RINGKASAN
Nila merah merupakan salah satu komoditas dengan pasar yang terus
berkembang baik dalam lingkup lokal maupun ekspor, karena menjadi komoditas
ekspor pengganti ikan kurisi merah. Total produksi nila nasional pada tahun 2017
mengalami kenaikan sebesar 3,6% dibandingkan tahun 2016, yaitu naik dari 1,14
juta ton menjadi 1,15 juta ton. Nilasa merupakan ikan hasil hibridasi dari strain
NIFI, Citralada, Singapur, dan Filipina disebutkan sebagai komoditas unggul baru
dalam perikanan budidaya guna menunjang peningkatan produksi perikanan.
Tujuan praktik kerja lapangan (PKL) yaitu untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman serta dapat mengidentifikasi permasalaha yang
dihadapi dalam kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan nila merah nilasa di
lokasi PKL.
Kegiatan pembenihan ikan nila merah nilasa di Unit Kerja Budidaya Air
Tawar (UKBAT) Cangkringan meliputi pemeliharaan dan pemijahan induk,
pemanenan larva, dan pemeliharaan benih. Kegiatan pemeliharaan induk diawali
dengan persiapan wadah kemudian pemberian pakan. Pakan induk yang diberikan
berupa pelet apung yang diberikan dengan feeding rate (FR) 2% dari bobot induk
dengan frekuensi pemberian pakan dua kali dalam sehari. Sex ratio antara induk
jantan dan betina adalah 1:3 ekor dengan bobot betina >200 g dan bobot jantan
>250 g. Metode pemijahan di UKBAT Cangkringan dilakukan secara alami dalam
wadah berupa kolam semi permanen. Pemijahan yang dilakukan dalam satu siklus
dengan penggunaan tujuh unit kolam menghasilkan 1.023.264 ekor larva dengan
nilai fertilization rate (FR) 97%, hatching rate (HR) 73%, dan survival rate (SR)
96%. Benih dipanen secara parsial mulai hari ke-10 sejak penebaran induk dan
secara total pada pemeliharaan induk setelah 1,5 bulan. Jumlah benih yang ditebar
pada kolam pemeliharaan seluas 400 m2 di UKBAT Cangkringan sebanyak
120.000 ekor dengan bobot 0,009 g dan panjang 0,012 cm setiap ekor.
Pemeliharaan benih dilakukan hingga benih mencapai ukuran 2–3 cm
yang dilakukan selama 21 hari. Pakan yang diberikan berupa pakan tepung buatan
dengan kandungan protein 38%. Metode pemberian pakan adalah restricted
dengan jumlah 800–850 g hari-1. Frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari pada
pagi, siang, dan sore. Feed conversion ratio (FCR) yang diperoleh sebesar 0,8 dan
laju pertumbuhan mutlak harian (GR) sebesar 0,01 g hari-1 serta laju pertumbuhan
spesifik (LPS) sebesar 12,5% hari-1. Monitoring kualitas air dilakukan setiap tujuh
hingga sepuluh hari. Kegiatan Sampling benih dilakukan satu kali seminggu sejak
penebaran hingga panen, yaitu sebanyak empat kali. Benih dipanen dengan
melakukan penyurutan kolam terlebih dahulu, setelah surut dan benih berkumpul
di kamalir, diserok dan ditebar di hapa tampung untuk dilakukan sortasi dan
Sampling. Panen dilakukan sesuai permintaan konsumen dan ketersadiaan dengan
ii
iii
Laporan Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya pada
Program Studi Teknoolgi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Penguji pada ujian Laporan Akhir: Dr. Ir. Cecilia Eny Indriastuti, M.Si
v
Judul laporan akhir : Pembenihan dan Pembesaran Nila Merah Oreochromis sp.
Nilasa di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya
Nama : Luthfiyyah Adji Priyantini
NIM : J3H818116
Disetujui oleh
Pembimbing 1:
__________________
Muhammad Arief Mulya, S.Pi, M.Si
Pembimbing 2:
__________________
Dr. Wiyoto, S.Pi, M.Sc
Diketahui oleh
Ketua Program Studi:
Dr. Wiyoto, S.Pi, M.Sc __________________
NIP 201807197702011001
Dekan Sekolah Vokasi:
Dr. Ir. Arief Darjanto, M.Ec __________________
NIP 196106181986091001
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanaahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga pennulis dapat menyelesaikan tugas akhir kegiatan
praktik kerja lapangan (PKL) yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2021
sampai bulan Mei 2021 dengan judul “Pembenihan dan Pembesaran Nila Merah
Oreochromis sp. Nilasa di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Balai Pengembangan
Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta”. Tugas akhir ini disusun sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Teknologi
Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Sekolah Vokasi Institut Pertanian
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada para pembimbing, Bapak Muhammad
Arif Mulya, S.Pi, M.Si dan Bapak Dr. Wiyoto, S.Pi, M.Sc yang telah
membimbing dan banyak memberi saran. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada pembimbing akademik, moderator seminar, dan penguji luar komisi
pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala
BPTPB Yogyakarta, Kepala Budidaya Air Tawar BPTPB, Kepala UKBAT
Cangkringan, serta para staff dan karyawan UKBAT Cangkringan maupun
BPTPB Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan dalam
melaksanakan PKL. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
bunda, seluruh keluarga, teman-teman, dan berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan, doa, dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam karya ilmiah ini yang
disebabkan keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan, sekaligus
menambah pengetahuan tentang kegiatan budidaya ikan nila merah nilasa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xiv
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan2
II METODE 3
2.1 Lokasi dan Waktu 3
2.2 Komoditas 3
2.3 Metode Kerja 4
III KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 5
3.1 Letak Geografis 5
3.2 Sejarah 5
3.3 Struktur Organisasi 6
3.4 Tugas dan Fungsi 6
3.5 Sumber Daya Manusia 7
IV INFRASTRUKTUR DAN SARANA PRODUKSI 8
4.1 Fasilitas Utama Kegiatan Pembenihan 8
4.2 Fasilitas Pendukung Kegiatan Pembenihan 13
4.3 Fasilitas Utama Kegiatan Pembesaran 15
V KEGIATAN PEMBENIHAN 18
5.1 Pemeliharaan dan Pemijahan Induk 18
5.2 Pemanenan Larva 24
5.3 Pemeliharaan Benih 27
VI KEGIATAN PEMBESARAN 35
6.1 Persiapan Wadah 35
6.2 Penebaran Benih 35
6.3 Pemberian Pakan 36
6.4 Pengelolaan Kualitas Air 37
6.5 Pencegahan dan Pemberantasan Hama dan Penyakit 38
6.6 Sampling Pertumbuhan 40
6.7 Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen 41
VII ASPEK USAHA 44
7.1 Pembenihan 44
7.2 Pembesaran 48
VIII PENUTUP 53
8.1 Kesimpulan 53
8.2 Saran 53
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN 56
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1Pola tanam pemindahan induk ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa
di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta 56
2Pola tanam pembenihan ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa Unit
Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengmbangan
Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta 57
3Pola tanam pembesaran pembenihan ikan nila merah Oreochromis sp.
nilasa Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta 58
4Biaya investasi kegiatan pembenihan ikan nila merah Oreochromis sp.
nilasa Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta 59
5Biaya investasi kegiatan pembesaran ikan nila merah Oreochromis sp.
