Anda di halaman 1dari 3

Desty Mega Oktavia

J3H818114
Tugas Dasar-Dasar Akuakultur

Karbondioksida (CO2)
Sistem CO2 dalam perairan adalah dalam bentuk gas (CO2), asam bikarbonat, ion
bikarbonat dan ion karbonat. Jumlah total dari semua bentuk sistem CO2 disebut konsentrasi
total CO2 [∑CO2] dan sering disebut karbon anorganik terlarut (Dissolved Inorganic
Carbon/DIC). Keberadaan karbon anorganik ini berperan penting dalam reaksi kimiawi di
dalam perairan. Pertukaran (fluks) karbon anorganik juga berperan penting dalam mengontrol
pH di laut dan juga menentukan perairan sebagai source karbon (sumber) atau sink karbon
(penyimpan). Perbedaan tekanan parsial karbon menentukan pertukaran antara atmosfir dan
lautan. Untuk mengetahui variabilitas pertukaran CO2 antara laut dan atmosfer diperlukan
pengukuran sistem CO2. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengkaji distribusi spasial
karbon anorganik terlarut di Perairan Jepara dan hubungannya dengan faktor-faktor fisika-
kimia perairan yang meliputi suhu, pH, alkalinitas, salinitas dan DO. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Pengukuran karbon anorganik terlarut,
alkalinitas dan oksigen terlarut menggunakan metode titrasi. Hasil analisa data ditampilkan
dalam bentuk peta sebaran dengan menggunakan program ArGIS. Berdasarkan hasil
penelitian di Perairan Jepara diperoleh kesimpulan sebagai berikut bahwa semua stasiun
kecuali stasiun 11 memiliki nilai temperatur berkisar antara 29 – 300C, hal ini dikarenakan
pengukuran berada di perairan terbuka dan dekat dengan daratan sehingga energi matahari
lebih efektif meningkatkan temperatur air laut. Nilai salinitas terendah berada di Stasiun 1
yang letaknya berada di mulut muara Sungai Serang dengan nilai 28.70/00, hal ini di
karenakan adanya masukan air tawar yang memiliki salinitas yang rendah.Kandungan DO
yang rendah berkisar 2.4 ppm – 2.56 ppm dikarenakan masuknya bahan-bahan organik ke
perairan Jepara sehingga membutuhkan oksigen yang banyak untuk menguraikannya.Dari
hasil analisis di laboratorium terhadap 12 sampel air laut Perairan Jepara, menunjukkan
bahwa kandungan CO2 berkisar antara 4.6 ppm – 24.1 ppm. Stasiun 1 dan Stasiun 2 yang
terletak di dekat muara Sungai Serang memiliki kandungan CO2 yang lebih besar
dibandingkan Stasiun-Stasiun lainnya.

Amonia (NH3)
Amonia (NH3) merupakan salah satu parameter kualitas air yang merupakan masalah
besar bagi ikan dan dalam kegiatan budidaya ikan. Menurut Pillay (2004), konsentrasi amonia
yang toksik dalam periode waktu yang singkat berkisar antara 0,6-2,0 mg/l. Adanya amonia
dalam perairan, selain menyebabkan toksisitas tinggi, konsentrasi amonia juga membahayakan
bagi ikan. Pengaruh langsung dari kadar amonia tinggi yang belum mematikan adalah rusaknya
jaringan insang, yaitu lempeng insang membengkak sehingga fungsinya sebagai alat
pernafasan akan terganggu (Rully, 2011). Amonia yang ada di perairan berasal dari sisa
metabolisme ikan yang terlarut dalam air, feses ikan, serta dari makanan ikan yang tidak
termakan dan mengendap di dasar kolam budidaya. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan
konsentrasi amonia meningkat antara lain membusuknya makanan ikan yang tidak termakan,
menurunnya kadar DO pada kolam yang apabila oksigen terlarut berkisar antara 1-5 ppm
mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat sedangkan oksigen terlarut yang kurang dari
1 ppm dapat bersifat toksik bagi sebagian besar spesies ikan (Rully, 2011). Selain dua faktor
tersebut, hal yang dapat meningkatkan konsentrasi amonia ialah filter yang tidak bekerja
dengan baik, serta pergantian air kolam yang tidak rutin. Presentase pengurangan amonia
menunjukkan seberapa besar amonia yang dikurangi oleh sistem akuaponik, semakin tinggi
presentase pengurangan amonia maka akan semakin rendah konsentrasi amonia pada media
budidaya ikan.

Nitrat (NO3-)
Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang berperan sebagai nutrient utama bagi
pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan memiliki
sifat yang relatif stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi yang sempurna di
perairan. pada dasarnya, nitrat merupakan sumber utama nitrogen diperairan, akan tetapi,
tumbuhan lebih menyukai amonium untuk disgunakan dalam proses pertumbuhan. Kadar
nitrat diperairan yang tidak tercemar biasanya lebih tinggi dari pada kadar amonium. Kadar
nitrat lebih dr 5 mg/ltr. menggambarkan keadaan suatu perairan yang telah tercemar akibat
aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrogen yang lebih darr 0,2 mg/ltr menggmbarkan
terjdinya eutrofikasi perairan. Nitrat merupakan salah satu jenis senyawa kimia yang sering
ditemukan di alam, seperti dalam tanaman dan air. Senyawa ini terdapat dalam tiga bentuk,
yaitu ion nitrat (ion-NO)3, kalium nitrat (KNO3), dan nitrogen nitrat (NO3-N). Ketiga bentuk
senyawa nitrat ini menyebabkan efek yang sama terhadap ternak meskipun pada konsentrasi
yang berbeda.

Nitrit (NO2-)
Nitrit merupakan ion-ion an-organik alami yang merupakan bagian dari sebuah siklus
unsur Nitrogen di alam. Proses dimulai dari bahan/material yang mengandung Nitrogen oleh
mikro-organisme dirubah menjadi Amoniak (NH4), kemudian akan mengalami oksidasi
menjadi Nitrit (NO2-), ikatan kimia Nitrit tersebut tidak stabil maka Nitrit tersebut akan
mengalami oksidasi lagi menjadi Nitrat (NO3-) sehingga unsur ion Nitrat ini paling umum
dijumpai pada air permukaan dan bawah tanah. Sumber unsur Nitrogen dapat berasal dari
pelarutan mineral dalam batuan dan tanah, pupuk pada lahan pertanian, limbah-limbah yang
dihasil oleh aktifitas manusia. Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat
(nitrifikasi) dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi) yg terbentuk dalam kondisi
anaerob. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit pada
perairan relative stabil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Perairan alami mengandung
nitrit sekitar 0,001 mg/liter. Sementara itu, kadar nitrit yang diperbolehkan tidak lebih dari
0,5 ppm. Kadar nitrat dan nitrit di dalam air tambak yang melebihi ambang batas tersebut
akan berpengaruh negatif terhadap udang windu yang dipelihara. Pengukuran kadar nitrat dan
nirit menggunakan instrument kit dengan kisaran pengukuran 0,05 – 2 ppm. Alat ini juga
berfungsi sebagai pengukur kadar Cd (cadmium) dalam air tambak.

pH
Ph sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju
kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik
lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan
tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka.
Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH
kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan
lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral.
Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi
maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula.
Dengan demikian kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat
kesadahan air. Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah dilakukan.
Pada dasarnya, nilai pH menunjukkan apakah air memiliki kandungan padatan rendah atau
tinggi. pH dari air murni adalah 7. Secara umum, air dengan nilai pH lebih rendah dari 7 di
anggap asam dan nilai pH lebih dari 7 di anggap basa. Nilai pH normal untuk air permukaan
biasanya antara 6,5 s/d 8,5 dan air tanah dari 6 s/d 8,5. Tinggi atau rendahnya pH air di
pengaruhi oleh senyawa /kandungan dalam air tersebut. pH di perairan sangatlah penting untuk
menjaga keseimbangan kehidupan di perairan , oleh karna itu tinggi rendahnya pH sangatlah
berpengaruh terhadap organisme di perairan terutamaikan. Karna pH tersebut sangatlah
mempegaruhi saat ikan sedang memijah. Apabila pH optimal ,maka ikan dapat
berkembangbiak dengan optimal pula , begitu juga sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai