Anda di halaman 1dari 16

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica

rapa L.) PADA MEDIA TERKONTAMINASI LOGAM BERAT TEMBAGA


(Cu)

SKRIPSI

Oleh :
DIPO DWITANTO AMIR PUTRA
NIM. 219.01.03.1017

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2023
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica
rapa L.) PADA MEDIA TERKONTAMINASI LOGAM BERAT TEMBAGA
(Cu)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian Strata Satu (S1)

Oleh :
DIPO DWITANTO AMIR PUTRA
NIM. 219.01.03.1017

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2023
RINGKASAN

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica


rapa L.) PADA MEDIA TERKONTAMINASI LOGAM BERAT TEMBAGA
(Cu). Oleh Dipo Dwitanto Amir Putra (21901031017)
Pebimbing: Dr.Ir. Anis Rosyidah, M.P dan Ir. Siti Muslikah M.P
Pencemaran tanah dan air disebabkan limbah industri, rumah potong
unggas, pertambangan, residu pupuk, pestisida, dan lain-lain. Bahwa Cu salah satu
jenis logam esensial, logam yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh, dibutuhkan
dalam jumlah sedikit, tetapi masuk jumlah berlebihan di dalam menyebabkan efek
toksik dengan tumbuhan biasanya logam Cu berperan dalam pertumbuhannya,
yaitu sebagai aktivator enzim. Metode fitoremediasi menggunakan tanaman
berakumulasi tinggi menurunkan konsentrasi logam berat tanah dengan tanaman
pengikat logam berat. Fitoremediasi merupakan salah satu alternatif teknik
pengolahan tanah tercemar yang ramah lingkungan, efektif dan murah
dibandingkan dengan metode lain. Pakcoy memiliki keunggulan dibandingkan sawi
lainnya dalam waktu panen yang singkat, daya adaptasi yang luas dan toleransi
suhu. Tanaman pakcoy digunakan sebagai tanaman indikator karena tanaman
pakcoy tidak hanya layak secara ekonomi, tetapi juga kultivar yang tahan cekaman
logam berat, mampu mentransfer logam berat ke lebih banyak jaringan akar dari
pada jaringan tajuk dengan bantuan mikroorganisme (Junyo & Handayanto, 2017).
Penelitian dilakukan Green House Jl. MT. Haryono no. 198, Dinoyo, Kec.
Lowokwaru, Kota Malang. Pengamatan dilakukan laboratorium untuk pengamatan
distribusi logam pada organ tanaman bertempat di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian ( BPTP ) Jawa Timur. Penelitian dilakukan bulan Desember – Febuari
2022. Penelitian dilakukan experimen menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) sederhana. Data menggunakan analisis ragam (uji F) taraf nyata 5%, dan
apabila pada uji F menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan uji Ianjut beda
nyata terkecil (BNT) taraf 5%. Parameternya pengamatan yang diamati: tinggi
tanaman, jumlah daun, luas daun, klorofil, bobot segar, bobot kering, konsentrasi
logam Cu tajuk dan akar, uji regresi logam Cu tajuk dan akar, translocation factor.
Pemberian dosis tembaga (Cu) dari 0 mg - 625 mg pada tanaman pakcoy
tidak menyebabkan perubahan morfologi yang signifikan, terutama pada warna
daun. Namun pada dosis 750 mg pertumbuhan tanaman menjadi tidak optimal
karena adanya hambatan dalam proses metabolisme tanaman, yang mengakibatkan
penurunan kandungan klorofil, luas daun, biomassa dan jumlah daun. Pakcoy
memiliki potensi hiperakumulator untuk rehabilitasi tanah terkontaminasi logam
berat meminimalisir efek negatif lingkungan. Kandungan logam (Cu) pada akar dan
tajuk tanaman pakcoy meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi Cu yang
diberikan. Akumulasi tertinggi terjadi pada dosis cekaman Cu 625 mg dan 750 mg.
Nilai faktor translokasi (TF) Cu berkisar antara 0,11-0,17, Nilai translocation factor
pada akar dan tajuk menunjukkan <1 di semua perlakuan.
RINGKASAN

RESPONSE OF GROWTH AND YIELD OF PAKCOY (Brassica rapa L.)


PLANTS ON MEDIA CONTAINED WITH HEAVY METALS OF COPPER
(Cu). By Dipo Dwitanto Amir Putra (21901031017)
Supervisor: Dr.Ir. Anis Rosyidah, M.P dan Ir. Siti Muslikah M.P
Soil and water pollution is caused by industrial waste, poultry
slaughterhouses, mining activities, fertilizer residues, pesticides, and other sources.
Copper (Cu) is one of the essential metals that cannot be produced by the body and
is required in small quantities. However, excessive intake of copper can lead to
toxic effects in plants, where copper usually plays a role in their growth as an
enzyme activator. Phytoremediation methods using high-accumulating plants
reduce the concentration of heavy metals in the soil by using metal-binding plants.
Phytoremediation is an alternative polluted soil treatment technique that is
environmentally friendly, effective, and inexpensive compared to other methods.
Pakcoy has advantages over other mustard greens in short harvest time, wide
adaptability and temperature tolerance. Pakcoy is used as an indicator plant not only
because of its economic viability but also because of its cultivars' resistance to
heavy metal stress. It can transfer heavy metals to root tissues more than crown
tissues with the help of microorganisms (Junyo & Handayanto, 2017).
The research was undertaken at Green House in MT. Haryono street,
Number 198, Dinoyo, Lowokwaru sub-district, Malang. Laboratory observations
were conducted to observe the metal distribution in plant organs, located at
Agricultural Technology Assessment Center (BPTP), East Java. The research was
conducted from December to February 2022. The research was done experimentally
using a simple Randomized Block Design (RBD). Data analysis was performed
using analysis of variance (ANOVA) / F Test at a significant level of 5%, and if the
ANOVA showed significant effects, then the Least Significant Difference (LSD)
test at the 5% significance level was applied. The parameters observed were: plant
height, number of leaves, leaf area, chlorophyll, fresh weight, dry weight, crown
and root Cu metal concentration, regression test of crown and root Cu metal, and
translocation factor.
The administration of copper (Cu) doses ranging from 0 mg to 625 mg to
Pakcoy plants did not cause significant morphological changes, especially in leaf
color. However, at the dose of 750 mg, plant growth became suboptimal due to the
inhibition of plant metabolic processes, which resulted in a decrease in chlorophyll
content, leaf area, biomass, and leaf count. Pakcoy shows hyperaccumulator
potential for rehabilitating heavy metal-contaminated soil, minimizing negative
environmental effects. The copper (Cu) content in both Pakcoy roots and crown
increased with the increasing Cu concentration provided. The highest accumulation
occurred at Cu stress doses of 625 mg and 750 mg. The copper translocation factor
(TF) values ranged from 0.11 to 0.17, and the translocation factor values in roots
and crowns showed <1 in all treatments.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencemaran tanah dan air dapat disebabkan oleh limbah industri, limbah rumah

potong unggas, limbah pertambangan, residu pupuk, pestisida, dan lain-lain (Al Kholif

& Ratnawati, 2017). Hal ini diperparah dengan terganggunya ekosistem perairan akibat

meningkatnya pembuangan limbah industri, termasuk limbah logam berat, dari

berbagai pabrik. Peningkatan jumlah industri menyebabkan peningkatan pencemaran

sumber air oleh limbah industri yang dibuang ke badan air tanpa pengolahan terlebih

dahulu (Agusetyadevy et al., 2013). Salah satu logam berbahaya tersebut adalah

tembaga (Cu) terhadap lingkungan dan manusia tergantung pada tingkat paparan dan

cara interaksinya beberapa antara lain: 1. Toksisitas pada manusia: Paparan Cu dalam

jumlah tinggi dapat menyebabkan keracunan pada manusia. Gejala keracunan Cu pada

manusia meliputi mual, muntah, diare, sakit perut, sakit kepala, dan gangguan sistem

saraf pusat. Jika terjadi paparan jangka panjang atau tingkat paparan yang tinggi,

kerusakan hati, ginjal, atau sistem saraf pusat dapat terjadi. 2. Akumulasi dalam

organisme: Tembaga memiliki sifat akumulatif dalam berbagai organisme hidup. Jika

tembaga terkandung dalam jumlah berlebih dalam makanan, air, atau lingkungan

sekitar, organisme seperti ikan, hewan perairan, dan tumbuhan dapat mengalami

akumulasi tembaga dalam jaringan tubuh mereka. Ini dapat menyebabkan gangguan

fungsi organisme, termasuk pertumbuhan terhambat, kerusakan organ, atau bahkan

kematian.

