Anda di halaman 1dari 7

STUDI BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI SEBAGAI

ALTERNATIF PENGOLAHAN AIR LIMBAH DALAM


MENYONSONG ILMU LINGKUNGAN BERKELANJUTAN
(ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY)

Ahmad Raihan Maulana


NIM: 41204720121045

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,


Universitas Nusa Bangsa, Kota Bogor, Maret 2022

URAIAN ISI
Seiring dengan pertumbuhan populasi manusia, kebutuhan akan bahan pokok
semakin meningkat yang telah menjadi revolusi ekonomi global. Revolusi ekonomi global
merupakan salah satu respon manusia terhadap kebutuhan yang semakin meningkat ini.
Namun, revolusi ekonomi global juga menghasilkan masalah baru seperti meningkatnya
bahan pencemar di perairan. Meningkatnya bahan pencemar di perairan dapat memberikan
dampak negatif bagi ekosistem makhluk hidup sekitar. Besar pengaruh kualitas lingkungan
hidup, sangat perlu dikembangkan dengan menerapkan pengendalian berwawasan
lingkungan (Aryanta). Suatu upaya pengendalian lingkungan biasanya ditangani melalui
sistem teknologi pengolahan air yang mempertimbangkan karakteristik dan baku mutunya
(Santosa, 2013).

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (1995) menimbang


bahwa, untuk melestarikan lingkungan agar tetap bermanfaat, perlu dilakukan pengendalian
pembuangan limbah domestik atau industri agar tidak merusak lingkungan. Namun karena
umumnya pengolahan air limbah menggunakan bahan kimia (koagulan) yang cukup mahal
dan kurang terjangkau, dikhawatirkan akan ada risiko berkelanjutan (Buthelezi, et al., 2009).
Sehingga dalam perkembangannya banyak dikembangkan sebuah inovasi teknologi, seperti
teknologi pengolahan limbah secara remediasi.

Remediasi merupakan suatu teknik pemulihan untuk mengatasinya suatu


pencemaran yang ada di lingkungan. Menurut Yusfariance (2006), teknik remediasi sangat
direkomendasikan, karena dapat mengembalikan fungsi dari media tanah atau air yang
hasilnya tidak menimbulkan masalah kembali yang disebabkan oleh cemaran logam berat
dan senyawa organik. Selain itu Harmin Sulistiyaning Titah, ST, MT, PhD menjelaskan,
teknik remediasi dapat dilakukan di tempat area tercemar dapat disebut insitu dan teknik
yang dilakukan di tempat lain, lalu dikembalikan ke tempat semula disebut exsitu. Jenis
teknologi remediasi bermacam-macam, antara lain secara fisik, kimia, fisik kimia, termal,
biologis, dan stimulan secara fisik, kimia, dan biologi. Karena teknologi remediasi memiliki
banyak kelebihan dalam waktu proses yang cepat, namun biaya proses pada teknik fisik dan
kimia yang mahal membuat teknik remediasi secara biologi menjadi salah satu alternatif
teknik pengolahan limbah yang sebelumnya diteliti oleh Priadie (2012) dengan disebut
bioremediasi, serta teknik remediasi secara tumbuhan oleh Ledheng, et al., (2018) yang
disebut fitoremediasi.

Bioremediasi adalah teknik pengolahan yang menggunakan mikroorganisme terpilih


(bioremediator) untuk tumbuh sebagai upaya dalam proses absorpsi guna mengurangi kadar
polutan dengan berlangsungnya proses remediasi (Priadie, 2012). Berikut proses
bioremediasi logam menggunakan sel bakteri atau bioremediator: (Harmesa, 2020)

Bioremediasi mendegradasikan senyawa kimia melalui proses aktivitas metabolik


atau enzimatis mikroba lalu menghasilkan karbondioksida. Senyawa organik pada polutan
merupakan sumber karbon dan energi dapat didegradasi secara aerob oleh bioremediator
atau memerlukan oksigen maupun anaerob yaitu tidak melibatkan oksigen (Fidiastuti,
Hasminar R, et al., 2019). Namun efektifitas absorpsi dari proses bioremediasi bergantung
pada kemampuan metabolit bioremediator itu sendiri, karena dengan dipengaruhinya kondisi
lingkungan pada bioremediator, jenis senyawa yang didegradasi, suhu dan kelembapan
menjadi hal yang utama dalam proses berlangsung (Melati, 2020). Contoh Bioremediator
yang dapat digunakan pada teknik bioremediasi ini antara lain:

Bioremediator Penggunaan Referensi


Pseudomonas aeruginosa,
Pseudomonas stutzeri, Remediasi Limbah Cair
(Wignyanto, et al., 2009)
Serratia liquefaciens dan Industri Tempe
Kurthia zopfii
Effective Microorganism – 4 Remediasi Limbah Cair (Ledheng, et al., 2018)
(EM4) Industri Tahu
Bacillus alvei, Bacillus
pumilus sp dan Bacillus Reduksi Logam Pb (Ikerismawati, 2019)
lichenformis sp

Berdasarkan hasil penelitian Wignyanto, et al., (2009) teknologi bioremedasi dengan


menggunakan bioremediator Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas stutzeri, Serratia
liquefaciens dan Kurthia zopfii untuk mengolah limbah cair Sentra Industri Tempe Sanan,
mampu menghasilkan output limbah yang memenuhi baku mutu (Chemical Oxygen Demand
dan Biological Oxygen Demand) limbah cair industri. Lalu hasil penggunaan Effective
Microorganism – 4 (EM4) sebagai biodegradasi untuk Remediasi Limbah Cair Industri Tahu
oleh Ledheng, et al., (2018) cukup efektif dalam penggunaannya. Dan hasil penelitian
Ikerismawati (2019) I solat bakteri Bacillus alvei, Bacillus pumilus sp dan Bacillus
lichenformis sp berpotensi mereduksi Pb pada limbah cair menjadi steril.

Fitoremediasi merupakan teknik pengolahan yang menggunakan tumbuhan sebagai


pengekstrak, menumpuk dan mendetoksifikasi polutan yang ada di tanah maupun air.
Umumnya mekanisme fitoremediasi di mana tumbuhan yang sudah dipilih, digunakan
sebagai penjerap yang mengubah komposisi kimiawi pada matriks tanah dan air di mana
tumbuhan tersebut tumbuh (Ledheng, et al., 2018). Teknik pengolahan fitoremediasi ini
dianggap sebagai teknik yang inovatif, ekonomis dan relatif aman bagi lingkungan
(Sidauruk, 2015). Karena, fitoremediasi memiliki kemampuan menghasilkan limbah dengan
toksisitas rendah, lebih ekonomis dan tahan lama bila diterapkan pada area luas (Billah, et
al., 2020).
Fitoremediasi memiliki beberapa jenis diantaranya: (Irhamni, 2020)

Fitoremediator Penggunaan
Cordyline fruticosa Menyerap logam
Typha latifolia Menyerap logam dan zat organik
Eichhornia crassipes Menyerap logam dan zat organik

Berdasarkan dari hasil analisis Irhamni (2020), fitoremediator seperti Typha latifolia
dan Eichhornia crassipes memiliki kemampuan dalam menyerap logam Hg, Cr, dan Pb.
Lalu dipertegas dengan hasil analisis oleh Djo, et al., (2017) sistem fitoremediator eceng
gondok atau Eichhornia crassipes selama 14 hari dapat menurunkan nilai zat organik terlarut
(Chemical Oxygen Demand) dan menurunkan logam Cu dan Cr dengan efektifitas 50%. Dan
hasil penelitian Hernahadini, et al., (2020) dapat menyerap logam Pb pada media tanah. Pada
hasil penelitian tersebut proses fitoremediasi seperti berikut:

Proses remediasi berbasis tanaman mampu mengakumulasi logam dalam jumlah


tinggi dan memiliki kemampuan untuk mengubah jenis logam di zona akar menjadi bentuk
larut di daerah rizosfer, selain itu tanaman mampu melepaskan kelat untuk logam tertentu
ke rizosfer. oleh akar yang merupakan sumber nutrisi atau energi bagi tanaman (Hidayanti,
2005). Ketika fitoremediator mengalami absorpsi dari akar tumbuhan ke daun membentuk
senyawa kompleks mengikuti aliran transpirasi ke bagian tumbuhan yang lebih atas lagi
melalui pembuluh xilem kemudian dibawa ke seluruh bagian tumbuhan oleh pembuluh
floem, dan logam disimpan di vakuola (Herlina, et al., 2018).

PENUTUP
Berdasarkan dari hasil Studi Bioremediasi dan Fitoremediasi dapat disimpulkan
bahwa, teknik pengolahan remediasi memiliki banyak kelebihan, yaitu waktu proses
pengolahan yang cepat, dan biaya pemeliharaannya yang murah dan mudah digunakan.
Sehingga menjadi alternatif dalam penggunaan teknik remediasi secara biologi daripada
pengguanaan teknik fisik dan kimia yang cukup mahal dan kurang terjangkau.

SUMBER PUSTAKA
Aryanta, I. W. R., n.d. PENGARUH PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP.
Prosiding Seminar Nasional Prodi Biologi F. MIPA UNHI, Issue Guru Besar
Universitas Hindu Indonesia, pp. 224-231.
Billah, A. R., Moelyaningrum, A. D. & Ningrum, P. T., 2020. Phythoremediasi Chromium
Total (Cr-T) menggunakan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) pada Limbah Cair Batik.
JURNAL BIOLOGI UDAYANA, pp. 47-54.
Buthelezi, S. P., Olaniran, A. O. & Pillay, B., 2009. Turbidity and microbial load removal
from river water using bioflocculants from indigenous bacteria isolated from
wastewater in South Africa. African Journal of Biotechnology, Issue Faculty of
Science and Agriculture, University of KwaZulu-Natal (Westville Campus), pp.
3261-3266.
Djo, Y. H. W., Suastuti, D. A., Suprihatin, I. E. & Dwijani, W., 2017. FITOREMEDIASI
MENGGUNAKAN TANAMAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)
UNTUK MENURUNKAN COD DAN KANDUNGAN Cu DAN Cr LIMBAH
CAIR LABORATORIUM ANALITIK UNIVERSITAS UDAYANA. Cakra Kimia
(Indonesian E-Journal of Applied Chemistry).
Harmesa, 2020. TEKNIK-TEKNIK REMEDIASI SEDIMEN TERKONTAMINASI
LOGAM BERAT. Oseana, Issue Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, pp. 1-16.
Harmin Sulistiyaning Titah, S. M. P., n.d. SOSIALISASI PENGELOLAAN B3 DAN
LIMBAH B3 BAGI KEGIATAN INDUSTRI DLHK SIDOARJO. In: A. R.
Maulana, ed. TEKNOLOGI REMEDIASI LINGKUNGAN. Sidoarjo: s.n., pp. 1-55.
Hasminar Rachman Fidiastuti, S. S. M. et al., 2019. BIOREMEDIASI LIMBAH INDUSTRI
Pemanfaatan Mikroba Dalam Pengolahan Limbah Industri. Malang(Jawa Timur):
Forind.
Herlina, Widianarko & Sunoko, 2018. Phytoremediation of lead contaminated soils using
Cordyline fruticosa. ICENIS, Issue E3S Web of Conferences.
Hernahadini, N., M, L. H. & Arifina, N., 2020. UJI KEMAMPUAN DAYA SERAP
HANJUANG (Cordyline fruticosa) SEBAGAI AGEN FITOREMEDIASI LOGAM
Pb PADA MEDIA TANAH. BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA.
Hidayanti, N., 2005. Fitoremediasi dan potensi tumbuhan hiperakumulator. J Biosci, Issue
12, pp. 35-40.
Ikerismawati, S., 2019. BIOREMEDIASI Pb OLEH BAKTERI INDIGEN LIMBAH CAIR
AGAR. Biosilampari, pp. 51 -58.
Irhamni, 2020. EFEKTIFITAS TUMBUHAN AIR DALAM MENYERAP LOGAM BERAT
(Cr, Hg, Pb) SECARA FITOREMEDIASI PADA LINDI TEMPAT PEMBUANGAN
AKHIR KOTA BANDA ACEH, Medan: s.n.
Ledheng, L., Yustiningsih, M. & Tefa, A., 2018. PENERAPAN TEKNOLOGI
PENGOLAHAN LIMBAH DENGAN BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI
BAGI PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI SASI, KECAMATAN
KEFAMENANU, KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, NTT. Jurnal SEMAR
Vol. 7 No. 2,, Issue LPPM Universitas Sebelas Maret, p. 15 – 22.
Melati, I., 2020. TEKNIK BIOREMEDIASI: KEUNTUNGAN, KETERBATASAN DAN
PROSPEK RISET. Prosiding Seminar Nasional Biotik 2020, pp. 272-286.
Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1995. BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN
INDUSTRI, Jakarta: Bidang Pengembangan Pengawasan dan Pengendalian
Lingkungan Hidup.
Priadie, B., 2012. TEKNIK BIOREMEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM
UPAYA. JURNAL ILMU LINGKUNGAN, Issue Program Studi Ilmu Lingkungan
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, p. 39.
Santosa, R. W., 2013. DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT OLEH
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP NELAYAN TRADISIONAL.
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013, pp. 65-78.
Sidauruk, L. d. S. P., 2015. Fitoremediasi lahan tercemar di kawasan industri Medan dengan
tanaman hias. Jurnal Pertanian Tropik, Issue 2, pp. 178-186..
Wignyanto, Hidayat, N. & Ariningrum, A., 2009. BIOREMEDIASI LIMBAH CAIR
SENTRA INDUSTRI TEMPE SANAN SERTA PERENCANAAN UNIT
PENGOLAHANNYA (KAJIAN PENGATURAN KECEPATAN AERASI DAN
WAKTU INKUBASI). Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 2 , pp. 123-127.
Yusfariance, Y., 2006. REMEDIASl LUMPUR LEACHATE YANG TERCEMAR LOGAM
BERAT ASAM SENG (Z11SO4) DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI 2 - D
HEXAGONAL, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, Program Studi Teknik
Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai