Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENCEMARAN TANAH AKIBAT DARI LIMBAH PERTANIAN

Oleh:

Nama : TALENTA SIMANJUNTAK

NIM : P00933119106

Tingkat : IIB

Mata Kuliah: Penyehatan Makanan dan Minuman

Dosen : Nelson Tanjung, SKM, M.Kes

PROGRAM STUDI DIII SANITASI

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

KABANJAHE

2020

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul ” LAPORAN PENCEMARAN TANAH
AKIBAT DARI LIMBAH PERTANIAN Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Penyehatan Makanan dan Minuman. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pencemaran tanah, sumber
,dampak dan penanggulangannnya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nelson Tanjung, SKM, M.Kes selaku
Dosen Penyehatan Tanah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan.

Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat, yang tidak dapat saya
sebutkan semuanya, terimakasih atas bantuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
ini.

Penulis menyadari bahwa tugas yang diketik ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Tampahan, November 2020

Penulis

BAB 1
A. LATAR BELAKANG

Penyebab pencemaran pada lahan pertanian dapat digolongkan ke dalam 1) kegiatan


non pertanian, yaitu dari kegiatan industri dan pertambangan 2) kegiatan pertanian, dari
penggunaan bahan-bahan agrokimia, dan 3) kegiatan manusia sehari-hari meliputi sampah
rumah tannga, limbah rumah sakit dan dari aktifitas lainnya. Bahan beracun berbahaya (B3)
dan logam berat yang masuk dalam tanah akan menurunkan kualitas tanah, 'air dan prod uk
pertanian yang lambat laun menyebabkan lingkungan ekosistem akan hancur dan tidak
berfungsi sesuai peruntukkannya. Untuk membersihkan lingkungan dari zat pencemar
dilakukan tindakan pemulihan (remediasi). Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu eks-situ yaitu
pembersihan yang dilakukan tidak di lokasi yang tercemar dan in-situ dilakukan pada lokasi
yang tercemar. Cara in-situ sering dilakukan karena lebih murah dan mudah dibandingkan
eks-situ. Adapun remediasi pada lahan yang tercemar dapat dilakukan melalui,
kemoremediasi, fitoremediasi dan bioremediasi. Penerapan kemoremediasi dengan
memodifikasi tingkat kemasaman tanah melalui pengapuran dapat menurunkan ketersediaan
Pb dari 0,06 ppm menjadi 0,04 ppm. Bahan organik juga dapat digunakan untuk
mengimobilkan logam berat di dalam tanah. Asam fulvat dan asam humat yang dikandung
dalam bahan organik dapat mengikat logam Pb, Fe, Mn, Cu, Ni, Zn dan Cd. Arang aktif
merupakan bahan absorbensia yang sangat baik pada berbagai zat toksik termasuk pestisida.
Selain itu, arang aktif dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan urea berkarbon
(urea+arang aktif), dimana dengan urea berkarbon tersebut pelepasan nitrogen akan
terkendali (slow release). Penerapan fitoremediasi dengan menanami enceng gondok
(Eichornia crassipes) dalam waktu 24 jam dapat menyerap Cd, Hg dan Ni masing-masing
sebesar 1,35; 1,77 dan 1,16 mg/g. Demikian pula pada tanaman mendong (Fimbiristyllis
globulosa), Brassica juncea dan yang lain. Penerapan bioremediasi melalui inokulasi Bacillus
sp pada tanaman padi, rata-rata menurunkan serapan Pb pada beras sebesar 47% dan Cd 41%.

Pencemaran tanah adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat energi,
dan atau komponen lain ke dalam tanah atau berubahnya tatanan tanah oleh kegiatan manusia
atau oleh proses alam sehingga kualitas tanah turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan tanah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi.

Tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di


muka bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia, hewan
hidup dari tumbuhan. Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian
besar dari makanan kita berasal dari permukaan tanah.. Oleh sebab itu, sudah menjadi
kewajiban kita menjaga kelestarian tanah sehingga tetap dapat mendukung kehidupan di
muka bumi ini. Akan tetapi, sebagaimana halnya pencemaran air dan udara, pencemaran
tanah pun akibat kegiatan manusia juga.

B. TUJUAN

Adapun rumusan masalah pada karya tulis ini adalah sebagai berikut :

a. a
b. SUMBER PENCEMARAN TANAH DAN KOMPONEN PENCEMAR TANAH
c. DAMPAK YANG DITIMBULKAN AKIBAT PENCEMARAN TANAH YANG
BERSUMBER DARI Limbah pertanian
d. PENANGANAN PENCEMARAN TANAH
e. PENCEGAHAN PENCEMARAN TANAH
1. BIOREMEDIASI PESTISIDA
2. DEGRADASI TANAH KARENA PENGGUNAAN PESTISIDA
3. MIKROORGANISME PENDEGRADASI PESTISIDA

BAB II
PEMBAHASAN

A.PENCEMARAN TANAH

Pencemaran tanah adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat energi,
dan atau komponen lain ke dalam tanah atau berubahnya tatanan tanah oleh kegiatan manusia
atau oleh proses alam sehingga kualitas tanah turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan tanah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi.

Penyebab pencemaran pada lahan pertanian dapat digolongkan ke dalam

1) kegiatan pertanian, yaitu penggunaan bahan-bahan agrokimia yang berlebihan. dan

2) kegiatan non pertanian, yaitu kegiatan industri dan pertambangan (Notodarmojo, 2005).
Kegiatan Pertanian Pupuk merupakan salah satu sumber hara tanaman yag sengaja
ditambahkan untuk meningkatkan produksi tanaman, Penggunaan pupuk P selain
mengandung P205 sebagai unsur utama juga terdapat logam Cd yang membahayakan
kesehatan manusia. Kekhawatiran tentang adanya kandungan logam berat dalam pupuk ini
berkaitan dengan : (1) akumulasi logam berat dalam tanah dalam jangka panjang akan
berpengaruh pada kualitas dan kuantitas hasil tanaman; (2) serapan logam berat dalam
tanaman membahayakan kesehatan manusia dan temak; serta (3) menurunkan kualitas tanah
dan membahayakan keanekaragaman hayati dalam tanah (Setyorini et al., 2003). Hasil
analisis oleh Puslibangtanak tentang kadar unsur dalam sumber P yang beredar di Indonesia
menunjukkan bahwa selain mengandung P20S sebagai unsur utamajuga terdapat logam Cd,
Cr dan Pb (Tabel1). Pupuk nitrogen (N) merupakan komponen hara utama pada tanaman.
Penggunaan pupuk ini paling besar dibanding pupuk lainnya (P dan K). Jenis pupuk N yang
paling ban yak digunakan adalah urea. Hasil survei Balai Penelitian Lingkungan Pertanian
pada tahun 2005, di Kabupaten Klaten dan Sragen penggunaan pupuk urea di sentra produksi
padi telah melebihi dosis anjuran setempat yaitu sekitar 15-100% dengan kisaran penggunaan
300-600 kg.ha". Padahal efisiensinya hanya sekitar 30-50% N dan sisanya tercuci secara
vertikal dan horisontal serta tervolatilisasi ke atmosfir.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian
kerusakan tanah untuk produksi bio massa: “Tanah adalah salah atu komponen lahan berupa
lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta
mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya.”

Tetapi apa yang terjadi, akibat kegiatan manusia, banyak terjadi kerusakan tanah. Di
dalam PP No. 150 th. 2000 di sebutkan bahwa “Kerusakan tanah untuk produksi biomassa
adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah”.

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke
dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air tanah dan udara di atasnya.

B. SUMBER PENCEMARAN TANAH DAN KOMPONEN PENCEMAR TANAH

a. SUMBER PENCEMARAN TANAH

Sumber pencemar tanah, karena pencemaran tanah tidak jauh beda atau bisa dikatakan
mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara dan pencemaran air, maka sumber
pencemar udara dan sumber pencemar air pada umumnya juga merupakan sumber pencemar
tanah.

Sebagai contoh gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen, oksida belerang yang menjadi
bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan dan turun ke tanah dapat menyebabkan
terjadinya hujan asam sehingga menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah.

Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya tercemari zat
radioaktif, logam berat dalam limbah industri, sampah rumah tangga, limbah rumah sakit,
sisa-sisa pupuk dan pestisida dari daerah pertanian, limbah deterjen, akhirnya juga dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan ataupun tanah
daerah yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut. Maka sumber bahan
pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar yang berasal dari,
sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah rumah sakit, gunung berapi yang meletus /
kendaraan bermotor dan limbah industri.

b .KOMPONEN-KOMPONEN BAHAN PENCEMARAN TANAH

1. Limbah domestik

Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagang-


an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan
dan swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.

1.1. Limbah padat berupa senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan atau diuraikan
oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan
bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur. Bahan pencemar itu akan tetap utuh
hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus plastik yang kita buang ke lingkungan akan
tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian.

1.2. Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak
kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah.

2. Limbah industri

Limbah Industri berasal dari sisa-sisa produksi industri. .

2.1 Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan industri berupa
padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan
pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.

2.2 Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya
sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal,
perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan
logam seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah. Merupakan zat yang sangat beracun
terhadap mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi
mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah.

3. Limbah pertanian

Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah atau
tanaman, misalnya pupuk urea dan pestisida untuk pemberantas hama tanaman. Penggunaan
pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang menyebabkan
kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah
semakin berkurang. Dan penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi
juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung
pada jumlah organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang terus menerus
akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut

C.DAMPAK YANG DITIMBULKAN AKIBAT PENCEMARAN TANAH YANG


BERSUMBER DARI Limbah pertanian

Dampak dari pemberian pupuk urea yang berlebihan dapat mencemari lingkungan di
sekitarnya. Hasil pengujian contoh air sumur di lahan sawah irigasi dari tujuh kabupaten
sentra produksi padi di Jawa Tengah (Klaten, Orobogan, Sragen, Demak, Salatiga, Cilacap,
dan Tegal) menunjukkan lebih dari 85% sampel airnya mengandung nitrat (Anonim, 2006).
Dampak senyawa nitrogen terhadap lingkungan dan kesehatan

Penggunaan bahan agrokimia khususnya pestisida yang makin meningkat dalam


meningkatkan produksi pertanian terutama tanaman pangan dan sayuran dapat
mengakibatkan pencemaran lingkungan dan berdampak negatif terhadap kualitas sumberdaya
lahan dan sumberdaya manusia. Berbagai laporan mengemukakan bahwa di sentra-sentra
produksi padi maupun sayuran telah terjadi penggunaan bahan-bahan agrokimia secara
berlebihan, dan ada indikasi bahwa kandungan logam berat dan residu pestisida dalam beras
dan sayuran di beberapa lokasi telah melampaui ambang membahayakan (Ardiwinata dan
Djazuli, 1992). Di daerah Karawang temyata penggunaan insektisida pada mas a lampau
masih meninggalkan residu organoklorin di air (air sawah, air sungai, dan air laut) dengan
konsentrasi ada yang di atas batas toleransi (Ardiwinata dan Djazuli, 1992). Residu
insektisida yang masih ditemukan ini kemungkinan akan mengancam kehidupan perairan.
Kandungan maksimum residu pestisida dalam komoditas sayuran di Indonesia ditemukan ada
yang melebihi batas maksimum residu (Tabel 3).

D. PENANGANAN PENCEMARAN TANAH

Ada 2 cara untuk penanganan pencemaran tanah

1. Remidiasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan
on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri
dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.

Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa
ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar
dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini
jauh lebih mahal dan rumit.

2. Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan


mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi
zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan
air).

E. PENCEGAHAN PENCEMARAN TANAH

Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran dapat


dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan pencemar yang perlu
ditanggulangi.

Pada umumnya langkah pencegahan adalah berusaha untuk tidak menyebabkan


terjadinya pencemaran, misalnyamengurangi terjadinya bahan pencemar, langkah
pencegahan itu antara lain:

1) Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme antara lain dapat
dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan terbuka,
kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk.

2) Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan oleh
mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar sampah-sampah yang dapat terbakar
seperti plastik dan serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat yang
jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman.

3) Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan mencemari
tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar dilakukan proses
pemurnian.

4) Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai dengan
aturan dan tidak sampai berlebihan.
5) Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang dapat
dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.

6) Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumursumur atau tangki
dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak berbahaya,

❏ BIOREMEDIASI PESTISIDA

1. Bioremediasi pestisida klorpirifos menggunakan bioreactor scale up (Fulekar and


Geetha,2008). Mikroorganisme adalah kultur murni Pseudomonas Aeruginosa. Medium
kultur adalah medium FTW yang terdiri atas .(Herman &Frankerberger, 1999) (dalam mg/l) :
0.255 K2HPO4, 0.255 KH2PO4, 0.255 (NH4)2SO4, 0.05 MgSO4.7H2O, 0.005 CaCO3 and
0.005 FeCl2.4H2O dicampur dengan 1 ml larutan trace element (Focht, 1994). Larutan trace
element mengandung (dalam mg/l) 169 MgSO4.H2O, 288 ZnSO4.7H2O, 250 CuSO4.5H2O,
26 NiSO4.6H2O, 28CoSO4 dan 24 Na2.MoO4.2H2O. Peneyiapan pestisida : tabung
erlemeyer 250 ml dan kultur nutrient di autoclave selama 20 menit pada 121ºC. 500μl
acetone mengandung pestisida di sterilkan ditambahkan ke autoclave dan tabung erlemeyer
dikeringkan sampai aseton menguap secara komplit. Selanjutnya 100 ml media kultur
ditambahkan pestisida sampai sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan (Brinch, 2002).
Teknik Scale-up: Satu milliliter subkultured Pseudomonas aeruginosa di inokulasi ke tabung
erlemeyer 250 ml yang mengandung media kultur nutrient dengan konsentrasi klorpirifos 10
mg/l. Tabung inokulasi diinkubasi pada orbital shaker pada 160 rpm, 30°C selama 14 hari.
Setelah 14 hari 1 ml dari media kultur diambil dan diletakkan pada media kultur dengan
konsentrasi pestisida 25 mg/l. Tabung diinmubasi pada skaker pada 160 rpm, 30°C selama 14
hari. Selanjutnya 1 ml dari media kultur ditransfer ke kultur 75 dan 100mg/l, Setiap langkah
prosedur melalui pengocokan 160 rpm, 30°C selama 14 hari. Setelah 90 hari perlakuan
dihentikan. Setiap 14 hari sampel di pindahkan dan dianalisa menggunakan GC- MS untuk
biodegradsi pestisida dan intermediatnya. Pertumbuhan mikrobis dalam tabung bioreactor
dicatat dengan mengukur absorbans pada 550 nm. Hasil yang diperoleh menunjukkan
biodegradasi klorpirifos pada 10, 25 dan 50 mg/l terdegradasi komplit setelah periode 1, 5, 7
hari, berturut – turut. . Intemediate adalah 3, 5, 6 asam trichloro-2-pyridion, 2, 4-bis (1, 1
dimethyiethyl) phenol and 1, 2 zenedicarboxylic selama bioremediasi. Selanjutnya senaywa
terse but di konversi menjadi CO2, biomassa dan nutrient.
2. Bioremediasi pestisida secara in situ (Setiyo et.al., 2011)

Lahan pertanian yang dibudidayakan tanaman sayuran tomat diberi pupuk kompos kotoran
sapi atau tanpa dipupuk kompos (sebagai kontrol) dan pada saat tanaman berusia 1 bulan
disemprot pestisida Ditane M-45 dengan konsentrasi 1.2 g/l/20 m2 (dosis redah), 2.4 g/l/20
m2 (dosis sedang), dan 3.6 g/l/20 m2 (dosis tinggi). Perkembangbiakan bakteri dan kapang
diamati pada sampel tanah yang diambil pada kedalaman 0 cm, 0–5 cm dan 5–10 cm, selain
itu diamati pula konsentrasi residu pestisida dan kandungan C-organik dan N organik.
Sampel tanah diambil 0, 2, 4, 7, 15, 30, 45, dan 60 hari setelah waktu penyemprotan
pestisida. Analisis populasi bakteri dilakukan dengan metode TPC pada media PCA.
Pembuatan PCA dengan melarutkan 15 g agar, 1 g dextrosa, 5 tripton, 1.5 g yeast ke dalam
1000 ml aquadest. Larutan tersebut dipanaskan sambil diaduk dengan magnetic stirer sampai
mendidih dan homogen. Selanjutnya larutan disterilisasi dalam autoclave pada suhu 121° C
selama 15 menit. Setelah agak dingin dituangkan ke dalam cawan petri steril ± 15–20 ml dan
didinginkan. Setelah padat cawan petri ditutup dalam posisi terbalik. Metode TPC dilakukan
dengan melarutkan 1 g sampel dengan 9 ml NaCL faali (0.9 %) ke dalam tabung reaksi.
Larutan ini pengencerannya 10-1 dan pengenceran dilakukan sampai 10-6. Setiap kali
melakuan pengenceran larutan diaduk menggunakan vortek. Selanjutnya 0.1 ml larutan untuk
pengenceran 10-4 sampai 10-6 dituang ke media PCA menggunakan ependorf dari stip steril.
Selanjutnya larutan disebar dengan sprider yang telah dicelupkan pad alcohol dan
dipanaskan. Kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 48 jam. Koloni yang dihitung
hanya yang berjumlah 30–300 koloni. Ekstraksi sampel dilakukan secara langsung. Kadar
residu pestisida ditentukan dengan menggunakan Kromatografi gas. Hasil yang diperoleh
menunjukkan berdasar pada C/N, dan pH, dapat menghasilkan solusi yang lebih baik untuk
bioremediasi masalah residu pestisida dilakukan dengan mencampurkan kompos dalam
pemeliharaan koltikultura. Penyimpangan pH dalam proses bioremediasi sebesar 0.22, dan
pH proses bioremediasi in-situ antara 6.9 dan 7.12 atau pH netral. Pada kondisi ini
mikroorganisme akan efektif mengurangi residu pestisida. Proses bioremediasi pada residu
pestisida Ditane KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BIOREMEDIASI. Kesuksesan
metode bioremediasi ditentukan oleh penggunaan mikroba yang tepat, di tempat yang tepat
dengan faktorfaktor lingkungan yang tepat untuk terjadinya degradasi. Kelebihan
bioremediasi adalah dapat dilakukan pada lokasi (perlakuan lapangan) kurangnya biaya dan
gangguan Bioremediasi dapat menghilangkan polutan secara permanen dan dapat diterima
masyarakat, dengna didukung peraturan dapat digabung dengan metode perlakuan fisika dan
kimia (Rani dan Dania, 2014). Bioremediasi mempunyai keterbatasan (Singh et al., 2006).
Residu yang dihasilkan merupakan senyawa yang tidak berbahaya meliputi CO2, air , dan sel
biomassa. Banyak senyawa yang dianggap berbahaya dapat dirubah menjadi tidak berbahaya
dan memindahkan kontaminan dari satu medium lingkungan ke tempat lain. Strategi yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mendegradasi polutan yaitu :
menggunakan sel mikroba untuk mengantar gen melalui konyugasi dan menambahkan gen
yang sebenarnya ke tanah (Singh et al., 2006) KESIMPULAN Bioremediasi dapat digunakan
untuk menghilangkan polutan pestisida secara permanen di tanah menggunakan
mikroorganisme. Mikroorganisme yang digunakan dapat dari golongan jamur ataupun
bakteri. Faktor yang perlu diperhatikan ketika melakukan bioremediasi adalah jenis
mikroorganisme yang akan digunakan, lokasi dan faktorfaktor lingkungan yang
mempengaruhi proses bioderadasi. Hasil akhir dari proses remediasi adalah CO2, air, dan sel
biomassa.

❏ DEGRADASI TANAH KARENA PENGGUNAAN PESTISIDA

Tanah sangat penting artinya utamanya bagi usaha pertanian karena kehidupan dan
perkembangan tanaman sangat bergantung pada keadaan tanah. Penggunaan tanah untuk
usaha-usaha pertanian tanpa diimbangi dengan upaya perbaikan akan menyebabkan degradasi
atau kerusakan tanah. Degradasi atau kerusakan tanah adalah hilang atau menurunnya fungsi
tanah sehingga tanah mengalami penurunan kemampuan untuk berproduktif seperti semula
(Arsyad, 2000). Beberapa faktor penyebab tanah terdegradasi dan rendahnya produktivitas,
antara lain : deforestasi, mekanisme dalam usaha tani, kebakaran, penggunaan bahan kimia
pertanian, dan penanaman secara monokultur (Lal, 2000). Pestisida merupakan bahan kimia
pertanian yang digunakan untuk membasmi Organisme pengganggu tanaman. Setelah
aplikasi, residu pestisida akan terdapat pada tanaman, tanah, dan organisme tanah. Menurut
Tarumingkeng (1992), hal ini disebabkan lapisan atas tanah memiliki kandungan organik
paling banyak sehingga pestisida mudah terabsorpsi, terikat kuat sehingga akan menghambat
terjadinya penguapan pestisida. Pestisida yang masuk ke lokasi pertanian juga akan
memasuki perairan melalui irigasi, dan dapat berpindah ke tanah di lokasi lain karena aliran
air permukaan (runoff). Pestisida akan mengalami proses alam di dalam tanah. Reaksi-reaksi
ini dipengaruhi oleh jenis tanah, kelembaban tanah, pH tanah, temperatur tanah, volatilitas
pestisida, mikroorganisme, dan substansi kimia yang terkandung di dalam tanah. Oleh
karenanya, laju degradasi satu jenis pestisida tertentu bergantung pada karakteristik fisik
tanah, mikroorganisme tanah, dan karakteristik dari pestisida tersebut.

❏ MIKROORGANISME PENDEGRADASI PESTISIDA

Adanya residu pestisida pada permukaan tanah menyebabkan masalah pada lingkungan.
Detoksifikasi lingkungan yang telah mengalami pencemaran dapat dilakukan dengan
bioremediasi. Pestisida didegradasi oleh mikroorgisme yang menggunakan sebagai sumber
karbon, mineral atau penerima electron dalam rantai respirasi. Beberapa jamur seperti yang
telah dimanfaatkan yakni Trametes hirsutus, Phanerochaete chrysosporium, Phanerochaete
sordia dan Cyathusbulleri untuk mendegradasi lindan dan pestisida yang lain Beberapa isolat
bakteri murni telah digunakan pestisida spesifik sebagai sumber karbon, nitrogen atau fosfor
telah diisolasi (Singh & Kuhad, 2000). Rosliana (2001), menemukan bahwa penurunan
konsentrasi klorpirifos pada tanah terjadi akibat adanya adsorpsi dan degradasi oleh bakteri.
Beberapa bakteri aerob genus Bacillus dapat melakukan bioremediasi terhadap tanah yang
tercemar klorpirifos, dengan mengurai dan memanfaatkan sebagai sumber energi/nutrien bagi
pertumbuhan dan perkembangbiakannya. beberapa bakteri seperti Flavobacterium sp.
(Ghassempour et al., 2002), Pseudomonas sp. (Ramanathan and Lalithakumari, 1999),
Agrobacterium sp. (Ghassempour et al., 2002; Yasouri, 2006) and Arthrobacter sp. (Ohshiro
et al., 1996) dapat menggunakan
BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah
lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau
bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan
tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak,
zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah, diantaranya dengan
remediasi dan bioremidiasi. Remediasi yaitu dengan cara membersihkan permukaan tanah
yang tercemar. Sedangkan Bioremediasi dengan cara proses pembersihan pencemaran tanah
dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).Bioremediasi dapat digunakan untuk
menghilangkan polutan pestisida secara permanen di tanah menggunakan mikroorganisme.
Mikroorganisme yang digunakan dapat dari golongan jamur ataupun bakteri. Faktor yang
perlu diperhatikan ketika melakukan bioremediasi adalah jenis mikroorganisme yang akan
digunakan, lokasi dan faktorfaktor lingkungan yang mempengaruhi proses bioderadasi. Hasil
akhir dari proses remediasi adalah CO2, air, dan sel biomassa.

B. SARAN

Untuk lebih memahami semua tentang pencemaran tanah, disarankan para pembaca mencari
referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu, diharapkan para
pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari
– hari dalam menjaga kelestarian tanah beserta penyusun yang ada di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/did-you-know/lingkungan/304-pencemaran-tanah.

https://8villages.com/full/petani/article/id/5ae9baa974814ddf5f0191e8

https://mahasiswaindonesia.id/penanggulangan-pencemaran-tanah-oleh-pestisida-dengan-
menggunakan-teknik-bioremediasi-in-situ/#:~:text=Bioremediasi%20merupakan%20upaya
%20memperbaiki%20tanah,kurang%20maupun%20yang%20tidak%20berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai