Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Sifat Koligatif Larutan

(Tekanan Osmotik Pada Telur)

Disusun oleh:

Adam Firdaus

Aina Nur Khairunissa

Almira Disa Triadzani

Fadhlin Nurulhanifah

Farizd Sahrul Akbar

Shabilla Juliana Putri Susandi

XII IPA 4

SMA PGII 1 Bandung

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan nikmat dan karunia-
Nya sehingga “Laporan Praktikum Sifat Koligatif Larutan (Tekanan Osmotik pada telur)” ini
bisa disusun dan diselesaikan dengan baik. Jenis laporan ini adalah pengamatan tentang
pengaruh cuka terhadap cangkang telur.
Tersusunnya laporan ini, tentu atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu melalui kesempatan ini disampaikan ucapan terimakasih kepada Allah SWT yang telah
member kelancaran dalam mengerjakan laporan ini dan tak lupa juga kami ucapkan terima
kasih kepada Ibu Djania Prihartini S.Pd sebagai guru mata pelajaran Kimia SMA PGII 1
Bandung.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 1 September 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... I


DAFTAR ISI............................................................................................................................. II
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian......................................................................................................... 1
D. Manfaat Penelitian....................................................................................................... 1
E. Hipotesis ......................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
LANDASAN TEORI ................................................................................................................. 2
A. Asam Cuka .................................................................................................................. 2
B. Cangkang Telur ........................................................................................................... 2
C. Reaksi Asam Cuka dan Telur ...................................................................................... 2
D. Jenis-Jenis Reaksi Kimia............................................................................................. 3
E. Peristiwa Osmosis ........................................................................................................... 4
BAB III ...................................................................................................................................... 5
METODE PENELITIAN........................................................................................................... 5
A. Metode Penelitian ........................................................................................................ 5
B. Metode Pengumpulan Data ......................................................................................... 5
C. Metode Analisis Data .................................................................................................. 5
D. Alat dan Bahan ............................................................................................................ 5
E. Langkah kerja.................................................................................................................. 5
BAB IV ...................................................................................................................................... 6
HASIL PENELITIAN ............................................................................................................... 6
A. Hasil ............................................................................................................................ 6
B. Pembahasan ................................................................................................................. 6
C. Data Gambar ............................................................................................................... 7
BAB V ....................................................................................................................................... 8
KESIMPULAN .......................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 9

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian
yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat
ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan
sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat
secara buatan dalam air yang jernih dibandingkan semuanya yang sangat pekat
berfungsi diamatinya bersama diangkat ditanah bertinggi.
Dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi
melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang
dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif
dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan
turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini
bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Osmosis merupakan suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini
dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel.
Osmosis terbalik adalah sebuah istilah teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis
adalah sebuah fenomena alam dalm sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya air)
akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah
membran “semipermeable”. Membran “semipermeable” ini menunjuk ke membran sel
atau membran apa pun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran
sel. Gerakan dari “solvent” berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang
tercapai di kedua sisi membrane.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh sifat koligatif ( tekanan osmotik ) pada telur?

C. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh sifat koligatif ( tekanan osmotik ) pada telur.

D. Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui tentang tekanan osmosis dalam mempengaruhi telur yang direndam
dalam larutan NaCl.

E. Hipotesis
Telur akan mengapung ketika direndam air cuka karrena cuka membuat telur menjadi
ringan

1
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Asam Cuka
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik
yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka
memiliki rumus empiris C2H4O2. Namun seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH,
CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (asam asetat glasial ) adalah cairan
higroskopis (menyerap air dari atmosfer) tak berwarna, dan memiliki titik beku
16.7°C. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah
asam format.
Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi
kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi
polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun
berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan
sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering
digunakan sebagai pelunak air.(Wikipedia.com)

B. Cangkang Telur
Cangkang telur atau yang dikenal dengan kulit telur dianggap sebagai sampah
yang tidak berguna. Padahal cangkang telur yang mengandung kalsium yang bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Di dalam kulit telur terdapat kandungan nutrisi
seperti kalsium, zat besi, dan mineral lainnya yang bisa dijadikan pakan ternak.
Kandungan cangkang telur diantaranya 95% kalsium karbonat (CaCO3), pospor, dan
protein raantai tinggi mendekati 5%, sedikit kitin, chitosan 0,05 %.
Cangkang telur memiliki rumus kimia CaCO3. CaCO3 dapat bereaksi dengan
larutan CH3COOH atau asam cuka. Sama halnya seperti batu gimpang atau batu
kapur yang tersusun atas CaCO3 akan menimbulkan bau gas jika diberi asam.
Senyawa lain yang terdapat di dalam cangkang telur di antaranya MgCO3, CaSO4 dan
bahan organik.

C. Reaksi Asam Cuka dan Telur


Saat cangkang telur direndam didalam air cuka, kalsium karbonat bereaksi
dengan air cuka membentuk garam kalsium karbonat larut sehingga yang tersisa
adalah protein pengikat yang elastis karena kulit telur rentan terhadap asam cuka,
seperti yang kita tahu jika asam dapat merusak suatu benda dan merubah
ketebalannya. Jadi asam cuka ini merombak kalsium dikulit telur dan melunakkannya,
sehingga bagian kulit telur yang cukup lama terkena asam cuka akan melembek.
Karena cuka dikategorikan dalam zat-zat asam, berarti cuka memiliki kemampuan
untuk merusak beberapa zat seperti, kalsium yaitu komponen utama penyusun kulit
telur. Kulit telur sebagian besar terbuat dari kalsium karbonat, dengan menggunakan
asam maka kulit ini larut, tidak hanya dengan asam cuka tetapi dengan HCL atau

2
H2SO4 pun ini bisa terjadi. Cangkang telur (CaCO3) yang bereaksi dengan asam cuka
(CH3COOH) memiliki persamaan reaksi :
CaCO3(s) + 2 CH3COOH(aq)  Ca(CH3COO)2(aq) + CO2(g) + H2O(l)
Cangkang telur yang bereaksi dengan asam asetat menimbulkan keretakan
pada cangkang telur dengan jangka waktu tertentu. Cepat atau lambatnya
pengelupasan sebenarnya tergantung pada kuat lemahnya suatu asam. CH3COOH
yang merupakan asam lemah membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
mengelupasi kulit telur. Air cuka berpengaruh terhadap kelunakan serta keringanan
kulit telur. Semakin banyak air cuka yang diberikan pada kulit telur, maka kulit telur
tersebut akan cepat mengapung dan menjadi lunak, dan akhirnya mengelupas. Karena
cuka dikategorikan dalam zat-zat asam, berarti cuka memiliki kemampuan untuk
merusak beberapa zat seperti, kalsium yaitu komponen utama penyusun kulit telur.

D. Jenis-Jenis Reaksi Kimia

Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan perubahan
senyawa kimia(wikipedia.org). Reaksi kimia adalah transformasi atau perubahan
dalam struktur molekul atau senyawa menjadi senyawa atau molekul lain. Reaksi ini
bisa menghasilkan penggabungan molekul membentuk molekul yang lebih besar
maupun penguraian molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil. Tanda-tanda
terjadinya reaksi kimia yaitu terjadinya perubahan warna, suhu, pembentukan
endapan, serta gas.
Beberapa jenis reaksi kimia berdasarkan bagaimana cara atom tersusun kembali pada
hasil reaksi kimia diantaranya:

a. Reaksi Pembakaran
Reaksi pembakaran adalah reaksi antara suatu zat dengan oksigen
menghasilkan zat yang jenisnya baru dan panas. Reaksi pembakaran dapat
menimbulkan api bahkan ledakan. Pembakaran bahan bakar pada umumnya
menghasilkan karbondioksida, uap air dan sejumlah energi.
b. Reaksi Kombinasi
Reaksi kombinasi seringkali disebut reaksi reduksi-oksidasi (redoks) yang
merupakan unsur bebas. Dalam reaksi oksidasi dapat dijumpai ketika dua atau lebih
reaktan menjadi zat baru. Reaksi reduksi terjadi ketika suatu zat kehilangan oksigen.
Contoh reaksi kombinasi (penggabungan) misalnya padaa reaksi antara besi dengan
belerang (sulfur) menghasilkan senyawa besi sulfida.
c. Reaksi Penguraian
Reaksi ini merupakan kebalikan dari reaksi penggabungan. Dalam reaksi ini
suatu zat terurai menjadi dua atau lebih zat baru. Misalnya pada proses elektrolisis air
menjadi gas hidrogen(H2) dan gas oksigen (O2) dengan menggunakan listrik.
d. Reaksi Penggantian
 Reaksi Penggantian Tunggal, terjadi apabila sebuah unsur menggantikan
kedudukan unsur lain dalam suatu reaksi kimia. Misalnya reaksi antara kawat
tembaga yang dicelupkan ke dalam larutan perak nitrat. Karena tembaga lebih
aktif dari pada perak, maka tembaga menggantikan kedudukan perak
membentuk larutan Tembaga(II) nitrat.
 Reaksi Penggantian Rangkap, dapat terjadi pada penggantian ion antar atom
atau senyawa misalnya pada proses reaksi antara asam klorida (HCl) dengan

3
natrium hidrosida (NaOH) akan menghasilkan garam dapur (NaCl) dan air
(H2O).
e. Reaksi Metatesis
 Reaksi Pengendapan, suatu proses reaksi yang membentuk endapan.
 Reaksi Netralisasi, merupakan reaksi antara asam dan basa yang menghasilkan
garam dan air.
 Reaksi pembentukan gas, reaksi kimia yang pada produknya dihasilkan gas.

E. Peristiwa Osmosis
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari
bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus
dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien
tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat
dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan
konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya
per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran
permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat
sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang
berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat
zat terlarut itu sendiri.

4
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif
analisis, yaitu mendeskripsikan tentang proses reaksi kimia yang terjadi pada kulit
telur saat direaksikan dengan larutan – larutan yang bersifat asam.

B. Metode Pengumpulan Data


1. Kajian pustaka
Pengumpulan informasi dan data – data yang diperlukan diperoleh dari internet.
2. Observasi
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi atau pengumpulan data
melalui pengamatan dan pencatatan gejala langsung pada objek penelitian (reaksi
kulit telur terhadap berbagai larutan – larutan yang bersifat asam)
3. Dokumentasi
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil gambar terhadap objek
penelitian (kulit telur yang direaksikan dengan berbagai larutan – larutan yang
bersifat asam).

C. Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini
adalah metode analisis kualitatif.

D. Alat dan Bahan


 Gelas plastik
 Cuka
 Telur

E. Langkah kerja
1. Masukkan telur ke dalam gelas plasik
2. Lalu tuang cuka sampai telur terendam
3. Tunggu hingga 7 hari
4. Setelah 7 hari, ambil telur lalu timbang
5. Isi gelas plastik dengan air, masukkan telur kemudian diamkan sekitar 30 menit
6. Ambil telur dan timbang lagi

5
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil
- Dipermukaan larutan terdapat banyak busa.
- Dipermukaan kulit telur terdapat banyak busa.
- Warna larutan bening.
- Kulit telur terangkat secara bergantian ke permukaan larutan
- Air cuka menyusut
- Setelah telur direndam menggunakan air berat telur bertambah dari berat
sebelumnya

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, telur yang dimasukkan ke dalam larutan cuka
selama 7 hari ukurannya akan membesar, kulit nya pun akan mengelupas dengan
sendirinya dan menjadi tidak keras (lembek, Seperti telur matang tetapi hanya luar
nya saja.
Berdasarkan hasil pengamatan, setelah larutan cuka dimasukkan ke dalam
gelas berisi telur hingga tenggelam, muncul gelembung-gelembung gas di sekitar
cangkang telur. Telur mengalami perubahan posisi beberapa kali hingga akhirnya
telur mengapung. Gelembung yang menyelimuti telur seolah mengikis permukaan
kulit telur. Pada hari ke-2 lendir-lendir yang melapisi kulit telur terkelupas. Proses ini
merupakan tahapan reaksi pengelupasan cangkang telur yang dilakukan oleh asam
cuka.
Semakin lama waktu perendaman, gelembung gas yang muncul bertambah
banyak dan menutupi hampir seluruh permukaan gelas plastik. Pada permukaan atas
dapat dirasakan panas dari gas yang ditimbulkan. Ini berarti reaksi cuka dan kulit
telur menghasilkan karbondioksida. Setelah semua lendir bersih dari telur, kulit telur
mulai lunak dan kulit telur retak dan mengelupas. Telur yang direndam di dalam
larutan cuka memiliki ukuran yang lebih besar daripada sebelumnya. Ini terjadi
karena adanya tekanan osmotik yang membuat larutan meresap ke dalam telur dan
mengubah ukuran telur.

6
C. Data Gambar

Sebelum direndam

Setelah direndam

7
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Peristiwa osmosis adalah proses perpindahan molekul air melalui membran
semipermiabel dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Contohnya
dalam praktikum ini, merembesnya air dari luar menuju ke dalam telur dan berat
telur bertambah saat telur direndam oleh air. Tekanan osmotik adalah tekanan yang
dapat menghentikan proses terjadinya osmosis. Cuka memiliki kemampuan untuk
merusak beberapa zat seperti, kalsium yaitu komponen utama penyusun kulit
telur.Cuka diperlukan dalam mewarnai telur, karena cuka dan air bereaksi dengan
lapisan molekul protein yang menutupi permukaan kulit telur sehingga permukaan
mejadi bermuatan positif dan menarik molekul-molekul pewarna yang bermuatan
negatif. Telur yang telah direndam cuka sudah tidak layak untuk dikonsumsi.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://tugaspraktikumsma.wordpress.com/2016/02/12/telur-dalam-larutan-cuka/
http://aliyyan17.blogspot.com/2017/07/laporan-hasil-percobaan-osmosis-telur.html

Anda mungkin juga menyukai