Anda di halaman 1dari 8

JURNAL BIOLOGI UDAYANA 24(1): 47-54 P ISSN: 1410-5292 E ISSN: 2599-2856

Phythoremediasi Chromium Total (Cr-T) menggunakan kayu apu


(Pistia stratiotes L.) pada limbah cair batik

Study on batik liquid waste: Phythoremediation Chromium Total (Cr-T)


using Pistia stratiotes L.

Alif Resti Billah, Anita Dewi Moelyaningrum, Prehatin Trirahayu Ningrum


Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember,
Jl. Kalimantan 1 no.93 Jember - Jawa Timur – 68121

*Email: anitamoelyani@gmail.com atau anitadm@unej.ac.id

Diterima 7 Januari 2020 Disetujui 30 Mei 2020

INTISARI
Industri batik dalam proses kegiatannya menghasilkan limbah cair yang mengandung logam berat
chromium total. Kandungan logam chromium selain dapat menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan
juga berdampak keracunan akut dan kronis terhadap manusia. Pistia stratiotes L. termasuk tanaman
fitoremediator yang dapat mengikat logam berat pada jaringan akar. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis perbedaan kadar logam chromium dalam limbah cair batik. Pada penelitian ini menggunakan
true experiment dengan desain penelitan post-only control group design dan menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap dengan enam kali pengulangan. Sampel terdiri dari kelompok kontrol (K) 0
gr/6L dan kelompok perlakuan yaitu 300 gr/6L (P1), 350 gr/6L (P2) dan 400 gr/6L (P3). Limbah batik
diencerkan menggunakan aquades dengan perbandingan 1:5, lalu dikontakkan dengan tanaman kayu apu
selama 10 hari. Pada waktu pengontakan juga diukur pH dan suhu. Data dianalisis menggunakan normalitas
data, homogenitas data serta uji statistik one way anova. Antara kelompok K dengan P1, P2, P3
menunjukkan perbedaan yang signifikan (P1=0.007; P2= 0.000 dan P3= 0.000).
Kata kunci: chromium total (Cr-T), fitoremediasi, kayu apu, limbah cair batik

ABSTRACT
The batik industry produce chromium (Cr) waste. The chromium can cause acute dan chronic poisoning in
humans and environmental pollution. Pistia stratiotes L is a phytoremediator plant that can bind heavy
metals to the root tissue. Analyze the differences of chromium levels wih Pistia stratiotes L as
phytoremediation is the purpose of this study. This research is a true experiment with only post control
group design and uses a completely randomized design method with six repetitions. The sample were
control group 0 gr/6L (K) and a treatment group of 300 gr/6L (P1), 350 gr/6L (P2) and 400 gr/6L (P3).
Batik liquid waste was diluted using aquades in 1:5 ratio, then contacted with Pistia stratiotes L. for 10
days. The pH and temperature were measured. Data were analyzed using data normality, data homogenity
and continued with one way Anova statistical test. The results between K with P1, P2, P3 show there is
significant differences (P1=0.007; P2= 0.000 dan P3= 0.000).
Keywords: chromium total (Cr-T), phytoremediation, Pistia stratiotes L, batik liquid waste

