SKRIPSI
Oleh :
DIPO DWITANTO AMIR PUTRA
NIM. 219.01.03.1017
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian Strata Satu (S1)
Oleh :
DIPO DWITANTO AMIR PUTRA
NIM. 219.01.03.1017
PENDAHULUAN
Pencemaran tanah dan air dapat disebabkan oleh limbah industri, limbah rumah
potong unggas, limbah pertambangan, residu pupuk, pestisida, dan lain-lain (Al Kholif
& Ratnawati, 2017). Hal ini diperparah dengan terganggunya ekosistem perairan akibat
sumber air oleh limbah industri yang dibuang ke badan air tanpa pengolahan terlebih
dahulu (Agusetyadevy et al., 2013). Salah satu logam berbahaya tersebut adalah
tembaga (Cu) terhadap lingkungan dan manusia tergantung pada tingkat paparan dan
cara interaksinya beberapa antara lain: 1. Toksisitas pada manusia: Paparan Cu dalam
jumlah tinggi dapat menyebabkan keracunan pada manusia. Gejala keracunan Cu pada
manusia meliputi mual, muntah, diare, sakit perut, sakit kepala, dan gangguan sistem
saraf pusat. Jika terjadi paparan jangka panjang atau tingkat paparan yang tinggi,
kerusakan hati, ginjal, atau sistem saraf pusat dapat terjadi. 2. Akumulasi dalam
organisme: Tembaga memiliki sifat akumulatif dalam berbagai organisme hidup. Jika
tembaga terkandung dalam jumlah berlebih dalam makanan, air, atau lingkungan
sekitar, organisme seperti ikan, hewan perairan, dan tumbuhan dapat mengalami
akumulasi tembaga dalam jaringan tubuh mereka. Ini dapat menyebabkan gangguan
kematian.
1
2
air. Hal ini dapat berdampak lanjut pada kelangsungan hidup organisme yang
pencemaran air dan tanah jika tidak dikelola dengan baik. Cu yang terlepas ke
dalam sistem perairan atau diolah dalam limbah industri dapat mencemari air dan
berdampak negatif pada organisme air, termasuk ikan, hewan air lainnya, dan
dalam pertanian dan industri, pengelolaan limbah yang tepat, dan pengawasan ketat
terhadap paparan manusia terhadap Cu. Penting juga untuk mengikuti peraturan dan
Tembaga (Cu) dilepaskan sebagai Cu2+ melalui pelapukan dan diserap oleh
tanaman (Napitupulu Monang, 2008). Jika diperlukan, unsur tembaga diambil oleh
akar tanaman dalam jumlah kecil dalam bentuk Cu2+ dan berperan dalam proses
oksidasi, reduksi dan pembentukan enzim (Napitupulu Monang, 2008). Hal ini
karena pada dasarnya logam Cu merupakan trace element tetapi dibutuhkan oleh
jaringan dalam jumlah yang sangat kecil (Arifin, 2008). (Palar, 2004) juga
3
menyarankan bahwa Cu adalah salah satu jenis logam esensial, logam yang tidak
bisa diproduksi oleh tubuh, dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, tetapi jika
masuk jumlah yang berlebihan di dalam tubuh menyebabkan efek toksik dengan
tanaman bunga.
yang digunakan tanaman untuk mengikat logam berat di dalam tanah adalah
tercemar yang ramah lingkungan, efektif dan murah dibandingkan dengan metode
lain.
berbagai bentuk, baik dalam bentuk alang-alang maupun bentuk rumput. Tumbuhan
konsentrasi logam berat yang tinggi. Tumbuhan ini juga dapat menyerap logam di
Menurut (Wibowo S & Asriyanti AS, 2013), pakcoy merupakan tanaman yang
dan pakcoy (Brassica rapa L.) tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai fitosanitizer
limbah, tetapi juga memiliki nilai ekonomis dapat dipanen dan dikonsumsi.,7 g air.
Tanaman pakcoy adalah salah satu dari jenis sawi - sawian, pakcoy
(Brassica rapa L.) merupakan tanaman berumur pendek yang bernilai ekonomis
tinggi. Pakcoy (Brassica rapa L.) memiliki keunggulan dibandingkan sawi lainnya
dalam waktu panen yang singkat, daya adaptasi yang luas dan toleransi suhu.
Tanaman pakcoy dapat bertahan lama bila disimpan pada suhu 00-5 °C dan
kelembaban 95% (Utomo et al., 2014). Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) dapat
Hal ini karena tanaman pakcoy tidak hanya layak secara ekonomi, tetapi juga
kultivar yang tahan cekaman logam berat, mampu mentransfer logam berat ke lebih
banyak jaringan akar dari pada jaringan tajuk dengan bantuan mikroorganisme
seberapa besar pengaruh konsentrasi dari logam berat tembaga (Cu) terhadap
hiperakumulator.
hiperakumulator?
2. Bagaimana besarnya distribusi logam (Cu) pada organ tanaman pakcoy (Brassica
rapa L.)?
1.4. Tujuan
hiperakumulator)
2. Untuk mengetahui distribusi logam (Cu) pada organ tanaman pakcoy (Brassica
rapa L.)
6
1.5. Hipotesis
1. Diduga terdapat pengaruh yang berbeda pada pemberian logam berat tembaga
(Cu) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) ?
2. Diduga terdapat perbedaan distribusi logam (Cu) pada beberapa organ tanaman
5.1 Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
warna daun. Namun pada dosis 750 mg pertumbuhan tanaman menjadi tidak
2. Kandungan logam (Cu) pada akar dan tajuk tanaman pakcoy meningkat
tertinggi terjadi pada dosis cekaman Cu 625 mg dan 750 mg. Nilai faktor
5.2 Saran
hiperakumulaktor pada media terkontaminasi logam berat (Cu) dengan dosis lebih
47
40
DAFTAR PUSTAKA
Agusetyadevy, I., Sumiyati, S., & Sutrisno, E. (2013). Fitoremediasi limbah yang
mengandung Timbal (Pb) dan Kromium (Cr) dengan menggunakan
kangkung air (Ipomoea aquatica). Jurnal Teknik Lingkungan, 2(2), 1–9.
Al Kholif, M., & Ratnawati, R. (2017). Pengaruh beban hidrolik media dalam
menurunkan senyawa ammonia pada limbah cair rumah potong ayam
(RPA). Waktu: Jurnal Teknik UNIPA, 15(1), 1–9.
Ali, H., Khan, E., & Sajad, M. A. (2013). Phytoremediation of heavy metals—
Concepts and applications. Chemosphere, 91(7), 869–881.
https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2013.01.075
Andreeilee BF, Santoso M, & Nugroho A. (2014). Pengaruh Jenis Kompos Kotoran
Ternak dan Waktu Penyiangan Terhadap Produksi Tanaman Pakcoy
(Brassica rapa sub. Chienensis) Organik. Jurnal Produksi Tanaman, 2(3),
190–197.
Antoniadis, V., Levizou, E., Shaheen, S. M., Ok, Y. S., Sebastian, A., Baum, C.,
Prasad, M. N. V., Wenzel, W. W., & Rinklebe, J. (2017). Trace elements in
the soil-plant interface: Phytoavailability, translocation, and
phytoremediation–A review. Earth-Science Reviews, 171, 621–645.
https://doi.org/10.1016/j.earscirev.2017.06.005
Anupama, S., Lawrence, K., Swati, P., & Lawrence, R. S. (2014). Response of
leaves, stems and roots of Withania somnifera to copper stress.
International Journal of Plant, Animal and Environmental Sciences, 4(3),
60–67.
Arifin, Z. (2008). Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi dan
metode analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian, 27(3), 99–105.
Ashraf, S., Ali, Q., Zahir, Z. A., Ashraf, S., & Asghar, H. N. (2019).
Phytoremediation: Environmentally sustainable way for reclamation of
heavy metal polluted soils. Ecotoxicology and Environmental Safety, 174,
714–727. https://doi.org/10.1016/j.ecoenv.2019.02.068
Baroroh, F., Handayanto, E., & Irawanto, R. (2018). Fitoremediasi air tercemar
tembaga (Cu) menggunakan salvinia molesta dan Pistia stratiotes serta
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman Brassica rapa. Jurnal Tanah
Dan Sumber daya Lahan, 5(1), 689–700.
Fry, S. C., Miller, J. G., & Dumville, J. C. (2002). A proposed role for copper ions
in cell wall loosening. Progress in Plant Nutrition: Plenary Lectures of the
41
Gupta, D. K., Huang, H. G., & Corpas, F. J. (2013). Lead tolerance in plants:
Strategies for phytoremediation. Environmental Science and Pollution
Research, 20(4), 2150–2161.
Guzel, S., & Terzi, R. (2013). Exogenous hydrogen peroxide increases dry matter
production, mineral content and level of osmotic solutes in young maize
leaves and alleviates deleterious effects of copper stress. Botanical Studies,
54(1), 1–10.
Hasanah, E. U., Rosyidah, A., & Lestari, M. W. (2020). Efek Pemberian Dosis ZA
pada Lahan Tercemar Logam Berat Timbal terhadap Pertumbuhan dan
Akumulasi Pb pada Tanaman Puring (Codiaeum variegatum L.) dan Lidah
Mertua (Sansevieria trifasciata L.). Folium: Jurnal Ilmu Pertanian, 4(1),
53–61.
Junyo, G., & Handayanto, E. (2017). Potensi tiga varietas tanaman sawi sebagai
akumulator merkuri pada tanah. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan,
4(1), 421–429.
Lequeux, H., Hermans, C., Lutts, S., & Verbruggen, N. (2010). Response to copper
excess in Arabidopsis thaliana: Impact on the root system architecture,
hormone distribution, lignin accumulation and mineral profile. Plant
Physiology and Biochemistry, 48(8), 673–682.
Li, H.-Y., Wei, D.-Q., Shen, M., & Zhou, Z.-P. (2012). Endophytes and their role
in phytoremediation. Fungal Diversity, 54(1), 11–18.
https://doi.org/10.1007/s13225-012-0165-x
Ma, Y., Prasad, M. N. V, Rajkumar, M., & Freitas, H. (2011). Plant growth
promoting rhizobacteria and endophytes accelerate phytoremediation of
metalliferous soils. Biotechnology Advances, 29(2), 248–258.
Marques, Ana P. G.C., Antonio O. S. S. Rangel, and Paula M.L. Castro. 2009.
Remediation of Heavy Metal Contaminated Soils: Phytoremediation as a
Potentially Promising Clean-Up Technology. Critical Review in
Environmetal Science and Technology, 39(8):622-54. doi:
10.1080/10643380701798272.
Nair, P. M. G., & Chung, I. M. (2015). Study on the correlation between copper
oxide nanoparticles induced growth suppression and enhanced lignification
in Indian mustard (Brassica juncea L.). Ecotoxicology and Environmental
Safety, 113, 302–313.
Napitupulu Monang. (2008). Analisis Logam Berat seng, Kandium dan Tembaga
Pada Berbagai Tingkat Kemiringan Tanah Hutan Tanaman Industri PT.
Toba Pulp Lestari Dengan Metode Sepktrometri Serapan Atom (SAA). .
Skripsi US.
Piechalak, A., Hanc, A., Barałkiewicz, D., Malecka, A., & Tomaszewska, B.
(2010). 24.0 Influence of Heavy Metal Ions on the Nutrition Composition,
Phytochelatin Biosynthesis and Growth of Pisum sativum.
Rajkumar, M., Sandhya, S., Prasad, M. N. V., & Freitas, H. (2012). Perspectives of
plant-associated microbes in heavy metal phytoremediation. Biotechnology
Advances,30(6), 1562–1574.
https://doi.org/10.1016/j.biotechadv.2012.04.011
Rosidah, S., Anggraito, Y. U., & Pukan, K. K. (2014). Uji toleransi tanaman
Tembakau (Nicotiana Tabacum L.) Terhadap cekaman kadmium (Cd),
timbal (Pb), dan tembaga (Cu) pada kultur cair. Life Science, 3(2).
Sağlam, A., Yetişsin, F., Demiralay, M., & Terzi, R. (2016). Copper stress and
responses in plants. In Plant metal interaction (pp. 21–40). Elsevier.
Saier, M. H., & Trevors, J. T. (2010). Phytoremediation. Water, Air, and Soil
Pollution, 205(S1), 61–63. https://doi.org/10.1007/s11270-008-9673-4
Sarwar, N., Imran, M., Shaheen, M. R., Ishaque, W., Kamran, M. A., Matloob, A.,
Rehim, A., & Hussain, S. (2017). Phytoremediation strategies for soils
contaminated with heavy metals: Modifications and future perspectives.
Chemosphere, 171, 710–721.
https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2016.12.116
Sood, A., Uniyal, P. L., Prasanna, R., & Ahluwalia, A. S. (2012). Phytoremediation
Potential of Aquatic Macrophyte, Azolla. AMBIO, 41(2), 122–137.
https://doi.org/10.1007/s13280-011-0159-z
Tangahu, B. V., Sheikh Abdullah, S. R., Basri, H., Idris, M., Anuar, N., &
Mukhlisin, M. (2011). A Review on Heavy Metals (As, Pb, and Hg) Uptake
by Plants through Phytoremediation. International Journal of Chemical
Engineering, 2011, 1–31. https://doi.org/10.1155/2011/939161
Utomo, W. Y., E.S, B., & Isman N. (2014). Keragaan Beberapa Varietas Pakcoy.
Jurnal Penelitian Terapan, 13(3), 159–167.
Vamerali, T., Bandiera, M., & Mosca, G. (2010). Field crops for phytoremediation
of metal-contaminated land. A review. Environmental Chemistry Letters, 8,
1–17.
Wang, L., Ji, B., Hu, Y., Liu, R., & Sun, W. (2017). A review on in situ
phytoremediation of mine tailings. Chemosphere, 184, 594–600.
https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2017.06.025
Wati, D. R., Sholihah, A., & Rosyidah, A. (2019). Respon tanaman hias puring
(Codiaeum variegatum L.) dan lidah mertua (Sansevieria trifasciata L.)
akibat penambahan macam pupuk nitrogen pada tanah tercemar logam berat
timbal (Pb). AGRONISMA, 7(1), 84–90.
44
Wibowo S, & Asriyanti AS. (2013). Aplikasi Hidroponik NFT pada Budidaya
Pakcoy (Brassica rapa chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan,
13(3), 159–167.
Zhao, S., Liu, Q., Qi, Y., & Duo, L. (2010). Responses of root growth and protective
enzymes to copper stress in turfgrass. Acta Biologica Cracoviensia s.
Botanica, 52(2).
Zheng, Y., Wang, L., & Dixon, M. (2005). Greenhouse pepper growth and yield
response to copper application. HortScience, 40(7), 2132–2134.