Anda di halaman 1dari 15

KIMIA LINGKUNGAN

ABSORPSI DAN KOLOID SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT


MEMPENGARUHI ABSORPSI DAN KOLOID

Mata Kuliah : Kimia Lingkungan


Dosen Pengampu:
1. Desembra Lisa, S. Pd, M. Pd
2. Zulfia Maharani, ST., M.si
3. Dra. Tjipto Rini, M.Kes
Anggota Kelompok:
1. Mia Hammidah
2. Raihan Walid Ramadhan
3. Safira Alfian Putri
4. Sinta Agustina

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA 2

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji bagi tuhan ang maha esa yang telah memberikan kemudahan shingga kami dapat
menyelesaikan makalah inidengan tepat waktu. Tanpa petolonganya tentunya kami tidak dapat
menelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada
junjungan nabi besar kita nabi Muhammad SAW semoga kita mendapatkan syafaat hingga hari
akhir.

Kami selaku penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Kimia Lingkungan “ABSORPSI DAN
KOLOID SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI ABSORPSI
DAN KOLOID”

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 10 Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................1
BAB I......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
1.1. LATAR BELAKANG..............................................................................................3
1.2. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................3
1.3. TUJUAN...................................................................................................................3
BAB II....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................................5
2.1. ABSORPSI...................................................................................................................5
1. PENGERTIAN ABSORPSI.....................................................................................5
2. ABSORBEN.............................................................................................................5
3. DASAR-DASAR ABSORPSI...................................................................................6
4. JENIS – JENIS ABSORPSI.....................................................................................6
5. APLIKASI ABSORBSI............................................................................................7
6. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORPSI.............................8
2.2. KOLOID......................................................................................................................8
1. PENGERTIAN KOLOID.........................................................................................8
2. JENIS- JENIS KOLOID..........................................................................................8
3. SIFAT-SIFAT KOLOID........................................................................................10
4. FAKTOR YANG MEMPENGAUHI KOLOID.....................................................12
BAB III.................................................................................................................................13
PENUTUP............................................................................................................................13
3.1. KESIMPULAN..........................................................................................................13
3.2. SARAN.......................................................................................................................13
3.3. DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

3
4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Absorpsi adalah suatu peristiwa penyerapan atau peresapan zat cair ke zat cair lain atau
zat padat, hingga keduanya menyatu. Misalnya ada kopi tumpah, terus tumpahan itu
dibersihkan dengan kertas tissue atau kain. Kopi meresap ke kertas tissue/kain hingga
tissue/kain menjadi basah.
Sistem koloid berhubungan dengan proses – prose di alam yang mencakup berbagai
bidang. Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita
makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses
sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup merupakan
suatu koloid sehingga proses – proses dalam sel melibatkan sitem koloid.
Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan
campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen.
Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara
merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh orang mempunyai
rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh.
Kesemuanya merupakan contoh koloid.
Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi
(tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang
disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah,
yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk
mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang
melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang
menghasilkan cahaya warna merah merupakan sistem koloid.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan absorpsi ?
2. Apa yang dimaksud dengan absorben ?
3. Apa saja prinsip dasar absorpsi ?
4. Sebutkan jenis-jenis absorpsi ?
5. Bagaaimana pengapikasian absorpsi ?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi absorpsi ?
7. Apa yang dimaksud dengan koloid ?
8. Sebutkan jenis-jenis koloid ?
9. Sebutkan sifat-sifat koloid ?
10. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi koloid ?

1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan absorpsi dan absorben serta koloid
2. Untuk mengetahui prinsip dasar absorpsi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis absorpsi dan koloid
4. Untuk mengetahui pengapikasian absorpsi

5
5. Untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi absorpsi dan koloid
6. Untuk mengetahui sifat-sifat koloid

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. ABSORPSI
1. PENGERTIAN ABSORPSI
Dalam ilmu kimia, absorpsi adalah fenomena fisika atau kimia atau
suatu proses dimana atom, molekul atau ion memasuki fase perubahan cair atau padat.
Absorpsi berbeda dengan adsorpsi, karena molekul-molekul yang mengalami absorpsi
memasuki volume, tidak hanya di permukaan saja (seperti yang terjadi pada adsorpsi).
Istilah yang lebih umum adalah serapan (bahasa Inggris: sorption), yang meliputi
absorpsi, adsorpsi, dan pertukaran ion. Absorpsi adalah suatu kondisi di mana sesuatu
memasuki zat lain. Proses absorpsi berarti bahwa zat menangkap dan memindahkan
energi. Absorben mendistribusikan bahan yang ditangkapnya secara menyeluruh,
sementara adsorben hanya mendistribusikannya di permukaan saja. Proses gas atau cair
yang menembus ke dalam badan adsorben secara umum dikenal sebagai absorpsi..

Definisi IUPAC
Absorpsi adalah proses suatu bahan (absorbat) diretensi oleh bahan lain
(absorben); ini dapat berupa larutan fisik gas, cairan, atau padatan dalam cairan,
pengikatan molekul suatu gas, uap, cairan, atau pelarutan bahan pada permukaan padatan
melalui gaya fisika, dll. Dalam spektrofotometri, absorpsi cahaya pada panjang
gelombang tertentu digunakan untuk mengidentifikasi sifat kimia suatu molekul, atom
atau ion dan untuk mengukur konsentrasi spesies-spesies ini.

2. ABSORBEN
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada
permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga
disebut sebagai cairan pencuci.
Persyaratan absorben :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah

Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas
yang dapatlarut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium
hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-
gas yang dapat bereaksiseperti basa).

7
3. DASAR-DASAR ABSORPSI
Absorpsi adalah suatu proses pemisahan suatu komponen fluida dari
campurannya dengan menggunakan solven atau fluida lain. Absorpsi dapat dilakukan
pada fluida yang relatif berkonsentrasi rendah maupun yang bersifat konsentrat. Prinsip
operasi ini adalah memanfaatkan besarnya difusivitas molekul-molekul gas pada larutan
tertentu. Dengan demikian bahan yang memiliki koefisien partisi hukum Henry rendah
sangat disukai dalam operasi ini.

Tujuan dari operasi ini umumnya adalah untuk memisahkan gas tertentu dari
campurannya. Biasanya campuran gas tersebut terdiri dari gas inert dan gas yang terlarut
dalam cairan. Cairan yang digunakan juga umumnya tidak mudah menguap dan larut
dalam gas. Sebagai contoh yang umum dipakai adalah absorpsi amonia dari campuran
udara-amonia oleh air. Setelah absorpsi terjadi, campuran gas akan di-recovery dengan
cara distilasi.

Peristiwa absorpsi adalah salah satu peristiwa perpindahan massa yang besar
peranannya dalam proses industri. Operasi ini dikendalikan oleh laju difusi dan kontak
antara dua fasa. Operasi ini dapat terjadi secara fisika maupun kimia. Contoh dari
absorpsi fisika antara lain sistem amonia-udara-air dan aseton-udara-air. Sedangkan
contoh dari absorpsi kimia adalah NOx-udara-air, dimana NOx akan bereaksi dengan air
membentuk HNO3.

Peralatan yang digunakan dalam operasi absorpsi mirip dengan yang digunakan
dalam operasi distilasi. Namun demikian terdapat beberapa perbedaan menonjol pada
kedua operasi tersebut, yaitu sebagai berikut:
 Umpan pada absorpsi masuk dari bagian bawah kolom, sedangkan pada distilasi
umpan masuk dari bagian tengah kolom.
 Pada absorpsi cairan solven masuk dari bagian atas kolom di bawah titik didih,
sedangkan pada distilasi cairan solven masuk bersama-sama dari bagian tengah
kolom.
 Pada absorpsi difusi dari gas ke cairan bersifat irreversible, sedangkan pada
distilasi difusi yang terjadi adalah equimolar counter diffusion.
 Rasio laju alir cair terhadap gas pada absorpsi lebih besar dibandingkan pada
distilasi.

4. JENIS – JENIS ABSORPSI

A. Absorbsi Fisika
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap
tidak disertai dengan reaksi kimia. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik,
difusi gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair. Contoh absorbsi ini adalah
absorbsi gas H2S dengan air, metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi
karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair.
Dari asborbsi fisik ini ada beberapa teori untuk menyatakan model mekanismenya,
yaitu: teori model film, teori penetrasi, dan teori permukaan yang diperbaharui.
B. Absorbsi Kimia

8
Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan penyerap
disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi kimia ini adalah absorbsi
dengan adanya larutan MEA, NaOH. K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi
kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak.
Penggunaan absorbsi kimia pada fase kering sering digunakan untuk mengeluarkan
zat terlarut secara lebih sempurna dari campuran gasnya. Keuntungan absorbsi kimia
adalah meningkatnya koefisien perpindahan massa gas, sebagian dari perubahan ini
disebabkan makin besarnya luas efektif permukaan. Absorbsi kimia dapat juga
berlangsung di daerah yang hampir stagnan disamping penangkapan dinamik.
5. APLIKASI ABSORBSI
Absorbsi dalam dunia industri digunakan untuk meningkatkan nilai guna dari suatu
zat dengan cara merubah fasenya.

