Si
NIM : C1401201074 Asisten : Kardhina Yulia Dewanti (A14160043)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fitoremediasi adalah teknologi untuk memperbaiki lahan dengan
menggunakan tanaman (Mangkoedihardjo et al. 2008). Salah satu mekanisme
pengikatan logam berat dalam tanah oleh tanaman pengikat logam dilakukan
melalui penyerapan. Mangkoedihardjo dan Samudro (2010) juga menyimpulkan
fitoremediasi merupakan alternatif teknologi pengolahan tanah tercemar yang
ramah lingkungan, efektif, dan mempunyai biaya yang lebih rendah dibandingkan
pengolahan lainnya. Tanaman yang digunakan untuk proses fitoremediasi
mempunyai bentuk yang beraneka ragam, baik yang berwujud seperti alang-alang
maupun membentuk jalinan berupa rumput. Tanaman hiperakumulator merupakan
tanaman yang dapat hidup pada keadaan dimana konsentrasi logam berat yang
tinggi, tanaman ini juga dapat menyerap logam dalam tanah. Sehingga dengan
tanaman hiperakumulator, konsentrasi logam berat dalam tanah akan berkurang
(Ratnawati et al. 2018).
Salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan untuk meremediasi limbah
adalah eceng gondok (Eichhornia crassipes). Eceng gondok merupakan gulma air
karena petumbuhannya yang begitu cepat. Karena pertumbuhan yang cepat maka
eceng gondok dapat menutupi permukaan air dan menimbulkan masalah pada
lingkungan. Namun disisi lain, eceng gondok bermanfaat karena mampu
menyerap zat organik, zat anorganik serta logam berat yang merupakan bahan
pencemar. Eceng gondok juga termasuk tumbuhan yang memiliki toleransi tinggi
terhadap logam berat karena mempunyai kemampuan membentuk fitokelatin
dimana senyawa peptide yang dihasilkan oleh tanaman mampu mengkhelat logam
dalam jumlah yang besar (Setyowati et al. 2015).
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan mengerahui perubahan kualitas air akibat
fitoremediasi, respon tanaman akibat mekanisme fitoremediasi, dan mengenali
jenis-jenis tanaman yang mampu bertindak sebagai agens fitoremediasi.
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah tanaman Eceng gondok (Eichornia
crassipes), air yang mengandung limbah cair domestic (Detergent), dan air
bersih.
Metode
Pertama-tama siapkan 2 buah wadah air yang berukuran sama, diusahakan
dengan minimal volume 5-10 L. Kemudian, siapkan tanaman Eceng gondok.
Selanjutnya, tempatkan air sebanyak minimal 5-10 L pada wadah yang telah
disiapkan. Pada wadah pertama isikan air yang diduga telah tercemar (misalnya
air selokan air sungai, air rembesan tempat pembuangan sampah) , sedangkan
pada wadah ke dua gunakan air biasa, boleh dengan air sumur, air ledeng, air
bersih dari sumber air lainnya. Amati tingkat kejernihan/kekeruhan air yang anda
gunakan, pada setiap wadah, tempatkan 2 tanaman hidup, usahakan yang memiliki
ukuran sama. Perhatikan daun dan perakaran yang digunakan, pilih tanaman yang
sehat. Catat jumlah daun pada masing-masing tanaman, wadah ditempatkan pada
tempat yang terlindungi, tidak di tempat terbuka untuk menghindari masuknya
sumber air lain, misalnya air hujan. Diusahakan tanaman tidak terpapar matahari
secara langsung, untuk menghindari evapotranspirasi yang berlebihan,
pengamatan dilakukan selama 2 minggu. Pada akhir pengamatan , catat jumlah
daun yang ada, amati jika ada kematian atau kerusakan daun. Amati tingkat
kejernihan/kekeruhan airnya, buatlah dokumentasi yang baik dari awal hingga
akhir percobaan, untuk melengkapi laporan praktikum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil dengan pengamatan percobaan fitoremediasi dari dua jenis sumber air dengan tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes)
Daun 4 8 2 1
tanaman
Dokumentasi
a
Menggunakan satuan minggu setelah perlakuan (MSP)
b
Sangat jernih (++++), cukup jernih (+++), tidak jernih (++), sangat keruh (+)
Pembahasan
SIMPULAN
Pada penelitian ini, perubahan kualitas air akibat fitoremediasi
menyebabkan kualitas ir yang lebih jernih. Hal ini, dikarenakan tanaman
fitoremediasi dapat menyerap logam cukup besar sehingga menyebabkan
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Jenis – jenis tanaman yang mampu
bertindak sebagai agens fitoremediasi adalah poplar (Populus deltoides),
kiambang (Pistia stratiotes), bunga matahari (Heliantus Anuus), kangkung (Ipome
reptans), dan bamboo air.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri S. 2014. Model penelitian kuantitatif berbasis SEM-Amos. Yogyakarta(ID):
Deepublish.
Chuan, Zheng Jia. 2010. The Performance and Mechanism Removal of Heavy
Metals from Water by Water Hyacinth as a Biosorbent Materials.
Departemen Biology and Chemistry, City University of Hong Kong.
Ghosh M,Singh SP. 2005. A Review on Phytoremediationof Heavy Metal and
Utilization of Its By Product. Applied Ecology and Environmental
Research. 3(2):1-18.
Laghlimi, MB, Baghdad H, El Hadi, A. Bouabdli. 2015. Phytoremediation
mechanism of heavy metal contaminated soils: a review. Open
Journal of Ecology. 5: 375-388.
Mandal P, Upadhyay R., Hasa A. 2010. Seasonal and spatial variation of Yamuna
River water quality in Delhi, India. Environ Monit Assess .170
(1):661-670.
Mangkoedihardjo S, Ratnawati R, Alfianti N. 2008. Phytoremediation of
hexavalent chromium polluted soil using Pterocarpus indicus and
jatropha curcas L. World Applied Sciences Journal. 4(1):338-342.
Mangkoedihardjo S, Ganjar S. 2010. Fitoteknologi Terapan. Yogyakarta(ID):
Graha Ilmu.
Mustapha A, A. Z. Aris, H. Juahir, M. F. Ramli, N. Kura. 2013. River water
quality Assessment using envirometric technique: case study of
Jakarta River Basin. Environ Sci Pollut Res.
Novita E, Hermawan AAG, Wahyuningsih S. 2019. Komparasi proses
fitoremediasi limbah cair pembuatan tempe menggunakan tiga jenis
tanaman air. Jurnal Agroteknologi. 13(1): 16-24.
Ratnawati R, Fatmasari RD. 2018. Fitoremediasi tanah tercemar logam timbal
(Pb) menggunakan tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata) dan
jengger ayam (Celosia plumosa). Jurnal Teknik Lingkungan. 3(2): 62-
69.
Setiadi T, Pertiwi FI, Widyarsa II. 1999. Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil
yang Mengandung Zat Warna Azo Reaktif dengan Proses Gabungan
Anaerob dan Aerob. Laboratorium Mikrobiologi dan Teknologi
Bioproses, Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Setyowati S, Nanik HS, Erry W. 2015. Kandungan logam tembaga (Cu) dalam
eceng gondok (Eichhornia crasipes) perairan dan sedimen
berdasarkan tata guna lahan di sekitar sungai Banger Pekalongan.
Bioma. 7(1):1410-8801.