Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum ke-5 Hari,tanggal : Selasa, 25 September 2019

Farmakologi Ikan Waktu : 13.00 - 17.00 WIB


Dosen : Dian Eka R, SPi Msi
Dosen asisten : Fadhil Setiawan, SPi
Laras Cica Marsela

Pengaruh Perendaman Obat Kalium Permangat (PK) terhadap


Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Lele (Clarias sp)

Disusun oleh:
Kelompok 2
Dinda Septianingrum J3H818101
Fitria Handayani J3H818087
Luthfiyyah Adji P J3H818116
Muhammad Wahyu Firmansyah J3H918156
Umar Suhantoro J3H818111

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN


PERIKANAN BUDIDAYA
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyakit ikan adalah sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada
ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat
disebabkan oleh organisme lain, pakan, maupun kondisi lingkungan yang kurang
menunjang kehidupan ikan. Jadi, timbulnya serangan penyakit ikan di kolam
terjadi karena interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan, dan
patogen. Interaksi yang tidak serasi tersebut menyebabkan stres pada ikan,
sehingga mekanisme pertahanan tubuh ikan menurun dan akhirnya mudah
diserang penyakit (Suwarsito dan Mustafidah, 2011). Penyakit ikan dibedakan
menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (oleh bakteri, virus, parasit, dan jamur) dan
penyakit non-infeksi (stres, tumor, gangguan gizi, pakan, dan traumatik).
Sedangkan sumber penyakit yang sering menyerang ikan dikolam dikelompokkan
menjadi 3, yaitu hama, parasiter, dan non-parasiter. Hama adalah hewan yang
berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan gangguan pada ikan, yang terdiri
dari predator, kompetitor, dan pencuri. Parasiter adalah penyakit yang disebabkan
oleh aktifitas organisme parasit, seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, dan udang
renik. Non-parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan, pakan,
dan keturunan. Berdasarkan daerah penyerangannya, penyakit yang disebabkan
oleh parasit dibagi menjadi penyakit kulit, penyakit pada insang, dan penyakit
pada organ dalam (Suwarsito dan Mustafidah, 2011).
Penyakit bintik putih (white spot) yang penyebabnya adalah protozoa dari
jenis Ichthyophthirius multifillis, menyerang hampir semua jenis ikan air tawar.
Pada ikan lele lebih banyak menyerang benih. Bintik-bintik putih tumbuh pada
permukaan kulit dan insang. Bila terkena penyakit ini, ikan akan mengosok-
gosokkan badannya ke dinding atau dasar kolam. Peyakit ini dipicu oleh kualitas
air yang buruk, suhu air terlalu dingin, dan kepadatan tebar ikan yang tinggi.
Untuk mencegah agar ikan tidak terkena white spot, pertahankan suhu air pada
kisaran 28oC dan gunakan air yang kualitasnya baik.
Protozoa jenis Trichodina sp. dapat menyebabkan penyakit gatal
(trichodiniasis). Gejala penyakit ini adalah ikan terlihat lemas, warna tubuh
kusam, dan sering menggosok-gosokan badannya ke dinding dan dasar kolam.
Penyakit ikan lele ini menular karena kontak langsung dan juga lewat perantara
air. Kepadatan ikan yang terlalu tinggi dan kekurangan oksigen disinyalir memicu
perkembangannya.
Serangan bakteri Aeromonas hydrophila menyebabkan perut ikan
menggembung berisi cairan getah bening, terjadi pembengkakan pada pangkal
sirip dan luka-luka disekujur tubuh ikan. Salah satu faktor pemicu penyakit ikan
lele ini adalah penumpukan sisa pakan yang membusuk di dasar kolam.
Penyakit karena serangan Channel Catfish Virus (CCV). Virus ini tergolong
kedalam virus herpes. Ikan yang terinfeksi tampak lemah, berenang berputar-
putar, sering tegak vertikal di permukaan, dan pendarahan dibagian sirip dan
perut. Faktor pemicu penyakit ikan lele ini adalah fluktuasi suhu air, penurunan
kualitas air, dan kepadatan tebar yang tinggi.
Kemudian ada penyakit Cotton Wall Disease, penyebabnya adalah bakteri
Flexibacter columnaris. Bakteri ini menyerang organ dalam seperti insang. Gejala
yang ditimbulkannya adalah terjadi luka atau lecet-lecet pada permukaan tubuh,
ada lapisan putih atau bintik putih, gerakan renang lambat dan ikan banyak
mengambang. Faktor pemicunya adalah pembusukan sisa pakan didasar kolam
dan suhu air yang naik terlalu tinggi.
Kalium permanganat (PK) merupakan oksidator kuat yang sering
digunakan untuk mengobati penyakit ikan akibat ektoparasit dan infestasi bakteri,
terutama pada ikan-ikan dalam kolam. Meskipun demikian untuk pengobatan
ikan-ikan akuarium tidak sepenuhnya dianjurkan karena diketahui banyak spesies
ikan hias yang sensitif terhadap bahan kimia ini. Bahan ini diketahui efektif
mencegah flukes, tricodina, ulcer, dan infeksi jamur. Meskipun demikian,
penggunaanya perlu dilakukan dengan hati-hati karena tingkat keracunannya
hanya sedikit lebih tinggi dari tingkat terapinya. Oleh karena itu harus dilakukan
dengan dosis yang tepat. Tingkat keracunan PK secara umum akan meningkat
pada lingkungan akuarium yang alkalin. Kalium permanganat tersedia sebagai
serbuk maupun larutan berwarna violet. Kalium permanganat (KMnO4)
merupakan alkali kaustik yang akan terdisosiasi dalam air membentuk ion
permanganat (MnO4-) dan juga mangan oksida (MnO2) bersamaan dengan
terbentuknya molekul oksigen elemental. Karena hal tersebut, efek utama bahan
ini adalah sebagai oksidator.
Pada dasarnya cara pengobatan pada ikan dapat dibedakan menjadi beberapa
cara, yaitu perendaman, oral, infeksi, dan oles. Cara perendaman bisa dibedakan
menjadi perendaman dalam waktu singkat dan dalam waktu lama. Perendaman
dengan waktu singkat biasanya konsentrasinya lebih tinggi dibandingkan dengan
perendaman jangka waktu lama. Pemberian obat melalui pakan biasanya
dilakukan dengan mencampur obat pada pakan, diberikan tiap hari selama periode
waktu tertentu. Pemberian obatmelalui injeksi dapat dibedakan menjadi
intraperitonea (melaui rongga perut) dan intramuscular (melalui otot daging).

1.2.Tujuan
Mengetahui pengaruh perendaman obat terhadap ikan dan mengetahui
tingkat keamanan obat.
II. METODOLOGI
2.1.Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 10 September 2019,
pada pukul 13.00 WIB hingga selesai. Praktikum ini bertempat di LAB Biologi
IPB Sukabumi

2.2.Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah toples kaca, batang
pengaduk, timbangan, penggaris, dan stopwatch dan bahan-bahan yang digunakan
adalah obat kimia PK, ikan mas dan ikan lele.
2.3.Prosedur Praktikum
2.3.1. Pembuatan laritan stok

Alat dan bahan disiapkan, sediakan air sebanyak 1 liter dan PK sebanyak 0,2 g. lalu
masukan larutan stok untuk dosis ikan lele yaitu 2ppm sebanyak 100 ml dan dosis 4 ppm
sebanyak 200 ml, untuk dosis ikan mas yaitu 4 ppm diberi larutan stok sebanyak 200 ml
dan dosis 8 ppm sebanyak 400 ml. setelah itu diberi air pada masing masing toples
sampai 1 liter, contohnya jika larutan stok diberi 100 ml maka air yang ditambahkan 900
ml. kemudian aduk dengan batang pengaduk sampai tercampur.

2.3.2. Perendaman

Ikan mas dan lele berukan 5-7 cm disiapkan masing masing 10 ekor, lalu ikan
lele dimasukan sebanyak lima ekor ke masing-masing toples berisi dosis 2 ppm
dan 4 ppm, kemudian ikan mas dimasukan sebanyak 5 ekor pada masing-masing
toples berisi dosis 4 ppm dan 8 ppm, lalu amati tingkah laku ( cara berenang,
bukaan mulut dan insang, arah berenang dan keagresifan) selama 60 menit.
III. PEMBAHASAN
3.1.Hasil

Berikut ini merupakan tabel hasil pengamatan pada tingkah laku ikan mas
dan lele selama perendaman dengan PK.

Tabel 1. Hasil pengamatan respon ikan terhadap obat melalui perendaman

Dosis
Menit ke- Jenis ikan
1x 2x
Berenang cenderung Berenang lebih cepat dasi
normal, berenang ke arah dosis 1 x, gerak mulut dan
Mas
dasar, gerakan mulut dan operculum masih normal
operculum normal
3 Berenang cepat, Berenang cepat dan tubuh
berenang ke dasar, dimiringkan, berenang
Lele pergerakan mulut dan kearah dasar, pergerakan
operculum cepat, mulut dan operculum
cepat
Berenang ke arah Berenang ke arah
permukaan, cara permukaan, cara benerang
Mas berenang normal, gerak agak cepat, gerak mulut
mulut dan operculum dan operculum cepat
mulai cepat
10
Cara berenang mulai Diam di dasar, gerak
lambat,berenang masih mulut dan operculum 34
Lele ke arah dasar gerak kali/ 15 detik, badan
mulut dan operculum miring saat berenang
melambat
Berenang di permukaan, Berenang cepat, sedikit
gerak renang normal, agresif, gerak mulut
Mas
gerak mulut dan
cepat,tetapi gerak
operculum normal operculum normal
17
Badan miring saat
Satu ekor mati, berenang
berenang, berenang ke normal, agresif, gerak
Lele
permukaan, gerakan
mulut dan operculum
normal normal
Mengeluarkan banyak
Mengeluarkan banyak
feses, gerak mulut dan fese, gerak berenang
Mas operculum cenderungnormal, gerak mulut dan
cepat operculum cepat, satu
35 ekor mati.
Berenang cepat, kearah Berenang terbalik, mulai
Lele dasar, gerak mulut agresif, tetapi gerak mulut
normal normal
Berdasarkan pengamatan, tingkah laku ikan mas dan lele selama
perendeman cenderung berubah ubah setiap menitnya. Terdapat satu ekor ikan
mas mati dari lima ikan mas pada toples dosis 2x PK, dan dari 4 ekor ikan lele
pada 2 x dosis PK terdapat satu yang mati. Ikan yang mati tersebut mengeluarkan
banyak lendir.
Berikut ini merupakan hasil dari pengamatan perubahan morfologi pada
ikan mas dan lele setelah dilakukan perendaman selama 60 menit dengan PK.
Tabel 2. Perubahan morfologi luar dan organ dalam hasil nekropsi pada ikan
yang mati sesudah perendaman dengan obat PK

Perubahan
Jenis ikan Dosis Gambar/foto
Morfologi

Mas

Organ luar
2x

Lele

Mas

2x Organ dalam

Lele

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan melihat perubahan


morfologi organ luar dan dalam tubuh ikan mas dan lele dengan teknik nekropsi
didapatkan hasil bahwa tidak ada perbahan yang menonjol pada organ luar tubuh
ikan lele dan mas. Tetapi pengamatan hanya dilakukan pada ikan yang sudah mati
saja yaitu pada pemberian dua kali dosis PK. Sedangkan pada organ dalam kedua
jenis ikan tersebut mengalami perubahan warna organ menjadi sangat pekat, yaitu
warna merah keunguan, selain perubahan warna tidak ada lagi perubahan yang
ditunjukan oleh organ dalam kedua jenis ikan tersebut.

3.2.Pembahasan
Larutan Kalium Permanganat (KMnO4) adalah oksidator kuat yang dapat
mengoksidasi etilen yang berada pada lingkungan buah dalam penyimpanan. Kalium
permanganat tersedia dalam bentu serbuk ataupun larutan berwarna violet. Kalium
permanganate merupakan alkali austik yang akan terdisosiasi dalam air membentuk ion
permanganat (MnO4-). Bersamaan dengan terbentukmya molekul oksigen elemental,
karena itu bahan ini bersifat osidator. Metode pemberian kalium permanganat dapat
melalui perendaman. Pada penggunaan kalium permanganat dalam jumlah dosis
berlebih dapat menimbulkan efek samping bilaalkalin bersifa sedikit asam akan
membentuk endapan mangan oksida yang mampu menimbukan kerusakan pada ikan.
Kalium permanganat dapat membunuh beberapa cendawan seperti Saprolegnia, Achlya,
dan beberapa pathogen lain seperti Dactyrogyrus, Gyrodactylus, Arqulus.
Methylene blue adalah sintetik obat pertama yang sepenuhnya digunakan
dalam pengobatan, obat yang sering digunakan untuk penyakt jamur, pathogen
protozoa dan mikroorganise lainnya. Dalam kondis fisiologis mb adalah kation
biruyang mengalami siklus redoks katalitik. Dosis pelarutan yang tepat adalah 5 gram
per 100 liter air, anda dapat menyesuaikan dengan volume air yang digunakan. Pada
penggunaan kalium permanganat dalam jumlah dosis berlebih dapat menimbulkan efek
samping jika penggunaan dosis berlebih akan menimbulkan kemtian pada ikan. Metode
perendaman yang dapat dilakukan dengan cara perendaman. pemberian methylene blue
untuk mengobati ikan dari patogen seperti white spot, Aeromonas hydrosphila .
Melacite green merupakan desinfektan yaitu suatu xat yang dapat menghambat
tumbuhnya jamur ataupun mikroorganisme pengganggulainnnya. Bahan ini merupakan
bahan yang biasa digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan parasite golongan
protozoa. Pathogen yang menyerang biasanya cendawan seperti Saprolegnia, Achlya.
Efek samping dalam pengobatan ikan menggunaan melacite green adalah larutan ini
dapat melekat pada apa saja, dapat menimbulkan akibat buruk pada filter biologi dan
berbahaya apabila terhirup oleh manusia.
Garam berfungsi menyeleksi mikroorganisme yang menghasilkan enzim
proteolitik. Enzim proteolitik yang dihasilkan oleh bakteri halofilik akan memecah
protein menjadi asam amino khususnya asam glutamat yang berperan dalam
pembentukan rasa gurih pada makanan (Estiasih, 2009). Garam memiliki karakteristik
higroskopis yang bearti mudah menyerap air, Natrium Clorida berperan untuk mengatur
cairan antar sel (ekstraseluler) sebagai pengaruh teknanan osmotic pada cairan dan
emnagtur keseimbangan sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada kadar
garam yang tinggi dapat berfungsi untuk mematikan penyakit terutama yang diakibatkan
oleh bakteri dan jamur. Jika kadar garam dalam air tinggi akan menimbulan efek samping
kadar garam lebih tinggi dari kadar garam darah, air akan keluar dari dalam tubuh
ikandan garam akan masuk kedalam darahakibatnya ikan akan terdehidrasi lalu ikan
akhirnya akan mati.
Formalin adalah larutan formaldehid. Formaldehid yang terkandung dalam
formalin dapat digunakan sebagai desinfektan. Formaldehid dapat mematikan jaringan
dengan cara mendenaturasi protein sehingga jaringan kehilangan fungsi biologisnya.
Penggunaan formalin harus berhati hati karena dalam knsentrasi tinggi dapat
membahayakan bagi hewan, manusia, dan lingkungan. Efek samping pada kandungan
formalin dan dalam dosis yang berlebih akan membahayakan ikan bahkan ikan dapat
mengalami kematian. Metode pemberian formalin dengan cara perendaman (dipping)
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini adalah lama perendaman obat dapat
mempengaruhi keefektifan obat tersebut dan dapat mengubah obat tersebut
menjadi toksik sehingga ikan mati. Tingkat keamanan obat dapat dilihat dari
dosis. Penggunaan dosis sangat mempengaruhi kinerja obat terhadap tubuh ikan.
Sehingga, dibutuhkan dosis yan sesuai untuk setiap ikan yang berbeda agar obet
dapat bekerja dengan optimal dan tidak berbahaya bagi ikan.

5.6. Saran
Akan lebih baik jika penggunaan ikan pada praktikum menggunakan ikan sakit
yang berukuran yang lebih besar sehingga kerja obat dapat dilihat secara lebih spesifik
pada penyakit tertentu dengan dosis berbeda.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Desniar, Poernomo, D dan Wijatur, W. 2009. Pengaruh Konsentrasi Garam pada Peda
ikan Kembung (Rastrelliger sp.) dengan Fermentasi Spontan. [Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan indonesia Vol XII Nomor 1 Tahun 2009]. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan,Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Prasetya.2009.Prevalensi ektoparasit yang menyerang benih ikan koi bursa ikan


mas surabaya.Surabaya (ID) : Universitas Airlangga

Suwarsito dan Mustafidah, H. 2011. Diagnosa Penyakit Ikan Menggunakan Sistem Pakar
(Diagnozing Fish Disease Using Expert System). Purwokerto (ID) : Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Usman R. 2007. Parasit pada penyakit ikan. fakultas periknan dan ilmu kelautan. Padang
(ID) : Universitas Bung Hatta
VII. LAMPIRAN

Gambar 1 Perendaman ikan mas dengan dosis 4 ppm Gambar 2Perendaman ikan mas dengan dosis 8
ppm

Gambar 3 Perendaman ikan lele dosis 4 ppm Gambar 4 perendaman ikan lele dosis 4 ppm

Anda mungkin juga menyukai