LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR SIMBOL …..
………..viii
ABSTRAK ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 2
1.3 Tujuan Percobaan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Viskositas 3
2.2 Teori Yang Mendasari Viskositas 6
2.3 Viskometer 8
2.4 Metode Pengukuran Viskositas 8
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Viskositas 10
2.6 Kohesi dan Adhesi 13
2.7 Fluida 13
2.8 Sifat-Sifat Fluida 15
2.9 Aliran Fluida 17
2.10 Densitas 18
2.11 Gaya Berat 19
2.12 Gaya Gesek 20
2.13 Tegangan Permukaan 22
2.14 Larutan 24
2.15 Kelarutan 27
2.16 Proses Pelarutan 29
2.17 Susu 32
2.18 Kecap 35
1.3 Tujuan
Mengukur viskositas larutan pada berbagai kadar dengan
membandingkan waktu pengaliran dengan gaya berat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Viskositas
Viskositas merupakan derajat kekentalan sebuah fluida. Viskositas juga
dapat dikatakan sebagai gesekan internal yang terjadi pada fluida. Viskositas
memberikan gaya perlawanan terhadap sebuah objek yang berada didalam
fluida sehingga mengakibatkan interaksi antara objek dan fluida berupa
gesekan.
Viskositas terdapat pada zat cair maupun gas dan pada intinya
merupakan gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang bersisian pada fluida
saat lapisan-lapisan tersebut begerak melewati satu sama lainnya. Pada zat
cair, viskositas terutama di sebabkan oleh gaya kohesi antara molekul.
Sedangkan pada gas, viskositas muncul dari tumbukan antar molekul. Fluida
yang berbeda memiliki besar viskositas yang berbeda dan zat cair pada
umumnya jauh lebih kental daripada gas.
Makin besar viskositas makin lambat aliran cairan. Viskositas cairan
biasanya turun dengan meningkatnya suhu, dapat dianalogikan dengan sirup
gula panas mengalir lebih cepat dari pada sirup gula dingin. Cairan yang
mempunyai gaya antar molekul yang kuat memiliki viskositas yang lebih
besar dibandingkan cairan yang memiliki gaya antar molekul yang lemah. Air
memiliki viskositas lebih besar dibandingkan kebanyakan cairan karena
kemampuannya untuk membentuk ikatan hidrogen yang menarik, viskositas
gliserol jauh lebih besar daripada semua cairan.
Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu fluida yang ditandai
dengan besar kecilnya gesekan internal fluida, viskositas fluida berhubungan
dengan adanya gaya gesek antar lapisan fluida ketika satu sama lain melewati
lapisan lainnya. Pada zat cair, penyebab utama viskositas karena adanya gaya
kohesi antar molekul. Begitu pula dengan konsentrasi dan temperature suatu
zat cair yang dapat mempengaruhi besar kecilnya viskositas. Semakin kental
suatu zat cair, maka viskositas juga akan semakin besar (Ratriyantari, 2018).
Dampak dari viskositas memiliki peran penting untuk perilaku fluida
dalam sebuah ruang. Dampak viskositas berpengaruh dalam aliran darah
didalam tubuh, pelumas dari bagian-bagian mesin, aliran fluida dalam pipa
berongga dan lain-lain. Minyak pelumas mesin harus mengalir secara merata
dalam kondisi mesin yang dingin maupun panas, karena itu pelumas
dirancang memiliki variasi perubahan temperatur sekecil mungkin terhadap
perubahan viskositas. Viskositas darah didalam tubuh akan mempengaruhi
distribusi sari-sari makanan yang keseluruh tubuh.
Beberapa metode dapat digunakan dalam penentuan viskositas sebuah
cairan. Metode yang paling umum digunakan dalam laboratorium adalah
penentuan viskositas dengan metode bola jatuh. Jika sebuah benda berbentuk
bola dijatuhkan kedalam fluida kental, misalnya kelereng dijatuhkan dalam
kolam renang yang airnya cukup dalam, nampak pada awalnya kelereng
bergerak dipercepat. Namun, setelah beberapa saat setelah menempuh jarak
tertentu kelereng bergerak dengan kecepatan konstan (bergerak lurus
beraturan). Keadaan ini disebabkan karena adanya gaya gesekan yang
disebabkan oleh kekentalan fluida (Sinta dan Ningrum, 2014).
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau
fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang mengalir dengan cepat,
sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir cepat
contohnya seperti air, alkohol dan bensin karena memiliki nilai viskositas
kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak asto
dan madu karena mempunyai nilai viskositas yang besar. Jadi viskositas tidak
lain menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan.
Viskositas (kekentalan) cairan akan menimbulkan gesekan antar bagian
atau lapisan cairan yang bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan atau
gesekan terjadi ditimbulkan oleh gaya kohesi di dalam zat cair. Viskositas gas
ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan yang terjadi antar molekul
gas.Viskositas nyatanya meningkat laju geseran semakin kuat fluida
mengalami geseran, maka fluida tersebut semakin encer (Ratriyantari, 2018).
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan viscous, yaitu suatu bahan
apabila dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu
menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap
sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu fluida.Viskositas suatu
fluida merupakan daya hambat yang disebabkan oleh gesekan antara
molekul-molekul cairan, yang mampu menahan aliran fluida sehingga dapat
dinyatakan sebagai indikator tingkat kekentalannya.
Nilai kuantitatif dari viskositas dapat dihitung dengan membandingkan
gaya tekan per satuan luas terhadap gradien kecepatan aliran dari fluida.
Prinsip dasar ini yang dipergunakan untuk menghitung viskositas secara
eksperimen menggunakan metode putar, yaitu dengan memasukkan
penghambat ke dalam fluida dan kemudian diputar. Semakin lambat putaran
penghambat tersebut maka semakin tinggi nilai viskositasnya.Viskositas
dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan
antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang
mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan
sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas
yang tinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara
gaya-gaya mekanika dari suatu aliran viskositas.
Setiap zat cair memiliki kekentalan atau viskositas. Kekentalaan yang
dimiliki setiap zat berbeda-beda, hal ini bergantung pada konsentrasi dari zat
cair atau fluida tersebut. Viskositas suatu fluida juga dipengaruhi oleh suhu.
Unsur gas memiliki nilai viskositas yang mudah berubah terhadap perubahan
suhu. Pada umumnnya zat cair akan mengalami pengurangan viskositas jika
suhu dinaikan. Hal ini berkaitan dengan struktur molekul dalam cairan
tersebut (Ratriyantari, 2018).
Sifat cairan sebagai besar ditentukan oleh resistansinya untuk mengalir,
yang dinamakan viskositas. Suatu fluida berviskositas rendah mengalir
dengan mudah dan membuang sedikit energi, tetapi menaikan rugi-rugi
kebocoran. Suatu fluida kental dapat menyekat dengan baik, tetapi fluida tipe
ini cukup seret dan menyebabkan rugi energi dan tekanan sekitar sistem,
fluida hidrolik haruslah merupakan suatu medium yang berada antara ekstrim
ini, jadi dibutuhkan suatu cara untuk mendefinisikan viskositas.
Adanya zat makro molekul akan menaikan viskositas larutan bahkan
pada konsentrasi rendah sekalipun, efeknya besar, karena molekul besar
mempengaruhi suatu aliran fluida pada jarak yang jauh. Pada konsentrasi
yang rendah tersebut, viskositas larutan akan berhubungan dengan viskositas
pelarut murni. Viskositas diukur dengan beberapa cara. Dalam viskometer
oswald waktu yang dibutuhkan oleh larutan untuk melewati pipa kapiler
dicatat dan dibandingkan dengan sampel standar.
Aliran cairan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe. Yang pertama
adalah aliran laminar atau aliran kental, yang secara umum menggambarkan
laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil. Aliran yang
lain adalah aliran turbulen, yang menggambarkan laju aliran yang besar
melalui pipa dengan diameter yang lebih besar. Viskositas dibagi menjadi
dua yaitu:
2.1.1. Viskositas Dinamik atau Viskositas Mutlak atau Absolute Viscosity.
Viskositas dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan
tegangan geser dengan gerakan fluida. Viskositas dinamik tampaknya
sama dengan ratio tegangan geser terhadap gradien kecepatan.
2.1.2. Viskositas Kinematik
Viskositas kinematik adalah perbandingan antara viskositas
dinamik dengan kerapatan fluida (Shinta dan Ningrum, 2016).
2.7 Fluida
Fluida adalah gugusan molekul yang jarak pisahnya besar, dan kecil
untuk zat cair. Jarak antar molukelnya itu besar jika dibandingkan dengan
garis tengah molukel itu. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu kisi,
melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama lain. Jadi kecepatan
fluida atau massanya kecepatan volume tidak mempunyai makna yang tepat
sebab jumlah molekul yang menempati volume tertentu terus menerus
berubah.
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki
tingkat kekentalan yang berbeda. Viskositas atau kekentalan sebenarnya
merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu
fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-
menggesek ketika fluida-fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas
disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul
sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan
antara molekul.
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air.
Sebaliknya, fluida yang lebih kental biasanya lebih sulit mengalir, contohnya
minyak goreng, oli, madu dan lain-lain. Hal ini bisa dibuktikan dengan
menuangkan air dan minyak goreng diatas lantai yang permukaannya miring.
Pasti hasilnya air lebih cepat mengalir dari pada minya goreng atau oli.
Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi
suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika ibu
menggoreng ikan di dapur, minyak goreng yang awalnya kental, berubah
menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu
zat gas, semakin kental zat gas tersebut.
Perlu diketahui bahwa viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida
rill (nyata). Fluida rill adalah fluida yang kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari, seperti air sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida rill berbeda
dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan
sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan untuk membantu kita
dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini yang kita pakai dalam pokok
bahasan fluida dinamis) (Madalena, Yulianti dan Widyastuti, 2015).
Teori dasar viskositas merupakan suatu sifat fluida yang mendasari
diberikannya tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Viskositas
sering diartikan sebagai kekentalan. Viskositas sebenarnya disebabkan oleh
kohesi dan pertukaran momentum molekuler di antara lapisan-lapisan fluida
dan pada waktu berlangsungnya aliran, efek ini terlihat sebagai tegangan
tangensial atau tegangan geser di antara lapisan yang bergerak. Akibat adanya
gradien kecepatan, akan menyebabkan lapisan fluida yang lebih dekat pada
plat yang bergerak, dan akan diperoleh kecepatan yang lebih besar dari
lapisan yang lebih jauh.
Cairan yang mempunyai viskositas lebih tinggi akan lebih lambat
mengalir didalam sebuah pipa dibandingkan cairan yang viskositasnya lebih
rendah. Sebuah benda yang bergerak dalam fluida akan mempunyai
viskositas yang lebih tinggi, karena fluida tersebut mengalami gaya gesek
sebuah viskositas yang lebih besar daripada jika benda tersebut bergerak
didalam sebuah fluida yang viskositasnya jauh lebih rendah (Rahmah, 2016).
2.10 Densitas
Densitas adalah massa dari suatu materi atau zat setiap satuan
volumenya. Kerapatan atau densitas dari fluida akan mempengaruhi jenis
aliran dari fluida, bila di tinjau dari bilangan reynoldsnya. Densitas suatu zat
atau materi dapat dilihat dari temperaturnya. Semakin tinggi temperatur zat
atau materi maka densitas dari zat tersebut akan semakin rendah sehingga
kecepatan akan semakin tinggi (Gunawan, Hasbi dan Jaya, 2017).
Densitas atau rapat massa (ρ) suatu fluida didefinisikan sebagai suatu
massa fluida per volume satuan. Densitas air pada tekanan standar 1 atm
(1.013 bar) dan temperatur standar 32.0°F (0.0°C) adalah 1.94 slugs/ft3(1000
kg/m3). Perubahan pada temperatur dan tekanan akan mempengaruhi suatu
densitas, walaupun dalam permodelan sistemnya yang distribusi air hal
tersebut dapat diabaikan karena perubahannya sangat kecil, terutama untuk
daerah beriklim tropis. Berat spesifik atau berat jenis (γ) suatu zat adalah
berat zat per volume satuan. Berat jenis air pada tekanan dan temperature
akan berlangsung standar yaitu 62.4 lb/ft3(9,806 N/m3).
Salah satu besaran fisis fluida yang penting adalah massa jenis. Massa
jenis adalah massa fluida per satuan volum. Fluida dengan volume satu gelas,
satu ember, bahkan satu kolam dapat ditentukan massa jenisnya dengan
persamaan. Namun, jika volume fluida sangat besar, misalnya dam, lautan,
atau atmosfer maka massa jenis fluida tidak sama di setiap tempat.
Contohnya, pada lautan massa jenis makin besar jika masuk makin ke dalam.
Pada atmsofer massa jenis makin kecil jika makin jauh dari permukaan bumi.
Jika beberapa fluida yang memiliki massa jenis yang berbeda kemudian
akan dicampur dengan sebuah massa jenis yang campurannya akan terdiri
dari fluida yang merupakan hasil harga dari rata-rata suatu massa jenis fluida
yang akan dicampur tersebut. Kemudian massa jenis rata-rata tersebut saat
kita misalkan akan mencapur N buah fluida dengan beberapa massa jenis
rata-rata masing-masing (ρ1), (ρ2), ..., (ρN), dan volum masing-masing V1,
V2, ..., VN. Massa masing-masing fluida tersebut adalah m 1 = (ρ1)V1, m2 =
(ρ2)V2, ..., mN = (ρN)VN. Jika N buah fluida tersebut akan dicampur akan
menghasilkan massa jenis rata-rata yang hasil campurannya tersebut akan
bergantung pada volume total dari hasil pencampuran tersebut.
2.11Gaya Berat
Gaya berat adalah gaya tarik bumi yang bekerja pada suatu benda. Berat
suatu benda adalah besarnya gaya tarik bumi yang bekerja pada benda
tersebut. Berat benda sangat dipengaruhi oleh kuat medan gravitasi dimana
benda itu berada. Satuan yang digunakan untuk menyatakan berat adalah
Newton (N).
Dalam pengukuran gaya berat yang diukur bukan gaya gravitasi,
melainkan percepatan gravitasi (g). Hubungan antara keduanya dijelaskan
oleh hukum Newton II yang menyatakan bahwa sebuah gaya adalah hasil
perkalian dari massa dengan percepatan.
Dalam metode gravitasi, pengukuran dilakukan terhadap nilai
komponen vertikal dari percepatan gravitasi di suatu tempat. Namun pada
kenyataannya, bentuk bumi tidak bulat sehingga terdapat variasi nilai
percepatan gravitasi untuk masing-masing tempat. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi nilai percepatan gravitasi adalah perbedaan derajat garis
lintang, perbedaan ketinggian (Abdullah, 2016).
2.14 Larutan
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau
lebih. Suatu larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solven). Zat
yang jumlahnya banyak biasanya disebut pelarut, sementara zat yang
jumlahnya sedikit disebut zat terlarut.
Tetapi ini tidak mutlak. Bisa saja dipilih zat yang lebih sedikit sebagai
pelarut, tergantung pada keperluannya, tetapi di sini akan digunakan
pengertian yang biasa digunakan untuk pelarut dan terlarut. Campuran yang
dapat saling melarutkan satu lama lain dalam segala perbandingan dinamakan
larutan miscible. Udara merupakan larutan miscible.
Jika dua cairan yang tidak bercampur membentuk dua fase dinamakan
cairan immiscible. Suatu larutan sudah pasti berfase tunggal. Berdasarkan
wujud daripelarutnya, suatu larutan dapat digolongkan ke dalam larutan
padat, cair ataupun gas. Zat terlarut dalam ketiga fasa larutan tersebut juga
dapat berupa gas, cair ataupun padat. Campuran gas selalu membentuk
larutan karena semua gas dapat saling campur dalam berbagai perbandingan.
Dalam larutan cair, cairan disebut “pelarut” dan komponen lain (gas
atauzat padat) disebut “terlarut”. Jika dua komponen pembentuk larutan
adalahcairan maka komponen yang jumlahnya lebih besar atau strukturnya
tidakberubah dinamakan pelarut.
Contoh 25 gram etanol dalam 100 gram air, air disebut sebagai pelarut,
sedangkan etanol sebagai zat terlarut, sebab etanol lebih sedikit daripada air.
Contoh lain adalah dalam sirup gula pasir merupakan komponen paling
banyak daripada air tetapi gula dinyatakan sebagai zat terlarut dan air sebagai
pelarut, sebab struktur air tidak berubah. Sedangkan gula berubah dari padat
menjadi cairan. Beberapa jenis-jenis larutan adalah sebagai berikut:
2.14.1 Larutan Ideal dan Non-Ideal
Dalam suatu sistem, atom-atom, ion-ion dan molekul-molekul
nyata saling mempengaruhi satu sama lain sehingga perilakunya sukar
diramalkan secara tepat. Akibat kesukaran meramalkan perilaku zat
nyata menimbulkan cara atau model yang dapat menjelaskan perilaku
secara teoritis, dinamakan hukum ideal.
Oleh karena itu, muncul istilah larutan ideal, sebagai upaya untuk
menjelaskan keadaan sistem dari larutan nyata. Molekul-molekul gas
ideal dipandang sebagai molekul-molekul bebas yang tidak
berantaraksi satu sama lain. Dalam larutan cair pendekatan keidealan
berbeda dengan gas ideal. Dalam larutan ideal partikel-partikel pelarut
dan terlarut yang dicampurkan berada dalam kontak satu sama lain.
Pada larutan ideal dengan zat terlarut molekuler, gaya antar aksi
antara semua partikel pelarut dan terlarut setara.
Dalam larutan non-ideal, gaya antar atom, ion atau molekul harus
dipertimbangkan dalam perhitungan. Sebagai contoh perhatikan daya
hantar listrik larutan elektrolit kuat, misalnya NaCl. Jika larutan NaCI
sangat encer kurang dari 0,01 M, daya hantarnya diharapkan sesuai
dengan disosiasi garam ke dalam ion-ionnya, tetapi jika konsentrasi
larutan besar perbedaan antara harapan dan amatan menjadi lebih
besar. Penyebabnya, ion-ion berlawanan muatan mengadakan baku
tarik satu sama lain, baku tarik ini menimbulkan ion-ion saling
berdekatan sehingga larutanjadi lebih pekat. Setiap ion dikelilingi oleh
molekul pelarut yang berlawanan muatan, kecenderungan ini dapat
menghambat laju ion-ion menuju elektroda yang menyebabkan daya
hantar listriknya lebih rendah dari harapan.
2.14.2 Larutan Jenuh, Tak Jenuh dan Lewat Jenuh
Larutan jenuh dari sebuah zat adalah larutan yang di dalamnya
terdapat zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan zat yang
tidak larut. Misalnya, untuk membuat larutan jenuh NaCl dalam
airpada 25°C, kita harus menambahkan NaCl berlebih ke dalam air
dan mengaduknya terus sampai tidak ada lagi NaCl yang melarut.
Larutan tak jenuh mengandung zat terlarut dengan konsentrasi
lebih kecil daripada larutan jenuh. Larutan NaCl pada 25°C yang
mengandung NaCl kurang dari 36,5 gram disebut larutan tak jenuh.
Dalam larutan tak jenuh belum dicapai kesetimbangan antara zat
terlarut dan zat yang tidaklarutnya. Jika zat terlarut ditambahkan ke
dalam larutan maka larutan mendekati jenuh.
Larutan lewat jenuh menunjukkan keadaan yang tidak stabil,
sebablarutan mengandung zat terlarut yang jumlahnya melebihi
konsentrasikesetimbangannya. Larutan lewat jenuh umumnya terjadi
jika larutan yangsudah melebihi jenuh pada suhu tinggi diturunkan
sampai mendekati suhu kamar.
2.14.3 Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit
Dalam larutan cair, zat padat dapat berada dalam suatu bentuk
ion-ionnya maupun molekulernya. Jika NaCl terlarut dalam air, ion
Na+ dan ion Clˉ masing-masing akan terhidrasi dalam air, dan ion-ion
yang terhidrasi itu secara bebas dapat bergerak ke seluruh medium
sebuah larutan. Akan tetapi, apabila glukosa atau etanol larut dalam
zat-zat air tersebut tidak akan berada dalam sebuah bentuk ioniknya
melainkan dalam suatu bentuk molekulernya (Khoerunnisa, 2017).
Zat-zat yang di dalam air membentuk ion-ion dinamakan zat
elektrolit, dan larutan yang dibentuknya dinamakan larutan elektrolit.
Secara eksperimen larutan elektrolit dapat diketahui dari sifatnya,
misalnya dapat menghantarkan arus listrik. Zat-zat yang tergolong
elektrolit, yaitu asam, basa dan garam.
Zat-zat seperti etanol dan glukosa yang di dalam pelarut air
membentuk molekuler dinamakan non-elektrolit, dan larutan yang
dibentuknya dinamakan larutan non-elektrolit. Dalam keadaan murni,
asam merupakan senyawa kovalen, tetapi jika dilarutkan ke dalam air
akan terurai menjadi ion-ionnya.
Zat elektrolit yang terurai sempurna di dalam air dinamakan
elektrolit kuat, sedangkan zat elektrolit yang hanya terurai sebagian
membentuk ion-ionnya di dalam air dinamakan elektrolit lemah. Asam
dan basa yang merupakan elektrolit kuat disebut asam kuat dan basa
kuat. Asam dan basa yang hanya terionisasi sebagian di dalam air
dinamakan asam lemah dan basalemah. Selain HCl, HBr, HI, HNO 3,
H2SO4, dan HClO4, umumnya tergolong asam lemah. Basa kuat adalah
hidroksida dari logam alkali dan alkali tanah kecuali berlium.
Lemah atau kuatnya suatu asam dan basa tidak ada kaitannya
dengan kereaktifan asam atau basa. Larutan HF, misalnya merupakan
asam lemah yang hanya 8% terionisasi dari larutan sebesar 0,1 M,
tetapi larutan HF sangat reaktif terhadap banyak zat, termasuk
terhadap gelas (polisilikat) (Khoerunnisa, 2017).
2.15 Kelarutan
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah
yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute yang terlarut dan
yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut yang
banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan
(solubility) zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut
per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu.
Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat
itu dikatakan tak larut (insoluble). Jika jumlah solute yang terlarut kurang
dari kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan
tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika
jumlah solute yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya, maka larutannya
disebut lewat jenuh (supersaturated). Larutan lewat jenuh lebih pekat
daripada larutan jenuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut,
jenis pelarut, temperatur dan tekanan.
2.15.1 Pengaruh jenis zat pada kelarutan
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling
bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya
berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like).
Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar,
sedangkan senyawa non-polar akan sangat mudah larut dalam pelarut
non-polar. Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna
(completely miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially
miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely
immiscible) (Khoerunnisa, 2017).
2.15.2 Pengaruh tekanan pada kelarutan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair
atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah
kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas
sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry
massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya)
berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan
partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu.
Contohnya kelarutan suatu oksigen dalam cairan yaitu air yang
akan bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan
menjadi 5 kali. Hukum ini tidak akan berlaku jika untuk gas yang
bereaksi dengan suatu pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.
2.15.3 Pengaruh temperatur pada kelarutan
Kelarutan gas umumnya berkurang pada suatu temperatur yang
lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul sebuah
gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas
yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat
padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada
beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang
lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat.
Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan
dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat
endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur
dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier kesetimbangan itu
bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat
endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih
tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka
kelarutannya berkurang pada suhu lebih tinggi (Khoerunnisa, 2017).
2.17 Yogurt
Yogurt merupakan salah satu produk hasil fermentasi susu yang paling
tua dan cukup populer di seluruh dunia. Bentuknya mirip bubur atau es krim
tetapi dengan rasa agak asam. Selain dibuat dari susu segar, yogurt juga dapat
dibuat dari susu skim (susu tanpa lemak) yang dilarutkan dalam air dengan
perbandingan tertentu bergantung pada kekentalan produk yang diinginkan.
Selain dari susu hewani, belakangan ini yogurt juga dapat dibuat dari
campuran susu skim dengan susu nabati (susu kacangkacangan).
Yogurt dikenal memiliki peranan penting bagi kesehatan tubuh, di
antaranya bermanfaat bagi penderita lactose intolerance yang merupakan
gejala malabsorbsi laktosa yang banyak dialami oleh penduduk, khususnya
anak-anak, di beberapa negara Asia dan Afrika. Yogurt juga mampu
menurunkan kolesterol darah, menjaga kesehatan lambung dan mencegah
kanker saluran pencernaan. Berbagai peranan tersebut terutama karena
adanya bakteri yang digunakan dalam proses fermentasi yogurt. Berdasarkan
paparan mengenai manfaat dan proses pembuatan yogurt, maka dalam
penelitian ini dilakukan pembuatan yogurt dengan menggunakan lima macam
bahan dasar susu, diantaranya: susu sapi segar, susu skim nabati, susu
kedelai, susu UHT, dan susu kambing. Bahan dasar susu ini difermentasikan
dengan campuran kultur bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus thermophillus. Bahan dasar susu sebelum diinokulasikan
dengan starter harus dipanaskan selama 30 menit pada suhu 85°C, hal ini
bertujuan untuk menghilangkan bakteri lain yang hidup dalam susu agar tidak
mengganggu pertumbuhan bakteri asam laktat, selain itu juga menguapkan
kadar air dalam susu agar lebih kental. (Fatmawati, 2015).
2.19 Fermentasi
Fermentasi merupakan proses perubahan kimiawi, dari senyawa kompleks
menjadi lebih sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (Jay dkk., 2005). Proses tersebut akan menyebabkan
terjadinya penguraian senyawa-senyawa organik untuk menghasilkan
energi. Menurut Susilorini dan Sawitri (2007), tujuan utama fermentasi
adalah untuk memperpanjang daya simpan susu karena mikroorganisme
sulit tumbuh pada suasana asam dan kondisi kental. Fermentasi menjadi
populer karena proses tersebut tidak hanya dapat mengubah makanan untuk
menjadi lebih awet, namun juga memberikan citarasa, aroma yang enak,
dan meningkatkan kandungan nutrisi makanan (Surono, 2004). Dua kunci
utama dalam fermentasi adalah mikroorganisme dan substrat.
Mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi sangat beraneka ragam,
contohnya adalah bakteri asam laktat pada produk susu dan khamir pada
produk minuman beralkohol dan roti . Substrat adalah bentuk materi
organik yang dapat digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber nutrien
bagi kelangsungan hidup mikroorganisme. Substrat dapat berbentuk cair
maupun padat. Pemilihan substrat yang tepat untuk proses fermentasi
penting untuk dilakukan. Substrat yang tepat adalah substrat yang dapat
memenuhi semua kebutuhan nutrien bagi mikroorganisme yang akan
dipakai . Fermentasi dilakukan terhadap suatu bahan makanan untuk
mendapatkan produk makanan baru yang dapat memperpanjang daya
simpan . Aktifitas mikroorganisme pada fermentasi akan menyebabkan
perubahan kadar pH dan terbentuk senyawa penghambat seperti alkohol dan
bakteriosin yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
pembusuk. Fermentasi telah digunakan selama berabad-abad sebagai proses
untuk mengubah susu menjadi suatu produk untuk memperpanjang daya
simpannya dan sejak lama telah dipercaya memiliki manfaat baik bagi
kesehatan tubuh. Salah satu jenis produk fermentasi susu adalah yoghurt.
Yoghurt merupakan produk hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat
dari genus Lactobacillusdan Streptococcus. Menurut Anonim (2009)
yoghurt adalah produk yang diperoleh dari fermentasi susu dan atau susu
rekonsitusi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophillus dan atau bakteri asam laktat lain yang sesuai,
dengan/atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan
pangan yang diizinkan. Syarat mutu yoghurt sesuai Badan Standarisasi
Nasional tahun 2009 untuk jumlah bakteri starter yoghurt adalah minimal
107 CFU/ml, sedangkan keasaman tertitrasi (sebagai asam laktat) (b/b)
berkisar 0,5—2,0%. keseimbangan mikroflora usus. Widodo (2002)
mengemukakan bahwa yang membedakan masing-masing produk susu
fermentasi adalah jenis bakterinya (Energi, 2016).
2.20 Kecap
Kecap kedelai merupakan salah satu produk fermentasi yang digunakan
sebagai produk pencita rasa khususnya di negara Asia yang merupakan
produk bumbu (condiment) yang tertua di Cina selama lebih dari 3000 tahun.
Kecap kedelai dibuat menggunakan kacang kedelai yang dicampurkan
dengan terigu, garam, air dan mikroba seperti Aspergillus oryzae atau
Aspergillus zozae.
Selain melalui proses fermentasi, kecap kedelai dapat dibuat melalui
proses hidrolisis protein nabati HVP (hydrolyzed vegetable protein). Kecap
yang melalui proses HVP tersebut dibuat dengan menghidrolisis protein
kedelai menjadi asam amino melalui hidrolisis asam, kemudian dicampur
dengan gula, pewarna, dan bahan-bahan pencita rasa lainnya sehingga
memiliki citarasa menyerupai kecap kedelai yang dibuat melalui proses
fermentasi (Meutia, 2015).
2.18.1 Pembuatan Kecap Kedelai
Proses fermentasi kecap terdiri dari 2 tahap, yaitu fermentasi
padat (fermentasi koji atau tempe) dan fermentasi cair (fermentasi
moromi). Kapang yang digunakan dalam fermentasi padat, adalah
Aspergillus sp. dan Rhizopus sp. Fermentasi padat memerlukan waktu
selama 3-5 hari.
Hasil fermentasi padat disebut koji jika menggunakan Aspergillus
sp., tetapi disebut tempe jika menggunakan Rhizopus sp. Selanjutnya,
koji dikeringkan, kemudian direndam dalam air garam 20-30%. Proses
perendaman koji dalam air garam disebut fermentasi moromi. Mikroba
yang berperan dalam fermentasi moromi, adalah mikroba tahan garam
seperti Hansenula sp., Zygosaccharomeces sp. dan Lactobacillus sp.
Fermentasi moromi memerlukan waktu selama 14-28 hari.
Cairan hasil fermentasi moromi disebut moromi. Selanjutnya
moromi ditambah dengan rempah-rempah dan dikentalkan sehingga
diperoleh kecap. Ampas dari fermentasi moromi dapat digunakan
sebagai pakan ternak.
Pada fermentasi jamur (koji) maupun fermentasi dalam larutan
garam (moromi) terjadi perubahan-perubahan biokimiawi oleh
aktifitas enzim yang dihasilkan oleh mikroba. Pada fermentasi jamur
(koji), mikroba yang dominan adalah Aspergillus soyae menghasilkan
enzim protease yang dapat menghidrolisis komponen-komponen
protein dalam biji kedelai.
Konsentrasi garam yang optimal 17 sampai 19% berpengaruh
terhadap hidrolisis protein dalam moromi dan kecepatan pembentukan
asam laktat dan alkohol. Mikroba utama adalah jamur Aspergillus
soyae, bakteri-bakteri asam laktat yang bersifat homofermentatif,
Pseudomonas cerevisae atau P.soyae dan khamir yang toleran
terhadap garam tinggi terutama Saccharomyces rouxii.
Menurut Sakaguchi dalam Kasmidjo, pada konsentrasi garam
yang lebih tinggi 20%-30% P.soyae tetap tumbuh baik dan
menghasilkan asam laktat tinggi sehingga dapat menurunkan pH
sampai 4,9, bakteri tersebut berperan dalam pembentukan cita rasa dan
aroma spesifik untuk kecap (Meutia, 2015).
Pada kondisi aerob dalam konsentrasi garam tinggi khamir yaitu
S.rouxii mengubah sejumlah glukosa (50%) menjadi gliserol,
merupakan komponen penting pendukung cita rasa kecap. Menurut
Suprapti, gula kelapa yang ditambahkan diperlukan dalam pembuatan
kecap manis, berfungsi sebagai pemanis sehingga jumlah gula kelapa
yang ditambahkan dapat berpengaruh pada respon rasa kecap organik.
2.18.2 Perkembangan Industri Kecap di Indonesia
Industri kecap merupakan salah satu agro industri yang penting
untuk dikembangkan karena dapat memberikan nilai tambah
komoditas kedelai yang mudah rusak, meningkatkan permintaan
kedelai yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani,
menyerap tenaga kerja, dan menambah devisa negara melalui
pemanfaatan peluang ekspor.
Permasalahan yang sering dihadapai oleh industri kecap adalah
semakin mahalnya harga bahan baku kedelai dan lamanya proses
pembuatan kecap yang dapat berlangsung berbulan-bulan. Hal tersebut
membuat sebagian pengusaha mengganti bahan baku kedelai dengan
bahan-bahan lain yang lebih murah seperti air yang dicampur dengan
perasa dan pewarna kecap.
Akibatnya, kualitas kecap cenderung menurun atau encer
sedangkan kuantitas produksinya meningkat. Sementara itu,
perkembangan industri kecap di Indonesia, tumbuh seiring dengan
peningkatan konsumsi kecap dalam masyarakat.
Berdasarkan data dari Direktori Perusahaan Industri Kementerian
Perindustrian, terdapat 50 industri kecap di Indonesia yang tersebar di
berbagai daerah, yang menunjukkan sebaran industri kecap di
Indonesia dengan jumlah industri kecap terbanyak di Jawa Barat
sejumlah 22 industri.
Bila dilihat dari wujud kedelai yang sering diekspor selama tahun
2004-2008 sebagian besar atau lebih dari 80% dalam bentuk kedelai
olahan, dimana berdasarkan volume ekspor 2008 sebesar 88,63%
ekspor Indonesia dalam bentuk olahan dengan kontribusi nilai ekspor
sebesar 82,97%, sebagian besar dalam wujud kecap manis sebesar
80,67% dari total nilai ekspor kedelai atau US$ 6,66 juta, 17,03%
kedelai segar lainnya dan 2,07% tepung kedele lainnya (Meutia,
2015).
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat
3.2 Bahan
3.2.1Aquadest (air suling) (H2O)
3.2.2 Susu Frisian Flag 225 mL
3.2.3 Kecap ABC135 mL
3.2.4 Etanol (C2H5OH)