Anda di halaman 1dari 9

SINTESIS MEMBRAN SELULOSA ASETAT UNTUK DESALINASI

AIR PAYAU
Vany Silvia1, Jhon Armedi Pinem2, Rozanna Sri Irianty3
1
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km 12,5 Pekanbaru 28293
2
Jurusan Teknik Kimia,Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km 12,5 Pekanbaru 28293
vanysilviapurba@gmail.com

ABSTRACT
One of energy that can be used to produce pure water in coastal areas of Riau is using
cellulose acetate membrane. Raw material used in this experiment is a cellulose acetate,
acetone and formamide. This research aims to make cellulose acetate membrane for brackish
water treatment process into pure water with cellulose acetate variations of
16%,17%,18%,19% and 20% and operating pressure is 2, 4, 6, 8 and 10 bar. The results
obtained are greater then the composition of the cellulose acetate will be smaller flux
produced and greater the rejection is generated. The greater the operating pressure, the
greater the flux obtained and smaller the rejection obtained.

Keywords : cellulose acetate, flux, membrane,rejection

1. Pendahuluan diperoleh [Zhang,2013]. Teknologi


Kehidupan masyarakat pesisir salah desalinasi menggunakan membran
satunya di pesisir Riau dalam kondisi yang merupakan proses yang paling ekonomis
memprihatinkan, terutama secara ekonomi dibandingkan teknologi konvensional
dan kesehatan. Tidak sedikit masyarakat karena mampu mengolah air payau dan air
pesisir Riau yang menderita berbagai laut dengan biaya yang rendah dan
penyakit akibat kondisi lingkungan yang memerlukan energi yang lebih rendah
tidak kondusif seperti akibat kurangnya [Setiasih,2009].
sumber air bersih. Sulitnya akses sumber Sehubungan dengan perkembangan
air bersih membuat banyak masyarakat teknologi desalinasi menggunakan
mengkonsumsi air tanah yang memiliki membran. Saat ini membran selulosa asetat
tingkat salinitas dan TDS yang tinggi mengalami banyak perkembangan seperti
[Anonim,2013]. Air tanah yang memiliki digunakan untuk pengolahan air sungai, air
tingkat salinitas dan TDS yang tinggi tanah dan air laut. Membran selulosa asetat
disebut air payau. Apabila air payau memiliki banyak keunggulan seperti sifat
digunakan tanpa mengalami pengolahan polimer selulosa asetat yang polar dan
terlebih dahulu maka akan menyebabkan memiliki kemampuan merejeksi garam
penyakit diantaranya diare, kerusakan gigi, [Setiasih,2009]. Selain itu juga teknologi
kerusakan hati dan lain-lain membran selulosa asetat dinilai lebih
[Kurniawan,2009]. menguntungkan untuk diterapkan dalam
Untuk mengatasi masalah tersebut pengolahan air dibandingkan dengan
maka salah satu cara yang dapat dilakukan metode konvensional [Supriyadi,2013].
adalah dengan penerapan teknologi Membran berasal dari bahasa latin
desalinasi. Desalinasi air payau merupakan “membrana” yang berarti potongan kain
jalan utama yang efektif untuk [Winani,2011]. Teknik-teknik yang
memperoleh air bersih yang semakin sulit biasanya digunakan pada proses

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 1


pembuatan membran antara lain sintering, rongga yang terbentuk, sehingga membran
stretching, track-etching, template- semakin rapat.
leaching dan inversi fasa. Pada penelitian Pada penelitian ini dilakukan
ini pembuatan membran dilakukan dengan pemanasan pada suhu 70°C selama 15
metode inversi fasa. Inversi fasa adalah menit. Dasar pemilihan ini dikarenakan air
Suatu proses pengubahan bentuk polimer yang akan diuji adalah air payau sehingga
dari fasa cair menjadi padatan dengan dengan dilakukan pemanasan maka akan
kondisi terkendali [Rosnelly,2012]. Proses dihasilkan membran selulosa asetat yang
inversi fasa terjadi dengan penguapan pori-porinya cocok untuk menyaring
pelarut, prespitasi dengan penguapan komponen terlarut pada air payau.
terkendali, prespitasi termal, prespitasi fasa
uap dan prespitasi immersi. Pada 2. Metode Penelitian
penelitian ini sintesis membran selulosa Bahan yang digunakan
asetat dilakukan dengan cara inversi fasa. Bahan penelitian yang digunakan pada
Pemilihan metode inversi fasa dikarenakan sintesis membran selulosa asetat,
dengan metode ini dihasilkan struktur dan diantaranya selulosa asetat, formamida,
morfologi membran yang padat, kompak aseton, air payau, larutan Natrium azida
dan berpori [Richa,2011]. Metode ini juga 0,1% dan akuades.
cocok digunakan dalam pembuatan Alat yang dipakai
membran dari berbagai polimer Peralatan yang digunakan dalam
[Wenten.1999]. penelitian ini, yakni erlenmeyer 250 ml,
Dalam proses pemisahan dengan magnetic stirrer, batang magnet, plat kaca,
membran, keberhasilan proses pemisahan pisau casting, sel membran, pipet tetes dan
dapat dipengaruhi oleh struktur morfologi spatula.
membran. Struktur morfologi dapat
dibentuk karena adanya berbagai macam Variabel Penelitian
faktor, salah satunya adalah dengan post Variabel yang digunakan dalam
treatment, diantaranya yaitu dengan cara penelitian ini terdiri dari variabel tetap dan
pemanasan (annealing), coating dan lain variabel bebas. Variabel tetap pada
sebagainya. Dengan adanya pemanasan, penelitian ini yaitu formamida 27%,
membran yang dihasilkan akan memiliki koagulan air 4°C, waktu pengadukan
fluks yang lebih rendah dan selektivitas larutan casting 24 jam, waktu pendiaman
yang lebih tinggi dibandingkan membran larutan casting 24 jam, waktu penguapan
yang tidak diberi perlakuan pemanasan pelarut 30 detik, waktu perendaman
[Kim dkk.,2001]. membran selulosa asetat 13 jam, waktu
Menurut Joko (2013), perlakuan pengaliran air pada membran selulosa
pemanasan pada membran menyebabkan asetat 2,5 jam, larutan natrium azida 0,1%
adanya penyesuaian dari pergerakan dan annealing pada suhu 70°C selama 15
rantai-rantai polimer. Ketika membran detik. Sedangkan variabel bebas pada
selulosa asetat dipanaskan, pergerakan penelitian tersebut yaitu komposisi
molekul dari rantai polimer menjadi lebih selulosa asetat 16%, 17%, 18%, 19% dan
mudah sehingga mempengaruhi struktur 20% dan Tekanan operasi pengujian fluks
morfologi pada membran yang dihasilkan. membran 2, 4, 6, 8 dan 10 bar.
Disamping itu, perlakuan pemanasan juga
menurunkan free volume yang terbentuk Prosedur Penelitian
dalam pembuatan membran, dikarenakan Penelitian ini melalui beberapa tahapan
meningkatnya pergerakan pergerakan dalam pengerjaannya, yaitu:
molekular dalam membran. Semakin
sedikit jumlah free volume pada membran
berakibat pada semakin kecil pori atau

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 2


1. Sintesis membran selulosa asetat adalah 2, 4, 6, 8 dan 10 bar [Ahmad,2005].
Selulosa asetat dimasukkan sedikit Larutan yang keluar kemudian ditampung
demi sedikit ke dalam erlenmeyer 250 ml dan diukur volumenya setiap 10 menit
berisi aseton dan pengaduk magnet sambil hingga menit ke-60. Fluks air, Jw bagi
diaduk menggunakan magnetic stirrer setiap eksperimen dihitung berdasarkan
dengan kecepatan 400 rpm. Pengadukan waktu Δt (jam) yang diperlukan untuk
dilakukan selama 24 jam sehingga mengumpulkan permeat dengan
terbentuk larutan homogen. Setelah itu, ke menggunakan persamaan:
dalam larutan ditambahkan formamida dan
kembali diaduk selama 24 jam 1 V
Jw  [Mulder,1996]........... .2.1
[Richa,2011]. Setelah dihasilkan campuran A t
larutan casting yang homogen,
pengadukan dihentikan dan larutan casting dimana A merupakan luas membran
didiamkan selama 13 jam guna efektif, ΔV merupakan volume permeat
menghilangkan gelembung-gelembung yang dikumpulkan. Grafik fluks terhadap
udara yang terdapat dalam larutan casting. tekanan diplot dan kemiringannya
Larutan casting dicetak di atas lempengan merupakan nilai permeabilitas air bagi
kaca yang dipinggirnya telah diberi selotip membran tersebut [Mulder,1996].
dengan ketebalan 120 µm. Larutan casting Eksperimen ini diulangi sebanyak 3 kali.
dituang, diratakan dengan menggunakan
batang pengaduk, dan didiamkan di udara
Nilai Rejeksi
terbuka selama 30 detik untuk
Untuk menghitung nilai rejeksi pada
menguapkan sebagian pelarut. Selanjutnya
tekanan operasi 2,4,6,8 dan 10 bar
lempengan kaca direndam dalam bak
dilakukan analisa konsentrasi masing-
koagulasi berisi air 1 liter bersuhu 4°C
masing permeat pada berbagai tekanan
hingga lapisan film (membran) terlepas
tersebut dan konsentrasi pada umpan. Nilai
dengan sendirinya [Richa,2011].
rejeksi membran dapat ditentukan
Kemudian membran didiamkan
menggunakan persamaan:
selama 1 hari dalam akuades 1 liter,
kemudian dialiri air selama 2,5 jam untuk
( ) [Mulder,1996] ....2.2
menghilangkan kelebihan pelarut. Lalu
dilakukan proses anealing pada membran
dengan suhu 70°C selama 15 detik [Joko, Cp = konsentrasi permeat (ppm)
2013]. Membran dipotong berbentuk Cf = konsentrasi umpan (ppm)
lingkaran dengan diameter 5,5 cm,
3. Analisa Sampel
kemudian disimpan dalam larutan natrium
Analisa sampel air dilakukan pada air
azida 0,1% [Richa,2011].
payau sebelum dan setelah disaring
2. Filtrasi/Pengolahan air payau menggunakan membran selulosa asetat.
Pengukuran Fluks Adapun parameter yang akan dianalisa
Sebelum memulai eksperimen, adalah warna, kekeruhan, kesadahan, dan
Membran selulosa asetat yang dihasilkan kandungan klorida. Air payau umpan
dari tahap pertama dimasukkan ke dalam permeate yang dihasilkan dari proses filtrasi
sel filtrasi. Kemudian membran dipadatkan ditampung di dalam botol sampel kapasitas 1
dengan mengalirkan akuades sampai liter untuk dianalisa di Badan Laboratorium
diperoleh volume permeat yang tetap dan Kesehatan Provinsi Riau Pekanbaru.
[Indarti,2012]. Lalu eksperimen dilakukan
dengan menggunakan air payau sebagai 4. Statistika Pori
larutan umpan. Tekanan operasi yang Statistika pori membran dapat dianalisa
digunakan pada masing-masing membran menggunakan peralatan SEM. Pemotretan
dengan alat SEM dilakukan pada

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 3


permukaan atas dan bawah membran Dari Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa pada
untuk mengetahui pori membran yang masing masing parameter air payau
terbentuk. melebihi baku mutu air minum menurut
peraturan Menteri Kesehatan RI No.
3. Hasil dan Pembahasan 492/MenKes/PER/IV/2010 sehingga perlu
Analisa Awal Sampel air Payau dilakukan pengolahan terhadap air payau
Sampel air payau yang digunakan pada tersebut. Adapun komponen yang akan
penelitian ini berasal dari sumur di rumah dianalisa parameternya yaitu warna,
masyarakat yang tinggal di daerah pesisir kekeruhan, kesadahan dan klorida. Air
Tembilahan. Jarak antara sumber sampel payau tersebut akan disaring menggunakan
air payau sekitar ±2 km dari laut. Sampel membran selulosa asetat dan akan
air payau dianalisa untuk parameter warna, dihasilkan permeat. Permeat tersebut
kekeruhan, kesadahan dan klorida. Berikut nantinya akan diuji untuk parameter
merupakan hasil analisa air payau di warna, kekeruhan, kesadahan dan klorida.
daerah pesisir Tembilahan.
Pengaruh Perbedaan Tekanan operasi
Tabel 3.1 Analisa Awal Air Payau dan Komposisi Selulosa Asetat
Terhadap Fluks
Air Baku Fluks merupakan suatu jumlah volume
No Parameter Satuan
payau mutu permeat yang melewati satu satuan
1 Warna Pt-Co 124 15 permukaan luas membran dengan waktu
2 Kekeruhan mg/L 12,47 5 tertentu dan dengan adanya gaya dorong
3 berupa tekanan. Faktor-faktor yang
3 Kesadahan mg/L 780 500 mempengaruhi fluks yaitu komposisi dari
4 Klorida mg/L 1700 250 membran dan tekanan [Mulder,1996].
Sumber : Data ditampilkan dari hasil uji UPT
Adapun Pengaruh komposisi selulosa
Laboratorium Kesehatan dan asetat dan tekanan operasi terhadap fluks
Lingkungan Provinsi Riau (2015) dapat dilihat pada grafik 3.1.

47.0 44.679
43.258
45.0
43.0 39.196
41.0
39.0
37.0 34.322 34.728 Membran Selulosa
33.448
35.0 asetat 20%
Fluks (L/m2.jam)

33.0 30.057 30.037


31.0 33.509 Membran Selulosa
27.985 31.397
29.0 Asetat 19%
27.0 25.183 26.747
25.0 Membran Selulosa
23.0 21.832 26.198 Asetat 18%
22.827 22.157 23.578
21.0
19.0 21.730 Membran Selulosa
17.0 17.872 Asetat 17%
15.0
13.0 15.496 13.404 Membran Selulosa
11.0 11.921 Asetat 16%
9.0 9.037
7.0 7.920
0 2 4 6 8 10 12
Tekanan (bar)

Gambar 3.1 Grafik Fluks Air Payau Untuk Variasi Tekanan dan Komposisi Selulosa Asetat
terhadap Fluks

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 4


Untuk hubungan antara komposisi
Berdasarkan grafik pada Gambar 3.1 selulosa asetat terhadap fluks, berdasarkan
dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan grafik pada Gambar 3.1 menggambarkan
fluks dari tekanan 2 bar hingga 8 bar. bahwa komposisi selulosa asetat
Semakin besar tekanan operasi maka akan berbanding terbalik terhadap fluks.
semakin besar fluks yang dihasilkan. Semakin besar komposisi selulosa asetat
Peningkatan fluks tersebut diakibatkan maka akan semakin kecil fluks dihasilkan,
adanya gaya dorong (driving force) berupa hal tersebut dikarenakan tidak terjadi
tekanan pada proses penyaringan. Driving penggembungan pada rantai polimer
force yang diberikan mengakibatkan selulosa asetat. Formamida yang berfungsi
desakan terhadap molekul air payau sebagai swelling agent tidak membentuk
sehingga volume air payau yang melewati ikatan lemah berupa jembatan hidrogen
membran per satuan luas per satuan waktu diantara rantai polimer selulosa asetat
meningkat. sehingga struktur selulosa asetat tetap kuat.
Namun tidak terjadi peningkatan yang Tetap kuatnya struktur selulosa asetat ini
signifikan dari tekanan operasi 8 bar akan menurunkan permeabilitas dari
menuju 10 bar pada masing-masing variasi membran tersebut.
komposisi selulosa asetat pada membran. Natalia (2003) melakukan penelitian
Hal ini dikarenakan desakan terhadap air yang sama mengenai hubungan komposisi
payau sudah mencapai titik jenuhnya selulosa asetat terhadap fluks. Hasil yang
karena terjadinya fouling sehingga laju diperoleh yaitu semakin besar komposisi
alirnya tidak jauh berbeda. Jika ditinjau selulosa asetat maka fluksnya akan
dari grafik pada Gambar 3.1, dapat dilihat semakin turun. Penurunan fluks tersebut
bahwa fluks terendah air payau yang dikarenakan semakin besar komposisi
dihasilkan terdapat pada tekanan operasi 2 selulosa asetat maka akan semakin kecil
bar untuk masing-masing membran ukuran pori yang dihasilkan,semakin kecil
selulosa asetat dan fluks tertinggi air payau ukuran pori maka akan semakin besar
terdapat pada tekanan operasi 10 bar pada fluks yang dihasilkan.
masing-masing membran selulosa asetat.
Berdasarkan hasil tersebut maka hubungan Hasil Analisa Permeat Membran
antara tekanan terhadap fluks yaitu Selulosa Asetat
berbanding lurus. Richa (2011) melakukan Hasil analisa permeat membran selulosa
penelitian mengenai pengaruh tekanan asetat disajikan dalam Tabel 3.2 berikut:
terhadap fluks membran selulosa
asetat,dari penelitian yang dilakukan
dihasilkan hubungan antara tekanan
terhadap fluks berbanding lurus.

Tabel 3.2 Analisa Permeat Air Payau


Permeat
N Paramete Satua Air Baku
4 6 10
o r n payau mutu 2 bar 8 bar
bar bar bar
1 Warna Pt-Co 124 15 5 6 8 9 10
0,97 1,02
2 Kekeruhan mg/L 12,473 5 0,826 1,242 1,289
4 7
3 Kesadahan mg/L 780 500 157 162 165 171
183
4 Klorida mg/L 1700 250 24 28 29 3133
Baku mutu mengacu pada permen No.492 tahun 2010
Hasil analisa diperoleh dari hasil uji UPT Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan Provinsi
Riau (2015)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 5


minum sesuai dengan permenkes No.492
Permeat yang dianalisa merupakan Tahun 2010.
permeat hasil dari filtrasi menggunakan
membran selulosa asetat 20%. Menurut Selektifitas Membran Selulosa Asetat
Daruune dan Tribop (2008) semakin besar Selektivitas membran dinyatakan dalam
komposisi selulosa asetat maka akan nilai koefisien rejeksi, yang merupakan
semakin kecil fluks yang dihasilkan, ukuran kemampuan membran untuk
namun semakin besar rejeksinya. Karena menahan atau melewatkan satu spesi
pada variasi selulosa asetat dihasilkan tertentu. Selektivitas bergantung pada
fluks terkecil yaitu pada variasi membran interaksi membran dengan partikel terlarut,
selulosa asetat 20% maka permeatnya akan ukuran pori membran, dan ukuran partikel
dianalisa untuk parameter warna, yang akan melewati pori membran
kekeruhan, kesadahan dan klroida. [Setiasih, 2009). Dalam penelitian ini,
Untuk setiap variasi tekanan, dihasilkan selektivitas membran ditinjau melalui
permeat yang kualitas warna, kekeruhan, kemampuannya pada penyisihan warna,
kesadahan dan klorida dibawah baku mutu. kekeruhan, kesadahan dan klorida yang
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ditampilkan pada Gambar 3.2 berikut.
membran selulosa asetat dapat digunakan
untuk mengolah air payau menjadi air

101 98.59 98.35 98.29 98.18 98.06


99
97 95.97
95.16
95 93.55 92.74
93 91.94 Warna
Rejeksi (%)

91 93.38
89 92.19 91.77 Kekeruhan
87 90.04 89.67
Kesadahan
85
83 79.87 Clorida
81 79.23 78.85 78.08
79 76.54
77
75
0 2 4 6 8 10 12
Tekanan (bar)
Gambar 3.2 Kurva Pengaruh Tekanan Terhadap Selektivitas Membran Selulosa
Asetat pada Penyisihan Warna, Kesadahan, Kekeruhan dan Klorida

tekanan 4 bar penurunan rejeksi tidak


Hasil perhitungan koefisien rejeksi terlalu signifikan yaitu 95,16%, hal ini
menunjukkan bahwa selektivitas membran dikarenakan belum terjadi pelebaran pori
selulosa asetat berkurang seiring dengan pada membran. Kemudian pada tekanan 6
bertambahnya tekanan. Hal ini disebabkan bar dihasilkan rejeksi yang lebih jauh
terjadinya pelebaran pori membran menurun dari tekanan 4 bar yaitu 93,55%
sehingga partikel yang seharusnya tertahan yang berarti telah terjadi pelebaran pori
oleh membran dapat lolos [Notodarmojo sehingga partikel tidak tertahan lagi
dan Anne, 2004]. membran. Penurunan rejeksi yang cukup
Untuk parameter warna pada tekanan 2 besar tersebut kemudian terjadi lagi pada
bar dihasilkan rejeksi 95,97%, namun pada

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 6


tekanan 8 bar yaitu 92,74% dan pada
tekanan 10 bar dengan rejeksi 91,94%.
Nilai koefisien rejeksi kesadahan
mengalami penurunan membentuk kurva
linear seiring dengan bertambahnya
tekanan. Tekanan yang besar akan
mendorong senyawa penyebab kekeruhan
semakin banyak menembus membran.
Untuk parameter kesadahan, terjadi hal
yang sama yaitu penurunan rejeksi seiring (a) (b)
dengan bertambahnya tekanan. Pada
tekanan 2 bar dihasilkan rejeksi 79,87% Gambar 3.3. Foto Permukaan Atas (a)
dan semakin menurun hingga pada tekanan dan Permukaan Bawah (b) Membran
8 bar dengan rejeksi 78,08%. Namun pada Selulosa Asetat
tekanan 8 bar ke tekanan 10 bar terjadi
penurunan yang jauh yaitu menjadi Pada Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa
76,54%. Penurunan yang jauh ini terjadi permukaan atas (lapisan aktif) membran
karena membran tidak mampu lagi selulosa asetat mempunyai ukuran pori
menahan partikel sehingga pori membran yang lebih kecil dibandingkan permukaan
menjadi rusak (terbuka lebar) sehingga bawahnya. Hal ini dikarenakan, ketika
bukan menyisihkan partikel namun malah cetakan larutan cetak didiamkan di udara
membuat partikel lolos dengan jumlah terbuka, pelarut aseton pada lapisan atas
yang lebih banyak. membran mengalami difusi ke atmosfir,
Nilai rejeksi membran selulosa asetat sehingga lapisan atas akan kekurangan
terhadap rejeksi garam sangat tinggi yaitu pelarut. Membran dengan struktur tersebut
95,59%. Namun rejeksi garam tidak merupakan membran asimetri
berubah terlalu signifikan terhadap [Setiasih,2009]. Disamping itu, pada
kenaikan tekanan. Nilai rejeksi hanya gambar juga terlihat distribusi pori
berkurang sedikit saja terhadap perubahan membran tidak merata. Dari hasil
tekanan pada membran. Hal ini terjadi perhitungan diperoleh ukuran pori besar
karena partikel garam pada air payau lebih rata-rata membran sebesar 2,031 nm dan
besar dibanding pori membran meskipun ukuran pori kecil rata-rata membran
terjadi gaya dorong berupa tekanan. sebesar 1,686 nm. Dengan range pori yang
berada antara <2 nm, maka membran
Satistika Pori Membran dikategorikan sebagai membran
Untuk membuktikan hasil nanofiltrasi.
pengujian membran, maka perlu
diketahui sifat-sifat fisik membran
tersebut. Pemotretan permukaan
melalui mikroskop elektron sangat
berguna untuk mengetahui sifat fisik
(morfologi) membran, yaitu pori-
porinya. Dalam analisis foto SEM
dapat diketahui bentuk dan perubahan
permukaan dari material yang diuji.
Analisa dilakukan pada permukaan dan
penampang lintang membran. Hasil
Gambar 3.4 Foto penampang lintang
analisa ditunjukkan pada Gambar 3.3
membran selulosa asetat
berikut.

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 7


Ketebalan membran diketahui dengan membran asimetri dan berdasarkan prinsip
mengukur foto SEM penampang lintang pemisahannya disbeut membran berpori
membran, dan membandingkannya dengan
skala yang tertera pada Gambar 3.4. Dari Dafar pustaka
hasil perhitungan diketahui bahwa Anonim. (2013). Informasi Umum
membran mempunyai ketebalan 64,77 µm. Provinsi Riau. Dilihat di:
Gambar 3.4 menunjukkan struktur pori www.riau.go.id. Diakses pada 29
yang tidak homogen di seluruh bagian
Desember 2014.
penampang membran, hal ini
membuktikan membran selulosa asetat Bhongsuwan,D., & Bhongsuwan Tribop.
merupakan membran asimetri. (2008). Preparation of Cellulose
Acetate Membranes for Ultra-
Klasifikasi Membran yang Diperoleh Nano- Filtrations. Kasetsart J.
Berikut merupakan Tabel klasifikasi (Nat. Sci.) 42:311 – 317.
membran selulosa asetat yang diperoleh : Mulder, M. (1996). Basic Principles of
Membrane Technology, 2nd ed.,
Tabel 3.3 Klasifikasi Membran Selulosa
Asetat Kluwer Academic Publisher,
Membran Netherland.
Klasifikasi Natalia,S., Adiarto T., & Atie S. (2003).
NO Selulosa
Membran
Asetat Sintesis dan Optimasi Membran
1 Berdasarkan bahan Membran Selulosa Asetat pada Proses
dasar pembuatannya sintesis Mikrofiltrasi Bakteri. Jurusan
2 Berdasarkan fungsi Membran Teknik Kimia. Unversitas
nanofitrasi
Surabaya.
3 Berdasarkan Membran
morfologi asimteri Richa. (2011). Sintesis Membran Selulosa
4 Berdasarkan prinsip Membran Asetat untuk Pengolahan Air
pemisahannya berpori Sungai Siak. Skripsi Sarjana.
Unversitas Riau.
4. Kesimpulan Rosnelly,C.M. (2012). Pengaruh Rasio
Berdasarkan hasil analisa permeat yang Aditif PEG terhadap Selulosa
diperoleh dari hasil uji UPT Laboratorium
Asetat Pada Pembuatan
Kesehatan dan Lingkungan Provinsi Riau,
membran selulosa asetat dapat digunakan Membran Selulosa Asetat secara
untuk mengolah air payau menjadi air Inversi Fasa. Jurnal Rekayasa
minum sesuai dengan Permenkes No.492 Kimia dan Lingkungan.
Tahun 2010. Berdasarkan hasil penelitian, Vol.9,No.1.halaman 25-29.
semakin besar komposisi selulosa asetat Joko.S., Cahya D., & Tutuk D. (2013).
maka akan semakin kecil fluks yang Peningkatan Kinerja Membran
diperoleh, namun akan semakin besar
Selulosa Asetat untuk Pengolahan
rejeksinya. Pengaruh tekanan terhadap
proses pengujian air payau menjadi air Air Payau dengan Modifikasi
minum yaitu semakin besar tekanan maka Penambahan aditif dan
akan semakin besar fluks yang dihasilkan. Pemanasan. Jurnal Teknologi
Klasifikasi membran selulosa asetat yang Kimia dan Industri,Vol 2, No.3,
diperoleh yaitu berdasarkan bahan dasar halaman 96-108.
pembuatannya disebut membran sintesis,
Kim, I.C., Yun,H.G., & Lee, K.H. (2001).
berdasarkan fungsinya disebut membran
nanofiltrasi, berdasarkan morfologi disebut Preparation of Asymetric

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 8


Polyacrylonitrile Membrane with
Small Pore by Pahse Inversion
and Post-Treatment Process.
Journal of Membrane Science
199: 75-84
Kurniawan,A.,Rahadi,B., & Susanawati,D.
(2009). Studi Pengaruh Zeolit
Alam Termodofikasi HDTMA
Terhadap Penurunan Salinitas
Air Payau. Jurnal Sumberdaya
dan Lingkungan.
Setiasih,S. (2009). Pengaruh Aditif pada
Karakteristik Membran Selulosa
Asetat. Institut Teknologi
Bandung.
Supriyadi, Joko., Hakika,D., &
Kusoworo,T. (2013). Peningkatan
Kinerja Membran Selulosa Asetat
untuk Pengolahan Air Payau
dengan
Modifikasi Penambahan Aditif dan
Pemanasan. Jurnal Teknologi
Kimia dan Industri,Vol 2,No.3,
Halaman 96-108.
Wenten,I.G. (1999). Teknologi Membran
Industrial.Bandung.
Winani., & Ade,I. ( 2011). Kajian
Efektifitas Membran Selulosa
Asetat pada Proses Filtrasi
Bertahap untuk Desalinasi Air
Laut.Departemen Fisika.IPB.
Zhang, Pan., Hu, Jing Tau., & Wei,Lie.
(2013). Research Progress of
Brackish Water Desalination by
Reverse Osmosis. Journal of Water
Resource and Protection, Vol 5, p.
304-309

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1Februari 2016 9

Anda mungkin juga menyukai