Anda di halaman 1dari 7

Manajemen Kualiatas Air dan Tanah Selasa, 5 November 2019

Kelompok : 2
Dosen : Henry Kasman Hadi S, S.Pi
Ima Kusumanti, S.Pi, M.Sc
Asisten : Bhre Hagni Yuwono, S.Pi
Nabilla Putri E, Amd
Fitriana Rahmawati

TEKNIK PENANGAN LOGAM BERAT (Fe dan Mn)


DENGAN TANAMAN AIR

Disusun oleh:

Adinda Septianingrum J3H818101

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN
PERIKANAN BUDIDAYA
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan hidup yang sangat penting bagi semua makhluk
hidup. Manusia sangat bergantung pada air untuk melaksanakan segala aktivitas
kehidupannya, seperti mencuci, memasak, dan lain-lain. Air yang digunakan
masyarakat sering berwarna kuning dan berbau. Ciri seperti itu mengindikasikan
tingginya kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) pada air tersebut. Berbagai usaha
yang telah dilakukan untuk mengurangi logam berat di derah perairan, yaitu
secara fisika, kimiawi, dan biologiKualitas air memiliki pengaruh terbesar pada
kualitas ikan budidaya. Kualitas air harus sesuai dengan kondisi optimum, yang
diharapkan oleh ikan agar ikan dapat tumbuh dengan baik (Effendi 2003).
Teknologi pengurangan logam berat dengan cara fisika dan kimiawi memerlukan
biaya yang mahal dengan seperangkat alat-alat yang harus ditempatkan pada areal
yang luas. Upaya mengurangi logam berat secara biologi dikenal dengan
bioremediasi. Teknik remediasi yang sekarang dikembangkan adalah
menggunakan tumbuhan (fitoremediasi). Teknik ini dinilai oleh beberapa peneliti
mempunyai tingkat keefektifan yang tinggi (Lasat 2000).
Fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan air untuk menghilangkan
polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi. Akhir-akhir ini teknik
fitoremediasi mengalami perkembangan pesat karena terbukti lebih murah
dibandingkan metode lainnya, misalnya penambahan lapisan permukaan tanah.
Semua tumbuhan mampu menyerap logam dalam jumlah yang bervariasi, tetapi
beberapa tumbuhan mampu mengakumulasi unsur logam tertentu dalam
konsentrasi yang cukup tinggi (Juhaiti 2005).
Logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk
hidup. Semua logam berat dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh
makhluk hidup. Namun demikian, meski semua logam berat dapat
mengakibatkankeracunan pada makhluk hidup, sebagian dari logam-logam
tersebut tetap dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kebutuhan tersebut berada dalam
jumlah yang sangat sedikit. Tetapi bila kebutuhan dalam jumlah yang sangat kecil
itu tidak terpenuhi, maka dapat berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup dari
setiap makhluk hidup.
Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi
menjadi tiga proses yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi loga dari akar
ke bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu untuk
menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut. Agar tumbuhan
dapat menyerap logam maka logam harus dibawa ke dalam larutan di sekitar akar
(rizosfer) dengan beberapa cara tergantung pada spesies tumbuhannya, Beberapa
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai fitoremediasi adalah tumbuhan eceng
gondok, kayu apu, hydrilla, dan red malang.

1.2.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui efektivitas tanaman air pada
penyerapan logam bert (Fe).
II. METODOLOGI

2.1.Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2019 s/d 29 Oktober 2019
pada pukul 08.00-12.00 yang dilaksanakan di laboratorium ikan Program
Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya PDD
Sukabumi

2.2.Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada kegiatan praktikum adalah aquarium, double
bottom, undergravel, aerator, test kit (Fe). Sedangkan bahan yang digunkan adalah
tanaman air ( hydrilla, red malang, kayu apu dan eceng gondok) dan larutan FeCl3
sebanyak 1 ppm.

2.3.Prosedur Kerja
Akuarium dan double bottom disiapkan, lalu akuarium diisi air tandon
sebanyak 80% dari tinggi akuarium, setelah itu berilah airasi dan letakan masing
tanaman air ke dalam akuarium, kemudian buatlah larutan pengenceran FeCl3
sebanyak 1 ppm. Pengamatan kualitas Fe didalam akuarium dilakukan sebanyak
tiga kali yaitu pada hari ke-1, ke-3 dan ke-7, untuk hari ke-2 dilakukan
pengecekan dengan air akuarium kontrol. Cara untuk mengecek kandungan Fe
dengan menggunakan test kit Fe, yaitu dengan mengambil 10 ml samper air
akuarium, tambahkan dua sudip bubuk reagen lalu dikocok sampai homogen,
setelah itu diberi larutan reagen sebanyak lima tetes dan tunggu sampai 10,
kemudia diamati dengan mencocokan warna pada kertas parameter.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Hasil
Berikut ini adalah hasil dari pengamatan kandungan logam Fe pada setiap
akuarium dengan perlakuan jenis tanaman air yang berbeda-beda selama tujuh
hari dengan bantuan filtrasi dan aerasi.

Tabel 1. Hasil Pengamatan logam berat (Fe) dari wadah dengan penambahan
filtrasi dan tanaman air
Hari ke- (ppm)
Kelompok Perlakuan
0 3 7
1 Eceng Gondok 1 0,25 0,1
2 Kontrol 1 1 1
3 Hydrilla 1 0,25 0,25
4 Red Malang 1 1 1
5 Kayu Apu 1 0,5 0,5

Berdasarkan tabel 1,perlakuan kontrol dan tanaman red malang tidak dapat
mengurangi kadar Fe dari hari pertama sampai hari ke-7 praktikum. Tanaman
kayu apu mengurangi kandungan Fe hingga 0,5 ppm pada hari ke-3 praktikum.
Tanaman air hydrilla mengurangi kandungan Fe menjadi sebanyak 0,25 ppm pada
hari ke-3 praktikum. Sedangkan tanaman air eceng gndok mengurangi kandungan
Fe hingga 0,25 ppm pada hari ke-3 dan menjadi 0,1 ppm pada hari ke-7
praktikum.

3.2.Pembahasan
khusus pada makhluk hidup. Semua logam berat dapat menjadi bahan
racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup. Namun demikian, meski semua
logam berat dapat mengakibatkan keracunan pada makhluk hidup, sebagian dari
logam-logam tersebut tetap dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kebutuhan tersebut
berada dalam jumlah yang sangat sedikit. Beberapa jenis logam yang dapat
terlibat dalam proses bioakumulasi adalah As, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, dan Zn [3].
Phyto asal kata Yunani phyton yang berarti tumbuhan/tanaman,
remediation asal kata Latin remediare yaitu memperbaiki, menyembuhkan atau
membersihkan sesuatu. Berdasarkan hal tersebut fitoremediasi (phytoremediation)
dapat diartikan suatu sistem di mana tanaman tertentu yang bekerjasama dengan
mikroorganisme dalam media (tanah, koral dan air) dapat mengubah zat
kontaminan (pencemar/polutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan
menjadi bahan yang berguna secara ekonomi
Konsentrasi logam berat pada sedimen tergantung pada beberapa faktor
yang berinteraksi. Faktorfaktor tersebut adalah sumber dari mineral sedimen
antara sumber alami atau hasil aktifitas manusia, melalui partikel pada lapisan
permukaan atau lapisan dasar sedimen, melalui partikel yang terbawa sampai ke
lapisan dasar, melalui penyerapan dari logam berat terlarut dari air yang
bersentuhanPada pH 6,5-7 adalah merupakan pH yang ideal. Unsurunsur hara
akan relative banyak tersedia pada pH tersebut. Sedangkan pada pH rendah unsur-
unsur seperti Al, Mn & Fe akan bersifat racun. Kadar besi (Fe) > 1 mg/L dianggap
membahayakan kehidupan organisme akuatik.
Berdasarkan Tabel 1. Dapat kita ketahui bahwa eceng gondok merupakan
tanaman yang paling efektif menyerat Fe, hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan
fisik dan morfologi eceng gondok yang memeiliki akar serabut sehinnga
memelikiri permulaakn yang lebih luat dibandingkan kayu apu yang merupakan
jenih tanaman air yang terapung juga. Selain akar, eceng gondok memeliko
tonjolan pada batangnya yang berguna untuk menyimpat zat yang diserap oleh
eceng gondok itu sendiri. Enceng gondok atau Eichhornia crassipes adalah salah
satu jenis tumbuhan air mengapung. Enceng gondok memiliki kecepatan tumbuh
yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak
lingkungan perairan. Enceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air
ke badan air lainnya (sendi 2014).
Secara fisiologis eceng gondok dapat berperan secara tidak langsung
dalam mengatasi bahan pencemar perairan karena dapat bertahan hidup dengan
cara membentuk rumpun. Akar tumbuh subur dan lebat serta berwarna hitam
dengan permukaan ungu. Oksigen hasil fotosintesis di daun dan tangkai daun
ditransfer ke akar yang permukaannya luas serta air di sekitarnya. Ini membuat
rizosfer menyediakan lingkungan mikro dengan kondisi yang kondusif bagi
bakteri nitrit. Oleh karena itu aktivitas dekomposisi oleh bakteri jenis ini yaitu
perubahan amoniak menjadi nitrat lebih meningkat (Fitter and Hay, l989).
Tumbuhan kayu apu dapat digunakan untuk pengolahan limbah karena
tingkat pertumbuhannya tinggi dan kemampuannya untuk menyerap hara
langsung dari kolam air. Akarnya menjadi tempat filtrasi dan adsorpsi padatan
tersuspensi dan tumbuhan air ini memiliki potensi dalam menurunkan kadar
pencemar air limbah (Suryati & Budhi, 2003). Tanaman kayu apu juga tanaman
yang mengapung seperti eceng gondok. Pada praktikum menggunakan kayu apu,
kayu apu menempati urutan ketiga dari empat tanaman yang dipakai untuk
menangani kandungan Fe dalam air, kayu apu tidak menyerap sebanyak eceng
gondok karena morfologi tubuhnya yang memeliki akar besar-besar sehingga
sedikit untuk menyerap Fe.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui tanaman air
yang efektif untuk mengurangi kandunan logam berat (Fe) pada wadah budidaya
adalah tanaman eceng gondok.
V. DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H., 2003, Telah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta
Fitter, A.A. and R.k Hay, l989. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah mada
University Press. Yogyakarta
Juhaiti, T., Syarif, F., & Nuril, H. (2005). Inventarisasi Tumbuhan Potensial
Untuk Fitoremediasi Lahandan Air Terdegradasi Penambangan Emas.
Biodiversitas. 6 (1).
Lasat, M. M. 2000. Phytoextraction of Metals from Contaminated Soil: A Review
of Plant/Soil/Metal Interactio and Assessment of Permanent Agronomic
Issues. http://www.engg.ksu.edu/HSRC/JHSR/ vol2no5.pdf. 5 November
2019.
Sendi, B. 2014. Phytoremediation Waste Mercury Using Plant And System
Reactor, Jurnal Ilmiah Sain Vol. 14 No.1.
Suryati, T., & Budhi, P. (2003) Eliminasi Logam Berat Kadmium Dalam air
Limbah Menggunakan Tanama Air. Jurnal Teknik Lingkungan. 4 (3).

Anda mungkin juga menyukai