1. Proses Pembuatan Formalin


Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat
dihasilkan melalui proses absorbsi. Teknologi proses pembuatan formalin
Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor
yang berupa gas yang mempunyai suhu 1820C didinginkan pada kondensor hingga
suhu 55oC, dimasukkan ke dalam absorber. Keluaran dari absorber pada tingkat I
mengandung larutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 37 – 40%. Bagian
terbesar dari metanol, air, dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin
bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid
dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan air
proses.

2. Proses Pembuatan Asam Nitrat


Pembuatan asam nitrat (absorbsi NO dan NO 2). Proses pembuatan asam nitrat
tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom absorbsi.
Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan reaksi absorbsi
NO2 oleh air menjadi asam nitrat.  Kolom absorpsi mempunyai empat fluks masuk
dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu air umpan absorber, udara pemutih,
gas proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu asam nitrat produk dan gas buang.
Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60 %
berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih dari 200 ppm.
Aplikasi absorbsi lainnya seperti proses pembuatan urea, produksi ethanol,
minuman berkarbonasi, fire extinguisher, dry ice, supercritical carbon dioxide dan
masih banyak lagi aplikasi absorbsi dalam industri. Selain itu absorbsi ini juga
digunakan untuk memurnikan gas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran sapi. Gas
CO2 langsung bereaksi dengan larutan NaOH sedangkan CH4 tidak. Dengan
berkurangmya konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan NaOH, maka
perbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih besar untuk konsentrasi
CH4. Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat dilukiskan
sebagai berikut:
CO2(g) + NaOH(aq) → NaHCO3(aq)

9
NaOH(aq) + NaHCO3 → Na2CO3(s) + HO(l)   + CO2(g) + 2NaOH(aq) →
Na2CO3(s) + H2O(l)
Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena
bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32- .

6. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORPSI

1. Laju alir air: semakin besar, penyerapan semakin baik.


2. Komposisi dalam aliran air: Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan CO 2
(misalnya NaOH) maka penyerapan lebih baik.
3. Suhu operasi: semakin rendah suhu operasi, penyerapan semakin baik.
4. Tekanan operasi: semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik sampai
pada batas tertentu. Diatas tekanan maksimum (untuk hidrokarbon biasanya 4000-
5000 kPa), penyerapan lebih buruk.
5. Laju alir gas: semakin besar laju alir gas, penyerapan semakin buruk.

2.2. KOLOID
1. PENGERTIAN KOLOID
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat
yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 -
100 nm), Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya
gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan,
misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh
campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan
merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel
juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia
industri karena kepentingannya.

2. JENIS- JENIS KOLOID


Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, atau
gas. Berdasarkan pada fase terdispersi dan medium pendispersinya, sistem koloid dapat
digolongkan seperti dalam tabel berikut.
Fase Fase Jenis Contoh
terdispersi Pendispersi Koloid
Padat Gas Aerosol Asap, debu
Padat
Padat Cair Sol Sol emas, tinta, cat
Padat Padat Sol padat Kaca berwarna, gabungan
logam,
Cair Gas Aerosol Kabut (fog), spray serangga,
cair awan
Cair Cair Emulsi Susu, santan, es krim,
minyak ikan, kecap
10
Cair Padat Emulsi Jelly, mayones, mutiara,
padat mentega
Gas Cair Buih Buih sabun, krim kocok
Gas Padat Buih padat Karet busa, batu apung
1)  Koloid Sol
Koloid sol merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi. Koloid sol ada tiga
jenis, yaitu :                 
a. Sol padat (padat-padat)
    Sol padat adalah jenis koloid dengan fase zat padat terdispersi dan fase zat pendispersi
padat. Contoh sol padat adalah logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja.

b. Sol cair (padat-cair )


      Sol cair atau biasa disebut sol saja adalah jenis koloid dengan fase zat padat
terdispersi dan fase zat pendispersi cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.
    
c. Sol gas (padat-gas)
          Sol gas atau biasa disebut aerosol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat
terdispersi dalam zat fase gas. Contoh: asap dan debu.

2)  Koloid Emulsi
       Koloid emulsi merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi cair. Koloid
emulsi ada tiga jenis, yaitu:

a) Emulsi padat (cair-padat)        


      Emulsi padat atau biasa disebut gel adalah jenis koloid dengan fase zat cair
terdispersi dalam fase zat pendispersi padat.Contoh gel adalah gelatin, agar-agar,
mentega, mutiara, dan, gel rambut

b) Emulsi cair (cair-cair)


Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair
melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika
dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat
cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya adalah pada susu,
minyak ikan, dan santan kelapa.
c) Emulsi Gas (cair-gas)
Emulsi gas atau biasa disebut aerosol cair adalah jenis koloid dengan zat fase cair
terdispersi dalam zat fase pendispersi gas. Contoh: obat-obat insektisida
(semprot), kabut, awan, dan hair spray.

3) Koloid Buih
Koloid buih merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi gas. Koloid
buih ada dua jenis, yaitu:      
a. Buih padat (gas-padat)

11
Buih padat adalah jenis koloid dengan fase zat gas terdispersi dalam fase zat
pendispersi padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga
Contoh buih padat adalah batu apung dan karet busa.
b. Buih cair (gas-cair)
Buih cair adalah jenis koloid dengan fase zat gas terdispersi dalam fase zat
pendispersi cair. Contoh buih cair adalah busa sabun dan krim kocok.

3. SIFAT-SIFAT KOLOID
1. SIFAT OPTIS
Ukuran partikel koloid lebih besar dari larutan sejati, sehingga bla seberkas
cahaya melewatinya akan dipantulkan. Arah pantulan ini tidak teratur, karena
partikel-partikel koloid terbesar secara acak, sehingga pantulan cahaya itu
berhamburan (diserahkan) ke segala arah. Peristiwa penghamburan cahaya oleh
partikel – partikel koloid ini disebut “Efek Tyndall”
 Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-
partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup
besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang
ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall
adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan
sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati. Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mengamati efek Tyndall ini antara lain:
1. Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut.
2. Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/berdebu.
3. Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang
berkabut. 

Hal ini karena adanya debu dan polusi udara yang dapat digolongkan
sebagai dispersi koloid (padat yang terdispersi dalam gas). Partikel-partikel
koloid yang mempunyai ukuran kecil, cenderung untuk menghamburkan
cahaya dengan panjang gelombang pendek yaitu bagian biru dari spektrum
cahaya. Sebaliknya, yang berukuran besar cenderung untuk menghamburkan
cahaya yang lebih panjang yaitu bagian jingga dan merah dari spektrum
cahaya. Partikel-partikel debu yang besar cenderung terletak dekat permukaan
bumi sedangkan partikel debu yang kecil cenderung terletak pada ketinggian
yang lebih besar. Pada tengah hari, cahaya yang dihamburkan oleh partikel-
partikel kecil lebih memegang peranan karena sinar matahari tegak lurus jatuh
ke permukaan bumi. Karena itu, langit tampak biru. Tapi pada waktu matahari
terbit atau terbenam, sinar matahari hampir sejajar dengan permukaan bumi
dan karenanya partikel-partikel koloid besar yang terletak dekat permukaan
bumi akan lebih memegang peranan dan langit akan tampak berwarna jingga
atau merah
12
2. SIFAT FISIK
Sifat-sifat fisik koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob
sifat-sifat seperti rapatan tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan medium
pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi, sifat-sifat fisiknya
sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebh besar dan tegangan mukanya
lebih kecil.

Koloid Liofil dan Koloid Liofob


Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium
pendispersinya cairan.
Koloid Liofil Koloid Liofob

sistem koloid yang affinitas fase sistem koloid yang affinitas fase
terdispersinya besar terhadap terdispersinya kecil  terhadap
medium pendispersinya. medium pendispersinya.

Contoh: sol kanji, agar-agar, Contoh: sol belerang, sol emas.


lem, cat

3. SIFAT KOLIGATIF
Suatu kolid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya
bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada sifatnya. Sifat-sifat koligatif
koloid umumnya lebh rendah daripada larutan sejati dengan jumlah partikel yang
sama. Sifat koligatif larutan berguna untuk menghitung konsentrasi atau jumlah
partikel koloid. Kecuali pengukuran tekanan Osmosa, dipakai untuk menetapkan
berat molekul rata-rata koloid makromolekul.

4. SIFAT LSTRIK
Sifat listrik atau Elektrik pada koloid atau Partikel-partikel koloid bermuatan
listrik. Ada yang bermuatan positif dan ada yang bermuatan negatif. Adanya muatan
listrik pada koloid dapat dijelaskan dengan elektoforesis, dan adsorpsi.
 Elektoforesis
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya
ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid
dapat bergerak dalam medan listrik. Bila ke dalam sistem koloid dimasukan
sepasang elektroda yang dialiri arus listrik searah maka partikel-partikel
koloid yang bermuatan negatif akan bergerak menuju elektroda positif
(anoda). Sebaliknya yang bermuatan negatif (katoda). Bergeraknya partikel-

13
partikel koloid oleh pengaruh medan listrik ini disebut elektroforesis. selain
karena adanya gerakan Brown. Pada peristiwa elektroforesis, partikel koloid
akan dinetralkan muatannya dan digumpalkan pada elektroda. Kegunaan dari
sifat ini adalah untuk menentukan muatan yang dimiliki oleh suatu partikel
koloid. Hal ini dilakukan dengan cara memasukan dua batang elektroda ke
dalam sistem koloid dan menghubungkannya dengan sumber arus searah.
Kondisi ini memungkinkan partikel koloid bergerak ke salah satu elektroda
yang sesuai dengan jenis muatannya. Koloid yang bermuatan negatif bergerak
ke elektroda positif (anoda) dan koloid yang bermuatan positif akan bergerak
ke elektrode negatif (katoda).
 Adsorbsi
Adsorbsi adalah proses penyerapan suatu zat di permukaan zat lain. Zat yang
diserap disebut fase terserap dan zat yang menyerap disebut adsorpen.
Adsorpen dapat berupa zat padat dan zat cair. Adsorpsi dapat terjadi antara zat
padat dan zat cair, zat padat dan zat gas, zat cair dan zat cair, atau zat gas dan
zat cair.

4. FAKTOR YANG MEMPENGAUHI KOLOID


Terdapat beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid, yaitu
sebagai berikut :
1. Gaya tarik – menarik yang dikenal dengan gaya London – Van der Waals.
Gaya ini menyebabkan partikel – partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan
akhirnya mengendap.
2. gaya tolak menolak.
Gaya ini terjadi karena pertumpangtindihan lapisan ganda listrik yang bermuatan
sama. Gaya tolak – menolak tersebut akan membuat dispersi koloid menjadi stabil.
3. Gaya tarik – menarik antara partikel koloid dengan medium pendispersinya.
Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi partikel koloid dan gaya
ini juga dapat meningkatkan kestabilan sistem koloid secara keseluruhan. Salah satu
faktor yang mempengaruhi stabilitas koloid ialah muatan permukaan koloid.
Besarnya muatan pada permukaan partikel dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit
dalam medium pendispersi. Penambahan kation pada permukaan partikel koloid yang
bermuatan negatif akan menetralkan muatan tersebut dan menyebabkan koloid
menjadi tidak stabil. Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid
untuk penggunaannya. Contoh: es krim, tinta, cat. Untuk itu digunakan koloid lain
yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut
koloid pelindung. Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik
pada kedua cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator
dari emulsi minyak dan air.

14
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Absorpsi adalah suatu peristiwa penyerapan atau peresapan zat cair ke zat cair lain
atau zat padat, hingga keduanya menyatu. Sistem koloid merupakan suatu bentuk
campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki
ukuran partikel terdispersi yang cukup besar. Koloid mudah dijumpai di mana-mana:
susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat
dijumpai sehari-hari.

3.2. SARAN
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena
kami adalah hamba allah yang tak luput dari salah, khilaf, alfa, dan lupa.

3.3. DAFTAR PUSTAKA


http://kimiamania11.blogspot.com/2011/02/sistem-koloid.html
https://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-larutan-kimia/
https://www.academia.edu/6506699/Absorpsi
https://www.academia.edu/15731870/089632646083_Sistem_Koloid_Pengertian_Kol
oid

15

Anda mungkin juga menyukai