Anda di halaman 1dari 21

1

PL I
PENGUJIAN KOMPOSISI PASIR CETAK

1.1 Pengujian Kadar Air Pasir Cetak


1.1.1 Tujuan Pengujian
1.Praktikan mengetahui dan memahami persentase kadar air pasir cetak.
2.Praktikan mengetahui penguapan rata-rata pasir cetak.
3.Praktikan mengetahui laju penguapan pasir cetak.

1.1.2 Dasar Teori


1.1.2.1 Definisi Dan Fungsi Kadar Air
A. Definisi
Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung di dalam pasir cetak dan
dinyatakan dalam kadar air standar untuk pasir cetak adalah antara 1,5% - 8% tergantung
dari jenis cetakan dan logam yang di tuang (Heine, 1976,p.88). Untuk mengetahui
besarnya kadar air dapat dilihat pada rumus 1-1
Berat Awal  Berat Akhir
Kadar air (%) = x 100 % ......................................... (1-1)
Berat Awal
Keterangan:
• Berat awal : berat pasir sebelum dilakukan pemanasan (gram)
• Berat akhir : berat pasir setelah dilakukan pemanasan (gram)
(Sumber: Surdia dan Chijiwa, 1979,p.15)

B. Fungsi
Fungsi air adalah sebagai aktivator yaitu air befungsi sebagai aktivator daya ikat
bentonite, sehingga dapat digunakan untuk mengikat pasir cetak.
Standar kadar air yaitu berkisar 1,5 - 8%. Jika kadar air dibawah 1,5% maka daya
ikat bentonite kurang untuk mengikat butiran pasir. Sedangkan apabila kadar air diatas
8% maka bentonite akan terlalu encer (berbentuk pasta), sehingga daya ikatnya
berkurang. (Heine, 1976,p.88).

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
2

1.1.2.2 Macam-Macam Air


a. Air Terikat
Air terikat yaitu air yang berfungsi sebagai aktivator dan berikatan dengan pengikat.
Air akan mengikat bentonit dan pasir sehingga menyatu. Sehingga kekuatan yang dimiliki
pasir cetak meningkat pada kadar air tertentu sampai titik maksimum (Heine, 1976,p.88).
b. Air Bebas
Air bebas yaitu air yang tidak berikatan dengan pengikat atau tidak befungsi sebagai
aktivator. Apabila kadar air bebas terlalu banyak maka pasir cetak akan berbentuk seperti
pasta dan kekuatannya akan menurun. Namun air bebas juga memiliki fungsi, yaitu air
bebas dapat meningkatkan kekuatan kering, dimana air bebas akan membantu distribusi
bentonit yang telah bereaksi dengan air dan membuat kekuatan kering semakin meningkat
(Heine, 1976,p.111).

1.1.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penguapan Kadar Air


a. Waktu pemanasan
Dengan semakin lama waktu pemanasan maka kadar air yang menguap semakin
besar. Bila pemanasan pada waktu tertentu penguapan akan terjadi semakin konstan. Hal
ini dikarenakan kadar air dalam pasir cetak telah habis menguap. Waktu pemanasan
menentukan seberapa banyak kalor yang diterima oleh pasir cetak, sehingga semakin
banyak kalor yg diterima maka kadar air semakin banyak yang menguap.
b. Temperatur pemanasan
Semakin tinggi temperatur pemanasan, maka kadar air yang diuapkan makin besar,
dan sebaliknya tergantung pada tinggi atau rendahnya temperatur pemanasan.
c. Luas penampang
Bila semakin besar ukuran besar luas penampang permukaan dari pasir cetak, maka
penguapan semakin cepat.
d. Ukuran dan bentuk butir
Semakin besar ukuran butir maka penguapan yang terjadi semakin cepat dikarenakan
rongga antar butir pasir lebih besar , sebaliknya jika ukuran butir kecil maka
penguapannya lambat karena rongga antar butir pasir lebih rapat. Bila bentuk butir pasir
homogen, air akan lebih cepat menguap dibanding butir pasir heterogen, karena rongga
antar butir yang terbentuk lebih besar sehingga laju penguapannya lebih tinggi.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
3