nilasa Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta 61
6Data Sampling benih ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di Unit
Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengmbangan
Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta 62
7Data Sampling calin ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di Unit
Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengmbangan
Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta 62
8Perhitungan rasio konversi pakan (FCR, feed conversion ratio) kegiatan
pembenihan ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa Unit Kerja
Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi
Perikanan Budidaya Yogyakarta 63
9Perhitungan rasio konversi pakan (FCR, feed conversion ratio) kegiatan
pembesaran ikan nila merah nilasa Unit Kerja Budidaya Air Tawar
Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya
Yogyakarta 63
10Perhitungan laju pertumbuhan mutlak harian (GR, growth rate)
kegiatan pembenihan ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa Unit
Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengmbangan
Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta 63
11Perhitungan laju pertumbuhan mutlak harian (GR, growth rate)
kegiatan pembesaran ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa Unit
Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengmbangan
Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta 64
12Perhitungan laju pertumbuhan spesifik kegiatan pembenihan ikan nila
merah Oreochromis sp. nilasa Unit Kerja Budidaya Air Tawar
Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya
Yogyakarta 64
13Perhitungan laju pertumbuhan spesifik kegiatan pembesaran ikan nila
merah Oreochromis sp. nilasa Unit Kerja Budidaya Air Tawar
Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya
Yogyakarta 64
xiv
I PENDAHULUAN
Tahun 2018, produksi ikan global diperkirakan mencapai sekitar 179 juta
ton dengan 82 juta ton diantaranya dihasilkan dari kegiatan akuakultur, tercatat
menghasilkan 46% dari total produksi ikan global (FAO 2020). Direktorat Jendral
Perbendaharaan (DJPB) tahun 2013, menyatakan bahwa pada tahun 2009 total
produksi nila terus mengalami peningkatan hingga mencapai 909.016 ton di tahun
2013. Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang telah dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia, salah satu komoditas dengan pasar yang terus berkembang baik dalam
lingkup lokal maupun ekspor. Beberapa jenis yang telah dikembangkan dan
dikenal oleh pembudidaya adalah nila merah, nila Bogor enhanced strain tilapia
(BEST), nila srikandi, nila nirwana, nila salina, dan nila genetically supermale
indonesia tilapia (GESIT). Data terbaru menunjukkan bahwa total produksi nila
nasional terjadi pada tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 3,6% dibandingkan
tahun 2016, yaitu naik dari 1,14 juta ton menjadi 1,15 juta ton (DJPB 2018).
Ikan nila merah menjadi komoditas ekspor pengganti ikan tai (red sea
bream) yang disukai oleh konsumen dunia karena memiliki warna daging yang
menarik, lezat rasanya dan tidak memiliki duri antar muskular (Nugroho et al.,
2014). Ikan tai dan ikan nila merah memiliki rasa daging yang mirip ikan kakap
merah. Ikan nila merupakan jenis ikan yang berasal dari Sungai Nil, Mesir
(Andrianto 2005). Nila merah merupakan jenis ikan yang diintroduksi dari luar
negeri. Bibit ikan ini didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar Bogor pada tahun 1969 (Kordi 2010). Satu upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas budidayanya dengan cara hibridisasi.
Menurut Rustadi et al. 2012, nila merah memiliki pertumbuhan yang cepat,
mampu bertahan hidup pada lingkungan dengan kepadatan tinggi, memiliki
toleransi yang luas terhadap berbagai kondisi lingkungan seperti kemampuan
bertahan hidup dalam air tawar, air payau, dan air laut. Ikan nila merah memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan ikan air tawar yang lain.
Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK-BAT) Cangkringan merupakan
instansi yang melakukan pemuliaan terhadap ikan nila merah strain nilasa dengan
teknik hibridasi. Perbaikan genetik yang ditempuh dengan teknik hibridisasi atau
persilangan dan seleksi individu. Ikan nila merah nilasa dihasilkan untuk
meningkatkan kualitas ikan nila merah dari segi kecepatan pertumbuhan,
ketahanan terhadap penyakit, toleransi terhadap salinitas, dan ketahanan terhadap
perubahan suhu. Ikan nila merah nilasa sebagai komoditas unggul baru dalam
perikanan budidaya guna menunjang peningkatan produksi perikanan
(Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012), oleh karena itu Unit Kerja Budidaya
Air Tawar (UK-BAT) Cangkringan dipilih sebagai lokasi Praktik Kerja Lapangan
(PKL) dengan komoditas nila merah nilasa.
PKL dilakukan sebagai salah satu tugas akhir mahasiswa Sekolah Vokasi,
Institut Pertanian Bogor. PKL dilakukan untuk menambah pengetahuan dan
mempelajari secara langsung mengenai cara pembenihan dan pembesaran
terhadap komoditas tertentu. PKL juga dilakukan untuk melatih keterampilan
profesi, dan mendapatkan pengalaman di dunia kerja.
2
I.2 Tujuan
II METODE
II.2 Komoditas
Klasifikasi ikan nila merah menurut Cholik et al. (2005) adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
4
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis sp.
Suhu optimum untuk pertumbuhan ikan nila kisaran 25–33 ºC dan dapat
hidup pada kisaran pH 6,0-8,5 (Suyanto 2010). Budidaya ikan nila merah dapat
dilakukan di air tawar maupun di air laut (Haryadi et al. 2015). Ikan nila yang
dipelihara di media bersalinitas lebih baik dalam memanfaatkan energi dalam
pakannya (Aliyas et al. 2016). Ikan nila merah memiliki kelebihan dibandingkan
ikan lainnya yaitu pertumbuhan lebih cepat dan mudah dikembangbiakkan,
pemijahan setelah umur 5–6 bulan, dan setelah 1–1,5 bulan berikutnya dapat
dipijahkan lagi, keturunan yang dominan adalah jantan, waktu pemeliharaan
selama 6 bulan benih ikan yang berukuran 30 g dapat mencapai 300–500 g,
toleransi hidupnya terhadap lingkungan cukup tinggi yaitu dapat tahan di air
payau, tahan terhadap kekurangan oksigen terlarut di air, dan nilai ekonominya
cukup tinggi (Leksono dan Syahrul 2001).
Hasil anakan nila merah strain nilasa mempunyai pertumbuhan yang lebih
baik dari tetuanya dan menghasilkan karakter warna tubuh yang beragam yaitu
merah mulus, merah bercak hitam, merah bintik hitam, dan merah albino (putih
kemerahan). Hibridisasi yang dilakukan dapat menghasilkan strain baru yang
memiliki keunggulan dibandingkan dengan tetuanya dalam hal peningkatan
kecepatan pertumbuhan, ketahanan hidup, dan seks rasio, serta penampilan warna
(Said 2011). Rekayasa hibridisasi ikan nila merah terbukti mampu meningkatkan
keragaman genetik yang menghasilkan ikan nila yang unggul dalam pertumbuhan
dan karakter warna yang baik (Rahman dan Arif 2012).
BPTPB Yogyakarta menghasilkan ikan nila merah dengan strain baru
dengan metode hibridisasi, yakni ikan nila merah nilasa atau nila Cangkringan.
Ikan nila merah nilasa dihasilkan untuk meningkatkan kualitas ikan nila merah
dari segi kecepatan pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, toleransi terhadap
salinitas, dan ketahanan terhadap perubahan suhu. Ikan nila merah nilasa sebagai
komoditas unggul baru dalam perikanan budidaya guna menunjang peningkatan
produksi perikanan (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012)
III.2 Sejarah
Gambar 3 Struktur organisasi Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
yang terdiri dari kepala UKBAT Cangkringan, koordinator dan staf UKBAT
Cangkringan.
BPTPB mempunyai tugas menyelenggarakan pengembangan teknologi
budidaya air tawar, air payau dan air laut. BPTPB mempunyai fungsi sebagai
berikut:
a. Penyusunan program balai;
b. Pelaksanaan pengembangan, dan penerapan teknologi budidaya air tawar, air
payau dan air laut ;
c. Pelaksanaan perbenihan perikanan air tawar, air payau, dan air laut;
d. Pelaksanaan pengelolaan induk ikan;
e. Penyelenggaraan ketatausahaan;
f. Penyelenggaraan evaluasi dan penyusunan laporan program Balai;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan pimpinan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
h. Balai dari kepala balai, subbagian tata usaha. seksi budidaya air tawar, seksi
budidaya air payau dan air laut, dan kelompok jabatan fungsional.
Tenaga kerja merupakan suatu sumber daya utama yang sangat dibutuhkan
dalam suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksi agar dapat berjalan
sesuai dengan tujuan. UKBAT Cangkringan memiliki tenaga kerja dengan jabatan
dan fungsi kerja masing-masing. Jumlah sumber daya manusia pada perusahaan
ini sebanyak 15 orang. Jenjang pendidikan dan jumlah pegawai pada UKBAT
Cangkringan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Tingkat pendidikan pegawai Unit Kerja Budidaya Air Tawar
Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya
Yogyakarta
Tingkat Pendidikan SD SLTA S1
Jumlah 2 8 5
8
Gambar 4 Kolam pemeliharaan dan pemijahan Induk Unit Kerja Budidaya Air
Tawar Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi Perikanan
Budidaya Yogyakarta
a b
Gambar 7 Filter tengah Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
a b
Gambar 8 Sistem aerasi Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta: a)
saluran inlet dan b) saluran outlet
IV.1.6 Peralatan
a b c d
e f
Gambar 9 Peralatan kegiatan pembenihan Unit Kerja Budidaya Air Tawar
Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya
Yogyakarta: a) paralon panen b) kalo c) ember seleksi d) ember
plastik e) krembeng dan f) serok induk
Lanjutan Tabel 2
Nama Barang Bahan Spesifikasi Kegunaan
Ember Seleksi Plastik Mata Ø 0,5 cm Membantu sortasi
Mata Ø 1 cm berdasarkan
ukuran
Cangkul Besi - Membalikkan
tanah
Membuat kamalir
Mengeluarkan
sedimen
Pasak Hapa Besi Panjang 10 cm Menahan hapa
Sorok Kayu Tinggi 1,5 m Meratakan dan
membalikkan
tanah
Ember Besi Volume 10 L Wadah
pemanenan larva
Ember Plastik Volume 10 L Wadah membawa
pakan
Wadah panen
larva
Piring Plastik Ø 20–25 cm Alat bantu
memberi pakan
Gambar 10 Gudang pakan utama Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan
Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Gambar 11 Lahan parkir Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Kantor unit (Gambar 12) memiliki luas bangunan 228 m2. Kantor UKBAT
Cangkringan terdiri dari ruang penyimpanan, ruang administrasi, ruang kepala
unit, ruang tamu, kamar mandi, serta teras. Kantor unit memiliki posisi strategis,
14
Gambar 13 Ruang istirahat Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Gambar 14 Motor pick-up Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Gambar 15 Hi-blow bangsal Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Gambar 16 Kolam pemeliharaan benih calin ikan nila merah Oreochromis sp. di
Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan
Teknologi Perikanan BudidayaYogyakarta
IV.3.2 Peralatan
a b
Gambar 17 Gudang pakan Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta: a)
Gudang Pakan Selatan dan b) Gudang Alat Selatan
18
V KEGIATAN PEMBENIHAN
Gambar 18 Pengapuran kolam ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di Unit
Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan
Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Induk nila jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat morfologisnya.
Induk jantan memiliki tubuh yang lebih ramping, memipih, membulat bervolume
dengan warna lebih cerah dibandingakan betina, serta bibir melebar. Induk betina
memilikir tubuh lebih kecil, bervolume, memanjang, dengan warna lebih pucat
dibandingkan jantan, serta bibir meruncing. Organ genital pada jantan (Gambar
19a) runcing menonjol, sedangkan pada betina (Gambar 19b) berbentuk bulat
cekung.
a b
Gambar 19 Organ genital induk Oreochromis sp. nilasa di Unit Kerja Budidaya
Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi Perikanan
Budidaya Yogyakarta: a) jantan dan b) betina
Gambar 20 Kegiatan seleksi induk ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di
Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan
Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Induk yang ditebar merupakan induk nila merah strain nilasa grade parent
stock yang merupakan hasil keturunan dari pemuliaan UKBAT Cangkringan.
Jumlah induk yang terdapat di UKBAT Cangkringan sebanyak delapan paket
dengan 2640 ekor betina dan 840 ekor jantan. Ukuran induk betina yang ditebar
memiliki kriteria bobot antara 200–300 g dan induk jantan 250–400 g dengan
umur diatas sepuluh bulan untuk indukan benih sebar, telah selesai masa breeding,
tidak cacat dan tidak sakit. Induk yang telah melalui seleksi dapat diangkut
menggunakan krembeng dengan metode pengangkutan terbuka oleh pekerja
(Gambar 21).
Gambar 21 Pengangkutan induk ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di Unit
Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan
Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Gambar 22 Pakan induk ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di Unit Kerja
Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi
Perikanan Budidaya Yogyakarta
Gambar 23 Stimulan induk Oreochromis sp. nilasa di Unit Kerja Budidaya Air
Tawar Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi Perikanan
Budidaya Yogyakarta
22
a b
Gambar 24 Pemijahan induk ikan nila merah Oreochromis sp. di Unit Kerja
Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi
Perikanan Budidaya Yogyakarta: a) sarang induk dan b) induk
betina mengerami telur
23
Tabel 4 Kualitas air kolam induk di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan
Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Parameter Hasil Pengukuran
Suhu 26,16–29,35 oC
DO 6,21–6,90 mg L-1
pH 7,36–7,47
TDS 0,12–0,15 g L-1
Kekeruhan 3,90–18,87 NTU
Pengecekan kualitas air dilakukan di tiga titik, yaitu inlet, outlet, dan sisi
tengah kolam. Pengecekan dilakukan antara jam delapan dan jam sepuluh pagi.
Pengecekan dilakukan dengan didampingi karyawan UKBAT Cangkringan.
24
a b
Gambar 25 Monitoring kualitas air kolam induk di Unit Kerja Budidaya Air
Tawar Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi Perikanan
Budidaya Yogyakarta: a) alat water quality checker dan b) kegiatan
pengukuran kualitas air
penyurutan kolam total, dan panen total. Larva yang dipanen secara parsial akan
ditampung di hapa tamping terlebih dahulu sebelum ditebar di kolam
pemeliharaan benih.
Gambar 27 Hapa tampung larva di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan
Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Kolam akan disurutkan secara bertahap sejak hari ketujuh sejak penebaran
induk. Kolam dikungari volumenya dengan cara mengecilkan debit air masuk
mealui inlet, inlet akan dihalangi oleh batu untuk menyesuaian debit air yang
masuk. Kolam disurutkan hingga ketinggian air 50–60 cm. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah karyawan memonitoring dan menangkap larva. Monitoring
dilakukan pada pagi hari sebelum kegiatan dan setelah kegiatan saat melewat
perjalanan menuju kolam yang akan dipanen maupun monitoring mandiri.
Larva ikan nila berada di kolam yang sama dengan induk. Larva akan
bergerombol secara alami. Larva berpotensi dimakan oleh induk maupun hama,
karena itu dilakukan penyerokan larva sejak hari ke- 10 ataupun saat pengontrolan
kolam telah terlihat gerombol larva. Larva yang muncul dan berenang ke
permukaan air diamati setiap hari dan biasanya larva pertama kali muncul pada
hari ke-10 sampai hari ke-15. Larva yang terlihat pada hari tersebut akan dipanen
secara parsial setiap hari. Dalam sehari panen akan dilakukan sebanyak satu
hingga kali, pada pagi dan siang hari. Hal ini dilakukan karena induk tidak
mengeluarkan larva dalam satu waktu, sehingga diperlukan penyerokan bertahap.
Pemanenan dilakukan menggunakan waring larva berbahan kain dengan
diameter lubang waring 2 - 3 mm. Penyerokan dilakukan dengan mengelilingi tepi
kolam. Larva yang telah diserok akan ditampung di dalam ember telebih dahulu,
kemudian akan dipindahkan ke hapa larva yang sebelumnya telah dipasang.
Penebaran larva ke hapa menggunakan ember seleksi untuk larva dengan diameter
26
0,5–1,0 cm. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah persaingan larva dengan
sortasi sesuai ukuran. Larva yang berukuran lebih besar akan dipisahkan untuk
masuk ke kolam yang berbeda.
a b
c
Gambar 29 Kegiatan pemanenan benih ikan nila merah nilasa Oreochromis sp.
nilasa di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta: a)
waring benih b) pemanenan benih dan c) sortasi benih
bagi ikan (Isami et al. 2017). Setelah pengapuran, kolam diberikan pupuk
kandang menggunakan kotoran puyuh dengan dosis 300 g m-2 dan daun
kleresede/gamal (Gliricidia sepium) dengan dosis 100–150 g m-2. Total
penggunaan pupuk untuk persiapan wadah adalah 120 kg. Tahap pemupukan
dapat langsung dilakukan setelah pengeringan, setelah pemberian pupuk,
dilakukan pegeringan kembali selama satu hari, kemudian dilanjutkan dengan
pengisian air hingga ketinggian 80–90 cm, kemudian didiamkan hingga 7–14 hari
sejak pengeringan kolam. Selama tahap pengisian air dilakukan juga pengamatan
pakan alami secara visual dan jika pakan alami belum optimal dilakukan
pemupukan susulan menggunakan pupuk kendang dengan dosis 30–50% dari
dosis awal.
a b
Gambar 30 Pemupukan di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta: a)
pupuk kotoran ayam dan b) pemupukan menggunakan kotoran ayam
dan daun kleresede
Penebaran benih dilakukan setelah empat hingga lima hari benih ditampung
di hapa. Benih yang ditebar telah mengalami penurunan jumlah akibat kematian
selama berada di hapa tampung. Penebaran dilakukan pada pagi ataupun
menjelang sore untuk mencegah stress.
Benih diSampling terlebih dahulu untuk mendapatkan data awal tebaran.
Sampling dilakukan menggunakan kalo dan gelas ukur. Benih yang telah
diSampling kemudian dibawa menggunakan ember untuk ditebar ke kolam
pemeliharaan. Aklimatisasi dilakukan sebelum menebar untuk mencegah stress.
Penebaran dilakukan dengan menenggelamkan dan memiringkan ember secara
perlahan. Padat penebaran benih di UKBAT Cangkringan adalah 200–300 ekor
m-2, hal tersebut telah sesuai dengan standar SNI penebaran standar ikan nila,
yaitu 200–500 ekor m-2.
29
Pemberian pakan beniih di berika pertama kali sehari setelah ditebar. Hal ini
dilakukan karena benih masih beradaptasi setalah ditebar. Pemberian pakan
dilakukan menggunakan pakan tepung buatan, yaitu Pakan Udang Vannamei
Starter PV-0 berbentuk tepung dengan kadar protein minimal 38%, kadar air
maksimal 12%, lemak minimal 6,5%, serat kasar maksimal 3%, dan abu
maksimal 12%. Pakan tersebut merupakan produk Japfa Comfeed buatan PT Suri
Tani Pemuka. Pakan dibarikan sesuai dengan ukuran bukaan mulut dari benih.
Pemberian pakan dilakukan dengan metode restricted dengan jumlah
pemberian pakan harian sebanyak 800–850 g. Frekuensi pemberian pakan adalah
sehari sebanyak tiga kali, yaitu pagi, siang, dan sore. Pakan yang diberikan pada
tujuh hari pertama menggunakan pakan tepung yang dicampur dengan air, pada
hari ketujun dilakukan overlapping dengan pakan kering hingga pemeliharaan hari
ke-20. Pakan diberikan secara manual menggunakan tangan dengan mengelilingi
pinggir kolam menghindari outlet, terutama pada titik-titik gerombol benih.
Pemberian pakan selama satu siklus mengasilkan FCR 0,8.
a b c
Gambar 32 Pakan benih di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta: a)
karung pakan tepung b) pakan tepung c) pemberian pakan
30
Tabel 5 Kualitas air kolam pemeliharaan benih di Unit Kerja Budidaya Air Tawar
Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya
Yogyakarta
Parameter Hasil Pengukuran
Suhu 27,61–29,07 oC
DO 5,1–6,1 mg L-1
pH 7,2-–,3
TDS 0,16–2,57 g L-1
Kekeruhan 5,30–5,45 NTU
0,01 g hari-1 dan laju pertumbuhan spesifik (LPS) sebesar 12,3% hari-1 dengan
bobot dan panjang benih panen masing-masing sebesar 0,21 g dan 2,5 cm.
a b
Gambar 35 Kegiatan pengukuran pertumbuhan benih ikan nila Oreochromis sp.
nilasa di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta: a)
Sampling bobot dan b) Sampling panjang
a b
Gambar 36 Proses persiapan panen benih di Unit Kerja Budidaya Air Tawar
Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya
Yogyakarta: a) penyurutan kolam dan b) pembuatan kamalir
outlet setelah air yang mencapai ketinggian 60–70 cm. Kamalir dibuat
menggunakan cangkul karena dasar kolam berupa tanah. Benih yang telah diserok
menggunakan waring akan diambil menggunakan kalo dan diletakkan ke dalam
krembeng berisi air 25 L yang telah disiapkan selama penyurutan kolam. Air yang
dimasukkan ke dalam krembeng adalah air yang jernih, berasal dari air kolam
yang sama untuk memudahkan benih beradaptasi. Air yang keruh akan
meningkatkan stress pada benih. Benih kemudian dipindahkan ke hapa tamping
untuk dilakukan sortir menggunakan ember seleksi benih dan dilakukan Sampling
berdasarkan ukuran benih.
Sortasi benih dilakukan di hapa tampung. Hapa akan dibagi menjadi tiga
bagian menggunakan bambu sebagai penahan. Masing-masing bagian hapa
digunakan untuk tampungan benih yang akan disortir, benih lolos yang telah
disortir, dan benih yang tidak lolos sortir. Sortasi menggunakan ember seleksi
dengan diameter 0,5 cm. Setelah sortasi selesai dilakukan Sampling jumlah dan
pencatatan. Sampling menggunakan gelas ukur 100 mL. Benih yang berukuran
lebih besar akan dipindahkan menggunakan krembeng, ditebar ke kolam
pendederan. Benih yang lolos seleksi akan dipindahkan ke bangsal penampungan
untuk dijual.
a b
Gambar 37 Kegiatan panen benih ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di Unit
Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan
Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta: a) sortasi dan b)
Sampling
a b
c d
Gambar 38 Pengemasan benih di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan
Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta: a)
pemindahan benih ke bak packing b) persiapan plastik kemas c)
pemberian oksigen dan d) pengikatan plastik
VI KEGIATAN PEMBESARAN
dengan hapa tampung panen benih, setelah dinilai layak tebar benih langsung
ditebar sambil dihitung jumlah yang masuk ke kolam tebar.
Benih yang ditebar merupakan benih golongan gelondong dengan kriteria
sehat, tidak cacat, tidak memiliki gejala maupun tanda penyakit, serta memenuhi
standar bobot penebaran. Benih yang ditebar pada kolam 528 m2 memiliki bobot
rata-rata 40 g. Benih ditebar dengan padat tebar 3 ekor m -2, total benih yang
ditebar berjumlah 1580 benih dipelihara selama dua bulan.
Gambar 40 Sortasi benih tebar di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan
Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Pakan yang digunakan adalah pelet apung dengan ukuran 2–3 mm. Pakan
dengan merk Japfa Comfeed SPLA 12-2 buatan PT. Suri Tani Pemuka memiliki
kadar protein 32-34%, lemak min. 8%, serat kasar maks. 4,5%, abu maks. 11%,
dan kadar air maks. 12%. Berat setiap karung berisi 30 kg dengan harga setiap
karung Rp280,000.
Pakan diberikan dengan metode satiation dan teknik hand feeding.
Pemberian pakan dilakukan sehari 2 kali. Waktu pemberian dilakukan pada pagi
menjelang siang dan pada siang hari menjelang sore, yaitu jam 09.00–10.00 dan
14.00–15.00. Pemberian pakan dilakukan secara manual menggunakan piring.
Pakan yang telah dibawa menggunakan ember diberikan menggunakan piring di
satu titik sisi kolam. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari dengan
pemberian di bulan pertama sebanyak 2,6–2,9 kg hari -1 dan pada bulan kedua
sebanyak 2,9–3,2 kg hari-1, dari total pemberian pakan sebanyak 163 kg selama
pemeliharaan dua bulan didapatkan FR rata-rata sebesar 3,28% dari bobot tubuh
dengan FCR 1,1. Penghitungan pakan dapat dilihat di lampiran
37
a b
Gambar 41 Pakan kegiatan pembesaran ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di
Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan
Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta a) kemasan Japfa
Comfeed SPLA 12-2 dan b) bentuk pakan calin
Tabel 6 Data pengukuran kualitas air kolam pembesaran di Unit Kerja Budidaya
Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi Perikanan
Budidaya Yogyakarta
Parameter Hasil Pengukuran
Suhu 28,78–31,5 oC
DO 4,32–11,5 mg L1
pH 7,12–7,9
TDS 0,104–0,16 g L-1
a b
Gambar 42 Pengelolaan kualitas air di Unit Kerja Budidaya Air Tawar
Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya
Yogyakarta: a) perawatan filter dan b) pengukuran kualitas air
38
Parasit yang biasanya menyerang ikan nila adalah Trichodina sp. yang
biasanya menyerang bagian luar seperti kulit, sirip dan insang. Tandanya terlihat
luka pada organ-organ yang diserang. Selain itu, Epistylis spp., umumnya
menyerang organ-organ bagian luar seperti kulit, insang dan sirip. Gejala
klinisnya dapat dilihat dari bagian insangnya berwarna merah kecoklatan, ikan
sukar bernafas, gerakan lambat dan pertumbuhannya terhambat. Penularan
penyakit terjadi karena kontak langsung dengan ikan yang sakit. Pencegahannya
dengan mengurangi padat tebar ikan. Penyakit bercak merah yang disebabkan
oleh bakteri Aeromonas dan Pseudomonas, menyerang organ bagian dalam dan
luar. Ciri-cirinya terdapat pendarahan pada bagian tubuh yang terserang, sisik
terkelupas, perut membusung, kulit akan terlihat borok, ikan terlihat lemah, dan
sering muncul ke permukaan kolam.
Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan persiapan wadah
budidaya yang baik. Pemberian pakan yang sesuai juga membantu mencegah
penyakit pada ikan. Perawatan lingkungan sekitar dengan memangkas rumput dan
perawatan saluran air.
Tindakan pemberian vaksin juga menjadi pencegahan penyakit. Ikan yang
dibudidaya untuk menjadi calin telah divaksin terlebih dahulu. Benih divaksin
untuk mencegah terserang Streptococcus sp. dan Aeromonas sp. Menggunakan
vaksin StreptoVac dan HydroVac.
Ikan diberikan pakan vitamin ditengah pada minggu ke 3–4 pemeliharaan
menggunakan Grotop, Premix Aquavit, dan Progol dengan campuran masing-
masing 100 g. Campuran ketiganya dilarutkan dengan air dan dicampurkan ke
dalam 10 kg pakan dan diberikan selama tiga hingga empat hari dengan
pemberian satu kali sehari pada waktu pemberian pakan siang hari, pakan
diberikan hingga habis.
Selama kegiatan PKL ikan-ikan yang mati akan dibuang keluar kolam
pemeliharaan dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut. Ikan
dengan gejala klinis berenang miring ditemukan di kolam pemeliharaan, gejala
tersebut mengindikasikan ikan terserang bakteri Streptococcus sp. yang
menyerang bagian saraf ikan. Kolam dengan ikan yang menunjukkan gejala
penyakit akan diberikan obat merk Blue Copper. Diberikan dengan dosis 0,15
39
a b
Gambar 44 Penanganan penyakit di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan
Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta: a)
Blue Copper dan b) pengaplikasian Blue Copper
a b
Gambar 45 Ektoparasit calin ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di Unit
Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan
Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta: a) Chilidogyrus sp. dan
b) Gyrodactylus sp.
a b
Gambar 46 Sampling pertumbuhan calin ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa
di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta a)
pengambilan sampel dan b) Sampling panjang calin
a b
41
c
Gambar 47 Kegiatan pemanenan calin ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di
Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
PengembanganTeknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta: a)
penyurutan kolam b) pemasangan hapa tampung dan c) penyerokan
calin
a b
Gambar 48 Kegiatan pemanenan calin ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di
Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan
Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta: a) sortasi calin dan b)
Sampling bobot calin
Bobot rata-rata calin yang dipanen seberat 150 g. Calin yang akan dijual
akan diserok dari kolam penampungan ke bak packing. Plastik packing disiapkan
dengan ukuran 60 cm × 120 cm dirangkap dua untuk mencegah kebocoran.
Plastik diisi dengan air sebanyak tujuh hingga delapandan diletakkan di baskom
untk memudahkan memasukkan ikan. Kemudian kantong yang telah diisi ikan
maksimal 30 ekor akan ditambahkan oksigen dengan perbandingan 1:2 terhadap
air dan diikat menggunakan karet tiga rangkap agar tidak mudah lepas
42
Gambar 49 Pengangkutan hasil panen calin calin ikan nila merah Oreochromis
sp. nilasa di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
a b
c
Gambar 50 Packing calin ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di Unit Kerja
Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi
Perikanan Budidaya Yogyakarta: a) persiapan packing b) pemberian
oksigen dan c) pengangkutan pasca packing
43
VII.1 Pembenihan
VII.1.1 Pemasaran
Biaya investasi merupakan alokasi dana dalam suatu usaha. Biaya investasi
meliputi biaya yang digunakan pada awal kegiatan usaha yang bersifat tidak habis
dalam satu kali produksi dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Biaya investasi yang dibutuhkan adalah Rp106.620.000,00 Biaya investasi
ditunjukkan pada Lampiran 4.
Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan meskipun kegiatan produksi
tidak berjalan. Total biaya tetap yang dikeluarkan pada kegiatan pembenihan ikan
nila merah nilasa yaitu Rp167.433.897,00 tahun-1. Biaya tetap yang dikeluarkan
selama satu tahun disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Biaya Tetap Pembenihan ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di Unit
Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi
Perikanan Budidaya Yogyakarta
Komponen Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total (Rp
(Rp) tahun)
Sewa Lahan 12000 m2 1.500 18.000.000
Karyawan 6 bulan 1.800.000 10.800.000
Listrik 1 bulan 150.000 1.800.000
Pakan Induk 3326 kg 9.000 149.688.000
Perawatan 1% Investasi 1.114.130
Penyusutan 12.689.283
Total 167.433.897
Lanjutan Tabel 8
Harga Satuan Total
Komponen Jumlah Satuan
(Rp) (Rp Tahun-1)
Boster Premix 105 bungkus 60.000 6.300.000
Aquavita
Egg Stimulan 105 bungkus 20.000 2.100.000
Boster Protect Plus 105 bungkus 15.000 1.575.000
Boster Progol 105 bungkus 10.000 1.050.000
Total 54.116.202
Total cost adalah total biaya yang dikeluarkan selama kegiatan produksi
dalam satu tahun. Biaya total kegiatan pembenihan ikan nila merah nilasa selama
satu tahun yaitu Rp248.207.615,00. Biaya total diperoleh berdasarkan perhitungan
Total revenue adalah penerimaan atau pjumlah uang yang diperoleh dari
hasil penjualan selama satu tahun. Penerimaan produk pembenihan ikan nila
merah nilasa dalam satu tahun yaitu Rp309.351.150,00 tahun-1. Penerimaan
diperoleh berasarkan perhitungan berikut.
VII.1.8 Keuntungan
R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya. Suatu
usaha layak apabila memiliki R/C ratio >1. Semakin tinggi R/C ratio yang
dihasilkan, maka semakin layak usaha yang dijalankan.
R/C Ratio =
= = 1,25
BEP adalah keadaan dimana tingkat penjualan suatu usaha mencapai titik
impas yaitu berada pada keadaan tidak untung dan tidak rugi. BEP menjelaskan
jumlah produksi minimal yang harus diproduksi. Apabila nilai BEP unit lebih
besar dari unit yang diproduksi dan BEP harga lebih rendah dari harga yang
berlaku, maka suatu usaha dapat dikatakan layak. Perhitungan BEP sebagai
berikut.
BEP (Rp) =
=
= Rp235.243.655,00
BEP (unit) =
Usaha akan berada pada titik impas apabila memiliki hasil penjualan benih
ikan nila merah nilasa sebesar Rp235.243.655,00dan jumlah yang diproduksi
sebanyak 34.329.975 ekor tahun-1.
PP =
= = 1,8 tahun (21 bulan 24 hari)
Harga pokok produksi (HPP) adalah harga penjualan pada titik minimum.
Harga pokok penjualan benih ikan nila merah nilasa yaitu Rp33 ekor -1. Harga
pokok produksi didapatkan berdasarkan perhitungan berikut:
HPP =
=
= Rp36 ekor-1
VII.2 Pembesaran
VII.2.1 Pemasaran
Analisa usaha mepakan cara untuk mengetahui kelayakan dari suatu usaha.
Analisa usaha bertujuan untuk mengetahui keuntungan dan titik impas berasarkan
jumlah siklus yang terdapat pada pola tanam kegiatan pembesaran ikan nila merah
nilasa yang ditujukkan pada Lampiran 3
tidak habis dalam satu kali produksi dan dapat digunakan dalam jangka waktu
yang lama. Biaya investasi ditunjukkan pada Lampiran 5
Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan meskipun kegiatan produksi
tidak berjalan. Total biaya tetap yang dikeluarkan pada kegiatan pembesaran ikan
nila merah nilasa yaitu Rp231.372.847,00 tahun-1. Biaya tetap yang dikeluarkan
selama satu tahun disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Biaya Tetap Pembesaran ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di Unit
Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengembangan Teknologi
Perikanan Budidaya Yogyakarta
Harga Satuan Harga Total (Rp
Komponen Jumlah Satuan
(Rp) Tahun-1)
Sewa Lahan 8000 m2 2.500 20.000.000
Karyawan 6 orang 1.800.000 129.600.000
Listrik 270 kWh 1.450 391.500
Perawatan 1% Investasi 324.600
Penyusutan 81.056.747
Total 231.372.847
Total cost adalah jumlah total biaya yang dikeluarkan selama kegiatan satu
tahun kegiatan produksi. Biaya total kegiatan pembesaran ikan nila merah nilasa
selama satu tahun yaitu Rp387.385.129,00. Biaya total diperoleh berdasarkan
perhitungan
Total revenue adalah jumlah uang yang diperoleh dari hasil penjualan
produk yang dihasilkan selama satu tahun. Penerimaan produk pembesaran ikan
nila merah nilasa dalam satu tahun yaitu Rp352.000.000,00 tahun-1. Penerimaan
diperoleh berasarkan perhitungan berikut.
VII.2.8 Keuntungan
R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya. Suatu
usaha layak apabila memiliki R/C Ratio >1. Semakin tinggi R/C Ratio yang
dihasilkan, maka semakin layak usaha yang dijalankan.
R/C Ratio =
= = 1,16
50
BEP adalah keadaan dimana tingkat penjualan suatu usaha mencapai titik
impas yaitu berada pada keadaan tidak untung dan tidak rugi. BEP menjelaskan
jumlah produksi minimal yang harus diproduksi. Apabila nilai BEP unit lebih
besar dari unit yang diproduksi dan BEP harga lebih rendah dari harga yang
berlaku, maka suatu usaha dapat dikatakan layak. Perhitungan BEP sebagai
berikut.
BEP (Rp) =
= = Rp354.156.907,00
BEP (unit) =
Usaha akan berada pada titik impas apabila memperoleh hasil penjualan
ikan nila merah nilasa ukuran konsumsi sebesar Rp354.156.907,00 dan jumlah
yang diproduksi sebanyak 142 paket tahun-1
PP =
= = 1,2 tahun (14 bulan 27 hari)
Harga pokok produksi (HPP) adalah harga penjualan pada titik minimum.
Harga pokok penjualan ikan nila merah nilasa selama satu tahun yaitu
Rp2.152.140,00. Harga pokok produksi didapatkan berdasarkan perhitungan
berikut:
51
HPP =
= Rp2.152.140,00 paket-1
52
VIII PENUTUP
VIII.1 Kesimpulan
VIII.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aliyas S, Ndobe ZR, Ya’la. 2016. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila
Oreochromis sp. yang dipelihara pada media bersalinitas. Sains dan
Teknologi Tadulako. 5(1): 19–27.
Arifin MY. 2016. Pertumbuhan dan survival rate ikan nila Oreochromis sp. strain
merah dan strain hitam yang dipelihara pada media bersalinitas. Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi. 16(1):159–166.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI SNI-01-6141-2009. Produksi
Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar.
Bogor (ID): BSN.
Dahril IUM, Tang I, Putra. 2017. Pengaruh salinitas berbeda terhadap
pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan nila merah Oreochromis sp.
Jurnal Berkala Perikanan Terubuk. 45(3): 67–75.
[Dislautkan] Dinas Kelautan dan Perikanan DI Yogyakarta. 2014. Ikan Nila
Merah Nilasa. [Internet]. [Diakses 2020 Sept 26]. Tersedia pada:
http://dislautkan. jogjaprov.go.id/web/detail/113/ikan_nila merah_nilasa.
Djarijah AS. 1995. Nila Merah Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif.
Yogyakarta: Kanisius.
[DJPB] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2013. Data Statistik Series
Produksi Perikanan Budidaya Indonesia. [Internet]. [Diakses 2020 Sept 26].
Tersedia pada: http://www.djpb.kkp.go.id/inde×.php/ arsip/c/208/ data-
statistik-series_produksi-perikanan-budidayaindonesia/? category_id=35.
[DJPB] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2018. Subsektor Perikanan
Budidaya Sepanjang Tahun 2017 Menunjukkan Kinerja Positif. [Internet].
[Diakses 2020 Sept 26]. Tersedia pada:https://kkp.go.id/djpb/artikel/3113-
subsektor-perikanan-budidayasepanjang-tahun-2017menunjukkan-kinerja-
positif.
[DJPB] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2018. Teknologi akuakultur
jawaban hadapi tantangan krisis air dan pangan. [Internet]. [Diakses 2020
Sept 26]. Tersedia pada: http://djpb.kkp.go.id/inde×.php/arsip/c
/654/teknologi-akuakultur-jawaban-hadapi-tantangan-krisis-air-dan-
pangan/.
[FAO] Food and Agriculture Organisation of The United Nation. 2020. The State
of World Fisheries and Aquaculture. Sustainability in Action: Rome [IT].
[Internet]. [Diakses 2020 Sept 26]. Tersedia pada: http://www.fao.org/
documents/card/en/c/ca9229en.
Handayani DI, Prihartono RE, Afiati T, Hutasoit RD, Raharjo P, Hastuti S,
Amirudin, Junaedi D, Sudiana. 2013. Pemantauan pembenihan ikan air
tawar. Jurnal Budidaya Air Tawar. 9(2):61-77.
Haryadi D, SY Lumbessy, Z Abidin. 2015. Pengaruh salinitas terhadap
pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup, dan konversi pakan benih ikan
nila Oreochromis niloticus. Jurnal Perikanan Unram. 6(1): 64–69.
Hulqiyah AH, Rustadi, Heriyati E. 2019. Pengaruh aerasi terhadap kualitas air dan
unsur hara dalam budidaya nila merah Oreochromis sp. sistem resirkulasi.
Seminar Nasional Tahunan ×VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan
54
LAMPIRAN
56
Lampiran 1 Pola tanam pemindahan induk ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan
Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Kolam Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengeringan
Pengapuran
Pengisian air
1–7 Penebaran induk
Pemeliharaan induk
Panen larva
Pindah kolam
57
Lampiran 2 Pola tanam pembenihan ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Kolam Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
pengeringan
pengapuran
pemupukan
1–5 pengisian air
tebar larva
Pemeliharaan larva
panen p1 (2 – 3 cm)
58
Lampiran 3 Pola tanam pembesaran pembenihan ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa Unit Kerja Budidaya Air Tawar
Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Kolam Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengeringan
Pengisian air
1 – 7 Penebaran benih
Pemeliharaan
Panen calin
Pengeringan
Pengisian air
8 – 14 Penebaran benih
Pemeliharaan
Panen calin
59
Lampiran 4 Biaya investasi kegiatan pembenihan ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa Unit Kerja Budidaya Air Tawar
Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Umur Harga Satuan Harga Total Nilai Sisa Penyusutan
Komponen Jumlah Satuan
Teknis (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Induk 8 Paket 2 3.500.000 28.000.000 19.688.000 4.156.000
Kolam Pemijahan Induk 3870 m2 20 8.000 30.960.000 4.644.000 1.315.800
Kolam Pemeliharaan 3105 m2 20 8.000 24.840.000 3.726.000 1.055.700
Larva
Filter 1 unit 20 500.000 500.000 75.000 21.250
Tandon 1 unit 20 1.750.000 1.750.000 262.500 74.375
Bak Packing 1 unit 20 500.000 500.000 75.000 21.250
Hapa Larva 10 unit 4 70.000 700.000 35.000 166.250
Hapa Benih 8 unit 4 70.000 560.000 28.000 133.000
Hapa Induk 5 unit 4 200.000 1.000.000 50.000 237.500
Waring Larva 6 unit 2 40.000 240.000 12.000 114.000
Waring Benih 4 unit 2 50.000 200.000 10.000 95.000
Waring Induk 2 unit 2 100.000 200.000 10.000 95.000
Krembeng 4 unit 5 100.000 400.000 20.000 76.000
Kalo 5 unit 2 15.000 75.000 3.750 35.625
Seser Halus 2 unit 1 15.000 30.000 1.500 28.500
Seser Sedang 2 unit 2 20.000 40.000 2.000 19.000
Seser Besar 1 unit 5 25.000 25.000 1.250 4.750
Ember Seleksi Plastik 6 unit 3 30.000 180.000 9.000 57.000
Cangkul 2 unit 5 60.000 120.000 6.000 22.800
Pasak Hapa 16 unit 10 5.000 80.000 8.000 7.200
Sorok 4 unit 3 20.000 80.000 4.000 25.333
60
Lanjutan Lampiran 4
Umur Harga Satuan Harga Total Nilai Sisa Penyusutan
Komponen Jumlah Satuan
Teknis (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Ember Plastik 10 unit 4 5.000 50.000 2.500 11.875
Ember Besi 2 unit 6 35.000 70.000 3.500 11.083
Piring Plakstik 8 unit 1 3.000 24.000 1.200 22.800
Penggaris besi 60 cm 2 unit 5 15.000 30.000 1.500 5.700
Saringan Teh Plastik 4 unit 2 4.000 16.000 800 7.600
Timbangan Digital 1 unit 10 500.000 500.000 50.000 45.000
Alas Karung Pakan 30 unit 3 30.000 900.000 45.000 285.000
Lampu Bohlam 5 unit 3 5.000 25.000 1.250 7.917
Bak Tampung 4 m2 3 unit 20 1.000.000 3.000.000 450.000 127.500
Selang Aerasi 100 m 2 75.000 7.500.000 375.000 3.562.500
Batu Aerasi 30 unit 2 2.000 60.000 3.000 28.500
Kran Aerasi 30 unit 2 1.500 45.000 2.250 21.375
Pompa Air 1 unit 10 975.000 975.000 97.500 87.750
Blower 2 unit 10 1.700.000 3.400.000 340.000 306.000
Gerobak Roda 1 1 unit 10 320.000 320.000 32.000 28.800
Gelas Ukur 100 mL 3 unit 2 6.000 18.000 900 8.550
Tabung Oksigen 6 m3 2 unit 10 2.000.000 4.000.000 400.000 360.000
Total 111.413.000 30.477.400 bibiaya
61
Lampiran 5 Biaya investasi kegiatan pembesaran ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa Unit Kerja Budidaya Air Tawar
Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Umur
Harga Satuan Harga Total Nilai Sisa Penyusutan
Komponen Jumlah Satuan Teknis
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
(Tahun)
Filter 1 unit 20 500.000 500.000 75.000 21.250
Kolam 6260 m 20 300.000 1.878.000.000 281.700.000 79.815.000
Hapa 6 unit 4 200.000 1.200.000 60.000 285.000
Waring 3 unit 2 50.000 150.000 7.500 71.250
Krembeng 4 unit 5 100.000 400.000 20.000 76.000
Kalo 4 unit 2 15.000 60.000 3.000 28.500
Seser Sedang 2 unit 2 20.000 40.000 2.000 19.000
Seser Besar 2 unit 5 25.000 50.000 2.500 9.500
Cangkul 1 unit 5 60.000 60.000 3.000 11.400
Pasak Hapa 10 unit 10 5.000 50.000 5.000 4.500
Sorok 2 unit 3 20.000 40.000 2.000 12.667
Ember Plastik 10 unit 4 5.000 50.000 5.000 11.250
Piring Plakstik 10 unit 1 3.000 30.000 3.000 27.000
Timbangan Gantung 1 unit 10 200.000 200.000 20.000 18.000
Penggaris 1 unit 10 7.000 7.000 700 630
Alas Karung Pakan 40 unit 3 30.000 1.200.000 60.000 380.000
Sarung Tangan 1 lusin 1 35.000 35.000 1.750 33.250
Lampu Bohlam 5 unit 4 5.000 25.000 1.250 5.938
Gerobak Roda 1 1 unit 10 320.000 320.000 32.000 28.800
Tabung Oksigen 6 m3 1 unit 10 2.000.000 2.000.000 200.000 180.000
Total 6.492.000 282.207.450 biaya
62
Lampiran 6 Data Sampling benih ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Panjang Bobot
Hari Ke- Rata-rata Rata-rata
(cm) (g)
0 0,96 0,009
7 1,21 0,027
14 1,4 0,045
21 2,5 0,210
Lampiran 7 Data Sampling calin ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Panjang Rata- Bobot Rata-
Hari ke-
rata (cm) rata (g)
0 17,4 40
7 17,9 48,5
14 18,5 58
21 19 68,5
28 19,6 81,2
35 20 96
42 20,5 112,3
49 21,2 129,7
58 21,5 147,5
63
Lampiran 8 Perhitungan rasio konversi pakan (FCR, feed conversion ratio) kegiatan pembenihan ikan nila merah Oreochromis sp.
nilasa Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
=
= 0,8
Lampiran 9 Perhitungan rasio konversi pakan (FCR, feed conversion ratio) kegiatan pembesaran ikan nila merah nilasa Unit Kerja
Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
=
= 1,1
Lampiran 10 Perhitungan laju pertumbuhan mutlak harian (GR, growth rate) kegiatan pembenihan ikan nila merah Oreochromis sp.
nilasa Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
64
=
= 0,01 g hari-1
Lampiran 11 Perhitungan laju pertumbuhan mutlak harian (GR, growth rate) kegiatan pembesaran ikan nila merah Oreochromis sp.
nilasa Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
=
= 1,92 g hari-1
Lampiran 12 Perhitungan laju pertumbuhan spesifik kegiatan pembenihan ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa Unit Kerja
Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
LPS =
= 12,3%/hari
65
Lampiran 13 Perhitungan laju pertumbuhan spesifik kegiatan pembesaran ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa Unit Kerja
Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
LPS =
= 2,4%/hari
Lampiran 14 Penghitungan fekunditas, bobot gonad, hatching rate, dan surivival rate larva nila merah Oreochromis sp. di Unit Kerja
Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
= x 100%
= 73%
= x 100%
= 96%
Lampiran 15 Penghitungan produktivitas larva nila merah Oreochromis sp. di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai
Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Asumsi satu gerombol sama dengan satu ekor induk memijah
Jumlah induk betina di kolam : 265 ekor
Jumlah induk betina UKBAT Cangkringan : 2640 ekor
-1
Jumlah penyerokan gerombol larva satu kolam siklus : 106 gerombol
Produktivitas induk betina : 969 ekor larva induk-1
Jumlah siklus pemijahan tahun-1 : 8 siklus
= x 100%
= 40 %
Jumlah induk betina memijah seluruh kolam = Presentase induk betina memijah x jumlah induk betina di UKBAT
= 40% x 2640 ekor
= 1056 ekor
Produktivitas satu siklus pijah = Jumlah induk memijah x produktivitas induk betina
= 1056 induk x 969 ekor larva induk-1
= 1.023.264 ekor larva
Produktivitas larva satu tahun = Produktivitas satu siklus pijah x jumlah siklus pemijahan tahun-1
= 1.023.264 ekor larva siklus-1 x 8 siklus
= 8.186.112 ekor larva
Lampiran 16 Penghitungan produktivitas benih ikan nila merah Oreochromis sp. nilasa di Unit Kerja Budidaya Air Tawar
Cangkringan Balai Pengmbangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta
Kepadatan tebar pembenihan : 300 ekor m-2
Luas seluruh kolam pembenihan : 3105 m2
Survival rate benih : 82%
-1
Jumlah siklus pembenihan tahun : 8 siklus
Jumlah benih ditebar satu siklus = Kepadatan tebar pembenihan x luas seluruh kolam pembenihan
= 300 ekor m-2 x 3105 m2
68
= 931.500 ekor
Jumlah benih panen satu siklus = Jumlah benih ditebar satu siklus x survival rate benih
= 931.500 ekor x 82%
= 763.830 ekor
Produktivitas pembenihan satu tahun = Jumlah benih panen satu siklus x jumlah siklus
= 6.874.470 ekor
69
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Depok pada 2 Agustus 2000 sebagai anak pertama dari pasangan bapak Asep Heriyana dan ibu
Martini Pendidikan sekolah menengah atas (SMA) ditempuh di sekolah SMAN 10 Depok , dan lulus pada tahun 2018. Pada tahun
2018 penulis diterima sebagai mahasiswa program diploma 3 (D-3) di Program Studi Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan
Budidaya di Sekolah Vokasi IPB.
Selama menjadi mahasiswa program D-3, penulis aktif berpartisipasi dalam seluruh kegiatan Program Studi Teknologi
Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya. Di sisi lain, penulis juga aktif mengambil peran menjadi volunteer di berbagai daerah
terdepan, terluar, tertinggal (3T) di Indonesia sebagai bentuk pengabdian kepada negeri serta merealisasikan tridharma perguruan
tinggi.
Salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Perikanan pada Program Studi Teknologi Produksi dan Manajemen
Perikanan Budidaya, Institut Pertanian Bogor. Penulis melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) sebagai tugas akhir. Kegiatan
PKL dilaksanakan di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan Balai Pengenbangan Teknologi Perikanan Budidaya. Hasil praktik
kerja lapangan ditulis dengan judul “Pembenihan dan Pembesaran Nila Merah Oreochromis sp. Nilasa di Unit Kerja Budidaya Air
Tawar Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Yogyakarta”