Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA LINGKUNGAN
MATERI
PEMBUATAN AlCl3
SEBAGAI KOAGULAN
Disusun oleh :
Nama : Rayhan Maulana Yudhanegare

NIM : 215100901111012

Kelompok : Y3
Asisten :
Abelvia Pramervary Fahildha Zulfa

Faiz Abdillah Vianto Janggul Laili Anisa

Mohammad Rafi Akbar Muhammad Pandu A P

Muhammad Sholeh Al G Nur Azizah Soraya L

Rahma Khusniawati Rinanti Putri Rahmawati

Santa Gabriell Br B Wafi Mumtaz Malik

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang tidak dapat dipisahkan. Adanya air
dapat digunakan untuk berbagai macam kegiatan seperti keperluan rumah tangga, keperluan
umum, keperluan industri, kebutuhan pertanian dan sebagainya. Sumber air bersih yang
digunakan terkadang tidak memiliki kualitas yang telah ditetapkan, seperti memiliki kekeruhan
yang tinggi. Penurunan kualitas ini menjadi salah satu bentuk penurunan kualitas lingkungan
sebagai dampak dari tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah. Krisis air juga
terjadi akibat dari perusakan lingkungan yang disebabkan oleh campur tangan manusia, seperti
perusakan lingkungan di perairan, limbah industri, dll.
Pengolahan limbah tersebut dapat dilakukan dengan cara koagulasi dan fluoktasi.
Koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel koloid dan partikel tersuspensi termasuk
bakteri dan virus melalui penetralan muatan elektriknya untuk mengurangi gaya tolak menolak
antar partikel. Sedangkan, flokulasi didefinisikan sebagai proses penggabungan partikel-partikel
yang tidak stabil setelah proses koagulasi melalui proses pengadukan lambat sehingga terbentuk
gumpalan atau flok yang dapat diendapkan atau disaring pada proses pengolahan selanjutnya.
Dalam proses koagulasi flokulasi dibutuhkan koagulan untuk mendestabilisasi koloid dengan
menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid sehingga terbentuk inti flok yang dapat
bergabung satu sama lain.

1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui cara pembuatan AlCl3
2) Untuk mengetahui peran AlCl3 dalam pengolahan air
3) Untuk menentukan dosis optium AlCl3 sebagai koagulan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jelaskan Pengertian Koagulasi


Koagulasi merupakan penambahan zat kimia kedalam air baku dengan tujuan
mendestabilisasi partikel koloid, sehingga partikel-partikel tersebut dapat bergabung
membentuk flok-flok halus. Koagulasi juga dapat didefinisikan sebagai sebuah proses muatan
partikel koloid, suspended solid halus dengan penambahan koagulan serta pengadukan cepat
untuk mendispersikan bahan secara merata. Dalam suatu suspensi, koloid bersifat stabil
karena memiliki gaya elektrostatis. Pada dasarnya koloid terbagi menjadi dua, yaitu hidrofilik
dan hidrofobik (Martina et al., 2018).
Secara umum proses koagulasi adalah pembubuhan bahan kimia ke dalam air limbah
agar partikel-partikel yang susah mengendap dalam air mengalami destabilisasi dan saling
berikatan membentuk flok yang lebih besar dan berat. Contohnya pada proses pengolahan air
limbah, apabila kekuatan ionik dalam air sangat kecil sehingga menyebabkan kondisi koloid
stabil dan akibatnya koloid susah untuk saling berikatan karena memiliki muatan yang sama.
Oleh karena itu, dibutuhkan proses koagulasi agar destabilisasi koloid terjadi. Ada tiga faktor
yang dapat menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi diantaranya, jenis bahan kimia
koagulan yang digunakan, dosis pembunuhan bahan kimia, dan pengadukan dari bahan kimia
(Moelyo, 2012).

2.2 Pengertian dan Fungsi AlCl3 Sebagai Koagulan


Penggunaan koagulan yang paling umum digunakan adalah kaogulan Poly Alumunium
Chloride (PAC). PAC merupakan salah satu koagulan yang efektif karena menghasilkan
Koagulasi dengan cepat. Rentang pH PAC sendiri cukup luas yakni pH dengan kisaran 6
sampai 9 (Andriani et al., 2017). PAC dapat menjernihkan air dengan cara mengkoagulasi zat-
zat tersuspensi atau dispersi koloid dalam air dan menghasilkan flok lebih besar. Adanya
gugus aktif aluminat yang bekerja mengikat koloid, ikatan ini diperkuat dengan rantai polimer
dari gugus polielektrolit sehingga gumpalan floknya menjadi lebih kuat. PAC memiliki rumus
kimia Aln(OH)mCl(3n-m) adalah persenyawaan anorganik kompleks antara ion hidroksil (OH)
dengan ion alumunium (Husaini et al., 2016.)
Poly Alumunium Chloride (PAC) biasanya digunakan dalam pengolahan air tanah untuk
mendapatkan air minum. Selain digunakan untuk mendapatkan air minum, PAC juga dapat
digunakan untuk penjernihan air contohnya di sungai. Karena dari sifatnya sendiri PAC
memiliki tingkat adsorpsi yang kuat, tingkat pembentukan flok-flok nya tinggi, dan cakupan
penggunaannya luas (Mayasari dan Hastarina, 2018).