47
JURNAL BIOLOGI UDAYANA 24(1): 47-54 P ISSN: 1410-5292 E ISSN: 2599-2856

PENDAHULUAN kolam serta tanaman gulma air terutama di


tanaman padi. Pistia stratiotes L. juga memiliki
Industri batik di Indonesia berkembang pesat kelebihan yaitu berkecambah yang
mendorong meningkatnya perekonomian negara. tinggi,apertumbuhan cepat,atingkat absorbsi atau
Namun demikian, industri ini juga memiliki penyerapan unsur hara dan air yang besarrdan
potensi untuk mencemari lingkungan karena daya adaptasi yanggtinggi terhadappiklim
limbah cairnya. Pada umumnya limbah ini (Fachrurozi et al., 2010). Pistia stratiotes L. atau
mengandung logam berat Chromium (Cr). kayu apu terbukti dapat menurunkan logam berat
Limbah ini harus diolah dahulu sebelum dibuang merkuri (Hg) dalam air (Khasanah et al., 2018).
ke lingkungan. Jika langsung dibuang ke Penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya
lingkungan akan menurunkan kualitas lingkungan (Raissa & Tangahu, 2017) penambahan kayu apu
dan merusak habitat yang hidup sekitar aliran dapat menurunkan konsentrasi limbahhcair
sungai (Andriani & Hartini, 2017). padaalimbah laundry yaitu BOD sebesar 98%,
Proses pembuatan kain batik yang dilakukan COD sebesar 96% dan fosfat 99%. Menurut
industri batik menggunakan bahan-bahan kimia (Perwitasari et al., 2018) tanaman kayu apu
dan air (Sari et al., 2014). Bahan kimia mampu menurunkan kandungan Pb lebih tinggi
mengandung padatan tersuspensi, zat organik dan dibandingkan tanaman Echinodorus radicans
anorganik yang mengandung logam berat. sebesar 92.53% dan 89.59%. Berdasarkanuuraian
Penggunaan kimia biasanya digunakan pada saat tersebutt, dalam penelitian ini kayu apu
proses pewarnaan dan pencelupan kain batik yang digunakan sebagai tanaman fitoremediasi dalam
mana pada proses tersebut menghasilkan limbah menyerap logam Cr. Penelitian ini memiliki
cair. Chromium ditemukan dalam limbah batik tujuan yaitu menganalisis perbedaan kadar logam
(Pridyanti et al., 2018), (Zarkasi et al., 2018). chromium dalam limbah cair batik yang
dikontakkan dan tidak dikontakkan dengan
Logam chromium (Cr) dapat menyebabkan tanaman kayu apu dengan variasi berat 300 gr/6L,
keracunan akut yaitu muntah, diare berdarah, 350 gr/6L dan 400 gr/6L dalam waktu
gangguan saluran pencernaan, nekrosis hati, pengontakan 10 hari
nekrosis ginjal dan keracunan. Sedangkan
keracunan kronis juga dapat terjadi yaitu iritasi
kulit, gangguan pada hati, syaraf bahkan kanker MATERI DAN METODE
paru-paru (Nurkhasanah, 2015). Logam Tempat dan waktu penelitian
chromium juga berdampak pada penurunan
kualitas air dan mengganggu organisme akuatik Penelitian terdiri dari dua tempat yaitu tempat
yang dapat berdampak kematian organisme pengontakan limbah cair dengan tanaman kayu
(Setiyono & Gustaman, 2017). Pencemaran apu dilakukan di Laboratorium Fakultas
logam chromium perlu dilakukan Kesehatan MasyarakattUniversitasJJember dan
penanggulangan untuk mengurangi dampak tempat pemeriksaan kadar chromium dilakukan
berbahaya bagi lingkungan yaitu dengan metode di LaboratoriummKesehatan Daerah Kabupaten
fitoremediasi, karena biaya yang lebih rendah, Jember. Waktu penelitian dilaksanakan pada
tidak memerlukan peralatan khusus dan mudah September 2019-Desember 2019.
diterapkan karena sumber daya tumbuhan yang
Bahan dan alat
melimpah.
Alat dan bahan yang digunakan adalah jirigen
Pistia stratiotes L. memiliki kemampuan untuk
ukuran 25 liter, bak penelitian dengan ukuran
mengolah limbah,abaik itu berupa logam
volume > 6 liter sebanyak 24 buah, pengaduk,
berat,azat organik maupun anorganik sehingga
tanaman ini digolongkan salah satu tumbuhan timbangan analitik, pH meter, thermometer, botol
plastik sebanyak 24 buah, limbah cair batik,
fitoremediator. Kayu apu berlimpah di alam,
akuades, dan tanaman kayu apu.
mudah ditemukan mengapung di perairan atau

48
JURNAL BIOLOGI UDAYANA 24(1): 47-54 P ISSN: 1410-5292 E ISSN: 2599-2856

Metode aklimatisasi terlebih dahulu selama tujuh hari.


