Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PEMISAHAN KIMIA

KOAGULASI FILTRASI

Oleh

Nama : Hadi Birnando


NIM : 161810301050
Kelompok :7
Asisten : Chanifah Dwi Happy P

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koagulasi merupakan proses pengendapan partikel-partikel koloid sehingga fase


terdispersinya terpisah dari posisi pendispresinya. Koagulasi dikarena hilangnya kestabilan
untuk mempertahankan partikel agar tetap tersebar di posisi pendispersi. Koagulasi dapat
dilakukan dengan menambahkan zat elektrolit dan cara mekanik. Koagulasi sering di
gunakan untuk proses berikut, penjernihan air dengan cara menambahkan tawas
(K₂SO₄AL₂(SO₄)₃).
Proses di mana campuran koloid terdestabilkan dengan adanya penambahan koagulan
sehingga partikel koloid mengalami aglomerasi dan membentuk sebuah agregat. Metode
pemisahan campuran dapat dijadikan suatu dasar pemisahan campuran. Campuran tersebut
dapat dipisahkan secara kimia dengan teknik tertentu. Koagulasi yaitu terbentuknya endapan
akibat zat kimia tertentu, beberapa contoh pembentukan delta di muara sungai terjadi karena
koloid tanah liat dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit
dalam air laut, karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
Peristiwa Koagulasi seringkali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti proses
memasak, membuat adonan, terkadang tanpa kita sadari seringkali benda-benda itu
mengalami koagulasi baik karena peristiwa kimia. Contoh umum proses membuat tahu,
proses penggumpalan susu kedelai sehingga menjadi gumpalan-gumpalan kecil sebelum
kemudian di press sehingga berbentuk menjadi tahu yang kita kenal, merupakan suatu proses
koagulasi.
1.1 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah.
1. Bagaimana dapat mengetahui prinsip koagulasi-filtrasi dan proses penjernihan air
menggunakan teknik koagulasi –filtrasi ?
2. Bagaimana cara menentukan jenis koagulan yang sesuai dalam proses penjernihan air
limbah tertentu ?
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada percobaan ini sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip koagulasi-filtrasi dan proses penjernihan air
menggunakan teknik koagulasi –filtrasi.
2. Menentukan jenis koagulan yang sesuai dalam proses penjernihan air limbah tertentu.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ( Material Safety data Sheet ) MSDS


2.1.1 Besi (lll) klorida (FeCl3)
Besi (lll) klorida berwujud padat, tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Besi (lll)
klorida dapat larut dalam air dingin. Besi (lll) klorida memiliki berat molekul 162,21 g/mol,
titik didih 316 ˚C (600,8 ˚F), titik lebur 306 ˚C (582,8 ˚F). Besi (lll) klorida sangat berbahaya
dalam kasus kontak mata dan kulit (iritan), tertelan, dan terhirup. Penanganan untuk hal ini
adalah segera basuh mata atau kulit menggunakan air selama 15 menit, dan tutupi kulit yang
teriritasi menggunakan emolien atau krim anti bakteri. Penanganan untuk kasus terhirup
adalah segera pindahkan korban ke tempat yang berudara segar, apabila tidak dapat bernapas
berikan napas buatan, dan apabila tertelan jangan memaksakan muntah (Sciencelab, 2018).
2.1.2 Kalsium Oksida (CaO)
Kalsium oksida merupakan senyawa yang berwujud padat, tak berbau, tak berasa, dan
berwarna putih. Kalsium oksida memiliki berat molekul sebesar 56,08 g/mol, titik didih 2850
˚C (5162 ˚F), dan titik lebur sebesar 2572 ˚C (4661,6 ˚F). Kalsium oksida dapat larut dalam
asam, gliserol, dan larutan gula. Kalsium oksida sangat berbahaya apabila terjadi kontak
dengan mata (iritan), kontak kulit (iritan), menelan, dan inhalasi. Penanganan apabila terjadi
kontak dengan mata atau kulit maka segera basuh mata atau kulit menggunakan air selama 15
menit, dan tutupi kulit yang teriritasi menggunakan emolien atau krim anti-bakteri.
Penanganan untuk kasus terhirup adalah segera pindahkan korban ke tempat berudara segar,
dan apabila tertelan jangan memaksakan muntah tanpa bantuan medis (Sciencelab, 2018).
2.1.3 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat. Natrium hidroksida akan
membentuk larutan alkali yang kuat ketika dilarutkan dalam air. NaOH mempunyai massa
molar 39,99 gram/mol dan berwujud kristal putih padat. Kristal NaOH bersifat mudah
menyerap air atau uap air dalam keadaan terbuka (higroskopis). Massa jenis NaOH adalah
2,1 gram/cm3 pada wujud padat. Titik leleh dan titik didih dari natrium hidroksida berturut-
turut adalah 318oC dan 1390oC. NaOH sangat larut dalam air hingga 111 gram/100 mL air
pada suhu 20oC. Senyawa ini sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan, dan senyawa ini juga larut dalam etanol dan methanol. Senyawa ini dapat
menyebabkan luka bakar pada mata yang memungkinkan menimbulkan kebutaan atau
menyebabkan kornea mata rusak. Natrium hidroksida juga bisa menyebabkan luka bakar
pada kulit. Senyawa ini jika tertelan dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Natrium
hidroksida juga menyebabkan iritasi saluran pernapasan, susah bernafas, dan memungkinkan
terjadinya koma. Kulit yang terkena larutan ini secara terus menerus dan jangka waktu lama
dapat menyebabkan dermatitis. Pertolongan yang seharusnya diberikan adalah segera
membilas mata dan kulit dengan air bersih selama kurang lebih 15 menit, jika terkena
pakaian segera dilepas dan diganti dengan pakaian yang bersih, jika tertelan berikan segelas
air namun jangan berikan makanan lewat mulut sebelum ada perintah dari petugas medis.
Praktikan dibawa ke udara terbuka dan jika tidak bernafas maka diberikan oksigen untuk
membantunya. Penyimpanannya seharusnya diletakkan pada tempat yang tertutup agar tidak
terkontaminasi dengan udara luar kemudian diletakkan pada tempat yang sejuk dan kering
(Sciencelab, 2018).
2.2 Dasar Teori
Proses pengendapan berkaitan dengan proses koagulasi dan flokulasi. Koagulasi adalah
peristiwa pembentukan atau penggumpulan partikel-partikel kecil menggunakan zat
koagulan. Flokulasi adalah peristiwa pengumpulan partikel-partikel kecilhasil koagulasi
menjadi flok yang lebih besar sehingga cepat mengendap. Tawas dan kapur merupakan zat
koagulan dan flokulan yang telah banyak digunakan dalam proses koagulasi (Putra, 2009).

Pengadukan campuran dibagi menjadi 2 berdasarkan kecepatan pengadukannya yaitu


pengadukan cepat dengan kecepatan 120 rpm dan pengadukan lambat dengan kecepatan 40
rpm. Pengadukan cepat dilakukan selama 2 menit yang dihitung sejak penambahan koagulan.
Pengadukan cepat ini bertujuan untuk menghasilkan dispersi yang seragam dari partikel-
partikel koloid dan untuk meningkatkan kesempatan partikel untuk kontak dan bertumbukan
satu sama lain. Sedangkan pengadukan lambat dilakukan dengan waktu pengadukan yang
divariasikan mulai dari 5 hingga 25 menit, yang dimulai tepat setelah pengadukan cepat
selesai. Pengadukan lambat ini berujuan untuk menggumpalkan partikel-partikel terkoagulasi
berukuran mikro menjadi partikel-partikel flok yang lebih besar. Flok-flok ini kemudian akan
beragregasi dengan partikel-partikel tersuspensi lainnya. Pengadukan pelan akan
memperpendek jarak antar partikel sehingga gaya tarik menarik antar partikel menjadi lebih
besar dan dominan dibanding gaya tolaknya, yang menghasilkan kontak dan tumbukan antar
partikel yang lebih banyak dan lebih sering. Kontak inilah yang menggumpalkan partikel-
partikel padat terlarut terkoagulasi berukuran mikro menjadi partikel flok yang lebih besar.
Ketika pertumbuhan flok sudah cukup maksimal massa dan ukurannya flok-flok ini akan
mengendap ke dasar reservoir sehingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan air jernih pada
bagian atas reservoir dan lapisan endapan flok yang menyerupai lumpur pada dasar reservoir
(Karamah, 2014).
Koagulasi adalah proses penambahan zat kimia (koagulan) yang memiliki
kemampuan untuk menjadikan partikel kolid tidak stabil sehingga partikel siap membentuk
flok (gabungan partikel-partikel kecil). Flokulasi adalah proses pembentukan dan
penggabungan flok dari partikel-partikel tersebut yang menjadikan ukuran dan beratnya lebih
besar sehingga mudah mengendap. Proses koagulasi dan flokulasi pada skala laboratorium
dilakukan dengan peralatan jar test. Beberapa senyawa koagulan yang biasa digunakan adalah
tawas, senyawa besi, PAC (poli alumunium klorida) dan lain-lain. Koagulasi adalah
penurunan daya larut molekul-molekul protein atau perubahan bentuk dan cairan (sol)
menjadi bentuk padat atau semi padat (gel). Koagulasi dapat disebabkan oleh panas,
pengocokan, garam, asam, basa, dan pereaksi lain seperti urea (Purwaningsih, 2007).
Koagulasi merupakan proses penggumpalan melalui reaksi kimia. Reaksi koagulasi
dapat berjalan dengan membutuhkan zat pereaksi (koagulan) sesuai dengan zat yang terlarut.
Koagulan yang banyak digunakan adalah tawas, kapur, dan kaporit. Hasil reaksi koagulan itu
selanjutnya endapan dipisahkan melalui filtrasi atau sedimentasi. Koagulan tergantung pada
jenis dan konsentrasi ion-ion yang larut dalam air olahan serta konsentrasi yang diharapkan
sesuai dengan standar baku. Proses koagulasi dapat dipercepat dalam air limbah maka
dilakukan pengadukan dengan static mixer maupun rapid mixer (Kusnaedi, 2010).
Proses koagulasi tidak berbeda dengan proses mekanis, tetapi pada proses ini
ditambahkan koagulan, yaitu bahan kimia yang dapat mempercepat proses pengendapan
partikel dan menurunkan kadar karbonat dalam air. Proses koagulasi merupakan proses
penggumpalan partikel yang larut dalam air (Subarnas, 2007).
Koagulasi terhadap air dilaksanakan karena beberapa alasan. Alasan utama adalah
untuk menghilangkan :
1. Kekeruhan, bahan organik dan anorganik
2. Warna
3. Bakteri
4. Algae dan organisme lain sebagai plankton
5. Rasa dan bahan-bahan penyebab rasa
6. Fosfat, sebagai sumber makanan bagi algae
Koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan, pendinginan, penambahan elektrolit,
pembusukan, pencampuran koloid yang berbeda muatan, atau karena elektroforesis.
Elektroforesis dapat menyebabkan koagulasi karena endapan pada salah satu elektrode
semakin lama semakin pekat dan akhirnya membentuk gumpalan. Proses koagulasi yang
sengaja dilakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain perebusan telur, pembuatan
yoghurt, pembuatan tahu, pembuatan lateks, dan penjernihan air sungai (Sutresna, 2007).
Koagulan digunakan untuk menggumpalkan bahan-bahan yang ada dalam air limbah
menjadi flok yang mudah untukdipisahkan yaitu dengan cara diendapkan, diapungkan dan
disaring. Pada beberapa pabrikcara ini dilanjutkan dengan melewatkan air limbah melalui
Zeolit (suatu batuan alam) danarang aktif (karbon aktif). Cara koagulasi umumnya berhasil
menurunkan kadar bahanorganik (COD,BOD) sebanyak, 40-70 % Zeolit dapat menurunkan
nilai COD 10-40%,dan karbon aktif dapat menurunkan nilai COD 10-60 %. Koloid, partikel
mempunyai muatan bersih positif atau negatif pada permukaannya, diimbangi oleh muatan
ion lawannya dalam larutan. Pemisahan koloid semacam ini dipercepat oleh pelarutan garam
dalam larutan itu. Proses tersebut dinamakan flokulasi (Oxtoby, 2001).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
- Gelas beaker 100 mL
- Pengaduk magnetik dan stirer
- Gelas Ukur 25 mL
- Corong gelas
- pH meter
3.1.2 Bahan
- NaOH 0,1 M
- FeCl3 0,1 M
- CaO
- Tawas
- Akuades
- Kertas saring
- Buffer pH 7

3.2 Skema Kerja

Sampel A
- dimasukkan dalam 4 buah gelas beaker 50 mL
- diukur pH sampel
- dibasakan dengan NaOH
- ditambahkan koagulan FeCl3 0,1 M sebanyak 1 mL pada beaker I, tawas 1 g
pada beaker II, CaO 1 g pada beaker III.
- diaduk menggunakan stirer selama 5 menit
- diamati endapan

Hasil
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Senyawa Hasil
1. Sampel A berpH 9,29 + FeCl3 Larutan berwarna orange pudar, endapan besar
2. Sampel A berpH 9,29 + Tawas Larutan sangat jernih, endapan kecil
3. Sampel A berpH 9,29 + CaO Larutan cukup jernih, endapan berwarna putih
dan halus

4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini adalah koagulasi filtrasi yang bertujuan untuk mengetahui prinsip
koagulasi-filtrasi dan proses penjernihan air menggunakan teknik koagulasi –filtrasi dan
menentukan jenis koagulan yang sesuai dalam proses penjernihan air limbah tertentu. Prinsip
yang digunakan pada percobaan kali ini adalah prinsip filtrasi dimana praktikan akan
mengetahui jenis koagulan yang sesuai untuk penjernihan sampel A. Percobaan kali ini
menggunakan koagulan yang pertama yaitu FeCl3, tawas, dan CaO, hal yang pertama
dilakukan adalah mengecek pH larutan sampel yang akan di uji dengan bahan- bahan yang
telah disebutkan pengecekan dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama pH meter.
Alat pH meter sebelumnya dikalibrasi dulu, fungsi pengkalibrasian adalah untuk
menstandarkan data sehingga hasil yang didapat sesuai dengan apa yang diinginkan.

(Gambar 4.1 Sampel A)


Percobaan ini mengharuskan sampel bersifat basa apabila belum bersifat basa maka
harus ditambahkan dengan NaOH. Sampel harus bersifat basa dikarenakan koagulan yang
digunakan bersifat asam dimana koagulan akan menurunkan pH effluent hingga dibawah
angka baku sampel. Sampel telah diketahui bersifat basa maka akan langsung ditempatkan
pada empat gelas beaker yang masing masing ditambahkan dengan koagulan yang gelas
beaker pertama ditambahkan dengan FeCl3, yang kedua ditambahkan dengan tawas, dan
terakhir ditambahkan dengan CaO. Percobaan pertama yaitu sampel A yang ditambahkan
dengan koagulan FeCl3, yang selanjutnya distirer selama selama 10 menit pada 5 menit
pertama stirer berjalan cepat dan pada stirer 5 menit terakhir dibuat lambat fungsi dari stirer
cepat lambat sendiri ini agar larutan bercampur secara homogen dan di diamkan beberapa
menit lalu di filtrasi, reaksinya dapat ditulisakan sebagai berikut.
NaOH(l) + FeCl3 (l) Fe(OH)3 (aq) + NaCl (aq)........................................(4.1)

(Gambar 4.2 Stirer larutan FeCl3 dengan sampel A)


Hasil dari reaksi tersebut adalah larutan berwarna orange keruh dan terdapat endapan yang
berukuran besar sehingga membuat kecepatan filtrasinya lama. Hasil tersebut telah sesuai
dengan literatur dimana endapan yang terdapat pada reaksi tersebut NaCl sehingga ukurannya
akan cukup besar membuat kecepatan filtrasinya lama.