2.3 Tinjauan Bahan AlCl3


2.3.1 Alumnium
Pembuangan limbah yang mengandung fosfat ke dalam air dapat menyebabkan
pertumbuhan lumut dan mikro algae yang disebut juga sebagai eutrofikasi, sehingga air
menjadi keruh dan berbau. Banyak metode yang telah digunakan seperti metode fisika, kimia,
dan biologi. Namun, metode yang paling efektif dalam penurunan kadar fosfat adalah metode
kimia dengan mengikat senyawa-senyawa fosfat melalui penambahan koagulan. Koagulan
Poly Aluminium Chloride (PAC) merupakan salah satu koagulan yang efektif. Aluminium
merupakan koagulan yang berbeda karena dapat menghasilkan koagulasi air yang kekeruhan
nya cepat, dan tidak meninggalkan residu aluminium pada air yang diolah (Andriani et al.,
2017).
2.3.2 HCl
Larutan asam klorida (HCl) adalah asam yang paling sering digunakan. HCl adalah cairan
kimia yang bersifat korosif, dan berbau menyengat. Selain itu HCl dapat menyebabkan iritasi
pada mata, kulit, dan saluran pernapasan. Walaupun bersifat asam, asam klorida mengandung
ion klorida. Asam klorida dalam konsentrasi cukup stabil dan dapat mempertahankan
konsentrasinya (Yurida et al., 2013).

2.4 Metode Pembuatan AlCl3 Sebagai Koagulan


Ada beberapa tahapan untuk pembuatan AlCl3 sebagai koagulan, yaitu preparasi,
pencampuran dan pelarutan, pengendapan dan penyaringan, dan pengeringan. Preparasi
merupakan penyiapan peralatan dan bahan baku yang diperlukan untuk pembuatan PAC. Bahan
bakunya adalah alumina hidrat Al(OH)3, asam khlorida (HCl), asam sulfat (H2SO4), dan kalsium
karbonat (CaCO3). Pada tahap pelarutan, Al(OH)3 direaksikan dengan HCl sambil diaduk dan
dipanaskan pada suhu kisaran 100°C. Kemudian campuran berbentuk sluri yang dihasilkan
diendapkan dan disaring untuk mendapatkan PAC cair jernih yang sudah terpisah dari gipsum
(Husaini et al., 2016).
Selanjutnya terdapat pula metode untuk menguji kemampuan koagulan dan menentukan
dosis optimum. Metode yang dimaksud adalah metode Jar test. Jar test adalah suatu percobaan
skala laboratorium yang memiliki fungsi untuk menentukan dosis optimum dari koagulan yang
dapat digunakan pada proses pengolahan air. Tentunya Jar test dapat membantu
mengoptimalkan proses-proses koagulasi dan penjernihan, misalnya pada air limbah. Metode
yang dilakukan adalah mengukur pH, kekeruhan, dan dosis koagulan untuk volume pada air
limbah (Oktaviasari dan Mashuri, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, F., Darundiati, Y. H., dan Dangiran, H. L. 2017. Efektivitas PAC (Poly Aluminium
Chloride) dalam Menurunkan Kadar Fosfat pada Limbah Cair Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. Soerojo Magelang.Jurnal Kesehatan Masyarakat 5(5): 659-665.
Husaini, Suganal, Sariman, dkk. 2016. Pembuatan PAC Cair Dari Alumina Hidrat Pada Skala
Laboratorium. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara 12(2): 93-104.
Martina, A., Effendy, D. S., dan Soetedjo, J. N. M. 2018. Aplikasi Koagulan Biji Asam Jawa
dalam Penurunan Konsentrasi Zat Warna Drimanen Red pada Limbah Tekstil Sintentik
pada Berbagai Variasi Operasi. Jurnal Rekayasa Proses 12(2): 98-103.
Mayasari, R., dan Hastarina, M. 2018. Optimalisasi Dosis Koagulan Aluminium Sulfat dan Poli
Aluminium Klorida (PAC) (Studi Kasus PDAM Tirta Musi Palembang). Jurnal Integrasi
3(2): 28-36.
Moelyo, M. 2012. Pengkajian Evektifitas Proses Koagulasi Dalam Memperbaiki Kualitas
Limbah Industri Penyamakan Kulit – Sukaregang, Garut. Jurnal Teknik Hidraulik 3(2):
169-182.
Oktaviasari, S. A., dan Mashuri, M. 2016. Optimasi Parameter Proses Jar Test Menggunakan
Metode Taguchi dengan Pendekatan PCR-TOPSIS (Studi Kasus: PDAM Surya
Sembada Kota Surabaya). Jurnal Sains dan Seni ITS 5(2): 372-377.
Yurida, M., Afriani, E., dan Arita, S. R. 2013. Pengaruh Kandungan CaO Dari Jenis Adsorben
Semen Terhadap Kemurnian Gliserol. Jurnal Teknik Kimia 19(2): 33-41.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai