Anda di halaman 1dari 14

Sintesis Membran Selulosa Asetat Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit

(TKKS) Untuk Desalinasi Air Payau Di Kalimantan Barat

DIUSULKAN OLEH :

Anggi Maulana D1121181014 2018

Nurul Mutia Putri D1121181018 2018

Prajid Egif Auzan D1121181023 2018

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2018

DAFTAR ISI

i
HALAMAN SAMPUL...................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 4
2.1 Metode Inversi Fasa Pada Sintesis Membran Selulosa Asetat-PVC...................4
2.2 Pemanfaatan TKKS Pada Sintesis Membran Selulosa Asetat..............................5
BAB III. Metode Penelitian............................................................................................... 7
3.1 Alat dan Bahan.......................................................................................................... 7
3.2 Prosedur Penelitian.................................................................................................... 7
3.2.1 Isolasi Selulosa.................................................................................................... 7
3.2.2 Sintesis Selulosa Asetat...................................................................................... 8
3.2.3 Sintetis Membran Selulosa Asetat-PVC Dengan Metode Inversi Fasa........8
3.2.4 Pengukuran Permeabilitas (Fluks) Air Payau..................................................9
3.2.5 Pengukuran Permselektivitas (Koefisien Rejeksi) Air Payau......................9
3.2.6 Analisis Morfologi Dengan Scanning Electron Microscope (SEM)............9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air adalah sumber daya alam yang memegang peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang selalu
dikonsumsi masyarakat dan berpengaruh pada kelancaran aktivitas
masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu krisis air menjadi masalah yang
tidak bisa dipandang sebelah mata. Krisis ini meningkat seiring bertambahnya
jumlah penduduk, degradasi lingkungan dan menurunnya ketersediaan air
bersih (Priyantika dkk, 2013). Krisis air bersih ini juga terjadi karena
lemahnya pengolahan air serta pemakaian air yang tidak efisien.
Kalimantan merupakan salah satu pulau besar di Indonesia. Pulau
Kalimantan terkenal dengan julukan “Pulau seribu sungai” karena banyaknya
sungai yang mengalir di pulau ini. Sungai terpanjang di Indonesia berada di
Kalimantan Barat yaitu Sungai Kapuas. Meskipun begitu, bukan berarti
Kalimantan Barat memiliki ketersediaan air bersih yang tidak terbatas.
Terlebih seiring perkembangan industri yang membutuhkan air dalam jumlah
besar.
Puncak krisis air bersih di Kalimantan Barat ini terjadi saat musim
kemarau, maraknya pembakaran lahan untuk pembukaan ladang baru, baik
untuk ladang pribadi milik masyarakat ataupun lahan untuk perkebunan sawit
oleh perusahaan dalam skala besar, membuat kalimantan diselimuti kabut
asap. Akibatnya air hujan yang turun bersifat asam (Ameilia, 2018). Selain itu,
setiap kemarau tiba, sungai-sungai mengalami kondisi pasang surut. Saat
pasang surut air laut masuk ke sungai mengakibatkan rasa air yang awalnya
tawar menjadi asin. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan air payau menjadi
air bersih yang layak di konsumsi.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan penerapan teknologi desalinasi. Desalinasi air payau
merupakan jalan utama yang efektif untuk memperoleh air bersih yang

1
semakin sulit diperoleh. Teknologi desalinasi menggunakan membran
merupakan proses yang paling ekonomis dibandingkan teknologi
konvensional karena mampu mengolah air payau dan air laut dengan biaya
yang rendah dan memerlukan energi yang lebih rendah (Zhang, 2013).
Sehubungan dengan perkembangan teknologi desalinasi menggunakan
membran. Saat ini membran selulosa asetat mengalami banyak perkembangan
seperti digunakan untuk pengolahan air sungai, air tanah dan air laut.
Keunggulan menggunakan selulosa asetat yaitu mudah diprosuksi dan bahan
mentahnya berasal dari sumber alam yang dapat diperbaharui (Iriyanti, 2016).
Selulosa asetat dapat dibuat dari asam asetat dan selulosa. Pembuatan
membran selulosa asetat-PVC dapat dilakukan dengan penambahan Polivinil
clorida pada selulosa asetat. Penambahan Polivinilklorida (PVC) sebagai
matriks pada pembuatan membran sangat menentukan struktur membran yang
dihasilkan (Thaiyibah dkk, 2016).
Teknik-teknik yang biasanya digunakan pada proses pembuatan membran
antara lain sintering, stretching, track-etching, template- leaching dan inversi
fasa. Pada penelitian ini pembuatan membran dilakukan dengan metode
inversi fasa. Inversi fasa adalah Suatu proses pengubahan bentuk polimer dari
fasa cair menjadi padatan dengan kondisi terkendali (Rosnelly, 2012).
Pemilihan metode inversi fasa dikarenakan dengan metode ini dihasilkan
struktur dan morfologi membran yang padat, kompak dan berpori. Metode ini
juga cocok digunakan dalam pembuatan membran dari berbagai polimer
(Richa, 2011).
Salah satu sumber alam di Kalimantan barat yang mengandung selulosa
dan dapat dimanfaatkan dalam sintesis membran selulosa asetat yaitu tandan
kosong kelapa sawit (TKKS). TKKS memiliki kandungan selulosa sebesar
45,80% (Gaol et al., 2013). Pada proses pengolahan minyak kelapa sawit,
TKKS merupakan limbah padat terbesar dan hampir tidak memiliki nilai
ekonomi. Limbah TKKS yang dihasilkan yaitu sekitar 22-23% dari tandan
buah segar atau setara dengan 22-23 ton/jam dalam 100 ton/jam kelapa sawit
(Fuadi & Pranoto, 2016). Oleh karena itu, jumlah limbah TKKS yang cukup

2
besar ini akan dimanfaatkan sebagai material dalam pembuatan membran
selulosa asetat-PVC.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pemanfaatan selulosa tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
pada sintesis membran selulosa asetat-PVC?
2. Bagaimana kualitas membran selulosa asetat-PVC hasil sintesis dari
selulosa TKKS?
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mempelajari proses sintesis membran selulosa asetat-PVC dari
selulosa TKKS.
2. Untuk mengetahui karakteristik serta kualitas dari membran selulosa
asetat-PVC hasil sintesis dari selulosa TKKS.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Inversi Fasa Pada Sintesis Membran Selulosa Asetat-PVC


Inversi fasa merupakan metode yang paling sering digunakan untuk
membuat membran. Metode inversi fasa merupakan proses dimana polimer
mengalami perubahan dari fasa cair ke fasa padat. Metode ini membutuhkan
setidaknya tiga sistem yang berperan, yakni polimer, pelarut dan non pelarut.
Solidifikasi atau proses inversi fasa terjadi akibat terlarutnya fasa pelarut ke
dalam non pelarut yang meninggalkan polimer sehingga menjadi fasa padat
(Utami, 2014). Proses inversi fasa dapat dimodifikasi untuk menghasilkan
morfologi membran tertentu. Proses modifikasi tersebut antara lain dilakukan
dengan penambahan aditif pada campuran polimer.
Selulosa asetat adalah salah satu polimer hidrofilik, mempunyai laju
penyerapan air sangat tinggi, ketahanan listrik yang tidak baik, dan ketahanan
kimia serta panas yang terbatas (Aprilia, 2011). Keterbatasan yang dimiliki
oleh selulosa asetat sebagai bahan baku membran ini dapat diatasi dengan
melakukan beberapa modifikasi pada metode inversi fasa seperti penambahan
aditif yang berfungsi untuk menambah ketahanan membran selulosa asetat
hasil sintesis.
Dalam pembuatan membran selulosa asetat-PVC ini, penggunaan PVC
bertujuan untuk memperkuat sifat mekanik dari membran selulosa asetat agar
tidak mudah sobek. Namun disisi lain PVC memiliki sifat yang kaku dan
keras, sehingga diperlukan zat aditif berupa pemlastis berupa Dioctyl Phtalate
(DOP). Hal ini diperlukan agar dapat meningkatkan kelenturan dan
kelembutan membran serta memudahkan selulosa asetat masuk ke rantai-
rantai polimer PVC. Selain itu komposisi selulosa asetat yang ditambahkan
pun memberikan pengaruh terhadap persentase penyerapan pada membran
(Thaiyibah. Dkk, 2016).
Thaiyibah. Dkk (2016) telah melakukan sintesis membran selulosa asetat-
PVC dari eceng gondok untuk adsorpsi logam tembaga (II). Komposisi

4
optimum pembuatan membran selulosa asetat-PVC yang layak digunakan
sebagai membran adalah pada membran dengan komposisi selulosa, PVC dan
DOP yakni 6 : 3 : 1. Sedangkan Hasil analisis FT-IR menunjukkan adanya
interaksi antar ion Cu2+¿ ¿ dengan membran dilihat dari penurunan intensitas
serapan sebelum dan sesudah didop yaitu 78.564% menjadi 66.857% pada
gugus C=O dari selulosa asetat. Hal ini diperkuat dengan analisis SEM yang
menunjukkan morfologi permukaan membran yang porinya diduga terisi oleh
ion logam Cu2+¿ ¿.
2.2 Pemanfaatan TKKS Pada Sintesis Membran Selulosa Asetat
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang
diperdagangkan, baik untuk industri dalam negeri maupun ekspor. Indonesia
merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Perkebunan kelapa
sawit Indonesia terdapat di wilayah Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan,
Sulawesi, Bangka Belitung, dan Papua, dengan pengembangan terbesar
dilakukan di Kalimantan. Produk utama pohon kelapa sawit yang
dimanfaatkan adalah buahnya yang menghasilkan minyak dari daging buah
(inti sawit). Setelah dilakukan proses pengolahan kelapa sawit tersebut, pada
akhirnya menyisakan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) berkisar 20
hingga 23 persen dari jumlah panen tandan buah sawit (TBS) yang dipasok ke
pengolah. Tandan kosong kelapa sawit adalah limbah pabrik kelapa sawit
yang jumlahnya sangat melimpah. Secara fisik tandan kosong kelapa sawit
terdiri dari berbagai macam serat dengan komposisi antara lain selulosa sekitar
45.80%, hemiselulosa sekitar 16.49%, dan lignin sekitar 22.84% (Gaol et al.,
2013).
Meninjau penelitian yang pernah dilakukan sebelumya, dimana Siswarni
(2007) berhasil melakukan sintesis membran dari selulosa kulit pisang dengan
metode inversi fasa, dimana selulosa tersebut diubah terlebih dahulu menjadi
selulosa asetat. Menurut penelitian yang telah dilakukan terhadap kulit pisang,
diperoleh hasil analisis kandungan kulit pisang yang mengandung 37,52%
hemiselulosa, 12,06% selulosa dan 7,04% liginin (Sukowati, 2014). Jika
melihat kandungan selulosa yang hanya sebesar 12,06% pada kulit pisang

5
dapat menghasilkan membran, maka kandungan selulosa dari TKKS sekitar
45,95% kemungkinan besar juga akan menghasilkan membran yang lebih
baik, dimana proses tersebut dilakukan dengan metode inversi fasa.
Dalam penelitian Apriani, dkk (2017), Membran selulosa asetat dapat
dibuat dari selulosa tandan kosong kelapa sawit dengan teknik inversi fasa.
Membran yang memiliki karakteristik terbaik yaitu membran pada
penambahan konsentrasi PEG/SA 10%. Nilai permeabilitasnya sebesar 55,54
L/m2 jam untuk air, 18,48 L/m2 jam untuk dekstran T-70 dan 5,14 L/m2 jam
untuk dekstran T-500. Permselektivitasnya sebesar 67,24% untuk dekstran T-
70 dan 79,46% untuk dekstran T-500. Hasil analisis SEM terhadap membran
konsentrasi PEG/SA 10% menunjukkan distribusi ukuran pori yang lebih
halus (Apriani dkk, 2017).
Akan tetapi pada penelitian Apriani dkk, (2017), nilai rejeksi yang
didapatkan masih kurang dari 95% (standar nilai MWCO), untuk
meningkatkannya bisa dilakukan dengan cara melapisi membran dengan
lapisan pendukung seperti poliester dan diaplikasikan untuk proses pemisahan
Reverse Osmosis.

6
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas
(Pyrex), stirrer (Nuova), magnetik stirrer (Teflon Probeta), plat kaca
30x25x0,4 cm, batang stainless steel dengan panjang 40 cm, saringan mesh
325 (Retsch), neraca analitik (AND HR-200), bak plastik persegi (Shinpo),
oven (Memmert), desikator, SEM (JEOL-JSM-6510LV), dan sel ultrafiltrasi
dead-end (Halic).
Sedangkan bahan yang diguanakan pada penelitian ini adalah tandan
kosong kelapa sawit (TKKS), Na 2 SO 3 (Merck), NaOH (Merck), HNO3
(Merck), H 2 O2 (Merck), asam asetat glasial p.a (Merck), asam sulfat (Merck),
anhidra asetat (Merck), akuades, air payau, Polivinilklorida (PVC), dioktil
phtalat (DOP), dan Tetrahidrofuran (THF).
3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1 Isolasi Selulosa
Tandan kosong kelapa sawit dikeringkan sampai kadar air 4-7% dan
digunting hingga membentuk serat panjang ± 1 cm. Potongan TKKS
sebanyak 150 gr ditambahkan 1L HNO3 3,5% (v/v) selanjutnya
dipanaskan pada suhu 900˚C selama 2 jam. Campuran disaring, ampas
yang diperoleh dicuci hingga pH netral. Ampas yang telah netral
ditambahkan 750 mL campuran NaOH 2% (b/v) dan Na2 SO 3 2% (b/v)
pada suhu 500˚C selama 1 jam. Residu disaring dan dicuci hingga pH
netral. 500 mL NaOH 17,5% (b/v) ditambahkan pada suhu 800˚C selama
0,5 jam dan disaring. Residu dicuci hingga pH netral dan ditambahkan
H 2 O2 10%(v/v) pada suhu 600˚C selama 15 menit. Hasil yang diperoleh
berupa selulosa dioven pada suhu 1100˚C selama 6 jam (Djuned dkk,
2014).

7
3.2.2 Sintesis Selulosa Asetat
Selulosa 10 gr dilarutkan dengan 250 mL asam asetat glasial kemudian
diaduk selama 60 menit pada suhu 380˚C, lalu ditambahkan 0,5 mL asam
sulfat, diaduk kembali selama 45 menit. Hasil aktivasi dilanjutkan dengan
proses asetilasi menggunakan anhidra asetat sebanyak 132 mL dan diaduk
pada suhu 380˚C selama 45 menit. Larutan selanjutnya ditambahkan 25
mL akuades dan 50 mL asam asetat glasial unuk menghentikan proses
asetilasi, selanjutnya diaduk pada suhu 500˚C selama 30 menit. Larutan
yang diperoleh kemudian diendapkan ke dalam akuades dan disaring
hingga aroma asetat hilang. Endapan yang diperoleh dikeringkan dalam
oven suhu 550˚C selama 12 jam (Bahmid, 2014).
3.2.3 Sintesis Membran Selulosa Asetat-PVC Dengan Metode Inversi Fasa
Dilarutkan PVC sebanyak 0,3 gr kedalam 20 mL THF secara perlahan-
lahan sambil diaduk dengan magnetik stirer, kemudian ditambahkan 15
tetes DOP, lalu sebanyak 0,6 gr selulosa asetat ditambahkan secara
perlahan-lahan kedalam campuran dan diaduk selama 4 jam pada suhu
kamar. Lalu campuran dituang kedalam plat kaca dan diratakan dengan
menggunakan batang stainless. Selanjutnya membran dibiarkan di udara
terbuka selama 30 detik untuk menguapkan pelarutnya kemudian
dimasukkan kedalam bak koagulasi berisi air, sehingga terbentuk lapisan
membran. Membran yang dihasilkan kemudian dicuci dengan air yang
mengalir (Rosnelly, 2010). Berikut variasi komposisi membran yang
digunakan:
Tabel 3.1 Variasi Komposisi Pembuatan Membran

Selulosa
Membran asetat PVC DOP THF
(%b/b) (%b/b) (%b/b) (mL)
1 6 3 1 20
2 5,5 3.5 1 20
3 5 4 1 20

8
3.2.4 Pengukuran Permeabilitas (Fluks) Air Payau
Sebelum memulai eksperimen, Membran selulosa asetat yang
dihasilkan dari tahap pertama dimasukkan ke dalam sel ultrfiltrasi dead-
end. Kemudian membran dipadatkan dengan mengalirkan akuades sampai
diperoleh volume permeat yang tetap. Lalu eksperimen dilakukan dengan
menggunakan air payau sebagai larutan umpan. Tekanan operasi yang
digunakan pada masing-masing membran adalah 2, 4, 6, 8 dan 10 bar.
Larutan yang keluar kemudian ditampung dan diukur volumenya setiap 10
menit hingga menit ke-60. Fluks air, J bagi setiap eksperimen dihitung
berdasarkan waktu t (jam) yang diperlukan untuk mengumpulkan permeat
dengan menggunakan persamaan:
J = V / (A x t) (Mulder, 1996)

Keterangan: J = fluks cairan ( L/m 2 jam)


V = volume permeat (liter)
t = waktu permeat (jam)
A = luas permukaan membran (m 2)

3.2.5 Pengukuran Permselektivitas (Koefisien Rejeksi) Air Payau


Untuk menghitung nilai rejeksi pada tekanan operasi 2,4,6,8 dan 10
bar dilakukan analisa konsentrasi masingmasing permeat pada berbagai
tekanan tersebut dan konsentrasi pada umpan. Nilai rejeksi membran dapat
ditentukan menggunakan persamaan:

Cp
R(%) = [1 – ( )] x 100% (Mulder 1996)
Cf

Keterangan: Cp = konsentrasi permeat (ppm)


Cf = konsentrasi umpan (ppm)

3.2.6 Analisi Morfologi Dengan Scanning Electron Microscope (SEM)


Penentuan struktur morfologi membran dapat dianalis dengan SEM
(Scanning Electron Microssope) yaitu informasi kualitatif mengenai
ukuran pori membran, distribusi pori serta geometri pori secara

9
keseluruhan.dengan melihat permukaan dan penampang lintang membran
(Mulder, 1996). Analisa ini memberikan informasi kualitatif mengenai
ukuran pori membran, distribusi pori serta geometri pori secara
keseluruhan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, F. (2018). Analisis Hujan Asam Dan Co 2 Atmosfer. Jurusan Teknik


Industri FTI, Universitas Trisakti, Jakarta
Aprilia S dan Amin A, (2011). Sintesis dan Karakterisasi Membran Untuk Proses
Ultrafiltrasi. Jurnal Rekayasa Kimia dan Teknologi, 8(2), 84-88.
Apriani, R. dkk. (2017). Sintesis  dan  Karakterisasi  Membran  Selulosa  Asetat
dari  Tandan  Kosong  Kelapa  Sawit. Universitas Lambung Mangkurat
Bahmid,  N.  A.  (2014).   Pengembangan   Nanofiber  Selulosa  Asetat  dari  
Selulosa  Tandan  Kosong  Kelapa   Sawit  Untuk  Pembuatan  Bioplastik  
(Thesis).  Institut  Pertanian  Bogor
Djuned,  F.M.,  Asad,  M.,  Ibrahim,  M.  N.  M.,   &  Daud,  W.  R.  W.  (2014).
Synthesis   and  Characterization  of  Cellulose   Acetate  from  TCF  Oil
Palm  Empty  Fruit  Bunch  Pulp.  Bioresources.  9(3),   4710-4721.  
Fuadi,  A.  M.,  &  Pranoto,  H.  (2016).   Pemanfaatan  Limbah  Tandan  Kosong
Kelapa  Sawit  Sebagai  Bahan  Baku   Pembuatan  Glukosa.  Jurnal
Chemica,   3(1),  1–5.  
Gaol,  M.  R.  L.  L.,  Sitorus,  R.,  S,  Y.,  Surya,   I.,  &  Manurung,  R.  (2013).
Pembuatan   Selulosa  Asetat  dari  αSelulosa   Tandan  Kosong  Kelapa
Sawit.  Jurnal   Teknik  Kimia,  2(3),  33–39.  
Iriyanti,  A.  (2016).   Sintesis  Membran   Elektrolit  Selulosa  Asetat  Dari
DaunPandan  Laut  (Pandanus  Tectorius)   Dengan  Pemlastis  Dimetil
Ftalat  Untuk   Aplikasi  Baterai  Ion  Litium  (Skripsi).   Universitas
Negeri  Yogyakarta.  
Mulder, M. (1996). Basic Principles of Membrane Technology, 2nd ed., Kluwer
Academic Publisher, Netherland.
Priyantika, D. Dkk. (2013). Pengendalian Mutu Air Bersih Menggunakan
Teknologi Nano Filtrasi sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan
Masyarakat Desa Vokasi Mranak Demak Jawa Tengah. Universitas
Diponegoro. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vol. 3 No.2.

11
Richa. (2011). Sintesis Membran Selulosa Asetat untuk Pengolahan Air Sungai
Siak. Skripsi Sarjana. Unversitas Riau.
Rosnelly,  C.  (2010).  Perancangan  Proses   Pembuatan  Membran   Ultrafiltrasi
Selulosa  Asetat  secara  Inversi  Fasa   dari  Selulosa  Pulp  Kayu  Sengon
(Paraserianthes  falcataria)  (Thesis).   Institut  Pertanian  Bogor.  
Rosnelly,C.M. (2012). Pengaruh Rasio Aditif PEG terhadap Selulosa Asetat Pada
Pembuatan Membran Selulosa Asetat secara Inversi Fasa. Jurnal Rekayasa
Kimia dan Lingkungan. Vol.9,No.1.halaman 25-29.
Siswarni M Z, (2007). Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Sebagai Membran
Selulosa. Jurnal Teknologi Proses, 6(1), 49-51.
Sukowati A, Sutikno, Rizal S, (2014). Produksi Bioetanol Dari Kulit Pisang
Melalui Hidrolis Asam Sulfat, 19(3).
Thaiyibah, N. Dkk. (2016). Pembuatan Dan Karakterisasi Membran Selulosa
Asetat-Pvc Dari Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Untuk Adsorpsi
Logam Tembaga (Ii). Kimia FMIPA Unmul. Jurnal Kimia Mulawarman
Volume 14 Nomor 1.
Utami Z D dan Fansuri H, (2014). Pembuatan Membran Perovskit CaTIO₃
dengan Menggunakan Polistermida dan Aditif Polietilen Glikol. Jurnal
Sains dan Seni Pomits, 2(1), 1-4.
Zhang, Pan., Hu, Jing Tau., & Wei,Lie. (2013). Research Progress of Brackish
Water Desalination by Reverse Osmosis. Journal of Water Resource and
Protection, Vol 5, p. 304-309

12

Anda mungkin juga menyukai