Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum ke-2 Hari/ tanggal : Rabu, 4 September 2019

m.k Manajemen Kualitas Air


dan Tanah Kelompok :1
Dosen : Henry Kasman Hadi S, S.Pi
Ima Kusumanti, S.Pi, M.Sc
Asisten : Bhre Hagni Yuwono, Spi
Nabilla Putri P, Amd
Fitriana Rahmawati

TEKNIK PENANGANAN FISIKA AIR (KEKERUHAN)


DENGAN BAHAN KIMIA (KOAGULASI,FLOKULASI DAN
SEDIMENTASI)

Disusun oleh:

Desty Mega Oktavia J3H818114

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN PERIKANAN
BUDIDAYA
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan suatu kebutuhan utama bagi semua mahluk hidup di dunia terutama
bagi manusia, dengan terus bertambahnya jumlah populasi manusia, maka kebutuhan air
bersih yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari akan terus bertambah setiap
harinya. Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat indonesia yang mengalami
kekurangan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Seiring
berkembangnya zaman, kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan serta semakin
banyaknya kawasan industri membuat lingkungan sekitar menjadi tercemar. Limbah cair
dari industri menyebabkan turunnya kualitas air sehingga air harus melalui tahap
pengolahan sebelum bisa digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Budidaya merupakan kegiatan yangbertujuan untuk memperbanyak dan melestarikan


keturunan suatu individu. Dalam kegiatan budidaya tersebut, tentunya para pembudidaya
harus benar -benar mengelolah suatu usaha budidayanya dengan baik untuk kelangsungan
hidup organisme yang dibudidayakan, dalam hal ini terhadap para pembudidaya ikan.

Air merupakan salah satumedia yang secara langsung dapat mempengaruhi


kelangsungan hidup organisme akuatik yaitu ikan, misalnyaterhadap kondisi fisika dan
kimianya. Dalamhal ini, peran pembudidaya sangatdibutuhkan dalam manajemen atau
carapengelolaan yang baik dan terstruktural mulaidari pra produksi hingga pemasaranya.

Manajemen kualitas air menjadi modal utama dari keberhasilan budidaya,


parameterkualitas air untuk budidaya ikan air tawar. Manajemen kualitas air meliputi 3
karakteristik, yaitu karakteristik fisik, karakteristik kimia dan karakteristik biologi. Limbah
yang dihasilkan oleh ikan akan menjadi masalah bila tidak diatasi dengan baik. Masalah
tersebut dapat diatasi dengan cara menambahkan substrat pada dasar akuarium, sehingga
diprediksi bahwa penambahan substratakan membuat akuarium akan terlihat bersih dan
kualitas airnya baik.

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan
suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian kualitas air akan berbeda dari
suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda
dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Kualitas air dalam hal analisis kualitas air
mencakup keadaan fisika, kimia, dan biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air
untuk kehidupan manusia, pertanian, industri, rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya (Asdak
1995).

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik treatment air melalui
proses koagulasi, serta mengetahui jenis koagulan, dosis dan lama treatment yang
paling efektif.
II METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Rabu, 28 Agustus 2019 pada pukul 08.00 -
12.00 WIB. Bertempat di laboratorium air Kampus Institut Pertanian Bogor
PSDKU Sukabumi.

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu timbangan digital, gelas
piala, gelas ukur, botol sampel, termometer, stopwatch, dan batang pengaduk.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu PAC, tawas/alum, FeCl3, dan air sampel.

2.3 Prosedur Kerja


Siapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan. Ambil air sampel yang
ada dikolam, lalu tuang ke gelas piala berukuran 500ml sebanyak 250ml. Ambil
koagulan yang sudah ditentukan lalu sesuaikan dosisnya. Sebelum koagulan
dicampurkan ke air sampel, khusus koagulan yang berbentuk padat (PAC dan
tawas) harus dilarutkan dengan sedikit air terlebih dahulu, bertujuan untuk
memudahkan dalam proses pengadukan. Setelah koagulan dimasukan kedalam
gelas piala lalu aduk selama 3 menit, kemudian tunggu dan hitung suhu pada menit
ke-15, 30, 45, 60.
III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 1 Penambahan koagulan

Kelo Treatm Komp Hasil Pengukuran Kekeruhan pada menit ke


mpo ent osisi 0 15 30 45
k (ppt)
1 PAC 1

2 PAC 0,5
3 Tawas 1

4 FeCl3 1

5 Kontrol

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan proses koagulasi dan flokulasi