e. Kelembaban Udara
Tingkat kelembapan udara juga berpengaruh terhadap pengujian kadar air pasir
cetak, karena pada saat pengujian dapat dipastikan terdapat udara didalam alat moisture
analyser yang dipanaskan. Semakin tinggi kelembapan udara, semakin banyak uap air
yang terkandung didalam udara lingkungan, sehingga banyak uap air yang dipanaskan.
f. Tekanan Udara
Semakin tinggi tekanan udara maka tekanan pada molekul disekitarnya berkurang,
sehingga dapat bergerak dan laju penguapan cepat, sebaliknya jika tekanan udara rendah
maka molekul udara disekitar lebih cepat sehingga penguapannya lambat.

1.1.3 Pelaksanaan Pengujian


1.1.3.1 Alat Dan Bahan
A. Alat yang Digunakan
1. Moisture Analyzer
Alat ini digunakan untuk mengukur kandungan kadar air pasir cetak. Spesifikasi
alat :
Merk : Saitorius
Voltase : 100-120/220-290 VAC
Model : MA 30
Frekuensi : 50-60 Hz
Arus : 3,3 A / 1,6 A
Sample Disk : Ø 90 mm
Housing Dimension (WxDxH) : 217x283x165 (mm)
Net Weight : approx.. 5.5 (kg)
Sample Weight : max. 30g, typical 5-10
Temperature Increments : 5°C
Measuring Heating Method : by infrared rays, determination of weight loss
Readiability : 0,01%
Temperature Range : +40-+160°C

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
4

Gambar 1.1 Moisture Analyzer


Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya

2. Timbangan Elektrik
Alat ini digunakan untuk mengukur berat pasir cetak sebelum dan sesudah diukur
kandungan kadar airnya , Berikut spesifikasinya :
Merk : Melter
Frekuensi : 50-60 Hz
Type : PJ 3000
Voltase :100-120V 80mA /200-240V 45Ma
Beban Maksimal : 2100 gram
Dimensi (PxLxT) : 31x29x6 (cm)

Gambar 1.2 Timbangan Elektrik


Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya

3. Cawan
Alat ini digunakan untuk wadah spesimen yang akan di masukan pada moisture
analyzer. Spesifikasi:
Tipe Produk : Weighing dish
Diameter : 90mm
Kapasitas : 80ml

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
5

Gambar 1.3 Cawan


Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya

B. Bahan yang Digunakan


Bahan yang digunakan adalah pasir cetak sebanyak …. Gr,dengan komposisi:
• Pasir Silika = %
• Pengikat = %
• Air = %

1.1.3.2 Urutan Kerja Pengujian


Urutan kerja dalam pengujian kadar air adalah sebagai berikut :
1. Buat pasir cetak seberat 25 gram sebanyak 3 buah specimen. Dengan komposisi yang
telah ditentukan.
2. Nyalakan Moisture Analyzer menekan tombol ON/OFF sampai terdengar bunyi
alarm.
3. Masukan cawan pertama kedalam alat penentu kelembapan kemudian panaskan pada
suhu sampai 110o C selama 10 menit
4. Mengatur temperatur dengan menekan tombol F1 dan tekan F1 kembali untuk
menaikan suhu sampai 110o C kemudian tekan ENTER.
5. Mengatur waktu pemanasan dengan menekan tombol F2 dan tekan tombol F1 untuk
menaikan waktu sampai 10 menit kemudian tekan ENTER.
6. Tekan ENTER untuk menghilangkan TAR lalu letakkan specimen di dalam cawan.
7. Tutup penutup Moisture Analyzer lalu tekan ENTER untuk eksekusi.
8. Catat kandungan kadar air yang terbaca pada alat pengukur tiap menitnya.
9. Setelah terdengar alarm, ukurlah berat akhir pasir cetak setelah dikeringkan dengan
menekan tombol CF.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
6

10. Ulangi langkah 3 – 9 untuk cawan berikutnya.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
7

1.2 Pengujian Kadar Pengikat


1.2.1 Tujuan Pengujian
1. Praktikan mengetahui persentase kadar pengikat dalam pasir cetak.
2. Praktikan mengetahui dan mampu menganalisis pengujian kadar pengikat.

1.2.2 Dasar Teori


1.2.2.1 Definisi dan Fungsi Kadar Pengikat
A. Definisi Kadar Pengikat
Kadar pengikat adalah banyak bahan yang digunakan untuk mengikat butir - butir
pasir yang dinyatakan dalam persen (%).
Pengikat adalah material yang mempunyai daya tarik yang kuat terhadap air dan juga
digunakan untuk mengikat butir - butir pasir cetak yang biasanya berukuran kurang dari
20 μm atau 0,0008 in (Heine 1976,p.100).
B. Fungsi Kadar Pengikat
Fungsi kadar pengikat adalah untuk mengetahui perbandingan komposisi pasir cetak
agar mencapai karakteristik yang optimal. Untuk mengetahu besar kadar pengikat dapat
dilihat pada rumus 1-2
Berat Awal-Berat Akhir
Kadar Pengikat (%) = x 100% - Kadar Air (%)………(1-2)
Berat Awal

Keterangan :
• Kadar pengikat : Jumlah persentase pengikat yang terdapat pada pasir cetak;
• Berat awal : Berat pasir cetak yang sudah bercampur dengan pengikat dan air
(gram).
• Berat akhir : Berat pasir cetak yang kadar bentonite dihilangkan dengan NaOH
dan dikeringkan sehingga kadar air dan bentonite yang
terkandung nol (gram).
(Sumber: Surdia dan Kenji, 1964, p.101)

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
8

1.2.2.2 Macam - macam Pengikat

Tabel 1.3
Macam-macam pengikat

Sumber : Heine (1976,p.89)

Berdasarkan jenisnya, Secara umum pengikat dibedakan ke dalam 2 jenis yaitu lempung
dan semen. Pada proses pengecoran logam ada dua buah tipe lempung yang digunakan,
kaolinites atau fireclay dan montmorillonites atau bentonite. Lempung-lempung bentonite
adalah “western atau sodium bentonite” dan “southern atau kalsium bentonite”. Tiap tipe
dari lempung tersebut memiliki sifat - sifat spesifik yang membuatnya berguna bagi
pengecor. Juga biasanya kombinasi dari masing - masing tipe pengikat ini digunakan
bersamaan untuk mencapai properti (sifat - sifat) terbaik gabungan dari tiap - tiap pengikat.
1. Fireclay
Fireclay secara alami dapat ditemukan pada ikatan pasir cetak. Dia kadang
digunakan pada pasir cetak jenis compound (yang telah dicampur) untuk menghasilkan
kekuatan tekan kering yang tinggi atau untuk membuat pasir cetak lebih sensitif terhadap
beragam tingkat kandungan kelembaban. Campuran dari fireclay dan westernbentonite
dapat mencapai kekuatan tekan kering lebih dari 200 psi. Fireclay hanya memiliki 1/3
hingga 1/5 kekuatan ikatan lempung dari bentonite. Dia juga membutuhkan air lebih
banyak. Sebuah campuran fireclay biasanya terkandung kira - kira 12 % hingga 15 % dari
berat lempung dengan 5 % hingga 8 % air. Untuk kekuatan maksimum yang didapatkan
fireclay memiliki titik lebur pada 3100°F. (Chastain 2004, p.145)

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
9

2. Bentonite
Bentonite yang mengikat pasir cetak biasanya memiliki kandungan berkisar antara
3% hingga 6% dari lempung dengan 21/2 % hingga 4% air.
A. Western Bentonite
Adalah lempung yang mengembang. Dia mengembang sekitar 10 hingga 20 kali
dari volume aslinya. Dia juga memiliki kekuatan tekan panas yang dapat mencegah
cutting dan erosi pada cetakan saat logam cair melewatinya. Western bentonite
memiliki kekuatan tekan panas sekitar 80 psi. Campuran western bentonite memiliki
flow ability yang lebih rendah atau dengan kata lain lebih lengket dan kaku daripada
pasir cetak dengan lempung southern bentonite. Pasir cetak harus diletakkan dengan
hati-hai agar tidak terjadi green deformation (rubbery). Pola lebih mudah dilepas
(angkat) pada pasir cetak berpengikat western bentonite. Western bentonite memiliki
sebuah kecenderungan untuk berbentuk clay balls. Titik lebur dari western bentonite
berkisar 2100°F hingga 2450°F. (Chastain 2004, p.145).
B. Southern Bentonite
Southern bentonite member memiliki flow ability yang tinggi terhadap pasir
cetak. Dia memiliki kemampuan tekan kering lebih tinggi dari western bentonite.
Tetapi kemampuan tekan panasnya hanya berkisar 40 psi. Kemampuan tekan panas
yang lebih rendah mengurangi retakan panas pada benda coran yang sudah dingin.
Southern bentonite lebih mudah untuk berpisah. Pemisahan dan pembersihan dari
cetakan lebih mudah daripada western bentonite. Titik lebur dari southern bentonite
adalah 1800°F. (Chastain 2004, p.145).

1.2.3 Pelaksanaan Pengujian


1.2.3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
A. Alat yang Digunakan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian kadar pengikat adalah sebagai
berikut:
1. Kompor Listrik
Alat ini digunakan untuk mengeringkan specimen.
Merk : Maspion (tipe 1)
Daya : 300-600 W
Berat : 3 Kg

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
10

Dimensi (PxLxT) : 24x22x4 (cm)


Sistem pemanasan dengan elemen koil.
Bodi plat besi.

Gambar 1.4 Kompor listrik


Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya

2. Timbangan Elektrik
Alat ini digunakan untuk mengukur berat pasir sebelum dan sesudah
dikeringkan. (Untuk spesifikasi dan gambar dapat dilihat pada gambar 1.2 dan
penjelasannya).
3. Panci
Digunakan sebagai wadah tempat kita akan menghilangkan lempung pada pasir
dan untuk mengeringkan pasir pada kompor listrik. Dengan spesifikasi :
Bahan : Alumunium
Berat : 400 g
Diameter : 25 cm
Tinggi : 14 cm
Tebal : 1 mm

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
11

Gambar 1.5 Panci


Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya

4. Gelas Ukur
Alat ini digunakan untuk mengukur jumlah larutan yang akan ditambahkan pada
pasir cetak. Dengan spesifikasi :
Kapasitas : 250 ml
Tinggi : 32 cm
Diameter : 4 cm
Tebal : 1,5 mm
Bahan : Glass

Gambar 1.6 Gelas ukur


Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya

B. Bahan yang Digunakan


Bahan yang digunakan dalam pengujian kadar pengikat antara lain :
• Pasir cetak seberat 100gr

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
12

• Larutan NaOH 2,5%


• Air sebanyak 250ml

1.2.3.2 Urutan Kerja Pengujian


Urutan kerja pengujian kadar lempung pasir cetak adalah:
1. Timbang pasir cetak seberat 100 gram sebagai spesimen.
2. Larutkan pasir didalam 950 ml air pada panci.
3. Tambahkan NaOH 2,5 % sebanyak 2,5 gr. cok
4. Aduk campuran tersebut dan biarkan pesir mengendap selama 5 menit.
5. Buang airnya sebanyak 5/6 dari tinggi permukaan air. Ingat: Jangan sampai ada pasir
yang ikut terbuang.
6. Tambahkan airnya hingga seperti semula dan ulangilangkah kerja 4, 5, 6 dan diamkan
selama 5 menit hingga airnya jernih.
7. Panaskan pasir cetak dalam panci dengan kompor listrik pada daya 600 Watt.
8. Aduk pasir hingga kering.
9. Timbang pasir cetak kering dan catat hasilnya.
10. Hitung kadar lempung dengan rumus dibawah ini :
Berat Awal-Berat Akhir
Kadar Lempung (%) = x 100% - Kadar Air Rata-rata (%) ………………………(1-3)
Berat Awal

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
13

1.3 Pengujian Distribusi Besar Butir Pasir Cetak


1.3.1 Tujuan Pengujian
1. Praktikan Mengetahui besar butir pasir melalui nomor kehalusan.
2. Praktikan mampu menganalisis dan melakukan pengujian distribusi besar butir pasir
cetak.

1.3.2 Dasar Teori


1.3.2.1 Definisi Pasir
Pasir adalah partikel granuler dari SiO2, yang pada prinsipnya 50 – 95 % dari total
material pada pasir cetak. Karakteristik besar butir pasir cetak dapat dibedakan menajadi 3,
yaitu:
1. Ukuran butir rata - rata, distribusi besar butir, bentuk butir;
2. Komposisi kimia.
3. Kemampuan tahan panas.
(Heine 1976,p.86)

Gambar 1.7 Komposisi kimia pasir cetak


Sumber: Heine (1976,p.86)

Komposisi kimia pasir yang cocok sangat diperlukan pada saat melakukan pengecoran
logam. Hal ini dikarenakan pada saat butiran pasir bersentuhan dengan logam cair terjadi
peristiwa kimia dan fisika akibat tingginya temperatur.
Bagian - bagian utama pasir ini adalah SiO2 pasir rata - rata lebih dari 90 %. Disamping
SiO2, komponen senyawa kimia lainnya seperti Al 2O3, Ti, O2, MgO, dan CaO juga kadang

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
14

dapat ditemukan dalam kandungan pasir. Disamping kandungan oksida pada pasir juga
ditemui logam bebas, karbon, dan senyawa alkali lainnya.

1.3.2.2 Macam - macam Pasir Cetak

Gambar 1.8 Macam – Macam Pasir Cetak


Sumber : Jain (1976;63)

A. Pasir alami
Pasir alami adalah yang pertama kali digunakan dengan pengembangan industri
pengecoran, hal ini dikarenakan persiapan, penanganan dan penggunaan yang sederhana.
Pada pasir cetak alami dibedakan menjadi pasir yang dapat langsung digunakan dan tidak
dapat langsung digunakan. Pasir yang dapat langsung digunakan secara alamiah sudah
memiliki sifat adhesi yang kuat dan memiliki kadar pengikat yang cukup. Adhesi pada
pasir ini mengakibatkan gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda. Contohnya
adalah pasir gunung. Pasir cetak yang tidak dapat langsung digunakan dikarenakan
kurangnya sifat adhesi untuk mengikat molekul yang berbeda. Contohnya adalah pasir
pantai, sungai, danau dan silika alami. (Surdia dan Chijiwa 1975.p110)
B. Pasir Buatan
Pasir buatan banyak digunakan karena memiliki keuntungan biaya lebih rendah
dalam jumlah yang besar, ketersediaan yang banyak dan memungkinkan reklamasi serta

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
15

pasir dapat digunakan kembali, Beberapa contoh dari pasir cetak buatan adalah pasir
silika buatan, chromit, dan zircon.

1.3.2.3 Bentuk Butiran Pasir


Ukuran dan dimensi butiran pasir cetak macamnya adalah:

Gambar 1.9 Ukuran dan dimensi butiran pasir cetak


Sumber : Jain (1976,p.49)

1. Bentuk Butir Pasir Bulat (Rounded Grain)


Butiran bulat terbentuk karena butiran - butiran yang sedang bergesekan berulang -
ulang akibat adanya angin, gelombang ataupun aliran air sehingga menghasilkan bentuk
bulat.
a. Kelebihan
• Permeabilitasnya tinggi karena bentuk butir pasir bulat menyebabkan banyak rongga
• Jumlah pengikat yang digunakan sedikit, karena bidang kontaknya kecil.
b. Kekurangan
• Kekuatan buruk, hal ini dikarenakan sudut kontak pada butir pasir bulat kecil.
2. Bentuk Pasir Sebagian Bersudut (Subangular Grain)
Butiran pasir sebagian bersudut terjadi karena butiran bersudut saling bergerak dan
bertabrakan sehingga sudutnya pecah dan membentuk subangular grain.
a. Kelebihan
• Kekuatan lebih tinggi dari bentuk pasir bulat, karena sudut yang ada membuat lebih
sulit terjadi slip.
b. Kekurangan
• Permeabilitasnya lebih rendah dari butir pasir bulat, karena rongga antar butirnya
menjadi semakin kecil.
• Jumlah pengikat yang dibutuhukan lebih banyak dari butir pasir bulat, karena sudut
kontak pada pasir subangular semakin besar.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
16

3. Bentuk Butir Pasir Bersudut (Angular Grain)


Butiran bersudut terbentuk oleh dekomposisi bahan tanpa adanya gesekan.
a. Kelebihan
• Kekuatan lebih tinggi dari bentuk pasir subangular, karena sudut yang ada membuat
lebih sulit terjadi slip.
b. Kekurangan
• Permeabilitasnya lebih rendah dari butir pasir subangular, karena rongga antar
butirnya menjadi semakin kecil.
• Jumlah pengikat yang dibutuhukan lebih banyak dari butir pasir subangular, karena
sudut kontak pada pasir angular semakin besar.
4. Compound
Pasir compound merupakan pasir yang terbentuk dari dua atau lebih bentuk butir
pasir lain. Bentuk bidangnya memiliki luas bidang kontak yang sedikit.
a. Kelebihan
• Kekuatannya paling tinggi, karena sudut kontaknya paling besar
b. Kekurangan
• Permeabilitasnya paling buruk, karena hampir tidak ada rongga antar butir
• Mudah pecah (rapuh), jika terkena suhu tinggi
• Jumlah pengikat paling banyak, karena sudut kontaknya paling besar.

1.3.2.4 Distribusi Besar Butir Pasir Cetak


Distribusi besar butir pasir cetak adalah persebaran butiran pasir atau persentase butiran
pada pasir cetak. Suatu cara mengukur besarnya butiran pasir cetak ditunjukkan dengan GFN
(Grain Finnest Number), yang merupakan ukuran kehalusan rata-rata butiran pasir. Semakin
tinggi angkanya, maka pasir semakin halus dan daya salur udaranya (permeabilitas) relatif
rendah.
Distribusi ukuran butir pasir dapat dibagi menjadi 4 jenis:
a. Distribusi ukuran butir sempit, artinya susunan butir hanya terdiri dari kurang lebih 2
fraksi saja.
b. Distribusi ukuran butir sangat sempit, artinya 90 % dari ukuran besar butir terdiri dari 1
fraksi saja.
c. Distribusi ukuran butir lebar, artinya susunan butiran terdiri lebih kurang 3 fraksi.
d. Distribusi ukuran sangat lebar, artinya susunan - susunan ukuran butir terdiri dari 3 fraksi.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
17

Distribusi butir sempit akan memberikan permeabilitas yang lebih tinggi. Dan
sebaliknya distribusi ukuran butir berpengaruh juga pada kekuatan cetakan. Beda butiran
yang diinginkan adalah sedemikian sehingga 2/3 dari butiran pasir mempunyai ukuran-
ukuran mesh yang berikutnya. Jadi lebih baik tidak mempunyai besar butir yang seragam
jika ingin kekuatannya tinggi (Surdia dan Chijiwa 1987:111).

Tabel 1.6
Tabel Skala Sleeve (ayakan)

Sumber : Heine (1973,p.103)

Mesh digunakan untuk menentukan distribusi besar butir pada pasir. Istilah mesh dalam
pengukutan ayakan berarti jumlah lubang per satuan panjang (inch). Mesh berfungsi untuk
memisahkan pasir berdasarkan besarnya, sesuai standar AFS (American Foundry Society).
Tabel 1.7 menunjukkan contoh perhitungan distribusi AFS number.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
18

Tabel 1.7
Contoh perhitungan distribusi AFS number

Sumber: Heine (1976,p.102)

Tabel 1.7 menunjukkan contoh perhitungan distribusi AFS number yang dapat dicari
dengan rumus berikut:
Total Produk Σ(Wi x Mi)
AFSn = = ......................................................................(1-4)
Total Persent Retained Σ Wi

Keterangan:
• AFSn : Nomor Kehalusan Butir Pasir Cetak Standard AFS
• Wi: Berat Pasir Pada Ayakan Ke-i
• Mi : Pelipat Dari Tabel
(Sumber : Jain, 1976, p.)

Distribusi pasir cetak dari AFS Number untuk ukuran 50 + 1 akan melewati 100 % mesh
berukuran 40, akan melewati 95 % mesh berukuran 50 dan sisanya akan melewati mesh
ukuran 70 dan 100.

1.3.2.5 Syarat Pasir Cetak


a. Mempunya Sifat Mampu Bentuk
Mempunya sifat mampu bentuk sehingga mudah dalam pembuatan cetakan dengan
kekuatan yang cocok. Cetakan yang dihasilkan harus kuat sehingga tidak rusak karena
dipindah-pindah dan dapat menahan logam cair waktu dituang ke dalamnya. Karena itu
kekuatannya pada temperatur kamar dan kekuatan pansnya sangat diperlukan.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
19

b. Permeabilitas yang Cocok


Dikuatirkan bahwa hasil coran mempunyai cacat seperti rongga penyusutan
gelembung gas atau kekasaran permukaan, kecuali jika udara atau gas yang terjadi dalam
cetakan waktu penuangan disalurkan melalui rongga-rongga diantara butir-butir pasir
keluar dari cetakan dengan kecepatan yang cocok.
c. Distribusi Besar Butir yang Cocok
Permukaan coran diperhalus kalau coran dibuat di dalam cetakan yang berbutir halus.
Tetapi kalau butir pasir terlalu halus , gas dicegah keluar dan membuat cacat yaitu
gelembung udara. Distribusi besar butir harus cocok mengingat dua syarat yang disebut
diatas.
d. Tahan terhadapat temperatur logam yang dituang
Temperatur penuangan yang biasa untuk bermacam-macam coran dinyatakan dalam
daftar 5.1. Butir pasir dan pengikat harus mempunyai derajat tahan api tertentu terhadap
temperatur tinggi,kalau logam cair dengan tinggi ini dituang ke dalam cetakan.

Tabel 1.9
Temperatur penuangan berbagai macam logam

Sumber: Surdia dan Chijiwa (1987,p.109)

e. Komposisi yang Cocok


Butir pasir bersentuhan dengan logam yang dituang mengalami peristiwa kimia dan
fisika karena logam cair mempunyai temperatur yang tinggi. Bahan-bahan yang
tercampur yang mungkin mengahsilkan gas atau larut dalam logam adalah tidak
dikehendaki.
f. Mampu Dipakai Lagi
Pasir harus dapat dipakai berulang-ulang supaya ekonomis.
g. Pasir Harus Murah
(Surdia dan Chijiwa, 1987,p.109)

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
20

1.3.3 Pelaksanaan Pengujian


1.3.3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
1. Mesin Pengguncang Rotap
Alat ini digunakan untuk menyaring pasir. Spesifikasi dari alat yang digunakan
adalah:
Jenis : Rotap
Tipe : VS 1
Merk : Retsch
Voltase : 220 V
Daya : 430 Watt
Buatan : Jerman Barat
Artikel : 30 40 0010
No. Seri : 01849038
Frekuensi : 50 Hz

]
Gambar 1.10 Mesin pengguncang rotap
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya

2. Timbangan Elektrik
Alat ini digunakan untuk mengukur berat pasir cetak. Bisa dilihat pada gambar 1.2
3. Cawan
Alat ini digunakan untuk menampung pasir silika. Bisa dilihat pada gambar 1.3

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
21

1.3.3.2 Urutan Kerja Pengujian Distribusi Besar Butir Pasir Cetak


1. Ambil pasir cetak sebesar 50 gram sebanyak 3 sampel.
2. Susun ayakan dari bawah ke atas dengan tingkat mesh semakin ke atas semakin besar
meshnya, kemudian letakkan pada mesin pengguncang Rotap.
3. Letakkan spesimen pasir cetak pada ayakan paling atas.
4. Hidupkan mesin pengguncang Rotap selama waktu dan juga frekuensi yang dibutuhkan.
5. Timbang berat pasir yang ada pada masing - masing mesh setelah selesai diayak.
6. Cari harga Sn dari tiap - tiap mesh yang ada dari tabel yang terlampir.
7. Hitung besar nomor kehalusan pasir cetak dalam skala FN maupun AFS.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai