Disusun oleh:
Kelompok 2
Adinda Septianingrum
J3H818101
1.2 Tujuan
Teknik penanganan air melalui koagulasi, serta mengetahui jenis
koagulan, dosis dan lama treatment yang paling effektif.
II METODOLOGI
3.1 Hasil
0 15 30 45 60
1 PAC 1 26 26 26 25 25
2 PAC 0,5 24 24 24 25 26
3 Tawas 1 25 25 25 25 25
4 FeCl3 1 25 26 26 27 26
5 Kontrol - 17 19 20 21 23
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terlihat bahwa pada
kelompok 5 memiliki rata-rata suhu paling rendah, sedangkan pada kelompok 4
memiliki rata-rata suhu paling tinggi. Jika diamati dari terbentuknya flok dan
sedmientasi, kelompok 1 dengan treatment PAC 1 ppt dan kelompok 4 dengan
treatment FeCl3 1 ppt merupakan kelompok yang paling banyak terbentuk flok
dan sedimentasi, sedangkan kelompok 5 dengan treatment kontrol merupakan
kelompok yang paling sedikit terbentuk floknya.
3.2 Pembahasan
Menurut Ebeling dan Ogden (2004), koagulasi merupakan proses
menurunkan atau menetralkan muatan listrik pada partikel-partikel tersuspensi
atau zeta-potential-nya. Muatan-muatan listrik yang sama pada partikelpartikel
kecil dalam air menyebabkan partikel-partikel tersebut saling menolak sehingga
membuat partikel-partikel koloid kecil terpisah satu sama lain dan menjaganya
tetap berada dalam suspense. Mekanisme dari proses koagulasi antara lain reduksi
nilai zeta potensial (elektrokinetik), ikatan antar partikel (orthokinetik), dan
pembentukan flok (Pernitsky 2003), sedangkan tujuan dari proses koagulasi
adalah mendestabilisasi partikel koloid. Dalam fase cair, seperti pada air
permukaan, koloid biasanya memiliki muatan negatif, untuk mendestabilisasi
partikel koloid tersebut diperlukan suatu zat dengan muatan positif.Aluminium
(misalnya Al2(SO4)3.12H2O) dan garam besi sebagian besar digunakan sebagai
reagen koagulan karena memiliki muatan positif.
Flokulasi merupakan kelanjutan dari proses koagulasi, dimana,
mikroflok hasil koagulasi mulai menggumpal membentuk flok-flok yang
lebihbesar (makro flok) yang akan dengan mudah dapat diendapkan. Proses
penggumpalan ini tergantung dari waktu dan pengadukan lambat dalam air (Elita
2012).
Sedimentasi adalah proses membiarkan materi tersuspensi mengendap
karena gravitasi. Biasanya materi tersuspensi yang disebut flok terbentuk dari
materi yang ada dalam air dan bahan kimia yang digunakan dalam koagulasi atau
proses-proses pengolahan lainnya. Padatan akan mengendap pada cairan yang
densitasnya lebih rendah dibandingkan densitas padatan tersebut. Karakteristik
pengendapan dalam proses sedimentasi salah satunya dipengaruhi oleh ukuran dan
bentuk partikel yang cenderung memiliki sedikit muatan listrik.
Terbentuknya flokulasi sangat dipengaruhi oleh koagulan, Beberapa
macam koagulan yang sering digunakan dalam proses penjernihan air adalah Poly
Aluminiumunium Chloride (PAC), aluminium sufat (Al2(SO4)3), ferri klorida
(FeCl3), dan feri sulfat (Fe2(SO4)3). Pada umumnya koagulan yang paling sering
digunakan oleh masyarakat adalah aluminium sulfat atau yang lebih dikenal
dengan tawas.
Pada praktkum kali ini menggunakan Poly Aluminiumunium Chloride
(PAC), Ferric klorida (FeCl3),dan tawas. Penggunaan koagulan PAC dalam
kondisi air dengan tingkat kekeruhan sedang sampai kekeruhan tinggi, PAC
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tawas atau alum
(Malhotra 1994). Menurut Yuliati (2006), PAC merupakan koagulan anorganik
yang tersusun dari polimer makromolekul dengan kelebihan seperti memiliki
tingkat adsorpsi yang kuat, mempunyai kekuatan lekat, tingkat pembentukan flok-
flok tinggi walau dengan dosis kecil, memiliki tingkat sedimentasi yang cepat,
cakupan penggunaannya luas, merupakan agen penjernih air yang memiliki
efisiensi tinggi, cepat dalam proses, aman, dan konsumsinya cukup pada
konsentrasi rendah. keuntungan koagulan PAC yaitu sangat baik untuk
menghilangkan kekeruhan dan warna, memadatkan dan menghentikan penguraian
flok, membutuhkan kebasaan rendah untuk hidrolisis, sedikit berpengaruh pada
pH, menurunkan atau menghilangkan kebutuhan penggunaan polimer, serta
mengurangi dosis koagulan sebanyak 30-70%. Berdasrkan pengamatan yang
dilakukan oleh kelompok 1 dan 2 menggunakan treament yang sama yaitu PAC
tetapi dengan dosis yang berbeda yaitu 1 ppt dan 0,5 ppt. Terdapat perbedaan
yang cukup terlihat dari pembentukan flok. Untuk kelompok 1 flok yang
terbentuk lebih banyak dari kelompok 2, artinya untuk air samper berukuran 250
ml penggunaan PAC 1 ppt lebih efektif dibandingkan PAC 0,5 ppt. Selain
konsentrasi PAC yang berbdeda faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan
flokulasi adalah suhu. Suhu rata-rata pada kelompok 1 lebih tinggi dari suhu rata-
rata kelompok 2. Suhu yang tinggu membuat molekul-molekul ar merenggang,
dan membudahkan untuk melepas partiker tersuspensi, sehingga flok yang
terbentuk lebih banyak.
Penggunaan koagulan tawas sudah sangat umum bagi masyarakat
indonesia. Sejak lama tawas dikenal sebagai penjernih air rumah tangga.flok pada
hasil pengamatan kelompok 3 banyak terbentuk, hanya saja tawas akan lebih
meaksimal bekerja pada suhu yang relatif tinggi.
Ferric chloride tersedia dalam bentuk yang tidak mengandung H2O berupa
bubuk hijau-hitam dengan rumus kimia FeCl3, dan dalam bentuk likuid dengan
rumus kimia FeCl3.6H2O berupa sirup berwarna cokelat gelap. Bentuk padatnya
bersifat higroskopik dan tidak sesuai untuk pengumpanan kering. Larutannya
bersifat sangat korosif dan menyerang hampir semua logam dan beton. Koagulan
besi bervalensi 3 (ferric) bekerja pada rentang pH yang lebar dan sering kali dapat
digunakan pada batas rentang yang lebih tinggi, misalnya dari 7,5-8 (Gebbie
2005).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 4 dengan FeCl3 1
ppt flok yang terbentuk oleh FeCl3 sudah banyak, menandakan bahwa FeCl3 dosis
1 ppt efektif untuk menjernihkan air, akan tetapi residu yang ditimbulkan oleh
FeCl3 harus diolah terlebih dahulu.
IV KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum kali ini proses koagulasi
berjalan efektif mengurangi kekeruhan air dengan bantuan koagulan PAC dosis 1
ppt dan FeCl3 dosis 1 ppt
V DAFTAR PUSTAKA