1
2

Sedangkan pada lingkungan: Konsentrasi tembaga yang tinggi dapat

memiliki `dampak negatif antara lain merusak mikroorganisme tanah, mengganggu

proses dekomposisi, atau mengganggu kesetimbangan biologis dalam ekosistem

air. Hal ini dapat berdampak lanjut pada kelangsungan hidup organisme yang

tergantung pada lingkungan tersebut.

Tembaga juga mengakibatkan pencemaran air dan tanah: Penggunaan Cu

dalam pertanian, industri, atau kegiatan manusia lainnya dapat menyebabkan

pencemaran air dan tanah jika tidak dikelola dengan baik. Cu yang terlepas ke

dalam sistem perairan atau diolah dalam limbah industri dapat mencemari air dan

berdampak negatif pada organisme air, termasuk ikan, hewan air lainnya, dan

mikroorganisme. Pencemaran tanah oleh tembaga dapat menghambat pertumbuhan

tanaman dan mengurangi kesuburan tanah.

Untuk mencegah bahaya Cu bagi lingkungan dan manusia, penting untuk

menerapkan praktik pengelolaan yang baik, termasuk penggunaan Cu dengan bijak

dalam pertanian dan industri, pengelolaan limbah yang tepat, dan pengawasan ketat

terhadap paparan manusia terhadap Cu. Penting juga untuk mengikuti peraturan dan

pedoman lingkungan yang ditetapkan untuk penggunaan Cu dalam industri dan

pertanian guna meminimalkan dampak negatifnya.

Tembaga (Cu) dilepaskan sebagai Cu2+ melalui pelapukan dan diserap oleh

tanaman (Napitupulu Monang, 2008). Jika diperlukan, unsur tembaga diambil oleh

akar tanaman dalam jumlah kecil dalam bentuk Cu2+ dan berperan dalam proses

oksidasi, reduksi dan pembentukan enzim (Napitupulu Monang, 2008). Hal ini

karena pada dasarnya logam Cu merupakan trace element tetapi dibutuhkan oleh

jaringan dalam jumlah yang sangat kecil (Arifin, 2008). (Palar, 2004) juga
3

menyarankan bahwa Cu adalah salah satu jenis logam esensial, logam yang tidak

bisa diproduksi oleh tubuh, dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, tetapi jika

masuk jumlah yang berlebihan di dalam tubuh menyebabkan efek toksik dengan

tumbuhan biasanya logam Cu berperan penting dalam pertumbuhannya, yaitu

sebagai aktivator enzim. Kekurangan logam Cu mengarah ke tanaman berdaun

kecil dan kuning, bahkan setelah tumbukan menyebabkan hilangnya produksi

tanaman bunga.

Metode fitoremediasi menggunakan tanaman berakumulasi tinggi dapat

menurunkan konsentrasi logam berat dalam tanah dengan menanam tanaman

pengikat logam berat. Fitoremediasi merupakan teknologi perbaikan tanah berbasis

tanaman (Mangkoedihardjo et al., 2008). Pengikatan logam Salah satu mekanisme

yang digunakan tanaman untuk mengikat logam berat di dalam tanah adalah

penyerapan. (Mangkoedihardjo & Ganjar Samudro, 2010) juga menyimpulkan

bahwa fitoremediasi merupakan salah satu alternatif teknik pengolahan tanah

tercemar yang ramah lingkungan, efektif dan murah dibandingkan dengan metode

lain.

Tumbuhan yang digunakan dalam proses fitoremediasi hadir dalam

berbagai bentuk, baik dalam bentuk alang-alang maupun bentuk rumput. Tumbuhan

hiperakumulator merupakan tumbuhan yang dapat hidup pada kondisi dengan

konsentrasi logam berat yang tinggi. Tumbuhan ini juga dapat menyerap logam di

dalam tanah. Dengan demikian, tanaman hiperakumulasi mengurangi konsentrasi

logam berat di dalam tanah.

Pakcoy (Brassica rapa L.) juga merupakan tanaman yang mampu

mengasimilasi bahan organik, berdasarkan penelitian (Andreeilee BF et al., 2014).


4

Menurut (Wibowo S & Asriyanti AS, 2013), pakcoy merupakan tanaman yang

mudah dibudidayakan, tahan lembab, dan semusim. Kangkung (Ipomoea aquatica)

dan pakcoy (Brassica rapa L.) tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai fitosanitizer

limbah, tetapi juga memiliki nilai ekonomis dapat dipanen dan dikonsumsi.,7 g air.

Tanaman pakcoy adalah salah satu dari jenis sawi - sawian, pakcoy

(Brassica rapa L.) merupakan tanaman berumur pendek yang bernilai ekonomis

tinggi. Pakcoy (Brassica rapa L.) memiliki keunggulan dibandingkan sawi lainnya

dalam waktu panen yang singkat, daya adaptasi yang luas dan toleransi suhu.

Tanaman pakcoy dapat bertahan lama bila disimpan pada suhu 00-5 °C dan

kelembaban 95% (Utomo et al., 2014). Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) dapat

tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah.

Tanaman pakcoy (Brasica rapa L) digunakan sebagai tanaman indikator.

Hal ini karena tanaman pakcoy tidak hanya layak secara ekonomi, tetapi juga

kultivar yang tahan cekaman logam berat, mampu mentransfer logam berat ke lebih

banyak jaringan akar dari pada jaringan tajuk dengan bantuan mikroorganisme

(Junyo & Handayanto, 2017).

Berdasarkan penjelasan tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui bagaimana tingkat ketahanan, akumulasi serta distribusi tanaman

pakcoy (Brasica rapa L) cekaman logam berat tembaga dengan pemberian

konsentrasi Cu yang berbeda.


5

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah

seberapa besar pengaruh konsentrasi dari logam berat tembaga (Cu) terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) sebagai

hiperakumulator.

1.3. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah :

1. Bagaimana pengaruh dari pemberian logam berat tembaga (Cu) terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) sebagai

hiperakumulator?

2. Bagaimana besarnya distribusi logam (Cu) pada organ tanaman pakcoy (Brassica

rapa L.)?

1.4. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian logam berat tembaga (Cu) terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) sebagai

hiperakumulator)

2. Untuk mengetahui distribusi logam (Cu) pada organ tanaman pakcoy (Brassica

rapa L.)
6

1.5. Hipotesis

Berdasarkan uraian tujuan penelitian diatas, maka dapat disimpulkan

hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Diduga terdapat pengaruh yang berbeda pada pemberian logam berat tembaga

(Cu) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) ?

2. Diduga terdapat perbedaan distribusi logam (Cu) pada beberapa organ tanaman

pakcoy (Brassica rapa L.) ?


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanaman pakcoy dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pemberian dosis tembaga (Cu) dari 0 mg - 625 mg pada tanaman pakcoy

tidak menyebabkan perubahan morfologi yang signifikan, terutama pada

warna daun. Namun pada dosis 750 mg pertumbuhan tanaman menjadi tidak

optimal karena adanya hambatan dalam proses metabolisme tanaman, yang

mengakibatkan penurunan kandungan klorofil, luas daun, biomassa dan

jumlah daun. Pakcoy memiliki potensi hiperakumulator untuk rehabilitasi

tanah terkontaminasi logam berat meminimalisir efek negatif lingkungan.

2. Kandungan logam (Cu) pada akar dan tajuk tanaman pakcoy meningkat

seiring dengan peningkatan konsentrasi Cu yang diberikan. Akumulasi

tertinggi terjadi pada dosis cekaman Cu 625 mg dan 750 mg. Nilai faktor

translokasi (TF) Cu berkisar antara 0,11-0,17, Nilai translocation factor

pada akar dan tajuk menunjukkan <1 di semua perlakuan.

5.2 Saran

Untuk penelitian bisa dilakukan pengembangan karena berdampak positif

terhadap lingkungan (pengolahan tanah) dengan menggunakan tanaman

hiperakumulaktor pada media terkontaminasi logam berat (Cu) dengan dosis lebih

besar dan media yang lebih beragam.

47
40

DAFTAR PUSTAKA

Agusetyadevy, I., Sumiyati, S., & Sutrisno, E. (2013). Fitoremediasi limbah yang
mengandung Timbal (Pb) dan Kromium (Cr) dengan menggunakan
kangkung air (Ipomoea aquatica). Jurnal Teknik Lingkungan, 2(2), 1–9.

Al Kholif, M., & Ratnawati, R. (2017). Pengaruh beban hidrolik media dalam
menurunkan senyawa ammonia pada limbah cair rumah potong ayam
(RPA). Waktu: Jurnal Teknik UNIPA, 15(1), 1–9.

Ali, H., Khan, E., & Sajad, M. A. (2013). Phytoremediation of heavy metals—
Concepts and applications. Chemosphere, 91(7), 869–881.
https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2013.01.075

Andreeilee BF, Santoso M, & Nugroho A. (2014). Pengaruh Jenis Kompos Kotoran
Ternak dan Waktu Penyiangan Terhadap Produksi Tanaman Pakcoy
(Brassica rapa sub. Chienensis) Organik. Jurnal Produksi Tanaman, 2(3),
190–197.

Antoniadis, V., Levizou, E., Shaheen, S. M., Ok, Y. S., Sebastian, A., Baum, C.,
Prasad, M. N. V., Wenzel, W. W., & Rinklebe, J. (2017). Trace elements in
the soil-plant interface: Phytoavailability, translocation, and
phytoremediation–A review. Earth-Science Reviews, 171, 621–645.
https://doi.org/10.1016/j.earscirev.2017.06.005

Anupama, S., Lawrence, K., Swati, P., & Lawrence, R. S. (2014). Response of
leaves, stems and roots of Withania somnifera to copper stress.
International Journal of Plant, Animal and Environmental Sciences, 4(3),
60–67.

Arifin, Z. (2008). Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi dan
metode analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian, 27(3), 99–105.

Ashraf, S., Ali, Q., Zahir, Z. A., Ashraf, S., & Asghar, H. N. (2019).
Phytoremediation: Environmentally sustainable way for reclamation of
heavy metal polluted soils. Ecotoxicology and Environmental Safety, 174,
714–727. https://doi.org/10.1016/j.ecoenv.2019.02.068

Baker, A. J. M., & Brooks, R. (1989). Terrestrial higher plants which


hyperaccumulate metallic elements. A review of their distribution, ecology
and phytochemistry. Biorecovery., 1(2), 81–126.

Baroroh, F., Handayanto, E., & Irawanto, R. (2018). Fitoremediasi air tercemar
tembaga (Cu) menggunakan salvinia molesta dan Pistia stratiotes serta
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman Brassica rapa. Jurnal Tanah
Dan Sumber daya Lahan, 5(1), 689–700.

Fry, S. C., Miller, J. G., & Dumville, J. C. (2002). A proposed role for copper ions
in cell wall loosening. Progress in Plant Nutrition: Plenary Lectures of the
41

XIV International Plant Nutrition Colloquium: Food Security and


Sustainability of Agro-Ecosystems through Basic and Applied Research,
57–67.

Glick, B. R. (2010). Using soil bacteria to facilitate phytoremediation.


Biotechnology Advances, 28(3), 367–374.
https://doi.org/10.1016/j.biotechadv.2010.02.001

Greipsson, S. (2011). Phytoremediation. Nature Education Knowledge , 3(10).

Gupta, D. K., Huang, H. G., & Corpas, F. J. (2013). Lead tolerance in plants:
Strategies for phytoremediation. Environmental Science and Pollution
Research, 20(4), 2150–2161.

Guzel, S., & Terzi, R. (2013). Exogenous hydrogen peroxide increases dry matter
production, mineral content and level of osmotic solutes in young maize
leaves and alleviates deleterious effects of copper stress. Botanical Studies,
54(1), 1–10.

Hardiani Henggar. (2009). Potensi Tanaman Dalam Mengakumulasi Logam Cu


Pada Media Tanah Terkontaminasi Limbah Padat Industri Kertas. 44(1),
27–40.

Hasanah, E. U., Rosyidah, A., & Lestari, M. W. (2020). Efek Pemberian Dosis ZA
pada Lahan Tercemar Logam Berat Timbal terhadap Pertumbuhan dan
Akumulasi Pb pada Tanaman Puring (Codiaeum variegatum L.) dan Lidah
Mertua (Sansevieria trifasciata L.). Folium: Jurnal Ilmu Pertanian, 4(1),
53–61.

Junyo, G., & Handayanto, E. (2017). Potensi tiga varietas tanaman sawi sebagai
akumulator merkuri pada tanah. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan,
4(1), 421–429.

Lequeux, H., Hermans, C., Lutts, S., & Verbruggen, N. (2010). Response to copper
excess in Arabidopsis thaliana: Impact on the root system architecture,
hormone distribution, lignin accumulation and mineral profile. Plant
Physiology and Biochemistry, 48(8), 673–682.

Li, H.-Y., Wei, D.-Q., Shen, M., & Zhou, Z.-P. (2012). Endophytes and their role
in phytoremediation. Fungal Diversity, 54(1), 11–18.
https://doi.org/10.1007/s13225-012-0165-x

Ma, Y., Prasad, M. N. V, Rajkumar, M., & Freitas, H. (2011). Plant growth
promoting rhizobacteria and endophytes accelerate phytoremediation of
metalliferous soils. Biotechnology Advances, 29(2), 248–258.

Mangkoedihardjo, S., & Ganjar Samudro. (2010). Fitoteknologi Terapan. Graha


Ilmu.
42

Mangkoedihardjo, S., Ratnawati, R., & Alfianti, N. (2008). Phytoremediation of


hexavalent chromium polluted soil using Pterocarpus indicus and Jatropha
curcas L. World Appl Sci J, 4(3), 338–342.

Manousaki, E., & Kalogerakis, N. (2011). Halophytes—An Emerging Trend in


Phytoremediation. International Journal of Phytoremediation, 13(10), 959–
969. https://doi.org/10.1080/15226514.2010.532241

Marques, Ana P. G.C., Antonio O. S. S. Rangel, and Paula M.L. Castro. 2009.
Remediation of Heavy Metal Contaminated Soils: Phytoremediation as a
Potentially Promising Clean-Up Technology. Critical Review in
Environmetal Science and Technology, 39(8):622-54. doi:
10.1080/10643380701798272.

Maziyah, R. (2015). Respon Beberapa Varietas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum


Frustescens) Terhadap Cekaman Logam Berat Tembaga (Cu). Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.

Nair, P. M. G., & Chung, I. M. (2015). Study on the correlation between copper
oxide nanoparticles induced growth suppression and enhanced lignification
in Indian mustard (Brassica juncea L.). Ecotoxicology and Environmental
Safety, 113, 302–313.

Napitupulu Monang. (2008). Analisis Logam Berat seng, Kandium dan Tembaga
Pada Berbagai Tingkat Kemiringan Tanah Hutan Tanaman Industri PT.
Toba Pulp Lestari Dengan Metode Sepktrometri Serapan Atom (SAA). .
Skripsi US.

Palar, H. (2004). Pencemaran dan Toksikologi Pencemaran Logam Berat. Rineka


Cipta. Jakarta.

Palar, H. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat.

Piechalak, A., Hanc, A., Barałkiewicz, D., Malecka, A., & Tomaszewska, B.
(2010). 24.0 Influence of Heavy Metal Ions on the Nutrition Composition,
Phytochelatin Biosynthesis and Growth of Pisum sativum.

Rajkumar, M., Sandhya, S., Prasad, M. N. V., & Freitas, H. (2012). Perspectives of
plant-associated microbes in heavy metal phytoremediation. Biotechnology
Advances,30(6), 1562–1574.
https://doi.org/10.1016/j.biotechadv.2012.04.011

Rosidah, S., Anggraito, Y. U., & Pukan, K. K. (2014). Uji toleransi tanaman
Tembakau (Nicotiana Tabacum L.) Terhadap cekaman kadmium (Cd),
timbal (Pb), dan tembaga (Cu) pada kultur cair. Life Science, 3(2).

Rosyidah, A., & Lestari, M. W. (2020). AKUMULASI DAN DISTRIBUSI


TIMBAL (Pb) PADA DUA JENIS TANAMAN SAYURAN DENGAN
PENAMBAHAN EDTA. AGRONISMA, 8(1), 150–157.
43

Sağlam, A., Yetişsin, F., Demiralay, M., & Terzi, R. (2016). Copper stress and
responses in plants. In Plant metal interaction (pp. 21–40). Elsevier.

Saier, M. H., & Trevors, J. T. (2010). Phytoremediation. Water, Air, and Soil
Pollution, 205(S1), 61–63. https://doi.org/10.1007/s11270-008-9673-4

Sarma, H. (2011). Metal Hyperaccumulation in Plants: A Review Focusing on


Phytoremediation Technology. Journal of Environmental Science and
Technology, 4(2), 118–138. https://doi.org/10.3923/jest.2011.118.138

Sarwar, N., Imran, M., Shaheen, M. R., Ishaque, W., Kamran, M. A., Matloob, A.,
Rehim, A., & Hussain, S. (2017). Phytoremediation strategies for soils
contaminated with heavy metals: Modifications and future perspectives.
Chemosphere, 171, 710–721.
https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2016.12.116

Setiawan, A. (2014). Budidaya Tanaman pakcoy. IPB.

Sisarti, R. D. (2020). Potensi Tanaman Kangkung Darat (Ipomea Reptans) Dan


Bayam Cabut (Amaranthus Tricolor L.) Sebagai Hiperakumulator Logam
Berat Timbal (Pb) Terhadap Pertumbuhan Dan Akumulasinya.

Sood, A., Uniyal, P. L., Prasanna, R., & Ahluwalia, A. S. (2012). Phytoremediation
Potential of Aquatic Macrophyte, Azolla. AMBIO, 41(2), 122–137.
https://doi.org/10.1007/s13280-011-0159-z

Taiz, L., & Zeiger, E. (2010). Plant physiology.,(Sinauer Associates Inc.:


Sunderland, MA).

Tangahu, B. V., Sheikh Abdullah, S. R., Basri, H., Idris, M., Anuar, N., &
Mukhlisin, M. (2011). A Review on Heavy Metals (As, Pb, and Hg) Uptake
by Plants through Phytoremediation. International Journal of Chemical
Engineering, 2011, 1–31. https://doi.org/10.1155/2011/939161

Utomo, W. Y., E.S, B., & Isman N. (2014). Keragaan Beberapa Varietas Pakcoy.
Jurnal Penelitian Terapan, 13(3), 159–167.

Vamerali, T., Bandiera, M., & Mosca, G. (2010). Field crops for phytoremediation
of metal-contaminated land. A review. Environmental Chemistry Letters, 8,
1–17.

Wang, L., Ji, B., Hu, Y., Liu, R., & Sun, W. (2017). A review on in situ
phytoremediation of mine tailings. Chemosphere, 184, 594–600.
https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2017.06.025

Wati, D. R., Sholihah, A., & Rosyidah, A. (2019). Respon tanaman hias puring
(Codiaeum variegatum L.) dan lidah mertua (Sansevieria trifasciata L.)
akibat penambahan macam pupuk nitrogen pada tanah tercemar logam berat
timbal (Pb). AGRONISMA, 7(1), 84–90.
44

Wibowo S, & Asriyanti AS. (2013). Aplikasi Hidroponik NFT pada Budidaya
Pakcoy (Brassica rapa chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan,
13(3), 159–167.

Widaningrum, Miskiyah, & Suismono. (2007). Bahaya Kontaminasi Logam Berat


Dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan Cemarannya. Buletin Teknologi
Pascapanen Pertanian, 3.

Zhao, S., Liu, Q., Qi, Y., & Duo, L. (2010). Responses of root growth and protective
enzymes to copper stress in turfgrass. Acta Biologica Cracoviensia s.
Botanica, 52(2).

Zheng, Y., Wang, L., & Dixon, M. (2005). Greenhouse pepper growth and yield
response to copper application. HortScience, 40(7), 2132–2134.

Anda mungkin juga menyukai