Anda di halaman 1dari 9

Manajemen Kualiatas Air dan Tanah Rabu, 5 November 2019

Laporan Praktikum Kelompok 3


Dosen : Ima kusmiati, S.Pi,
M.Sc
Henry Kasman Hadi,
S.Pi
Asisten : Bhre Hagni Y, S.Pi
Nabila Putri E,
A.Md
Fitriana Rahmawati

TEKNIK PENANGANAN LOGAM BERAT (FE DAN MN)


DENGAN FILTER FISIK DAN TUMBUHAN

Disusun oleh:
Aura Shafira J3H818109

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN PERIKANAN
BUDIDAYA
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kualitas air merupakan komponen penting dalam budidaya perikanan.
Suatu perairan tercemar atau tidak dapat dikategorikan berdasarkan pada kualitas
baku mutu. Baku mutu air adalah batas zat atau kandungan pencemar yang
diperbolehkan dalam air (Fardiaz 1992). Air dikatakan tercemar apabila tidak
memenuhi baku mutu yang disyaratkan, dan dikatakan tidak tercemar apabila
memenuhi baku mutu. Kualitas air memiliki pengaruh terbesar pada kualitas ikan
budidaya. Kualitas air harus sesuai dengan kondisi optimum, yang diharapkan oleh
ikan agar ikan dapat tumbuh dengan baik (Effendi 2003). Aspinall (2001)
menyatakan terdapat tiga komponen utama dalam budidaya perairan yaitu biota
yang dipelihara, lingkungan dan pakan. Lingkungan akan memberikan pengaruh
langsung terhadap kelangsungan hidup ikan. Oleh karena itu, lingkungan atau air
sebagai media hidup ikan harus terkontrol kualitasnya.
Pada wadah budidaya, treatment dan pemeriksaan kualitas air perlu
dilakukan secara berkala. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air yang
tetap sesuai dengan standar baku mutu. Kualitas air pada wadah budidaya dapat
dipengaruhi oleh banyak hal, contonya pH, suhu, kekeruhan, kandungan logam
berat dan sebagainya. Pencemaran logam berat merupakan salah satu permasalahan
yang merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum. Logam berat bersifat
racun terhadap makhluk hidup. Logam berat merupakan unsur esensial yang
dibutuhkan oleh makhluk hidup, namun hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
Beberapa logam berat (dalam kadar tertentu) bersifat racun. Pada wadah tidak
terkontrol atau alam unsur ini biasanya terdapat dalam bentuk terlarut atau
tersuspensi serta terdapat sebagai bentuk ionik. Dampak dari pencemaran logam
berat ini sangat berbahaya baik pada organisme perairan manusia dan lingkungan
(Aditriawan 2013).
Salah satu metode penanganan kualitas air dapat dilakukan adalah dengan
menambahkan sistem filter fisik dan fitoremediasi. Filter fisik sebagai penyaring
kotoran dengan partikel besar. Fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk
menghilangkan polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi (Rondonuwu
2014). Teknik fitoremediasi dianggap teknologi yang inovatif, ekonomis, dan relatif
aman terhadap lingkungan (Sidauruk dan Patricius 2015). Beberapa tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan sebagai fitoremediasi adalah tumbuhan eceng gondok, kayu
apu, hydrilla, dan red malang.
Mekanisme kerja filtrasi air media di dalam akuarium. Dengan penambahan
aerasi, udara yang berasal dari aerasi akan menyebabkan air di dasar akuarium
terangkat ke atas sehingga air tersebut akan keluar dari bagian atas paralon penyalur
air. Air yang keluar dari paralon penyalur akan masuk kembali ke dalam akuarium.
Dengan terangkatnya air dasar, air yang berada di akuarium bagian atas akan turun
kebagian dasar ruang akuarium. Penambahan aerasi juga ditambahkan sebagai
peningkat kandungan oksigen dalam air (DO).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui efektivitas tanaman air pada
penyerapan logam bert (Fe).
II METODOLOGI

1.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Oktober 2019 s/d Rabu, 29
Oktober 2019. Bertempat di Laboratorium Air Sekolah Vokasi Institut Pertanian
Bogor PSDKU Sukabumi pada pukul 08.00 - 12.00 WIB

1.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum adalah 5 buah akuarium, aerasi, test kit
(𝐹𝑒), dan filter double bottom. Bahan yang digunakan adalah tanaman eceng gondok,
tanaman hydrilla, tanaman red malang, tanaman kayu apu, logam berat (Fe) dan air.

1.3. Prosedur Kerja


Akuarium dan perlengkapan untuk membuat double bottom disiapkan. Double
bottom disusun pada akuarium hingga dapat digunakan. Tanaman air masing-masing
dicuci dan diletakan pada akuarium. Akurium diberi air hingga 80% dari volume
akuarium. Logam berat (Fe) berupa larutan 𝐹𝑒𝐶𝑙3 ditambahkan pada akuarium
sebanyak 10ml. Penghitungan Fe menggunakan test kit pada hari pertama, ke-3, dan
ke-7 praktikum. Penghitungan Fe dilakukan dengan mengambil 5ml sampel air
kemudian ditambahkan reagent 1 berupa bubuk sebanyak 2 sendok khusus yang
kemudian dikocok hingga homogen, setelahnya diberi reagent 2 berupa larutan yang
diteteskan sebanyak 5 tetes. Sampel kemudian dikocok hingga hoogen dan
didiamkan hingga 10 menit. Amati perubahan warna sesuai kertas penguji.
III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Berikut merupakan hasil pengamatan logam berat (Fe) dari wadah dengan
penambahan filtrasi dan tanaman air (tanaman eceng gondok, tanaman hydrilla,
tanaman red malang, dan tanaman kayu apu).

Tabel 1. Hasil Pengamatan logam berat (Fe) dari wadah dengan penambahan filtrasi dan
tanaman air
Hari ke- (ppm)
Kelompok Perlakuan
H0 H3 H7
1 Eceng Gondok 1 0,25 0,1
2 Kontrol 1 1 1
3 Hydrilla 1 0,25 0,25
4 Red Malang 1 1 1
5 Kayu Apu 1 0,5 0,5

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa kandungan Fe pada


penambahan tanaman air Red Malang dan kontrol tidak mengalami perubahan
selama praktikum berlangsung. Tanaman kayu apu mengurangi kandungan Fe
hingga 0,5 ppm pada hari ke-3 praktikum. Tanaman air hydrilla mengurangi
kandungan Fe menjadi sebanyak 0,25 ppm pada hari ke-3 praktikum. Sedangkan
tanaman air eceng gndok mengurangi kandungan Fe hingga 0,25 ppm pada hari ke-
3 dan menjadi 0,1 ppm pada hari ke-7 praktikum.

3.2 Pembahasan
Kualitas air merupakan komponen penting dalam budidaya perikanan.
Kualitas air memiliki yang pengaruh besar pada kesehatan biota air. Sumber
perairan untuk budidaya biasanya diambil dari perairan umum, seperti sungai,
danau, dan rawa (Cahyono 2011). World Wild Life (WWF) Indonesia menyatakan
25,1% desa di Indonesia memiliki air tanah yang sudah tercemar dan 2,7% tercemar
dengan sangat berat. Air yang berkualitas harusnya tidak berbau, tidak berasa, dan
tidak berwarna (Slamet 2009). Air sebagai media hidup ikan harus memiliki sifat
yang cocok bagi kehidupan ikan, karena kualitas air dapat memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan mahluk- mahluk hidup di air (Djatmika 1986). Kualitas air
merupakan faktor pembatas terhadap jenis biota yang dibudidayakan di suatu
perairan (Kordi dan Tancung 2007).

Pencemaran logam berat merupakan salah satu permasalahan yang


merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum. Logam berat bersifat racun
terhadap makhluk hidup. Logam berat merupakan unsur esensial yang dibutuhkan
oleh makhluk hidup, namun hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Beberapa
logam berat (dalam kadar tertentu) bersifat racun. Pada wadah tidak terkontrol atau
alam unsur ini biasanya terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi serta
terdapat sebagai bentuk ionik. Dampak dari pencemaran logam berat ini sangat
berbahaya baik pada organisme perairan manusia dan lingkungan (Aditriawan
2013). Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat dan mengendap di
dasar perairan dan bersatu dengan sedimen, sehingga kadar logam berat dalam
sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air (Aditriawan 2013). Konsentrasi logam
berat pada sedimen tergantung pada beberapa faktor yang berinteraksi. Faktor-
faktor tersebut adalah sumber dari mineral sedimen antara sumber alami atau hasil
aktifitas manusia, melalui partikel pada lapisan permukaan atau lapisan dasar
sedimen, melalui partikel yang terbawa sampai ke lapisan dasar, melalui
penyerapan dari logam berat terlarut dari air yang bersentuhan. Sebagian besar
logam seperti Fe, Pb, Zn, Al & Cu mudah terlarut dan sangat mobil pada pH< 5
(Stumn & Morgan 1996). Pada pH 6,5-7 adalah merupakan pH yang ideal.
Unsurunsur hara akan relative banyak tersedia pada pH tersebut. Sedangkan pada
pH rendah unsur-unsur seperti Al, Mn & Fe akan bersifat racun. Kadar besi (Fe) >
1 mg/L dianggap membahayakan kehidupan organisme akuatik (Moore 1991).
Logam Fe merupakan logam essensial yang keberadaannya dalam jumlah tertentu
sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebih dapat
menimbulkan efek racun. Tingginya kandungan logam Fe akan berdampak
terhadap kesehatan manusia diantaranya bisa menyebabkan keracunan (muntah),
kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, radang sendi, cacat lahir,
gusi berdarah, kanker, sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah,
hepatitis, hipertensi, insomnia (Parulian 2009).

Upaya penurunan kandungan logam berat dapat dilakukan dengan


penambahan tanaman air pada wadah budidaya. Tanaman memiliki kemampuan
dalammengakumulasi logam berat dengan tigatahapan yang saling berhubungan,
yaitu penyerapan oleh akar, translokasi logam dariakar kebagian tanaman lain,
lokalisasi logampada sel dan jaringan. Penyerapan oleh akarbertujuan agar tanaman
dapat menyeraplogam, maka logam harus dibawa ke dalamlarutan di sekitar akar
(rizosfer) denganbeberapa cara bergantung pada spesiestanaman. Senyawa-
senyawa yang larutdalam air biasanya diambil oleh akarbersama air, sedangkan
senyawa-senyawahidrofobik diserap oleh permukaan akar.Translokasi logam dari
akar ke bagiantanaman lain. Setelah logam menembusendodermis akar, logam atau
senyawa asinglain mengikuti aliran transpirasi ke bagianatas tanaman melalui
jaringan pengangkut(xilem dan floem) ke bagian tanamanlainnya. Lokalisasi logam
pada sel dan jaringan. Hal ini bertujuan untuk menjagaagar logam tidak
menghambat metabolismetanaman. Sebagai upaya untuk mencegahperacunan
logam terhadap sel, tanamanmempunyai mekanisme detoksifikasi,misalnya dengan
menimbun logam di dalam organ tertentu seperti akar (Priyanto dan Prayitno 2007
dalam Hardiani 2009).Keemampuan penyerapan logam berat dipengaruhi oleh
waktu pemaparan ketika tumbuhan sudah tidak mampu menyerap logam pada lama
pemaparan tertentu, hal tersebut menunjukkan bahwa tumbuhan telah mencapai
titik jenuhnya.Titik jenuh adalah waktu batas maksimum yang dapat ditolerir
tumbuhan dalam menyerap kontaminan (Zubair dkk, 2015)Beberapa tanaman air
yang dapat mengurangi kandungan logam berat (Fe) adalah tanaman eceng gondok,
hydrilla, kayu apu, dan red malang.

Tanaman air Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah tumbuhan yang


sering dianggap sebagai gulma karena kecepatan tumbuh yang sangat tinggi, akan
tetapi tanaman ini ternyata memiliki manfaat yaitu dapat menyerap logam berat
seperti Fe. Roekmijati (2004) menyatakan logam berat dalam proses penyerapan
membentuk kompleks koordinat kovalen dengan bahan biologi di dalam jaringan
tumbuhan Eichornia crassipes. Oleh karena itu Eichornia crassipes mampu
menyerap polutan pada perairan. Tumbuhan Eichornia crassipes membutuhkan
waktu 12 hari untuk menurunkan konsentrasi logam berat (Pb) sebesar dua kali lipat
dari konsentrasi awal logam berat tersebut yakni 0,40 ppm (Hasim 2003).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kandungan Fe berkurang hingga 0,9
ppm pada hari ke-7 praktikum. Hal ini dapat dikarenakan ukuran eceng gondok
yang besar dan ditemukan tanaman kayu apu pada wadah pemliharaan. Hal ini
menunjukan tanaman eceng gondok merupakan tanaman air paling efektif untuk
mengurangi kandungan logam berat (Fe) dibanding dengan tanaman hydrilla, red
malang, dan kayu apu.

Mekanisme kerja double bottom meliputi resirkulasi dan filtrasi air media
di dalam akuarium. Dengan penambahan aerasi, udara yang berasal dari aerasi akan
menyebabkan air di dasar akuarium terangkat ke atas sehingga air tersebut akan
keluar dari bagian atas paralon penyalur air. Air yang keluar dari paralon penyalur
akan masuk kembali ke dalam akuarium. Dengan terangkatnya air dasar, air yang
berada di akuarium bagian atas akan turun kebagian dasar ruang akuarium. Air yang
mengalir ke bagian bawah akuarium, air akan tersaring oleh substrat yang berfungsi
sebagai penyaring double bottom (Lawson 1995). Penambahan aerasi juga
ditambahkan sebagai peningkat kandungan oksigen dalam air (DO). Sistem fiter
double bottom dapat dilakukan dengan peambahan substrat seperti pasir silika, pasir
malang, batu zeolite, batu bata, maupun kerikil.
IV KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui tanaman air


yang efektif untuk mengurangi kandunan logam berat (Fe) pada wadah budidaya
adalah tanaman eceng gondok.
V DAFTAR PUSTAKA

Aditriawan, R.M. 2013. Akumulasi logam berat pada ikan nila (Oreochromis
niloticus) yang dipelihara pada media berisi sedimen dari waduk cirata.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.

Boyd C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingharm Publ. Co.
Albama.

Effendi, H., 2003, Telah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta

Hasim. 2003. Eceng Gongok Pembersih Polutan Logam Berat. Kompas dalam
kolom Inspirasi. Jakarta

Roekmijati. 2004. Kesetimbangan Antar Pertumbuhan dan Panenan Dalam


Rangka Pemanfaatan Eceng gondok. Lingkungan Pembangunan. Hal.116-
132

Anda mungkin juga menyukai