dipengaruhi oleh suhu, waktu dan kecepatan dalam pengadukan, konsentrasi
koagulan, serta kualitas air sampel yang digunakan.
3.2 Pembahasan
Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi partikel koloid dan
partikel tersuspensi termasuk bakteri dan virus melalui penetralan muatan
elektrinya untuk mengurangi gaya tolak menolak antar partikel, dan bahan yang
digunakan untuk penetralan disebut koagulan (Kawamura 1992). Sedangkan
flokulasi didefinisikan sebagai proses penggabungan partikelpartikel yang tidak
stabil setelah proses koagulasi melalui proses pengadukan (stirring) lambat
sehingga terbentuk gumpalan atau flok yang dapat diendapkan atau disaring pada
proses pengolahan selanjutnya ( Hadi 1997)
Koagulasi – flokulasi adalah sarana untuk pemisahan suspended solid (SS)
dan partikel koloid. SS merupakan produk mineral-mineral alam seperti tanah liat,
lumpur dan sebagainya atau berasal dari organik (penguraian tanaman atau
hewan). Adapun koloid merupakan SS dengan ukuran lebih kecil, partikel ini
tidak dapat mengendap secara alami, mempunyai diameter kurang dari 1 mm dan
penyebab terjadinya warna dan kekeruhan.
Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan air untuk membantu proses
pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan
sendirinya (Sutrisno 2014 dalam Wityasari 2015).
Tawas atau alumunium suphate merupakan bahan koagulan yang paling
banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah didapatkan di
pasaran serta mudah penyimpanannya. Alumunium sulphate digunakan secara
secara luas dalam industri kimia, alumunium sulfat banyak digunakan sebagai
koagulan dalam proses pengolahan air bersih, pengolahan air limbah dan juga
digunakan pembuatan kertas untuk meningkatkan ketahanan dan penyerapan tinta.
Jumlah pemakaian tawas tergantung pada turbiditas (kekeruhan) air baku.
(Pulungan 2012 dalam Sofiah 2016).
Menurut Raharjo dalam Setianingsih ( 2000 ), PAC adalah polimer
alumunium yang merupakan jenis koagulan baru sebagai hasil riset dan
pengembangan teknologi pengolahan air. Sebagai unsur dasarnya adalah
alumunium dan alumunium ini berhubungan dengan unsur lain membentuk unit
yang berulang dalam suatu ikatan rantai molekul yang cukup panjang. Dengan
demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan menjembatani
partikel – partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung lebih efisien. PAC
memiliki rantai polimer yang panjang, muatan listrik positif yang tinggi dan
memiliki berat molekul yang besar, PAC memiliki koefisien yang tinggi sehingga
dapat memperkecil flok dalam air yang dijernihkan meski dalam dosis yang
berlebihan. PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa, sebab PAC
memiliki muatan listrik positif yang tinggi sehingga PAC dapat dengan mudah
menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid dan dapat mengatasi serta
mengurangi gaya tolak menolak elektrostatis antar partikel sampai sekecil
mungkin, sehingga memungkinkan partikel – partikel koloid tersebut saling
mendekat ( gaya tarik menarik kovalen ) dan membentuk gumpalan / massa yamg
lebih besar. Segi positif penggunaan PAC adalah rentang pH untuk PAC adalah 6
– 9. Daya koagulasi PAC lebih baik dan flok yang dihasilkan relatif lebih besar.
Konsumsi PAC lebih sedikit sehingga biaya penjernihan air persatuan waktu lebih
kecil.
Proses koagulasi dan flokulasi yang optimum banyak dipengaruhi
variabel-variabel yang komplek, adapun variabel yang mempengaruhi adalah pH,
pemilihan pH yang tepat akan mengakibatkan dosis koagulan yang digunakan
untuk memperolh effluent yang optimum adalah kecil. Hal ini sebabkan oleh sifat
kimia koagulan yang sangat tergantung pada pH. Adanya batasan nilai pH terjadi
karena pengaruh jenis koagulan yang dipakai dan reaksi koagulan dalam air dalam
menentukan konsentrasi koagulan yang digunakan. Kesalahan pengoperasian
dalam menentukan range pH akan mengakibatkan pemborosan bahan kimia dan
mengakibatkan kualitas yang rendah dalam effluen pengolahan air limbah. Jika
menggunakan koagulan Fe3+ kisaran pH koagulasi adalah 5,0 – 8,5 namum
umumnya pH 7,5. Kualitas Air, kebutuhan koagulan tergantung pada kekeruhan.
Kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan proses koagulasi menjadi lebih
efektif, tetapi penambahan koagulan tidak selalu berkorelasi linier terhadap
kekeruhan. Temperatur, temperatur yang rendah memberikan efek yang
merugikan terhadap efisiensi semua proses pengolahan. Waktu kontak dalam
fasilitas koagulasi flokulasi sebaiknya diatur. Semakin rendah temperatur
membutuhkan waktu kontak semakin lama karena mempengaruhi pembentukan
flok-flok supaya cepat mengendap di bak pengendap. Kecepatan Putaran dan
Waktu Putaran, kecepatan putaran sangat berhubungan dengan proses
pencampuran koagulan kedalam air, proses destabilisasi partikel dan perpindahan
serta penggabungan presipitat yang terbentuk menjadi flok-flok. Waktu
pengadukan juga sangat berpengaruh karena berhubungan dengan waktu yang
dibutuhkan presipitat saling bertumbukan satu sama lain sehingga cukup untuk
membentuk flok dengan kualitas terbaik.
IV KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini, praktikan terkendala sampel air. Treatment air
dengan bantuan bahan kimia yaitu koagulan terbukti sangat sederhana dan efektif,
dengan dosis yang tepat sangat mempercepat pembentukan flok di air. Penambahan
tawas/ alum juga sangat efektif untuk treatmen kualitas air.
V DAFTAR PUSTAKA

Linggawati, A. 2006. Efektivitas Pati-Fosfat dan Koagulan. Jurnal Natur Indonesia

Mayasari, Rizka. Optimalisasi Dosis Koagulan Aluminium Sulfat dan Poli Aluminium
Klorida (PAC) (Studi Kasus PDA Tirta Musi Palembang). Jurnal Universitas
Muhammadiyah Palembang. 2(3): 2528-7419.
Margareta, Rizka Mayasari, dkk. (2012).Pengaruh Kualitas Air Baku Terhadap Dosis Dan
Biaya Koagulan Aluminium Sulfat Dan Poly Aluminium Chloride. Jurnal Teknik
Kimia, No.4, Vol.18.
Asdak, 1995. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

Wjiaya, Habib Krisna (2009). Komunitas Perifiton dan Fitoplankton serta


Parameter Fisika-Kimia Perairan sebagai Penentu Kualitas Air di Bagian
Hulu Sungai Cisadane, Jawa Barat

Wityasari, N. (2016). Penentuan Dosis Optimum PAC (Poly Aluminium Chloride)


Pada Pengolahan Air Bersih Di IPA Tegal Besar PDAM Jember.

Anda mungkin juga menyukai