Lama pengontakan selama 10 hari dan dilakukan
Penelitianiini adalah TrueeExperimental juga pengukuran pH dan suhu dimana diukur 3
denganbbentuk Post-test Only Control Group waktu dalam satu hari selama 10 hari yaitu pukul
Design dan menggunakan analisis Rancangan 07.00 WIB, 12.00 WIB dann17.00 WIB.
Acak Lengkap. Penelitian ini terbagi menjadi 4
kelompok, yaitu satu kelompok kontrol atau tanpa Analisis data
kayu apu (0 gr/6L) dan tiga kelompok perlakuan
yaitu P1 (300 gr/6L), P2 (350 gr/6L), dan P3 (400 Uji statistik yang digunakan yaitu uji
gr/6L). Pengulangan dilakukan sebanyak 6 kali normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov.
pada setiap kelompok sehingga total 24 sampel. Jika hasil berdistribusi normal maka dilanjutkan
Limbah cair batik sebelum dilakukan dengan uji one way anova jika berdistribusi tidak
pengontakan diencerkannterlebih dahulu normal maka diuji dengan Kruskal Wallis.
menggunakan aquadest dengannperbandingan
1:5. Kadar awal Cr-T dalam penelitian ini sama HASIL
dengan kelompok K yaitu 0,509 dikarenakan
metode dalam penelitian menggunakan post-test Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa hasil
control design. Tanaman kayu apu yang rerata pH pada kelompok K sebesar 9.9; P1
digunakan yaitu dengan kriteria jumlah daun 7-10 sebesar 9; P2 sebesar 8.9 dan P3 sebesar 8.6.
helai, diameter 5-8 cm dan panjang akar 5-7 cm. Rerata suhu limbah cair batik selama 10 hari
Kayu apu dalam penelitian ini sebelum waktu pengontakan dengan tanaman kayu apu
dikontakkan dengan limbah, maka dilakukan mengalami peningkatan yaitu 26oC menjadi 27oC.

Tabel 1. Pengukuran pH dan suhu kelompok kontrol (K) dan kelompok perlakuan (P1, P2 dan P3)
Kelompok pH Rerata Suhu (oC) Rerata
1 10.1 1 26
2 10.6 2 26
3 10.2 3 26
4 9.7 4 26
5 9.6 5 26
K (Kontrol)
6 9.8 𝑋 = 9.9 6 27 𝑋 = 26oC
7 9.7 7 27
8 9.9 8 26
9 9.9 9 26
10 9.9 10 26
1 10.1 1 26
2 9.9 2 27
3 9.3 3 27
4 9.3 4 26
5 8.8 5 26
P11
6 8.6 𝑋=9 6 26 𝑋 = 26oC
7 8.6 7 27
8 8.5 8 26
9 8.4 9 26
10 8.5 10 27
1 10.1 1 26
2 9.8 2 27
3 9.2 3 27
4 9.1 4 27
5 8.8 5 27
P22
6 8.7 𝑋 = 8.9 6 27 𝑋 = 27oC
7 8.5 7 27
8 8.3 8 27
9 8.2 9 27
10 8.1 10 27

49
JURNAL BIOLOGI UDAYANA 24(1): 47-54 P ISSN: 1410-5292 E ISSN: 2599-2856

Tabel 1 (lanj). Pengukuran pH dan suhu kelompok kontrol (K) dan kelompok perlakuan (P1, P2 dan
P3)
Kelompok pH Rerata Suhu (oC) Rerata
1 10.1 1 26
2 9.9 2 27
3 9.2 3 27
4 8.3 4 27
5 8.1 5 26
P33
6 8.1 𝑋 = 8.6 6 27 𝑋 = 27oC
7 8.1 7 27
8 8.1 8 27
9 8.1 9 27
10 8.0 10 27

Berdasarkan gambar 1 diketahui bahwa setiap replikasi pertama yaitu 0.34 mg/L. Pada
replikasi memiliki hasil yang berbeda-beda. Pada kelompok P2 kadar Cr-T tertinggi terdapat pada
kelompok K hasil kadar Cr tertinggi terdapat pada replikasi pertama yaitu 0.319 mg/L dan terendah
replikasi ketiga yaitu 0.61 mg/L dan terendah pada replikasi kedua yaitu 0.234 mg/L. Pada
pada replikasi keempat yaitu 0.403 mg/L. Pada kelompok P3 kadar Cr-T tertinggi terdapat pada
kelompok P1 kadar Cr tertinggi terdapat pada replikasi pertama yaitu 0.212 mg/L dan terendah
replikasi kedua yaitu 0.4 mg/L dan terendah pada pada replikasi keempat yaitu 0.137 mg/L.

Gambar 1. Kadar Cr-total pada kelompok kontrol (K) dan kelompok perlakuan (P1, P2, P3)

Berdasarkan gambar 2 diketahui bahwa rerata Cr terjadi pada kelompok. P1 yaitu sebesar 0.371
kadar Cr terdapat perbedaan pada masing-masing mg/L, kelompok P2. yaitu sebesar 0.293 mg/L
kelompok. Rerata pada kelompok tanpa kayu apu dan kelompokkP3 yaitu sebesarr0.165 mg/L.
(K) sebesar 0.509 mg/L. Rerataapenurunankkadar

Gambar 2. Rerata kadar Cr pada kelompok kontrol (K) dan kelompok perlakuan (P1, P2, P3)

50
JURNAL BIOLOGI UDAYANA 24(1): 47-54 P ISSN: 1410-5292 E ISSN: 2599-2856

Berdasarkan tabel 2. menunjukkan persentase Penyebab penurunan pH juga dapat disebabkan


penurunan terendah kadar Cr dibandingkan karena terjadinya pembusukan bagian tanaman
kelompok K yaitu pada kelompok P1 sebesar air oleh kerja mikroba penghasil asam. Nilai pH
27.1%. Sedangkan persentase penurunan tertinggi semakin menurun dapat juga terjadi karenaaion
yaitu pada kelompok P3 sebesar 67.6%. OH- yang menyebabkannpH basa bberikatan
dengan ion chromium (Cr3+ dan Cr6+) sehingga
Tabel 2. Persentase Penurunan Kadar Cr
ion OH- dalammair limbah berkurang sehingga
No Kelompok Penurunan (%)
pH turun (Hapsari et al., 2016). Berdasarkan
1 K -
2 P1 27.1 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
No Kelompok Penurunan (%) Kehutanan No. 68 Tahun 2016, pada penelitian
3 P2 42.4 ini pH telah sesuai dengan baku mutu yang
4 P3 67.6 seharusnya yaitu rerata 8.6 dilihat dari peraturan
bahwa pH perlakuan berada dalam kisaran 6-9.
Analisis data menggunakan uji statistik One Pengukuran suhu menggunakan alat
WayyAnova. Berdasarkan tabel 3 thermometer. Pada penelitian ini didapatkan suhu
diketahuibbahwa terdapatpperbedaan nilai di awal sama yaitu 26oC. Namun, setelah
signifikansi antara setiap kelompok. Hasil uji post perlakuan terjadinya kenaikan yaitu yang semula
hoc menghasilkan nilai P ≤ 0.05 yang mempunyai 26oC menjadi 27oC. Menurut (Raissa, 2017)
arti secara statistik bahwa terdapat perbedaan disebabkan setiap wadah diletakkan pada lokasi
penurunan Cr pada setiap kelompok perlakuan. yang sama. Rerata suhu pada penelitian ini 26oC-
Tabel 3. Hasil Uji Post Hoc 27oC telah memenuhi batas suhu optimum yang
diperbolehkan yaitu suhu optimum fitoremediasi
Kelompok K X1 X2 X3
berkisar antara 25oC-30oC serta berada pada batas
K1 - 0.007* 0.000* 0.000*
P11 - - 0.042* 0.000* suhu optimum tanaman kayu apu tumbuh yaitu
P21 - - - 0.000* 22oC-30oC (Jamil et al., 2016). Suhu berkaitan
P31 - - - - dengan proses metabolisme dan fotosintesis,
Keterangan: (*) menunjukkan signifikansi pada kelompok sehingga dengan adanya peningkatan suhu secara
K, P1, P2 dan P3
tidak langsung akan berpengaruh terhadap tingkat
penyerapan. Menurut Ikawati et al., (2013)
PEMBAHASAN semakin tinggi suhu lingkungan tanaman maka
semakin tinggi pula tingkat penyerapan oleh
Pengukuran pH dan suhu bertujuan untuk
tanaman. Namun dengan peningkatan suhu juga
mengetahui kondisi keasaman dan suhu suatu
dapat menyebabkan toksisitas meningkat
lingkungan. Pengukuran pH menggunakan alat
sehingga pertumbuhan tanaman terhambat, yang
pH meter dan didapatkan pH limbah cair batik di
mana pada tanaman kayu apu ditandai dengan
awal sama yaitu 10.1. Selanjutnya setelah
memendeknya akar (Henrasarie, 2019).
dilakukan perlakuan dengan adanya penambahan
kayu apu berkontribusi terjadinya penurunan pH. Berdasarkan hasil laboratorium kadar Cr pada
Penurunan pH disebabkan adanya proses setiap kelompok mengalami penurunan,
biodegradasi bahan organik. Bagian tanaman penurunan tertinggi yaitu 67.6%. Perbedaan
yang mati dari tanaman kayu apu akan diuraikan penurunan kadar Cr menunjukkan adanya
oleh mikroorganisme di dalam air, sehingga hubungan ataupun pengaruh antara variasi berat
dalam proses penguraian bahan organik akan kayu apu dengan penurunan kadar Cr pada limbah
mempengaruhi nilai suatu pH (Sari et al., 2017). cair batik. Berdasarkan penelitian (Jamil et al.,
Aktivitas mikroorganisme pendegradasi 2016) dan (Rahayuningtyas et al., 2018)
memungkinkan terjadinya penurunan menunjukkan hasil yang sama yaitu semakin
pHkkarenassenyawa organic telah diuraikan banyak pemberian variasi berat tanaman kayu apu
menjadi asam organik (Purnamawati et al., 2015). berbanding lurus dengan semakin besar

51
JURNAL BIOLOGI UDAYANA 24(1): 47-54 P ISSN: 1410-5292 E ISSN: 2599-2856

penyerapan logam berat. Menurut penelitian oleh tumbuhan dengan bantuaneenzim


Herlambang & Hendriyanto (2015) menunjukkan dehalogenase dannoksigenase dimana tumbuhan
variasi berat tanaman atau jumlah tanaman dapat mengakumulasi xenobiotic organik dari
berdampak pada penurunan kadar phosfat. lingkungan tercemar sera mendetoksifikasi
Semakin berat atau bertambah jumlah tanaman melalui metabolisme tanaman. Fitostabilisasi
akan semakin besar penurunan kadar phosfat. yaitu proses yang dilakukan tanaman untuk
Namun semakin banyaknya jumlah tanaman akan mentransformasikan polutan di dalam tanah
timbul persaingan tanaman yaitu pertumbuhan menjadi senyawa yang non toksik tanpa
tanaman dapat terganggu dan semakin lama akan menyerap terlebih dahulu polutan tersebut ke
menjadi layu bahkan mati. dalam tubuh tanaman. Fitovolatilisasi yaitu
tanaman digunakan untuk penyerapan unsur
Kayu apu termasuk tanaman fitoremediator
beracun dari dalam tanah lalu menguapkannya
yaitu tanaman yang dapat digunakan untuk
dari daun.
menyerap kandungan logam berat. Kayu apu
memiliki potensial yang sangat tinggi untuk Tanaman kayu apu dalam proses pengontakan
kekeruhan dan memperbaiki kualitas air. mengalami perubahan morfologi karena
Tanaman kayu apu dapat merupakan sebuah bentuk respon tanaman kayu
memfilter,,mengabsorpsi partikelddan ion-ion apu diakibatkan kontak langsung dengan air
logam yang terdapat dalam air limbah melalui limbah yang mengandung logam berat. Pada
akar yang dimilikinya (Wirawan et al., 2014). penelitian ini terjadi perubahan fisik tanaman
Tanaman kayu apu memiliki akar serabutyyang yaitu perubahan warna pada daun menjadi kuning
berfungsi sebagaittempat menempelnya koloid dan akar mulai rontok. Hal ini juga terjadi pada
yang melayang di aair dan juga banyak penelitian (Khasanah et al., 2018) dimana kayu
menghasilkan oksigen hasil proses fotosintesis apu dikontakan dengan limbah cair yang
yang dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengandung logam berat merkuri (Hg)
menguraikan zat organik air limbah. Kemudian mengalami perubahan yang sama yaitu ditandai
bahan organik dirombak dengan kondisi daun yang mulai berwarna
olehmmikroorganismemmenjadi senyawa lebih kekuningan dan akhirnya mati serta akar tanaman
sederhana dan digunakan tanaman sebagai juga mengalami kerontokan. Berdasarkan
nutrient. Menurut Irhamni et al., (2018) terdapat penelitian (Fachrurozi et al., 2010) perubahan
tiga mekanisme penyerapan dalam tumbuhan warna pada daun disebabkan oleh menurunnya
yaitu penyerapan oleh akar,ttranslokasi logam klorofil akibat dari beban polutan yang tinggi.
dari akar kebbagian tumbuhan lainddan lokalisasi Menurut Purnama et al., (2018) tanaman kayu apu
logam padaajaringan. yang ditanam pada konsentrasi tinggi akan
berdampak pada penurunan metabolisme
Menurut Handayanto et al., (2017)
sehingga mengakibatkan jaringan sel dalam akar
fitoremediasi memiliki beberapa teknik untuk
cepat rusak, hal ini akan berdampak pada
menghilangkan polutan dari tanah yaitu
produksi fitokelatin. Fitokelatin berfungsi sebagai
fitoekstraksi, fitofiltrasi, (rhizofiltrasi),
detoksifikasi terhadap tanaman dari logam berat
fitodegradasi (fitotransformasi) fitostabilisasi dan
misalnya dengan penimbunan logam di dalam
fitovolatilizasi. Fitoekstraksi yaitu penyerapan
organ tertentu seperti akar dan lateks. Tanaman
suatu senyawa pencemar dari tanah atau air oleh
kayu apu mengandung fitokelatin yang banyak.
akar tanaman dan ditranslokasi serta
Fitokelatin pada tanaman kayu apu terdapat pada
diakumulasikan di dalam bagian atas tanah, yaitu
akar dan daun tanaman (Utami et al., 2017).
tajuk tanaman seperti akar, batang dan daun.
Penurunan metabolisme ditandai dengan
Rhizofiltrasi yaitu penggunaan akar tumbuhan,
perubahan fisik pada daun yang semakin lama
digunakan untuk menyerap bahan pencemar
akan berubah warna menjadi kekuningan serta
terutama logam dari air, tanah dan air limbah.
daun akan mengalami kerontokan. Penurunan
Fitodegradasi adalah degradasi pencemar organik

52
JURNAL BIOLOGI UDAYANA 24(1): 47-54 P ISSN: 1410-5292 E ISSN: 2599-2856

metabolisme diakibatkan oleh hiperakumulasi ion Sleman Yogyakarta. Jurnal Kesehatan


logam yang berlebih. Masyarakat (Journal of Public Health) 4(1):
1–16. https://doi:
10.12928/kesmas.v4i1.1100.
SIMPULAN
Handayanto E, Nuraini Y, Muddarisna N, Syam
Rerata kadar Cr total pada kelompok tanpa N, Fiqri A. 2017. Fitoremediasi dan
kayu apu atau kelompok kontrol adalah sebesar Phytomining Logam Berat Pencemar Tanah.
0.509 mg/L. Rerata kadar kelompok perlakuan Malang: UB Press.
dengan penambahan kayu apu yaitu P1 dengan
Hapsari S, Zaman B, Andarani P. 2016.
berat tanaman 300 gr/6L sebesar 0.371 mg/L,
Kemampuan Tumbuhan Kayu Apu (Pistia
kelompok perlakuan kedua yaitu P2 dengan berat stratiotes L.) dalam Menyisihkan Kromium
tanaman 350 gr/6L sebesar 0.293 mg/L dan Total (Cr-T) dan COD Limbah
kelompok perlakuan ketiga yaitu P3 dengan berat Elektroplating. Jurnal Teknik Lingkungan.
tanaman 400 gr/6L sebesar 0.165 mg/L. 5(4): 1-9.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jatim No. 52
tahun 2014 kadar Cr-T pada semua kelompok Henrasarie N. 2019. Kemampuan Adsorbsi Pb
dari Limbah Industri oleh Tumbuhan Kayu
sudah di bawah Baku Mutu Lingkungan yaitu 1
Ambang (Lemna minor), Kayu Apu (Pistia
mg/L. Kelompok K dengan kelompok perlakuan
stratiotes) dan Eceng Gondok (Eichhornia
memiliki perbedaan kadar Cr-T yaitu dilihat dari crassipes solm). Jurnal Envirotek 11(1): 39-
nilai signifikansinya. Nilai signifikansi empat 45. https://doi:
kelompok adalah P1 sebesar 0.007, P2 sebesar 10.33005/envirotek.v11i1.1368.
0.0042 dan P3 sebesar 0.000. Nilai signifikansi
menunjukkan perlakuan yang paling efektif yaitu Herlambang P, Hendriyanto O. 2015.
Fitoremediasi Limbah Detergen
terdapat pada kelompok P3 dengan penambahan
Menggunakan Kayu Apu (Pistia stratiotes
berat paling banyak yaitu 400 gr/6L tanaman kayu
L.) dan Genjer (Limnocharis flava L.) Jurnal
apu dengan waktu kontak 10 hari. Ilmiah Teknik Lingkungan 7(2): 115–124.
Ikawati S, Zulfikar A, Azizah D. 2013. Efektivitas
UCAPAN TERIMA KASIH
Dan Efisiensi Fitoremediasi Pada Deterjen
Terima kasih kepada Andrei Ramani, S.KM., Dengan Menggunakan Tanaman Genjer
M.Kes, Ellyke, S.KM., M.KL dan Eka Agustina, (Limnocharis Flava). http://jurnal.umrah.ac.
S.T. selaku dosen penguji. Terima kasih juga id/wp-content/uploads/2013/08/SariIkawati-
090254242080.pdf.
terhadap Industri Batik X yang telah memberikan
sampel limbah cair batik dalam penelitian ini serta Irhamni, Pandia S, Purba E, Hasan W. 2018.
Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Kajian Akumulator Beberapa Tumbuhan Air
Jember sebagai tempat pengecekan kadar logam dalam Menyerap Logam Berat secara
chromium total pada limbah cair batik. Fitoremediasi. Jurnal Serambi Engeneering
3(2): 344–351. https://doi:
10.5281/ZENODO.400012.
KEPUSTAKAAN
Jamil A, Darundiati YH, Dewanti NAY. 2016.
Andriani R, Hartini. 2017. Toksisitas Limbah Pengaruh Variasi Lama Waktu Kontak Dan
Cair Industri Batik Terhadap Morfologi Sisik Jumlah Tanaman Kayu Apu (Pistia
Ikan Nila Gift (Oreochomis Nilotocus). Stratiotes) Terhadap Penurunan Kadar
Jurnal SainHealth 1(2): 32-40. Cadmium (Cd) Limbah Cair Batik Home
Industry “X” Di Magelang. Jurnal
Fachrurozi M, Utami LB, Suryani D. 2010.
Kesehatan Masyarakat Universitas
Pengaruh Variasi Biomassa Pistia Stratiotes
Diponegoro 4(4): 763–770.
L. Terhadap Penurunan Kadar Bod, Cod, Dan
Tss Limbah Cair Tahu Di Dusun Klero

53
JURNAL BIOLOGI UDAYANA 24(1): 47-54 P ISSN: 1410-5292 E ISSN: 2599-2856

Khasanah M, Moelyaningrum AD, Pujiati RS. crassipes) dan Kayu Apu (Pistia stratiotes).
2018. Analisis perbedaan tanaman kayu apu [Skripsi] Surabaya: Jurusan Teknik
(Pistia stratiotes) sebagai fitoremediasi Lingkungan. Institut Teknologi Sepuluh
merkuri (Hg) pada air. Sanitasi: Jurnal November.
kesehatan lingkungan 9(3): 105–110.
Raissa DG, Tangahu BV. 2017. Fitoremediasi Air
Nurkhasanah S. 2015. Kandungan Logam Berat yang Tercemar Limbah Laundry dengan
Kromium (Cr) Dalam Air, Sedimen, dan Ikan Menggunakan Kayu apu (Pistia stratiotes).
Nila (Oreochromis Niloticus) serta Jurnal Teknik ITS 6(2): 7–11. https://doi:
Karakteristik Biometrik dan Kondisi 10.12962/j23373539.v6i2.25092.
Histologisnya di Sungai Cimanuk Lama,
Kabupaten Indramayu. [Tesis] Sekolah Sari AM, Rachmadiarti F, Fitrihidayati H. 2014.
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Pengaruh Cekaman Kromium pada Limbah
Institut Pertanian Bogor. Cair Batik terhadap Pertumbuhan Eichornia
crassipes dan Salvinia molesta. Jurnal
Perwitasari P, Handayanto E, Rindyastuti R. Lentera Bio 3(1): 67–71.
2018. Penggunaan Echinodorus Radicans
dan Pistia Stratiotes Untuk Fitoremediasi Air Sari NWM, Diara IW, Trigunasih NM. 2017.
Tercemar Timbal (Pb) Serta Pengaruhnya Meningkatkan Kualitas Air Irigasi dengan
Terhadap Tanaman Amaranthus Tricolor. Menggunakan Tanaman Kayu Apu (Pistia
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 5(1): stratiotes L.) dan Tanaman Azolla (Azolla
2549–9793. sp.) di Subak Sembung, Peguyangan,
Denpasar. Journal of Tropical
Pridyanti DD, Moelyaningrum AD, Ningrum PT. Agroecotechnology 6(1): 82–90.
2018. Pemanfaatan Limbah Cangkang
Kupang (Corbula Faba) Teraktivasi Termal Setiyono A, Gustaman RA. 2017. Pengendalian
Sebagai Adsorben Logam Kromium (Cr6+) Kromium (Cr) Yang Terdapat Di Limbah
Pada Limbah Cair Batik. Jurnal Hibualamo: Batik Dengan Metode Fitoremediasi. Unnes
Seri Ilmu-ilmu Alam dan Kesehatan 2(2): Journal of Public Health 6(3): 155-160.
63–68. https://doi: 10.15294/ujph.v6i3.15754.

Purnama MS, Kusumawati E, Susanto D. 2018. Utami LD, Narwati, Rahayu U. 2017.
Fitoremediasi Menggunakan Kayu Apu Kemampuan Tanaman Apu-apu (Pistia
(Pistia stratiotes L.) dalam Kolam Bekas stratiotes L.) dalam Menurunkan Kadar
Tambang Batubara Terhadap Penyerapan Logam Berat Nikel (Ni) Limbah Cair. Jurnal
Logam Mangan (Mn) dan Kadmium (Cd). Gema Kesehatan Lingkungan 15(1): 46–51.
Jurnal Bioprospek 13(1): 33–39. Wirawan WA, Wirosoedarmo R, Susanawati LD.
Purnamawati KY, Budiarsa Suyasa I, Mahardika 2014. Pengolahan Limbah Cair Domestik
I. 2015. Penurunan Kadar Rhodamin B Menggunakan Tanaman Kayu Apu (Pistia
Dalam Air Limbah Dengan Biofiltrasi Sistem stratiotes L.) dengan Teknik Tanam
Tanaman. Jurnal ECOTROPHIC 9(2): 46- Hidroponik Sistem DFT
51. https://doi: (DeepFlowTechnique). Jurnal Sumberdaya
10.24843/ejes.2015.v09.i02.p08. Alam dan Lingkungan 1(2): 63-70.

Rahayuningtyas I, Wahyuningsih NE, Budiyono. Zarkasi K, Moelyaningrum AD, Trirahayu NP.


2018. Pengaruh Variasi Lama Waktu Kontak 2018. Penggunaan Arang Aktif Kulit Durian
Dan Berat Tanaman Apu-Apu (Pistia (Durio Zibethinus Murr) Terhadap Tingkat
Stratiotes L.) Terhadap Kadar Timbal Pada Adsorpsi Kromium (Cr6+) Pada Limbah
Irigasi Pertanian. Jurnal Kesehatan Batik. Jurnal Efektor 5(2): 67–73.
Masyarakat 6(6): 166–174.
Raissa DG. 2017. Fitoremediasi Air yang
Tercemar Limbah Laundry dengan
Menggunakan Eceng Gondok (Eichhornia

54

Anda mungkin juga menyukai