 0,30 0,48 0,46 0,44


12,5 0,59 0,52 0,55 0,53
19 0,66 0,64 0,62 0,60
25 0,74 0,69 0,67 0,65
37,5 0,75 0,73 0,71 0,19
50 0,78 0,76 0,74 0,72
75 0,82 0,80 0,76 0,76
150 0,87 0,85 0,83 0,81

Dari data:

Modulus kehalusan = 2,59

Dmax agregat kasar = 19 mm 0,66

X
2,59−2,4 x−0,66
= 0,64
2,6−2,4 0,64−0,66

X = 0,64 2,4 2,59 2,6

Volume agregat kasar persatuan volume beton = 0,64

Berat isi split = 1326,48 kg/m3

Maka, berat agregat kasar = 0,64 x 1326,48

= 848,95 (kg/m3)

24
7. Berat agregat halus yang dibutuhkan by weight

Ukuran agregat Periksaan awal berat


maksimum beton (kg/m ) beton
3

(mm) tanpa udara


9,5 2280
12,5 2310
19 2345
25 2380
37,5 2410
50 2445
75 2490
150 2530

Dari data = diameter agregat maksimum 19 mm


Maka perkiraan awal berat beton 2345 (kg/m3)
 Berat air = 205 kg/m3
Berat semen = 467,107 kg/m3
Berat agregat kasar = 848,95 kg/m3
Berat total tanpa agregat halus = 1523,057 kg/m3
 Berat agregat halus = 2345 – 1523,057 = 821,943 kg/m3
Dari perhitungan teoritis di atas, diperoleh campuran beton 1 m3 dengan perbandingan
sebagai berikut:

Semen Pasir Split Air


Berat (kg/m )
3
469,107 821,943 848,95 205
Rasio 1 1,75 1,81 0,44

25
MENENTUKAN KADAR AIR

1. Pasir
Berat pasir = 1000 gr
Berat pasir kering (oven) = 977,38 gr
1000−977,38
Kadar air dari pasir = ×100 %
977,38
= 2,31 %
2. Split
Berat split = 1000 gr
Berat split kering (oven) = 978,47 gr
1000−978,47
Kadar air dari split = ×100 %
978,47
= 2,2 %
Tabel Berat Jenis dan Penyerapan
Bahan Bulk Sp. Gr SSDB App SP. Gr Absorption Kadar Air
Pasir 2,42 2,51 2,65 3,46% 2,31%
Split 2,17 2,34 2,60 7,45% 2,20%

Dalam tabel terlihat bahwa pasir dan split yang akan dipakai menunjukkan keadaan
Pasir = Kadar Air < Absoption, berarti kekurangan air
Split = Kadar Air < Absoption, berarti kekurangan air
Perhitungan dalam pelaksanaan (Setelah dikoreksi)
Semen = 469,107 kg/m3
848,95 × ( 2,20−7,45 ) 821,943 × ( 2,31−3,46 )
Air = 205−( )+( )=258,93 kg / m3
100 100
2,20
Split =(1+ ) ×848,95=867,63 kg/m3
100
2,31 3
Pasir = (1+ )× 821,943=840,97 kg/m
100
Perhitungan yang sudah dikoreksi dalam pelaksanaan 1m3 beton terdiri dari:
Semen Pasir Split Air
Berat (kg/m3) 469,107 840,97 867,63 258,93
Rasio 1 1,79 1,85 0,55

26
RANCANGAN CAMPURAN BETON RAMAH LINGKUNGAN

Data Bahan Pengganti Semen


Abu Sekam
Berat isi = 210,13 gr/L
= 1,279 gr/cm3
Selain itu, diketahui berat jenis semen = 2,981; berat jenis pasir = 2,51; dan berat jenis split =
2,34.

Rancangan campuran by weight to by volume + 2% kadar udara.

Semen = ( 469,107
2,981 )+(
100
×
2,981 )
1,5 469,107
= 159,7261 m 3

=( ) +(
2,51 )
840,97 1,5 840,97
Pasir × = 340,3395 m 3
2,51 100

=( ) +(
2,34 )
867,63 1,5 867,63
Split × = 376,8499 m 3
2,34 100

=(
1 ) ( 100 1 )
258,93 1,5 258,93
Air + × = 262,8166 m 3

Total tanpa udara = 1122,126 m3


Total Volume = 1139,7322 m3
Koreksi agar menjadi 100% volume = 1000 m3

Semen = ( 1139,7322
159,7261
) x 1000 m 3
= 140,1436 m3

=(
1139,7322 )
340,3395
Pasir x 1000 m 3
= 298,6135 m3

=(
1139,7322 )
376,8499
Split x 1000 m 3
= 330,6478 m3

=(
1139,7322 )
262,8166
Air x 1000 m 3
= 230,5951 m3

Rancangan Campuran Beton Koreksi


Semen = 140,1436 x 2,981 = 417,7680 kg/m3
Pasir = 298,6135 x 2,51 = 748,9304 kg/m3

27
Split = 330,6478 x 2,34 = 772,6767 kg/m3
Air = 230,5951 x 1 = 230,5951 kg/m3

Maka diperoleh perbandingan campuran beton 1m3 koreksi


Semen Pasir Split Air
Bahan (kg/m )3
417,7680 748,9304 772,6767 230,5951
Rasio 1 1,79 1,85 0,55

28
RANCANGAN CAMPURAN BETON DAN BAHAN PENGGANTI
SEMEN

 Variasi 1 (2,5% Abu Sekam)


97,5% Semen = 97,5% × 140,1436 × 2,981 = 407,324 kg/m3
2,5% Abu Sekam = 2,5% × 140,1436 × 0,21 = 0,7362 kg/m3

Semen Pasir Split Air Abu Sekam


Bahan
407,324 748,930 772,677 230,595 0,736
(kg/m3)
Rasio 1 1,84 1,90 0,57 0,002

 Variasi 2 (5% Abu Sekam)


95% Semen = 95% × 140,1436 × 2,981 = 396,880 kg/m3
5% Abu Sekam = 5% × 140,1436 × 0,21 = 1,472 kg/m3

Semen Pasir Split Air Abu Sekam


Bahan
396,880 748,930 772,677 230,595 1,472
(kg/m3)
Rasio 1 1,89 1,95 0,58 0,004

 Variasi 3 (7,5% Abu Sekam)


92,5% Semen = 92,5% × 140,1436 × 2,981 = 386,435 kg/m3
7,5% Abu Sekam = 7,5% × 140,1436 × 0,21 = 2,209 kg/m3

Semen Pasir Split Air Abu Sekam


Bahan
386,435 748,930 772,677 230,595 2,209
(kg/m3)
Rasio 1 1,94 2,00 0,60 0,006

 Variasi 4 (10% Abu Sekam)


90% Semen = 78% × 140,1436 × 2,981 = 375,991 kg/m3
10% Abu Sekam = 10% × 140,1436 × 0,21 = 2,945 kg/m3

Semen Pasir Split Air Abu Sekam


Bahan
375,991 748,930 772,677 230,595 2,945
(kg/m3)
Rasio 1 1,99 2,06 0,61 0,008

29
SLUMP TEST

1. Maksud Percobaan
Percobaan ini merupakan skala petunjuk untuk plastisitas spasi beton

2. Alat - Alat
1. Selubung kerucut Abrams
2. Pelat seng
3. Batang besi diameter 16 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat.

3. Jelaskan Percobaan
 Selubung kerucut Abrams diletakkan di atas pelat seng beton yang telah diaduk
dimasukkan ke dalam selubung itu dalam tiga lapisan yang masing–masing
mempunyai isi yang sama. Tiap – tiap lapis berulang – ulang dicocok 25 kali dengan
batang besi lapisan setelah atas diratakan sama dengan pinggir selubung itu
 Setelah menunggu 30 detik dengan perlahan – lahan, selubung kerucut ditarik ke atas
kemudian dipasang di sebelahnya kerucut beton, kerucut akan turun. Harga turunnya
puncak kerucut tadi diukur dengan mistar, turunnya puncak kerucut tadi diberi nama
slump.
Diameter 16 mm
10 cm
Panjang 60 cm

Slump
161 mm
30 cm

20 cm

30
1. Beton Normal
No Pengukuran Slump (mm)
1 161
2 168
3 152
4 159
5 165
Rata - Rata 161

2. Beton Variasi 1
No Pengukuran Slump (mm)
1 184
2 200
3 179
4 187
5 170
Rata - Rata 184

3. Beton Variasi 2
No Pengukuran Slump (mm)
1 168
2 182
3 168
4 150
5 170
Rata - Rata 167,6

4. Beton Variasi 3
No Pengukuran Slump (mm)
1 154
2 175
3 158
4 163
5 160
Rata - Rata 162

5. Beton Variasi 4
No Pengukuran Slump (mm)
1 135
2 128
3 139
4 143

31
5 130
Rata - Rata 135

6. Slump Beton Balok


No Pengukuran Slump (mm)
1 175
2 183
3 169
4 176
5 187
Rata - Rata 178

Perbandingan Nilai Slump


250
200 184.00
167.60 178.00
161.00 162.00
Slump (mm)

150 135.00

100
50
0
Normal Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4 Balok
Sampel Beton

32
PERCOBAAN UNTUK MENETUKAN KEKUATAN TEKAN
KARAKTERISTIK BETON

1. Maksud Percobaan
Menentukan kekuatan tekan hancur karakteristik beton.

2. Pendahuluan
Pada percobaan tekan, sejumlah benda uji (silinder) : 15 buah dengan ukuran diameter
15 cm dan tinggi 30 cm, dengan kekuatan hancur beton akan menyebar sekitar suatu nilai rata
– rata tertentu. Penyebaran dari hasil pemeriksaan ini akan kecil atau besar tergantung pada
tingkat kesempurnaan dari pelaksanaan. Dengan menganggap nilai dari suatu hasil
pemeriksaan tersebut menyebar normal gauss maka ukuran dari besar kecilnya penyebaran
dari nilai – nilai pemeriksaan tersebut disebut deviasi standar.
Keterangan:
Ss= √ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿

Ss = Deviasi Standart (MPa)


f’ci = Kekuatan tekan beton dari masing – masing benda uji (MPa)
f’cr = Kekuatan tekan beton rata – rata (MPa)
N = Jumlah benda uji
Kekuatan tekan karakteristik (f’ci) adalah kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas
sampai 5% saja (1 buah benda uji)

3. Jalannya Percobaan
 Cetakan silinder berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 15 buah dan
balok berukuran (15 × 15 × 60) cm sebanyak 1 buah dibersihkan, kemudian dilapisi
dengan mold oil agar beton tidak melekat pada cetakan setelah mengeras.
 Adukan beton (yang diaduk dalam pan besar) dituang ke dalam masing -masing
cetakan, isi mold dengan adukan setinggi 1/3 nya, kemudian adukan yang berada
didalam mold dirojok dengan alat rojok.

33
 Isi kembali 1/3 dan 1/3 nya sampai penuh, kemudian ketuk dengan perlahan – lahan sisi
mold agar tidak ada gelembung udara yang terperangkap di dalam mold denga palu.
 Ratakan permukaan atas adukan beton
 Letakkan cetakan tersebut dibuka, dengan langsung kena sinar matahari selama 24 jam
dan juga di tempat yang bebas tulis tanggal pengecoran.
 Keesokan harinya letakkan, lalu dibuka, lalu benda uji direndam dalam air (28 hari)
 Contoh di test pada umur 1 hari, 14 hari, atau 28 hari. Jika akan dites, maka
sebelumnya dikeluarkan terlebih dahulu contoh dari air dan letakkan pada udara
terbuka.
 Sebelum dilakukan tekan, masing – masing benda uji ditimbang beratnya terlebih
dahulu, kemudian di capping.
 Masing – masing silinder benda uji (15 buah) ditest tekan pada sisi yang rata dan
dicatat dengan alat compression testing machine.

4. Hasil Percobaan
 Volume benda uji = (1/4 𝜋 × 1502×300) mm3
= 5301437,69

= 5.30 × 10−3 m3
 Luas penampang yang ditekan = 1/4 𝜋 × (150)2 mm2
= 1761,46 mm2
 Kekuatan tekan hancur benda uji = Beban (N)
Luas penampang (mm2)
 Menghitung berat jenis beton
Berat silinder beton normal rata – rata
=1/3 × (12 + 12,1 + 12,3)
= 1/3 ×36,4
= 12,13 kg
Berat silinder beton variasi 1 rata – rata
=1/3 × (12,3 + 12,1 + 13)
= 1/3 × 37,4
= 12,46 kg

34
Berat silinder beton variasi 2 rata – rata
=1/3 × (12+ 12 + 12)
= 1/3 × 36
= 12 kg
Berat silinder beton variasi 3 rata – rata
=1/3 × (11,9 + 11,8 + 12,1)
= 1/3 × 35,8
= 11,93 kg
Berat silinder beton variasi 4 rata – rata
=1/3 × (11,9 + 11,9 + 11,8)
= 1/3 × 35,6
= 11,86 kg

12,13
 Berat jenis beton normal = −3 = 2288,248 kg/m
3
5.301×10
12,46
Berat jenis beton variasi 1 = −3 = 2350,500 kg/m
3
5.301×10
12
Berat jenis beton variasi 2 = = 2263,724 kg/m3
5.301×10−3
11,93
Berat jenis beton variasi 3 = −3 = 2250,519 kg/m
3
5.301×10
11,86
Berat jenis beton variasi 4 = = 2237,314 kg/m3
5.301×10−3

35
Perbandingan Berat Jenis Beton
2400
2350.500
Berat Jenis (kg/m3)
2350

2300 2288.248
2263.724 2250.519
2250 2237.314

2200
Normal Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4
Sampel Beton

36
HASIL PERCOBAAN MENENTUKAN KEKUATAN TEKAN BETON
Beton Normal
1
Volume silinder beton = ( 𝜋 × 152 ×
No
Tanggal Tanggal Umur
Perbandingan Campuran w/c
Slump Berat Beban
Fci’ (MPa)
4
Cor Test (Hari) (mm) (kg) (kN) 30)
1 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,79 : 1,85 0,55 161 12 307,5 17,40 = 5301,44 cm3
2 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,79 : 1,85 0,55 161 12,1 300 16,98
= 5,301 x 10-3 m3
3 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,79 : 1,85 0,55 161 12,3 277,5 15,70
1
Beton Variasi 1 Luas = 𝜋 × (150)2 mm2
4
Tanggal Tanggal Umur Slump Berat Beban = 17,671 mm2
No Perbandingan Campuran w/c Fci’ (MPa)
Cor Test (Hari) (mm) (kg) (kN) Berat beton normal rata rata = 12,13 kg
1 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,84 : 1,95 : 0,002 0,57 184 12,3 232,5 13,16
2 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,84 : 1,95 : 0,002 0,57 184 12,1 285 16,13 Berat beton variasi 1 rata rata = 12,46 kg
3 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,84 : 1,95 : 0,002 0,57 184 12 270 15,28
Beton Variasi 2 Berat beton variasi 2 rata rata = 12 kg

Tanggal Tanggal Umur Slump Berat Beban Berat beton variasi 3 rata rata = 11,93 kg
No Perbandingan Campuran w/c Fci’ (MPa)
Cor Test (Hari) (mm) (kg) (kN)
1 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,89 : 1,95 : 0,004 0,58 168 12 187,5 10,61 Berat beton variasi 4 rata rata = 11,86 kg
2 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,89 : 1,95 : 0,004 0,58 168 12 210 11,88
BJ beton normal =
3 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,89 : 1,95 : 0,004 0,58 168 12 195 11,03
berat 12,13
Beton Variasi 3 =
volume 5,301 x 10−3
Tanggal Tanggal Umur Slump Berat Beban = 288,248 kg/m3
No Perbandingan Campuran w/c Fci’ (MPa)
Cor Test (Hari) (mm) (kg) (kN) BJ beton variasi 1=
1 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,94 : 2,00 : 0,006 0,60 162 11,9 165 9,34
berat 12,46
2 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,94 : 2,00 : 0,006 0,60 162 11,8 240 13,58 =
3 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,94 : 2,00 : 0,006 0,60 162 12,1 180 10,19 volume 5,301 x 10−3
Beton Variasi 4 = 2350,500 kg/m3
BJ beton variasi 2=
Tanggal Tanggal Umur Slump Berat Beban berat 12
No Perbandingan Campuran w/c Fci’ (MPa) =
Cor Test (Hari) (mm) (kg) (kN)
1 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,99 : 2,06 : 0,008 0,61 135 11,9 180 10,19
volume 5,301 x 10−3
2 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,99 : 2,06 : 0,008 0,61 135 11,8 180 10,19 = 2263,724 kg/m3
3 24/11/22 22/12/22 28 1 : 1,99 : 2,06 : 0,008 0,61 135 12,1 157,5 8,91 BJ beton variasi 3=
berat 11,93
=
volume 5,301 x 10−3
37
1. Beton Normal
Statical Analysis
No Fci’ (MPa) (fci-fcr) (MPa) (fci-fcr)2 (MPa)2
1 17,40 0,71 0,50
2 16,98 0,28 0,08
3 15,70 -0,99 0,98
∑ 50,08 - 1,56

∑fci 50,08
F’cr = N = 3 =16,69 MPa

Ss =

∑ (fci ' −fcr ' )2
N−1 √= 1,56 = 0,88 MPa
2

K = 1,36 untuk 3 sampel


 F’c = fcr’ – 1,34 (k) Ss
= 16,69 – 1,34 × 1,36 × 0,88
= 15,08 MPa
 F’c = fcr’ – 2,33 Ss + 3,5
= 16,69 – 2,33 × 0,88 +3,5
= 18,14 MPa
Maka yang diambil, F’c = 15,08 MPa
Ss
 δ = f ' cr ×100 %

0,88
= 16,69 ×100 %

= 5,29 %
Kesimpulan Beton Normal
 Kekuatan tekan beton karaktersitik (fc’) yang dicapai dalam percobaan ini fc’ =
15,08 MPa, maka mutu f’c 30 MPa tidak tercapai.
 Standar deviasi yang didapatkan 0,89MPa.
 Koefisien variasi yang didapatkan 5,29%, berdasarkan kualifikasi pelaksanaan
menurut ACI untuk variasi suatu pekerjaan di laboratorium (≥5%) berarti hasil
yang diperoleh adalah buruk. Berarti beton yang dibuat dalam percobaan
mempunyai klasifikasi pelaksanaan yang buruk.
Kualifikasi menurut ACI (American Concrete Institute) Koefisien variasi tebal (%).

Baik Sangat
Dilaboratorium Baik Cukup Buruk
Sekali Baik

38
<2% 2%-3% 3%-4% 4%-5% ≥5%
2. Beton Variasi 1
Statical Analysis
No Fci’ (MPa) (fci-fcr) (MPa) (fci-fcr)2 (MPa)2
1 13,16 -1,70 2,88
2 16,13 1,27 1,62
3 15,28 0,42 0,18
∑ 44,56 - 4,68

∑fci 44,56
F’cr = N = 3 =14,85 MPa

√ √
' 2
4,68
Ss = ∑ (fci −fcr ' ) = = 1,53 MPa
N−1 2

K = 1,36 untuk 3 sampel


 F’c = fcr’ – 1,34 (k) Ss
= 14,85 – 1,34 × 1,36 × 1,53
= 12,07 MPa
 F’c = fcr’ – 2,33 Ss + 3,5
= 14,85 – 2,33 × 1,53 +3,5
= 14,79 MPa
Maka yang diambil, F’c = 12,07 MPa
Ss
 δ = f ' cr x 100 %

1,53
= 14,85 x 100 %

= 10,30 %
Kesimpulan Beton Variasi 1
 Kekuatan tekan beton karaktersitik (f’c) yang dicapai dalam percobaan ini fc’ =
12,07 MPa.
 Standar deviasi yang didapatkan 1,53 MPa.
 Koefisien variasi yang didapatkan 10,30%, berdasarkan kualifikasi pelaksanaan
menurut ACI untuk variasi suatu pekerjaan di laboratorium (≥5%) berarti hasil
yang diperoleh adalah buruk. Berarti beton yang dibuat dalam percobaan
mempunyai klasifikasi pelaksanaan yang buruk.
Kualifikasi menurut ACI (American Concrete Institute) Koefisien variasi tebal (%).

Dilaboratorium Baik Sangat Baik Cukup Buruk

39
Sekali Baik
<2% 2%-3% 3%-4% 4%-5% ≥5%
3. Beton Variasi 2
Statical Analysis
No Fci’ (MPa) (fci-fcr) (MPa) (fci-fcr)2 (MPa)2
1 10,61 -0,57 0,32
2 11,88 0,71 0,50
3 11,03 -0,14 0,02
∑ 33,53 - 0,84

∑fci 33,53
F’cr = N = 3 =11,18 MPa

√ √
' 2
Ss = ∑ (fci −fcr ' ) = 0,84 = 0,65 MPa
N−1 2

K = 1,36 untuk 3 sampel


 F’c = fcr’ – 1,34 (k) Ss
= 11,18 – 1,34 × 1,36 × 0,65
= 9,99 MPa
 F’c = fcr’ – 2,33 Ss + 3,5
= 11,18 – 2,33 × 0,65 + 3,5
= 13,17 MPa
Maka yang diambil, F’c = 9,99 MPa
Ss
 δ = f ' cr x 100 %

0,65
= 11,18 x 100 %

= 5,80 %
Kesimpulan Beton Variasi 2
 Kekuatan tekan beton karaktersitik (f’c) yang dicapai dalam percobaan ini fc’ =
9,99 MPa.
 Standar deviasi yang didapatkan 0,65 MPa.
 Koefisien variasi yang didapatkan 5,80%, berdasarkan kualifikasi pelaksanaan
menurut ACI untuk variasi suatu pekerjaan di laboratorium (≥5%) berarti hasil
yang diperoleh adalah buruk. Berarti beton yang dibuat dalam percobaan
mempunyai klasifikasi pelaksanaan yang buruk.
Kualifikasi menurut ACI (American Concrete Institute) Koefisien variasi tebal (%).

40
Baik Sangat
Dilaboratorium Baik Cukup Buruk
Sekali Baik
<2% 2%-3% 3%-4% 4%-5% ≥5%
4. Beton Variasi 3
Statical Analysis
No Fci’ (MPa) (fci-fcr) (MPa) (fci-fcr)2 (MPa)2
1 9,34 -1,70 2,88
2 13,58 2,55 6,48
3 10,19 -0,85 0,72
∑ 33,10 - 10,09

∑fci 33,10
F’cr = N = 3 =11,03 MPa

√ √
' 2
Ss = ∑ (fci −fcr ' ) = 10,09 = 2,25 MPa
N−1 2

K = 1,36 untuk 3 sampel


 F’c = fcr’ – 1,34 (k) Ss
= 11,03 – 1,34 × 1,36 × 2,25
= 6,94 MPa
 F’c = fcr’ – 2,33 Ss + 3,5
= 11,03 – 2,33 × 2,25 +3,5
= 9,30 MPa
Maka yang diambil, F’c = 6,94 MPa
Ss
 δ = f ' cr x 100 %

2,25
= 11,03 x 100 %

= 20,35 %
Kesimpulan Beton Variasi 3
 Kekuatan tekan beton karaktersitik (f’c) yang dicapai dalam percobaan ini fc’ =
11,03 MPa.
 Standar deviasi yang didapatkan 2,25 MPa.
 Koefisien variasi yang didapatkan 20,35%, berdasarkan kualifikasi pelaksanaan
menurut ACI untuk variasi suatu pekerjaan di laboratorium (≥5%) berarti hasil
yang diperoleh adalah buruk. Berarti beton yang dibuat dalam percobaan
mempunyai klasifikasi pelaksanaan yang buruk.
Kualifikasi menurut ACI (American Concrete Institute) Koefisien variasi tebal (%).

41
Baik Sangat
Dilaboratorium Baik Cukup Buruk
Sekali Baik
<2% 2%-3% 3%-4% 4%-5% ≥5%
5. Beton Variasi 4
Statical Analysis
No Fci’ (MPa) (fci-fcr) (MPa) (fci-fcr)2 (MPa)2
1 10,19 0,42 0,18
2 10,19 0,42 0,18
3 8,91 -0,85 0,72
∑ 29,28 - 1,08

∑fci 29,28
F’cr = N = 3 =9,76 MPa

√ √
' 2
Ss = ∑ (fci −fcr ' ) = 1,08 = 0,74 MPa
N−1 2

K = 1,36 untuk 3 sampel


 F’c = fcr’ – 1,34 (k) Ss
= 9,76 – 1,34 × 1,36 × 0,74
= 8,42 MPa
 F’c = fcr’ – 2,33 Ss + 3,5
= 9,76 – 2,33 × 0,74 +3,5
= 11,55 MPa
Maka yang diambil, F’c = 8,42 MPa
Ss
 δ = f ' cr x 100 %

0,76
= 9,76 x 100 %

= 7,53 %
Kesimpulan Beton Variasi 4
 Kekuatan tekan beton karaktersitik (f’c) yang dicapai dalam percobaan ini fc’ =
9,76 MPa.
 Standar deviasi yang didapatkan 0,74 MPa.
 Koefisien variasi yang didapatkan 7,53%, berdasarkan kualifikasi pelaksanaan
menurut ACI untuk variasi suatu pekerjaan di laboratorium (≥5%) berarti hasil
yang diperoleh adalah buruk. Berarti beton yang dibuat dalam percobaan
mempunyai klasifikasi pelaksanaan yang buruk.
Kualifikasi menurut ACI (American Concrete Institute) Koefisien variasi tebal (%).

42
Baik Sangat
Dilaboratorium Baik Cukup Buruk
Sekali Baik
<2% 2%-3% 3%-4% 4%-5% ≥5%

Perbandingan Kuat Tekan Beton


25

20
15.08
15
fc' (MPa)

12.07
9.99
10 8.42
6.94
5

0
Normal Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4
Sampel Beton

FLUEXURAL STRENGTH OF CONCRETE


(USING SAMPLE BEAM WITH THIRD POINT LOADING)

1. Maksud Percobaan

Cara ini adalah menentukan flexural strength dari beton menggunakan balok dengan
ketika diberi pembebanan

43
2. Alat-Alat

Beam breaker (tersedia di laboratorium)

3. Contoh Percobaan

Balok beton dimana pandangan 3x dalamnya (tinggi, sisi – sisi, dan contoh tersebut harus
siku dengan bagian atas dan bawah dari balok tersebut)

4. Cara Kerja

Balok beton diletakkan diatas landasan, seperti gambar dibawah, lalu dibebani dan
dilakukan pembebanan

Head of Testing Machine

d = L/3

L/3 L/3 L/3

5. Pengukuran Contoh Setelah Pembacaan


Pengukuran dilakukan mendekati 3 mm untuk menentukan lebar dan dalam (tinggi) rata –
rata dari contoh pada bagian yang patah

6. Perhitungan
a. Jika pecahan timbul retak tengah sepertiga panjang pentang, menghitung modulus of
repture sebagai berikut

44
P×L
R= 2
b×d
Keterangan :
R : Modulus of Rupture (kg/cm3)
P : Beban maksimum (kg)
L : Panjang bentang (cm)
d : Dalam (tinggi) rata – rata dari balok beton (cm)
b : Lebar rata – rata dari balok beton (cm)
b. Jika pecah timbul di luar tengah seperti panjang bentang, tidak lebih dari 5% dari
panjang beton, menghitung modulus of repture sebagai berikut
3 × Pa
R= 2
b ×d
Keterangan:
a : Jarak antara garis pecah dan terdekat dihitung sepanjang garis tengah
permukaan bawah
c. Jika pecahan di luar tengah segitiga panjang bentang melebihi 5 % dari panjang
bentang, percobaan diulang

7. Hasil Percobaan
1. Umur contoh balok = 28 hari
2. Panjang bentang = 45 cm
59,8+59,7+59,9+59,7+59,9
3. Panjang rata – rata balok =
5
= 59,8 cm
15,4+15,1+15,1+15,1+15,1
4. Tinggi rata – rata balok =
5
= 15,16 cm

14,8+14,8+14,8+14,8+14,8
5. Lebar rata – rata balok =
5
= 14,8 cm

Patahan yang terjadi seperti pada gambar, yakni di tengah sepertiga bentang:

45
Tampak Atas Tampak Samping

15,16 cm

14,80 cm
28 cm
45 cm
59,80 cm

Didapat dari pengujian Flexural strength test (P) = 2960 kgf


Maka modulus of repture
P×L
R ¿ 2
b ×d
2960 × 45
¿ 2
14,8×(15,16)

= 39,16 kg/cm2 Pada umur 28 hari


Kuat tekan beton = 15,08 MPa = 153,773 kg/cm2
Perbandingan antara kuat lentur beton dan kuat tekan beton
Kuat Tekan Beton
= ×100 %
Kuat Lentur Beton
39,16
= ×100 %=25,466 %
153,773

PERCOBAAN LENGKUNG DINGIN BAJA


1. Maksud
Untuk menyelidiki kualitas, keuletan (ductility), baja dengan memperhatikan keadaan luar
dari batang baja yang mengalami tarik (lengkung) setelah percobaan tersebut. Pada bagian itu
dilihat apakah timbul retak-retak halus atau tidak.

46
2. Alat-Alat
 Pemotong baja elektrik.
 Unit peralatan bending test.
 Jangka sorong.
 Timbangan.

3. Jalannya Percobaan
1. Diambil sebatang baja (contoh percobaan), lalu diukur diameternya dengan jangka
sorong sebanyak 10 kali di tempat yang berlainan, kemudian diperoleh nilai rata-
ratanya (⌀).
2. Timbang berat baja tulang yang ada.
3. Potong baja sepanjang 40 cm.
4. Letakkan baja potongan tersebut pada cold bending machine, atau perletakan sebesar
diameter bender kurang lebih 2x diameter baja.
5. Bender yang dipakai berdiameter kurang lebih 2x diameter baja.
6. Bebani bender sampai baja menekuk 180°.
7. Permukaan dari lengkungan luar diperhatikan/diperiksa dengan loope apakah terjadi
retakan atau tidak.

4. Hasil Percobaan
1) 24,3 mm 6) 24,2 mm
2) 24,2 mm 7) 24,4 mm
3) 24,3 mm 8) 24,4 mm
4) 24,1 mm 9) 24,3 mm
5) 24,2 mm 10) 24,3 mm

24,3+24,2+24,3+24,1+24,2+24,2+24,4++24,4 +24,3+24,3
⌀ Visual =
10
= 24,27 mm

berat 3,532
⌀ Efektif = 12,736 √ b b= = = 3,50 kg/m
panjang 1
= 12,736 √ 3,50

47
= 23,83 mm = 2,383 cm
⌀ Bender = 2 x ⌀ Baja Aktual
= 2 x 23,83
= 47,66 mm
Panjang Perletakan (lo) = ( 2 x ⌀ Aktual ) + ⌀ Bender
= ( 2 x 23,83 ) + 47,66
= 95,32 mm

5. Kesimpulan
Baja tersebut dapat ditekuk mendekati 180°, dan tidak terdapat retak-retak pada bagian
luar baja. Jadi baja (contoh percobaan) dalam keadaan baik.

PERCOBAAN TARIK BAJA

1. Maksud Percobaan
Mengetahui sifat dari baja terhadap tegangan tarik, yang bisa kita gambarkan
hubungannya dalam satu grafik σ – ε.

48
2. Alat-Alat
a. Universal testing machine.
b. Jangka sorong.
c. Meteran.
d. Kikir.
e. Potongan baja listrik.
f. Contoh batang baja yang akan di test.
g. Timbangan.

3. Jalannya Percobaan
- Ambil sebatang baja tulangan, ditimbang.
- Ukur diameternya dengan jangka sorong sebanyak 10 kali diameter dan ukur
panjangnya (l)
- Potong baja sepanjang 30 cm (sebagai pegangan) ± 7 ⌀ diberi tanda dengan kikir.

15 cm ⌀ 5⌀ ⌀ 15 cm

⌀ = diameter rata-rata batang baja

Apabila baja putus di daerah I Apabila baja putus di daerah II


L 1−5 ⌀ L 2−7 ⌀
Regangan I ¿ ×100 % Regangan II ¿ ×100 %
5⌀ 7⌀

L1

L2

- Potongan baja dipotong pada testing machine dengan pegangan atas dan bawah masing-
masing 15 cm.
- Bebani baja dengan gaya yang semakin besar sampai baja putus sambil mengamati
besarnya beban pada saat :
 Baja jadi meleleh.
 Baja mencapai tegangan maksimum.
 Baja mencapai tegangan putus.

49
4. Teori Singkat
Apabila baja diberi pembebanan gaya tarik, baja akan mengalami perpanjangan dimana
hubungan antara beban (P) dan pertambahan panjang (ΔL) dapat digambar grafik hubungan P
- (ΔL) sebagai berikut :

Sifat baja dapat kita bagi menjadi 4 zona :


a. Zone of elasticity (0-A)
Disisi baja mengikuti hukum Hooke, yaitu :
P×L
ΔL=
E× A

Keterangan :
P = gaya aksial
L = panjang bentang
ΔL = pertambahan panjang
A = luas penampang
E = modulus elasticity

50
b. Zone of General yielding (A-B)
Bagian A-B dan diagram disebut daerah ukur (yield). Pertambahan panjang bahan tidak
disebabkan bertambahnya beban (P konstan).

c. Zone of Stain Hardening or work Hargening (B-C)


Didaerah ini perpanjangan yang disebabkan bertambahnya beban. Pada tingkat strain
hardening mulai kelihatan bagian yang akan patah yang disebut neeking. Akhir dari zone
ini adalah gaya (beban) maksimum yang diterima oleh baja tersebut.

d. Zone of local yielding (C-D)


Di sini pengertian (pengecilan) penampang jelas terlihat dan gaya yang bekerja mulai
menurun sampai baja putus.

ε’n true true


εn true

Ao = An (1+ εn true) εdp 5


εn true = ((Ao / An) – 1)
εn true = ((Ao / An) – 1) + (σn true / E)

Pada titik D (putus)

εp true = ((Ao / Ap) – 1)


ε’p true= ((Ao / An) – 1) + (σn true / E)

51
Dalam menggambar grafik σ – ε, harga ε adalah sebagai berikut :
εn dinyatakan dalam %

εn (%) = (εn true / εp true ) × εdp 5

ε’n dinyatakan dalam %

ε’n (%) = (ε’n true / εp true ) × εdp 5

Dalam Plastis

Keterangan :
P = gaya yang bekerja (kg)
Ao = luas penampang baja mula-mula (mm2 )
An = luas sesungguhnya dari titik n (didapat dari grafik hubungan linier Pn-An)
E = modulus elastis baja 2,1 x 104 kg / mm2
σn = tegangan plastis baja relatif terhadap εdp 5
σn true = tegangan plastis baja sesungguhnya
εn true = regangan plastis baja sesungguhnya
ε’n true= jumlah regangan plastis dan elastis baja sesungguhnya
εn = regangan plastis baja relatif terhadap εdp 5
εp = regangan putus baja sesungguhnya
5. Hasil Percobaan
 Batang baja dengan panjang = 1,01 cm
 Berat = 3,532 kg
 Berat baja persatuan panjang = 3,528 kg/m
 Diameter baja rata-rata visual

52
24,3+24,2+24,3+24,1+24,2+24,2+24,4++24,4 +24,3+24,3
=
10
= 24,27 mm
 ⌀ Efektif = 12,736 √ b
= 12,736 √ 3,50
= 23,83 mm = 2,383 cm
 Panjang batang baja yang akan di test = ( 30 + 7 ⌀ cm )
= ( 30 + 7 x 2,383 )
= 46,68 cm
 Pada saat yield besarnya gaya tarik = 195,1 kN = 19510 kgf
Pyield 19510
σ yield = = = 43,744 kg/mm2
Ao 1/4 × π ¿ ¿

 Pada saat maksimum besarnya gaya tarik = 251,6 kN = 25160 kgf


Pmax 25160
σ max ¿ = = 56,412 kg/mm2
Ao 1/ 4 × π ¿ ¿

 Pada saat putus besarnya gaya tarik = 219,4 kN = 21940 kgf


Pputus 21940
σ putus ¿ = = 49,192 kg/mm2
Ao 1/ 4 × π ¿ ¿

Pada daerah plastis, dengan σ – ε ada 2 yaitu :


P
σ= , Harga Ao adalah luas penampang mula-mula.
Ao
P
σ true= , Harga An adalah luas penampang true yang lebih kecil dari penampang mula-
An
mula.
l1−lo
ε dp 5 = x 100 %
lo
153,4−119,15
= x 100 %
119,15
= 28,745 %
Dimana :
l1 = panjang setelah putus = 153,4 mm
lo = panjang mula-mula = 5⌀ = 119,15 mm

53
6. Perhitungan
Daerah Elastis
Hubungan antara tegangan dan regangan yang bersifat linear maka berlaku hukum Hooke
P×L ΔL P I σ
ΔL = = × ε= σ =ε × E
E× A L A E E

Py = 19510 kgf
p 19510
σ = = = 43,7441 kg/mm2
Ao 446,003
σ 43,7441
ε = = 4 x 100% = 0,2083 %
E 2,1 x 10

Daerah Plastis
1) P maks = 25160 kgf P putus = 21940 kgf
Amax Pmax
2) Mencari An saat maks =
Aputus Pputus
Pmax
Amax ¿ Aputus × A putus = 1/4𝜋 (19,3)2 = 292,553 mm2
Pputus
25160
= 292,553 ×
21940
= 335,489 mm2
Pmax 25160
3) σn true max = = = 74,995 kg/mm2
Anmax 335,489
Pputus 21940
σn true putus = = = 74,995 kg/mm2
Anputus 292,553
Ao 446,003
4) εn true max = −1 = −1 = 0,329
Anmax 335,489
Ao 446,003
εn true putus = −1= −1 = 0,525
Anputus 292,553
σ n true max
5) ε’n true max = εn true max+
E
74,995 kg /mm2
= 0 , 329+ 4 2
2,1× 10 kg/m m
= 0,333
σ n true putus
ε’n true putus = εn true putus+
E

54
2
74,995 kg /mm
= 0 , 525+ 4 2
2,1× 10 kg/m m
= 0,529
ε n true max
6. εn true max (%) =( ) x ε dp 5
ε p true
0 ,329
= ×2 8,745 %
0 ,525
= 18,01 %
ε n true putus
εn true putus (%) = ( )x ε dp 5
ε p true
0 ,525
= ×2 8,745 %
0 ,525
= 2 8,75%
ε n true max
7. ε’n true max (%) =( ) x ε dp 5
ε p true
0 ,333
= ×2 8,745 %
0 ,525
= 18,23 %
ε n true putus
ε’n true putus (%) =( )x ε dp 5
ε p true
0 ,529
= ×2 8,745 %
0 ,525
= 29,51 %
Pn 25160 2
8. σ n max= = =56,412 kg /mm
Ao 446,003
Pn 21940
σ n putus= = = 49,192 kg /mm2
Ao 446,003

55
Tabel perhitungan σ - ε (Daerah Elastis)

P (kg)
σ = P/Ao ε = σ/E Keterangan
(kg /mm2) (%)
0 0 0 Titik awal
2000 4,4843 0,0214
4000 8,9685 0,0427
6000 13,4528 0,0641
8000 17,9371 0,0854
10000 22,4214 0,1068
12000 26,9056 0,1281
14000 31,3899 0,1495
16000 40,3585 0,1708
18000 40,3585 0,1922
19510 43,7441 0,2083 Yield

Tabel perhitungan daerah plastis ( σ – ε )


Pn
Pn εn ε’n σ n=
No 2
An(mm ) σn true εn true ε’n true Ao
(kg) (kg /mm2) (%) (%)
(kg / mm2)
1 20000 436,42 45,83 0,02 0,02 1,20 1,32 44,84
2 22000 397,30 55,37 0,12 0,13 6,72 6,86 49,33
3 24000 358,18 67,01 0,25 0,25 13,44 13,61 53,81
4 25160 335,49 74,99 0,33 0,33 18,05 18,25 56,41
5 21940 292,55 74,99 0,52 0,53 28,75 28,94 49,19

Titik max = No.4


Titik putus = No.5

56
Tabel 8.14.1
Mutu Baja Tulangan

Tegangan lelah karakteristik (σ au) atau tegangan


Mutu Sebutan karakteristik yang memberikan regangan tetap 0.2%
(σ 0.2) (kg/cm2)

U-22 Baja Lunak 22000


U-24 Baja Lunak 24000
U-32 Baja Sedang 32000
U-39 Baja Keras 39000
U-48 Baja Keras 48000
Sumber: PBBI Tabel J 0,16061

7. Kesimpulan

Hasil dari percobaan tarik baja ini, regangan sebesar 0.2083 % yang diakibatkan oleh
tegangan leleh sebesar 43,7441 kg/mm2. Menurut PBBI Tabel 3.7.1 , rentang mutu baja
tulangan baja tersebut digolongkan mutu baja U-48 dengan sebutan Baja

57
Grafik Hubungan Pn-An
Skala  Vertikal   1: 571.43 kg
27000 2 Yield = Ao = 446.003 mm2
Skala Horizontal 1: 6.6 mm
Max = Amax = 335.489 mm2
Putus = Aputus = 292.553 mm2
Pmax Pmax
Anmax = × Aputus
Pputus
[Y VALUE] kg 25160
= ×292.553
25000 21940

[Y VALUE] kg

23000
Pputus
[Y VALUE] kg
[Y VALUE] kg
Pn (kg)

21000

Pyield [Y VALUE] kg

[Y VALUE] kg

19000

17000

Ayield Amax Aputus


2
15000 446.003 mm2 436.42 mm2 397.30 mm2 358.18 mm2 335.489 mm 295.553 mm2
480 430 380 330 280

An (mm¿ ¿2) ¿
An (mm^2)

58
59
60

Anda mungkin juga menyukai