(Gambar 4.3 Hasil filtrasi FeCl3 + Sampel A)


Percobaan selanjutnya yaitu menggunakan tawas perlakuan yang dilakukan sama
seperti yang dilakukan pada FeCl3. Penambahan tawas yang selanjutnya di stirer selama 10
menit pada 5 menit pertama stirer berjalan cepat dan pada stirer 5 menit terakhir dibuat
lambat fungsi dari stirer cepat lambat sendiri ini agar larutan bercampur secara homogen.
Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut.
Al2SO4.11 H2O(l) + NaOH(l) 2Al(OH)3(aq) + 3 Na2SO4(aq) +11H2O (l)...........(4.2)
(Gambar 4.4 Stirer larutan tawas dengan sampel A)
Hasil yang diperoleh pada koagulan tawas adalah larutan yang telah di filtrasi sangat jernih
dan endapannya kecil kecil. Kecepatan filtrasinya berjalan cepat dikarenakan endapan yang
terdapat tersebut berukuran kecil. Hasil tersebut telah sesuai dengan literatur dimana tawas
sesuai sebagai koagulan untuk sampel A.

(Gambar 4.5 Hasil filtrasi tawas + Sampel A)


Percobaan berikutnya yaitu percobaan terakhir menggunakan koagulan CaO dengan
perlakuan yang sama seperti sebelum- sebelumnya. Reaksinya dapat dituliskan sebagai
berikut.
CaO (l) + NaOH (l) Ca(OH)2 (aq) + Na2O(aq).....................................................(4.3)

(Gambar 4.6 Stirer larutan CaO dengan sampel A)


Hasil dari koagulan CaO adalah larutan yang telah difiltrasi cukup jernih namun tida sejernih
tawas, endapan berwarna putih dan halus. Kecepatan filtrasinya cukup cepat dikarenakan
endapan yang terdapat cukup halus sehingga filtrasi berjalan cukup cepat. Hasil dari koagulan
CaO telah sesuai denga literatur dimana kecepatan reaksi dari CaO berjalan cukup cepat.

(Gambar 4.7 Hasil filtrasi CaO + Sampel A)


Hasil keseluruhan pada percobaan ini telah mendapatkan koagulan yang sesuai denga
sampel A dimana kecepatan filtrasinya berjalan cepat dan larutannya sangat jernih. Koagulan
yang sesuai adalah tawas dimana hasilnya sangat jernih dan kecepatan filtrasinya berjalan
cepat. Kesalahan yang dilakukan pada percobaan kali ini hampir terbilang tidak ada mungkin
hanya kesalahan kesalahan kecil.

(Gambar 4.8 Hasil keseluruhan koagulan)


BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan kali ini untuk menjawab rumusan
masalah yang ada adalah
1. Prinsip dari koagulasi filtrasi kali ini adalah mengacu pada jenis koagulan yang
digunakan dan zat yang akan di uji, hasilnya bergantung pada jernihnya larutan dan
kecepatan filtrasinya.
2. Koagulan yang sesuai pada percobaan kali ini adalah koagulan tawas dimana hasil
yang didapatkan sangat bagus larutan serta kecepatan filtrasinya.

5.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan untuk kedepannya sebaiknya praktikan lebih
memperhatikan jalannya sebuah percobaan. Praktikan harus menguasai konsep yang akan di
praktikumkan. Praktikan harusnya datang tepat waktu saat praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Karamah, E.F. 2014. Perlakuan Koagulasi dalam Proses Pengolahan Air dengan Membran:
Pengaruh Waktu Pengadukan Pelan. Koagulan Aluminium Sulfat Terhadap
Kinerja Membran. Universitas. Indonesia: Depok.
Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta: Swadaya.
Oxtoby, D.W. 2001. Kimia Modern. Erlangga. Jakarta.
Purwaningsih, E. 2007. Cara Pembuatan Tahu dan Manfaat kedelai. Jakarta: Ganeca Exact.
Putra.2009. Pengaruh Air Limbah terhadap masyarakat. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
ScienceLab. 2018. Besi(III) Klorida. http://wikipedia.com/Amonium-hidroksida/html.
Diakses 10 April 2018.
ScienceLab. 2018. Kalsium Oksida. http://wikipedia.com/Amonium-hidroksida/html.
Diakses 10 April 2018.
ScienceLab. 2018. Natrium Hidroksida. http://wikipedia.com/Amonium-hidroksida/html.
Diakses 10 April 2018.
Subarnas, N. 2007. Terampil Berkreasi. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia Untuk Kelas XI. Bandung; Penerbit Grafindo.
Tim Penyusun. 2018. Petunjuk Praktikum Pemisahan Kimia. Jember: Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai