Anda di halaman 1dari 5

C.

CONTOH KONTROVERSIAL ANALISIS JURNAL

Kemampuan Tumbuhan Akuatik Salviana molesta dan Pistia stratiotes sebagai


Fitoremediasi Logam Berat Tembaga

Oleh : Irawanto, Rony dan Baroroh, Fatihah (2017)

Analisis jurnal

1. Latar belakang masalah :


Dewasa ini semakin bertambah buruknya pencemaran air di lingkungan.
Pencemaran air yang diakibatkan oleh aktivitas manusia berdampak pada kerusakan
lingkungan, salah satu cara untuk mengatasi pencemaran lingkungan ini adalah dengan
fitoremediasi. Dimana, fitoremediasi ini dapat dilakukan dengan tumbuhan akuatik.
Namun kebanyakan orang hanya mengira tumbuhan akuatik bermanfaat sebagai tanaman
hias, bahan kerajinan, bahan pangan atau obat, masyarakat belum menyadari keberadaan
tumbuhan akuatik ini sebagai pengolah air limbah atau sebagai agen fitoremediasi
(fitoremediator).
Penelitian pada jurnal ini mengambil tumbuhan akuatik di Kebun Raya Purwodadi,
karena termasuk lembaga konservasi tumbuhan ex-situ di Indonesia yang memiliki
11.748 spesimen, 1.925 jenis, 928 marga, 175 suku salah satunya koleksi tumbuhan
akuatik. Namun, belum sepenuhnya tumbuhan akuatiknya memiliki kemampuan
fitoremediasi, sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
Untuk mengetahui kemampuan tumbuhan akuatik Kiambang (Salvinia molesta) dan
Kayu Apu (Pistia stratiotes) sebagai fitoremediator dalam mengakumulasikan air yang
tercemar limbah logam berat tembaga (Cu).
2. Kajian teoritik :
Logam berat dapat mengakibatkan keracunan apabila terakumulasi didalam tubuh
makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama. Dan dapat menyebabkan kematian jika
melebihi ambang batas. Menurut Sekarwati et al (2015) limbah Cu di sentra kerajinan
perak Kota Gede sebesar 84,9350 mg/L sedangkan limbahn cair industri elektroplating
sebesar 0,6 mg/L. limbah cair ini dapat merembes pada tanah sehingga dapat mencemari
tanah, air tanah dan mengkontaminasi air sumur warga.
Fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan polutan tanah
atau perairan yang terkontaminasi (Rondonuwu, 2014 dalam). Salah satu upayanya yaitu
dengan teknik fitoremediasi untuk merehabilitasi lingkungan yang tercemar dan dianggap
teknologi yang inovatif, aman terhadap lingkungan dan ekonomis (Sidauruk dan
Patricius, 2015 dalam). Fitoremediasi ini merupakan bagian dari konsep teknologi alami
yang memusatkan peran tumbuhan sebagai solusi penyelesaian permasalahan lingkungan
atau biasa disebut dengan fitoteknologi (Mangkoedihardjo dan Samudro, 2010 dalam),
dimana fitoremediasi umumnya menggunakan tumbuhan akuatik sebagai pengolahan
perairan dari pencemaran limbah cair.
3. Metode penelitian :
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juli 2017, eksperimen di rumah kaca Kebun Raya
Purwodadi LIPI Jawa Timur dan analisis kimia di Lab Kimia Jurusan Kimia FMIPA UB.
Bahan yang digunakan tumbuhan akuatik Kiambang (Salvinia molesta) dan Kayu Apu
(Pistia stratiotes) sebagai fitoremediator, air yang tercemar Cu, dengan 2 tahap yaitu
percobaan Range Finding Test (RFT) untuk mengetahui ketahanan tumbuh tumbuhan
Salvinia molesta dan Pistia stratiotes dan percobaan fitoremediasi untuk mengetahui laju
penyerapan Cu dan banyak Cu yang dapat diserap oleh Salvinia molesta dan Pistia
stratiotes.

Perlakuan untuk percobaan RFT yaitu dengan 4 perlakuan masing-masing tanaman


Perlakuan untuk percobaan fitoremediasi yaitu 6 perlakuan dan 3 kali ulangan (18
percobaan).
4. Hasil penelitian :
Hasil perlakuan untuk percobaan RFT

Pada hasil percobaan RFT diatas menunjukkan bahwa tanaman Salvinia molesta mampu
hidup dengan baik pada perairan di Kebun Raya Purwodadi dengan kadar konsetrasi Cu
sampai 15 ppm. Menurut Yulianti et al (2013) dalam Irawanto, R dan Baroroh, F (2017)
tanaman ini merupakan agen fitoremediasi (fitoremediator) yang dapat bertahan hidup
pada lingkungan dengan konsentrasi logam berat Cu sebesar 20 ppm dengan persentase
penyerapan sebesar 90-94%.

Dibandingkan dengan hasil RFT pada table diatas untuk tanaman Pistia stratiotes,
hasilnya tanaman ini bisa tumbuh dengan baik hanya pada lingkungan perairan yang
mengandung Cu berkonsentrasi 3 ppm, lebih dari itu tanaman ini masih bisa tumbuh
namun dengan kondisi morfologinya yang menurun.

Hasil perlakuan untuk percobaan fitoremediasi


Hasil dari percobaan fitoremediasi menunjukkan bahwa kedua jenis tumbuhan tersebut
dapat menjadi fitoremediator yaitu mampu menyerap dan mengakumulasikan logam Cu
pada tajuk dan akar tumbuhan. Dimana pada kondisi lingkungan yang berkadar logam Cu
pada konsetrasi 2 ppm laju penyerapan keduanya sama, namun pada konsetrasi 5 ppm
yang lebih cepat menyerap logam Cu adalah Salvinia molesta.

Hasil dari perlakuan diatas adalah sebagai berikut.

Total Cu pada perairan tanpa tumbuhan fitoremediator berdasarkan perlakuan diatas


menunjukkan jumlahnya sebesar 1,36 dan 3,86 dimana jumlah ini melebihi ambang batas
baku mutu air sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/IX/1990
tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air untuk tembaga yaitu
sebesar 1 ppm. Nilai kandungan logam Cu di air setelah diberi tumbuhan fitoremediator
menunjukkan nilai dibawah 1, artinya kedua tumbuhan ini efektif untuk menurunkan
kadar atau konsetrasi logam Cu di lingkungan perairan Kebun Raya Purwodadi hingga
dibawah ambang batas baku mutu air pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
416/MENKES/IX/1990.

5. Kesimpulan :
Pada percobaan RFT dengan konsentrasi logam Cu sebesar 3, 5, 10 dan 15 ppm dapat
diketahui bahwa Salvinia molesta dapat bertahan hidup 100% hingga 15 ppm, sedangkan
Pistia stratiotes hanya bertahan 70% pada 10 ppm saja. Berdasarkan hasil RFT tersebut,
maka konsentrasi Cu yang dapat digunakan 2 dan 5 ppm agar kedua jenis tumbuhan
tersebut bisa berperan sebagai fitoremediator. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa tumbuhan akuatik Salvinia molesta dan Pistia stratiotes efektif menurunkan
logam berat Cu pada pencemaran air.

DAFTAR PUSTAKA

Irawanto, R dan Baroroh, F. 2017. Kemampuan tumbuhan akuatik Salvinia molesta dan
Pistia stratiotes sebagai fitoremediator logam berat tembaga. Jurnal Pros Sem Nas
Masy Biodiv Indon. Vol (3:3)

Anda mungkin juga menyukai