Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kimia

Materi 1

Pengenalan Alat dan Teknik Dasar Laboratorium

I. Pengenalan Alat Laboratorium


a. Alat Kaca
1. Fungsi dan cara pencucian dari alat gelas
FUNGSI = Tabung reaksi dengan mereaksikan zat dalam jumlah sedikit. Gelas piala dengan
mereaksikan cairan, memanaskan/memasak & membuat endapan cairan dalam jumlah besar.
Labu Erlenmeyer dengan mereaksikan cairan, memanaskan/memasak & membuat endapan
cairan dalam jumlah besar, berfungsi utama untuk titrasi. Gelas ukur untuk mengukur cairan
dengan tidak tepat. Labu takar , alat pengukur teliti, untuk membuat larutan dari padatan/
cairan dengan konsentrasi tertentu. Pipet volumetric untuk mengambil cairan dengan volume
tertentu dengan tepat. Pipet mohr untuk mengambil cairan dengan volume yang bermacam-
macam dengan akurat. Buret untuk mengambil cairan dengan volume yang bermacam-macam
dengan akurat.
PENCUCIAN= (1) bilas/ cuci menggunakan akuades. (2) lalu bilas dengan cairan yang ingin
digunakan untuk reaksi. (3) lalu bilas dengan aquades kembali. Hal ini ditujukan agar tidak ada
za tasing yang ikut bereaksi selain cairan yang diinginkan. Jika terdapat kototran yang sulit
dibersihkan dapat gunakan sabun di awal langkah pencucian.
2. Sebutkan alat-alat yang memiliki ketelitian dalam pengukuran volume
Pipet volumetric, pipet mohr, buret, labu takar
3. Sebelum menggunakan cairan dari buret, kenapa cerat harus terisi penuh?
Untuk memeastikan jumlah volume yang diukur benar, sehingga pengukuran menjadi lebih
tepat
4. Cara penggunaan buret
a) Perbedaan pengeluaran cepat dan lambat
Cepat terjadi ketika cerat dibuka dengan lebar (besar), sehingga larutan keluar dengan
deras, tidak dianjurkan karena dapat meninggalkan larutan pada dinding buret, ehingga
menyebabkan penukuran menjadi tidak tepat
Lambat terjadi ketika cerat dibuka dengan lebih kecil, tidak dianjurkan juga karena
memakan waktu yang cukup lama
b) Apakah terdapat perbedaan bentuk antara meniscus air dan larutan KMnO4?
Ya ada, meniscus air (bening) diukur dari meniscus bawah. Meniscus KMnO4 (berwarna)
diukur dari meniscus atas.
c) Jelaskan perbedaan dan pembacaan larutan bening dan berwarna!
Larutan bening dibaca pada meniskus bawah, dengan bantuan background berwarna hitam
(gelap). Larutan berwarna menggunakan meniscus atas dengan bantuan background putih.

b. Alat Pembakar
1. Apakah fungsi bagian pembakar gas berikut
a) Lubang pengatur udara (air vent)
Untuk menagatur jumlah udara yang masuk
b) Kran pengatur gas (main valve)
Untuk mengatur banyaknya gas yang masuk
c) Spud
Lubang masuknya gas (saluran masuk gas)
2. Mengapa api yang berwarna kuning tidak baik untuk pemanasan?
Karena sifat api kuning yang kurang panas dan dapat mengotori alat-alat laboratorium yang
dipanaskan.

II. Memipet dan Membaca Miniskus Cairan


1. Tuliskan urutan langkah memipet larutan
(1) ambil bulp lalu kempiskan. (2) setelah kempis, pasangkan bulp dengan pipet. (3) masukkan pipet
kedalam wadah yang berisi cairan, lalu tekan katup S agar cairan masuk sampai melebihi batas tera.
(5) pindahkan cairan ke wadah tang diinginkan dengan posisi wadah miring 45’, dengan tekan katup
E. (6) setelah dikeluarkan, tunggu 5-10 detik lalu goreskan ujung pipet dengan bagian dalam wadah.
2. Mengapa pipet harus dibilas dengan larutan yang akan diambil sebelum digunakan?
Agar tidak ada za tasing yang menempel pada dinding dalam pipet (seperti aquades atau zat lain
yang digunakan sebelumnya), sehingga zat yang diambil murni zat yang ingin direaksikan, bukan
campuran
3. Jika didalam laboratorium tersedia pipet volumetric 1 ml dan pipet mohr 5 ml, manakan yang
lebih baik digunakan untuk mengambil 3 ml cairan? Jelaskan
Pipet mohr 5 ml, karena kapasitasnya lebih besar (cukup untuk volume yang diinginkan), sehingga
dapat dilakukan dengan satu kali pembambilan dan persentase kesalahan/kekeliruannya lebih kecil.
4. Mengapa pipet yang berisi cairan harus selalu dalam posisi tegak?
Agar praktikan dapat mengukur meniscus dengan tepat dan akurat, karena jika miring, maka
meniskusnya juga akan miring.

III. Menimbang
1. Tuliskan urutan langkah menimbang padatan
(1)pastikan timbangan/neraca belum tersambung dengan listrik. (2) bersihkan bagian dalam
neraca. (3) cek waterpass, pastikan gelembung udara ditengah lingkaran, dengan menggeser/
memutar bagian kaki neraca. (4) sambungkan neraca dengan listrik, tekan tombol zero/on, tunggu
15 menit hingga stabil. (5) setelah stabil, masukkan wadah yang digunakan untuk menimbang,
catat bobot wadah lalu tekan tombol tare. (6) ambil bahan yang ditimbang, lalu masukkan ke dalam
neraca, pastikan bahan tidak berceceran. (7) tutup kaca, tunggu hingga stabil lalu catat nilainya.
(8) setelah dicatat, keluarkan wadah yang sudah berisi zat yang telah ditimbang, lalau tutup
kembali neraca. (9) tekan tombol tare lalu tombol off. (10) cabut dari sambungan listrik lalu
bersihkan neraca.
2. Jelaskan pentingmya memastikan posisi gelembung berada di dalam lingkaran !
Untuk memastikan bahwa neraca sudah dalam kondisi posisi secacar (rata), sehingga pengukuran
menjadi lebih akurat.
Materi 2
Pengenalan dan Penanganan Bahan Kimia
I. Simbol Bahan Kimia
Asam Asetat Mangan (II) Sulfat 1-Butanol Litium nitrat Tris Amino
CH3COOH MnSO4 C4H10O LiNO3 Metana
(HOCH2)3CNH2

Korosif Perusakan Beracun Oksidator


lingkungan Iritasi
Merusak jairngan Merusak Berbahaya jika Membakar bahan Mengiritasi mata,
tubuh lingkungan tanah terhirup, tertelan lain, penyebab kulit dan saluran
dan perairan dan terkena kulit timbul & sulitnya pernapasan
pemadaman api
Hindari kontak Limbah dibuang Hindari kontak Hindari dengan Hindari kontak
dengan mata, ke penampungan dengan tubuh bahan yang langsung dengan
kulir, pakaian, limbah tidak mudah terbakar/ kulit, mata,
dan jangan hirup langsung ke reduktor jangan terhirup
uapnya tanah/perairan

II. Pengenalan Bahan Kimia Berbahaya


1. Hasil pengamatan pad akertas tissue
a) H2SO4 pekat merusak tissue dan memeberi bekas hitam (gosong), melubangi namun tidak
menembus
b) K2Cr2O7 membuat warna tissue menjadi kuning
c) Campuran keduanya, tissue rusak berlubang, serta terdapat warna hitam dan kuning disekitar
lubang
d) Komentar: tissue berperan sebagai bahan organik. Asam sulfat memiliki sifat untuk
mengarangkan (merusak) tissue dan menyebabkan bagian yang terkena asam sulfat menjadi
hita,. Kalium dikromat merupakan oksidator kuat yang dapat mengoksidasi senyawa organik.
Campuran kalium dikromat dan asam sulfat dapat memudahkan terjadinya lubang (korosif) pada
tissue, sehingga lubang pada tissue menjadi lebih besar. Disini kalium dikormat berperan sebagai
oksidator dan asam sulfat sebagai zat korosif.
2. Reaksi alkali dengan air dan penambahan indikator fenolftalein
Pencampuran Persamaan Reaksi Hasil Pengamatan
Na + H2O 2Na + 2H2O -> 2NaOH + H2 Menghasilkan warna merah muda,
mengeluarkan asap dan sedikit bergelembung
K + H2O 2K + 2H2O -> 2KOH + H2 Menghasilkan warna merah muda,
mengeluarkan percikan api dan asap
Komentar: reaksi logam kalium dengan air lebih reaktif dibandingkan dengan reaksi logam natrium
dengan air. hal ini dikarenakan jari-jari kalium yang lebih besar dibanding natrium, sehingga
electron pada kalium lebih mudah terlepas. Mudahnya pelepasan electron inilah yang
menyebabkan logam kalium lebih mudah bereaksi dan reaktif, hal ini ditandai dengan adanya
percikkan api pada percobaan kalium.

III. Botol Pereaksi (Wadah Kaca Penyimpan Bahan Kimia)


1. Jelaskan perbedaan fungsi botol kaca terang dan gelap untuk menimpan bahan kimia
Botol Kaca Terang digunakan untuk bahan kimia yang tidak sensitive pada cahaya dan sinar UV.
Botol Kaca Gelap digunakan untuk bahan kimia yang sensitive pada cahaya dan sinar UV.
2. Sebutkan 4 jenis tutup botol pereaksi dan jelaskan cara penempatannya ketika memindahkan
cairan dari botol tersebut!
1) Tutup datar
a) Leher kecil digunakan untuk menyimpan bahan kimia yang mudah menguap dan berasap
b) Leher besar digunakan untuk menyimpan bahan kimia yang tidak mudah menguap atau tidak
berasap
Cara memeindahkan – saat mengambil larutan, tutup botol diletakkan terbalik dengan
bagian atas tutup sebagai alas
2) Tutup pipih
Tutup botol tidak boleh diletakkan tapi harus di pegang
3) Tutup paruh
Paruh disejajarkan dengan saluran yang terdapat pada botol, lalu tuang larutan dan tutup
kembali denga diputar searah saluran pada leher
4) Tutup botol pipet tetes
Memipet larutan dalam botol kemudian diteteskan, dan diletakkan kembali, pastikan pipet pada
tutup tidak digunakan pada larutan lain.

Materi 3
Pembuatan Larutan

I. Pembuatan Larutan Urea dari Padatannya


a. Massa labu takar kosong : 26,344 g
b. Massa urea yang ditimbang : 2,997 g
c. Massa relative urea : 60 g/mol
d. Mol urea : 0,049 mol (didapet dari) gr/Mr = 2,997/60 = 0,049
e. Volume larutan : 50 ml
f. Massa labu tajar berisi larutan : 86,886 g
g. Massa larutan : 60,542 (didapet dari) 86,886-26,344
h. Densitas air : 1 g/ml
i. Massa air : 57,545 g (didapet dari) 60,542-2,997
j. Sifat pelarutan : endoterm
1. Tentukan konsentrasi larutan dalam Molaritas (M)
Gr(urea) 1000 2,997 1000
M = Mr(urea) × V(ml = 60
× 50 = 0,999 M
2. Tentukan konsentrasi larutan dalam molalitas (m)
Gr(urea) 1000 2,997 1000
m = Mr(urea) × gr (pelarut) = 60
× 57,545 = 0,868 M
3. Tentukan konsentrais larutan dalam % (b/b)
Gr(terlarut) 2,997
% b/b = 100 = × 100 = 4,95 %
Gr (total larutan) 60,542
4. Tentukan konsentrasi larutan dalam satuan % (b/v)
Gr(terlarut) 2,997
% b/v = 100 = × 100 = 5,994 %
ml (total larutan) 50

II. Pembuatan Larutan KCL


a) Volume awal KCL : 10 ml
b) Konsentrasi awal KCL :1M
c) Volume akhir larutan : 50 ML
d) Konsentrasi akhir KCL : 0,2 M
1. Perhitungan
M1.V1 = M2.V2 ~ 10x1 = 50xM2 ~ M2 = 10/50 = 0,2 M KCL
2. Kesimpulan
Larutan urea dibuat dengan metode pelarutan dari padatan urea dengan bantuan aquades.
Pelarutan ini memiliki sifat endoterm yang ditandai suhu lingkungan turun. Sedangkan pada
pembuatan larutan KCL menggunakan metode pengenceran dari larutan KCL pekat, dengan
menambah pelarut aquades sesuai dengan volume dan konsentrasi larutan KCL yang diinginkan.

Materi 4
Ikatan Kimia: Ionik dan Kovalen
I. Perbandingan titik leleh
a. Senyawa kovalen
Urea pengamatan 130-132 °C; Buku acuan 132 °C
Sukrosa penganatab 184-186 °C; Buku acuan 186 °C
b. Senyawa Ionik
KCL 770°C; CaCl2 772°C; MgSO4 1124 °C
Berdasarkan kisaran titik leleh data pengamatan, bagaimanakah kemurnian sampel urea dan
sukrosa?
Kisaran titik lelehnya adalah 2°C. kondisi ini sesuai dengan konsep senyawa murni yang memiliki trayek
tajam, yaitu trayek titik lelehnya sempit (2°C). Dengan ini, terbukti bahwa urea dan sukrosa berada
dalam keadaan murni (tidak tercampur zat asing). Ditambah, dengan banyaknya urea dan sukrosa yang
digunakan dalam uji coba (2mm pipa kapiler), sesuai dengan prosedur.
Mengapa titik leleh senyawa ionic lebih tinggi daripada senyawa kovalen?
Karena gaya Tarik menarik antar molekul senyawa ionic (keelektronegatifan) sangat kuat. Sehingga
diperlukan energi yang lebih besar untuk mengalahkan gaya tersebut. Maka dari itu, senyawa ionic
memiliki titik leleh dan titik didih yang lebih tinggi dibandingkan senyawa kovalen.

II. Wujud
Senyawa Wujud Senyawa Wujud
Urea Padatan KCL Padatan
Sukrosa Padatan CaCl2 Padatan
Alkohol Cair MgSO4 Padatan

Pembahasan
Perbedaan wujud zat disebabkan oleh perbedaan ikatan yang terbentuk, ikatan ionic bersifat lebih kuat
dibandingkan ikatan kovalen. Maka dari itu yang memiliki ikatan kovalen dapat berwujud padatan dan
cairan.

III. Perbandingan Kelarutan


Senyawa Dalam Air Dalam CCl4 Larut Sebagai Ion atau Molekul?
Urea Larut (+++) Tidak Larut (-) Molekul
Sukrosa Larut (+++) Tidak Larut (-) Molekul
Alkohol Larut (+++) Larut (+++) Molekul
KCL Larut (+++) Tidak Larut (-) Ion
CaCl2 Larut (+++) Tidak Larut (-) Ion
MgSO4 Larut (+++) Tidak Larut (-) Ion

1. Apakah ada senyawa ionic yang larut dalam CCl4?


Tidak ada, karena senyawa ionic bersifat polar. Senyawa polar hanya larut pada pelarut polar.
Sedangkan CCl4 merupakan senyawa non-polar sehingga tidak melarutkan senyawa ionic.
2. Adakah senyawa kovalen yang larut dalam air?
Ada, senyawa kovalen polar dan semipolar. Karena air merupakan pelarut yang bersifat polar,
sehingga dapat melarutkan senyawa polar. Sedangkan pada senyawa semipolar, karena memiliki
gugus polar maka dapat larut dalam air
3. Jelaskan bagaimana air dapat melarutkan senyawa ionic
Saat senyawa ionic dilarutkan dalam air, kation pada senyawa ionic akan berikatan dengan OH-, dan
anion berikatan dengan H+. proses ini disebut hidrasi, yang membantu menstabilkan ion-ion dalam
larutan dan mencegah kation bergabung dengan anion kembali.

IV. Daya Hantar Listrik


Senyawa Lampu Jumlah gelembung di Elektrode Karbon
Urea Tidak Menyala (-) Sedikit (+)
Sukrosa Tidak Menyala (-) Sedikit (+)
Alkohol Tidak Menyala (-) Tidak Ada (-)
KCL Tidak Menyala (-) Banyak (+++)
CaCl2 Tidak Menyala (-) Banyak (+++)
MgSO4 Tidak Menyala (-) Banyak (+++)
Pembahasan
senyawa KCL, CaCl2, MgSO4 merupakan senyawa ionic, jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan
ion positif (kation) dan negative (anion) yang dapat menghantarkan arus listrik, sehingga
menghasilkan banyak gelembung. Sedangkan pada Urea, Sukrosa dan Alkohol tidak menghasilkan
atau sedikit terdapat gelembung dan termasuk ke dalam elektrolit lemah. Serta, saat dilarutkan
dalam air tidak terjadi proses hidrasi sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrk

V. Kemudahan Terbakar
Senyawa Terbakar/Tidak Senyawa Terbakar/Tidak
Urea Terbakar (+++) KCL Tidak Terbakar (-)
Sukrosa Terbakar (+++) CaCl2 Tidak Terbakar (-)
Alkohol Terbakar (+++) MgSO4 Tidak Terbakar (-)
Pembahasan
Ikatan ionic memiliki gaya Tarik menarik yang lebih besar dibanding kovalen, sehingga senyawa ionic
tidak mudah terbakar atau memerlukan energi yang lebih besar untuk dapar membakarnya (suhu lebih
tinggi). Suhu yang dihasilkan kali ini tidak cukup untuk membakar senyawa ionic, namun dapat
membakar senyawa kovalen, karena kovalen memiliki ikatan yang lebih lemah dibanding dnegan ionic.

VI. Uji Bau


Senyawa Bau Senyawa Terbakar/Tidak
Urea Tidak menyengat (+) KCL Tidak menyengat (+)
Sukrosa Tidak menyengat (+) CaCl2 Tidak menyengat (+)
Alkohol Menyengat (+++) MgSO4 Tidak menyengat (+)
Pembahasan
Senyawa ionic tidak menghasilkan bau yang menyengat karena pada umumnya senyawa ionic
terbentuk dari atom logam dan non logam yang memiliki energi ikat yang kuat. Energi ikat yang kuat
ini menyebabkan senyawa ionic memiliki titik leleh yang tinggi. Sehingga pada suhu ruang senyawa
ionic tidak berbau dan tidak menguap. Sedangkan senyawa kovalen terbentuk dari dua atau lebih atom
nonlogam yang energi ikatnya tidak sekuat ionic, sehingga pada suhu ruang senyawa kovalen
cenderung menghasilkan bau tertentu.

VII.Kesimpulan
Senyawa ionic lebih kuat dibanding kovalen. Hal ini dibuktikan dengan senyawa ionic memiliki titik
leleh yang lebih tinggi, berbentuk padatan dalam suhu ruang, konduktor yang baik dalam bentuk
larutan, sulit terbakar dan emmeiliki bau yang tidak menyengat. Sedangkan senyawa kovalen memiliki
titik leleh yang rendah, berbentuk padatan atau cairan dalam suhu ruang, mudah terbakar dan berbeu
menyengat.

Materi 5
Kinetika Kimia

I. Pengaruh konsentrasi terhadap Kecepatan Reaksi


1. Pengaruh Konsentrasi HCl
Reaksi Tabung Reaksi Perubahan Warna Waktu (s)
1 dan 6 Tidak berwarna menjadi putih keruh 78
2 dan 5 Tidak berwarna menjadi putih keruh 40
3 dan 4 Tidak berwarna menjadi putih keruh 34
Pembahasan
Semakin tinggi konsentrasi larutan, maka kandungan molekul di larutan tersebut juga semakin
banyak, sehingga reaksi akan lebih reaktif. Terbukti pada campuran tabung 3 dan 4 (0,1 n Na2S2O3
dan 1 n HCl) terjadi perubahan warna dengan waktu yang tercepat (34,97 s) serta warna yang
dihasilkan sangat keruh, hal ini disebabkan karena konsentrasi senyawa penyusunnya merupakan
yang terbesar diantara tigas sampel lainnya.

2. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3


Reaksi Tabung Reaksi Perubahan Warna Waktu (s)
1 dan 6 Tidak berwarna menjadi putih keruh 24
2 dan 5 Tidak berwarna menjadi putih keruh 23
3 dan 4 Tidak berwarna menjadi putih keruh 10
Pembahasan
Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, maka kandungan molekul dilarutkan juga semakin
banyak, sehingga reaksi akan berjalan lebih reaktif. Terbukti pada campuran tabung 3 dan 4 (0,1 n
HCl dan 1 n Na2S2O3) terjadi perubahan warna dengan waktu tercepat (10,85) serta warna yang
dihasilkan sangat keruh, hal ini disebabkan karena konsentrasi senyawa penyusunnya.

II. Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Reaksi


1. Reaksi HCl + Na2S2O3 pada Berbagai Suhu
Reaksi Tabung Reaksi Suhu (°C) Perubahan Warna Waktu (s)
1 dan 6 70 Tidak berwarna menjadi putih keruh 18
2 dan 5 50 Tidak berwarna menjadi putih keruh 19
3 dan 4 Ruang Tidak berwarna menjadi putih keruh 49
Pembahasan
Peningkatan suhu dalam reaksi akan mengakibatkan partikel-partikel terlarut sekain aktif, sehingga
frekuensi tumbukan akan semakin besar dan energi kinetic juga meningkat, akibatnya laju reaksi
akan menjadi lebih cepat. Semakin cepat laju reaksi, maka perubahan warna akan menjadi lebih
cepat. Kali ini terbukti pada campuran tabung 1 dan 6 yang mendapat perlakuan suhu terbesar (70)
dari ketiga sampel yang bereaksi tercepat/pengkeruhan tercepat (10,85 s)

2. Reaksi (COOH)2 + KMnO4 pada Berbagai Suhu


Reaksi Tabung Reaksi Suhu (°C) Perubahan Warna Waktu (s)
1 dan 6 70 Ungu menjadi tidak berwarna 27
2 dan 5 50 Ungu menjadi tidak berwarna 54
3 dan 4 Ruang Ungu menjadi tidak berwarna 134
Pembahasan
Peningkatan suhu dalam reaksi akan mengakibatkan partikel-partikel terlarut sekain aktif, sehingga
frekuensi tumbukan akan semakin besar dan energi kinetic juga meningkat, akibatnya laju reaksi
akan menjadi lebih cepat. Semakin cepat laju reaksi, maka perubahan warna akan menjadi lebih
cepat. Kali ini terbukti pada campuran tabung 1 dan 6 yang mendapat perlakuan suhu terbesar (70)
dari ketiga sampel yang bereaksi tercepat/pengkeruhan tercepat (27,35 s)
III. Pengaruh Katalis terhadap Kecepatan Reaksi
Adanya Katalis dari Luar dan Autokatalis
Tabung Reaksi Perubahan Warna Waktu (s)
1 Kuning menjadi tidak berwarna 58
2 Kuning menjadi tidak berwarna 83
3 Ungu menjadi tidak berwarna 112
4 Ungu menjadi tidak berwarna 127
Pembahasan
Laju reaksi dapat ditingkatkan dengan menambah katalis dari luar maupun produk dari reaksi (auto
katalis). Pada percobaan ini, penambahan katalis dari luar (tabung 1 dan 2) terjadi perubahan warna
dari kuning menjadi tidak berwarna. Sedangkan pada auto katalis (tabung 3 dan 4) terjadi perubaahn
warna dari ungu menjadi tidak berwarna. Selain itu, konsentrasi juga mempengaruhi laju reaksi,
terlihat pad atabung 2 dan 4 yang diencerkan, membutuhkan waktu lebih lama untuk berubah warna
dibandingkan tabung 1 dan 3 yang tidak di encerkan.

IV. Simpulan
Terbukti bahwa laju reaksi dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan konsentrasi, meningkatkan
suhu dan menambah katalis dalam larutan. [eningkatan laju reaksi dapat diamati dari waktu reaksi
yang lebih cepat.

V. Pertanyaan
1. Jelaskan bagaimana kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi
Karena mengakibatkan partikel-partikel terlarut semakin aktif, sehingga frekuensi tumbukan akan
semakin besar dan energi kinetic molekul juga meningkat, akibatnya laju reaksi akan menjadi lebih
cepat.
2. Jelaskan pengaruh katalis dalam mempercepat laju reaksi
Dalam laju reaksi, katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi,
sehingga reaksi akan lebih mudah terjadi dan laju reaksi menjadi lebih cepat.
3. Sebutkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi laju reaksi
Luas permukaan bidang sentuh, tanaman, sifat zat yang bereaksi, dan beberapa pada cahaya

Materi 6
Polimer
I. Karet
a. Pengukuran Awal
No. Panjang (P1) cm Lebar (L1) cm Tebal (T1) cm Massa (M1) g
1 1,14 1,04 0,12 0,238
2 1,06 0,95 0,14 0,205
3 1,15 1,02 0,13 0,234

b. Pengukuran Setelah Perendaman Beberapa Waktu


Waktu (Menit) No Panjang P2 (cm) Lebar L2 (cm) Tebal T2 (cm) Massa M2 (gr)
10 1 1,32 1,12 0,15 0,272
20 2 1,28 1,11 0,16 0,255
30 3 1,41 1,21 0,16 0,303
c. Pengukuran Keseluruhan
Waktu (Menit) No P2-P1 (cm) L2-L1 (cm) T2-T1 (cm) M2-M1 (gr)
10 1 10,18 0,08 0,03 0,034
20 2 0,22 0,16 0,02 0,05
30 3 0,26 0,19 0,03 0,069

Pembahasan
Setelah mellaui perendaman, panjang lebar tebal dan masa karet bertambah. hal ini dikarenakan
pada karet terjadi proses vulkanisasi, yaitu penambahan ikatan taut silang dengan atom-atom
sulfur. Karena ikatan ini menyebabkan struktur karet menjadi tiga dimensi dengan ruang kosong,
ruang kosong ini ditempati oleh molekul-molekul yang lebih kecil. maka dari itu ukuran karet
meningkat setelah dimasukkan dalam minyak tanah (molekul minyak tanah lebih kecil).
peningkatan yang terbesar pada karet 3 karena perlakuannya paling lama.

II. Protein
Perlakuan Pengamatan
Penambahan Asam Kuat Berwarna sedikit keruh, sedikit endapan putih
Perlakuan Suhu Berwarna putih keruh, banyak endapan putih
Penambahan Logam Berat Terdapat endapan putih, banyak gelembung dan larutan berwarna
coklat
Pembahasan
Albumin (protein) yang diberi perlakuan penambahan asam kuat (HCl), logam berat (FeCl3) dan
pemanasan menghasilkan endapan putih, berarti protein telah terdenaturasi. Penambahan HCl
menyebabkan terjadinya pelepasan ikatan hidrogen, sehingga menghasilkan sedikit endapan putih.
Penambahan FeCl3 dan pemanasan menyebabkan pelepasam ikatan peptide, sehingga menghasilkan
banyak endapan putih.

III. Natrium Poliakrilat (C3H3NaO2)n


Jelaskan mengapa Natrium Poliakrilat mampu menyerap banyak air!
Karena memiliki gugus karboksil yang melimpah pada rantai utamanya. Banyaknya gugus karboksil
menyebabkan natrium poliakrilat memiliki kemampuan menyerap air 100-1000 kali masanya.
Penyerapan air melalui ikatan hidrogen antara gugus karboksil dengan molekul air.

Jelaskan pengaruh FeCl3 terhadap penggembungan natrium poliakrilat


Hampir seluruh cairan FeCL3 tidak diserap, karena ion Na+ pada natrum poliakrilat mudah digantikan
dengan ion Fe3+. Satu ion Fe3+ dapat mengikat 3 gugus karboksil pada poliakrilat. Sehingga polimer
ini menyusust dan kehilangan kemampuang penggembunagnnya untuk mengikat air.

Urutkan dari yang tertinggi dan jelaskan kemampuan penggembungan natrium poliakrilat dalam air,
larutan asam dan larutan basa
Air, NaOH, HCL, FeCl3. Natrium poliakrilat mampu menyerap maksimal karena gugus karboksil dan
tidak ada faktor pengganggu. Pada kondisi asam (HCl), kemampuan penggembungan menurun karena
ion Na+ dignantikan ion H+ membentuk asam poliakrilat yang derajat disosiasinya lebih rendah,
sehingga asam poliakrilat sulit melepas H+ dan mengikat air. Pada kondisi basa (NaOH), keberadaan
Na+ sangat berilmpah sehingga Na+ berpeluang lebih berikatan dengan gugus karboksil daripada air,
karena itu polimer tidak menggembung dan mengikat air secara maksimal.
IV. Simpula
• Karet sintetik yang direndam minyak tanah mengalami peningkatan ukuran karena terjadi proses
vulkanisasi (penambahan ikatan taut silang dengan atom-atom sulfur) sehingga meningkatkan
elastisitas dan menurnkan plastisitas.
• Protein mengalami denaturasi (pemecahan protein yang mengubah sifat kimia, fisik dan biologi
serta irreversibel) yang disebabkan oleh perubahan pH, suhu dan penambahan logam berat.
• Natrium poliakrilat mampu menggembung secara maksimal pada pH netral. Penurunan
kemampuan penggembungan polimer ini terjadi karena adanya kation pengguanggu dan
perubahan pH baik ke asam maupun basa.

Materi 7
Hukum Charles (Suatu Pandangan Hukum Gas)

I. Hasil Pengamatan
Parameter Percobaan Hasil Percobaan
Suhu awal dalam labu (Ti, °C) 30 °C
Suhu akhir dalam labu (Tf, °C) 42 °C
Volume gas basah pada gelas ukur (Vg, mL) 23 ml
Volume gas awal Erlenmeyer (V, ml) 306 ml
Tekanan udara lab (P, mmHg) 743 mmHg
Tekanan uap pada suhu air (P mmHg) 61,5 mmHg

II. Pengolahan Data


Parameter Percobaan Persamaan Hasil
Suhu awal (K) Ti = Ti (°C) + 273 303°K
Suhu Akhir (K) Tf = Tf (°C) + 273 315°K
Tekanan udara dalam gelas ukur Pm (mmHg) Pm = P – Pw 6815,5 mmHg
Volume udara kering (ml) Vm = (Vg x Pm)/P 21,096 ml
Volume akhir udara Vf (ml) Vf = Vi + Vm 327,096 ml
Volume akhir berdasarkan Hukum Charles Vf = (T x Vf)/Tf 318,118 ml
Data yang diperoleh no5 dan 6 apakah berbeda? Jelaskan
Berbeda karena volume gas yang didapat (terbaca) dair gelas ukur merupakan volume gas basah yang
berarti volumenya berasal dari volume ga syang keluar dari labu Erlenmeyer dan volume uap air.
karena itu data pada nomor 5 (perhitungan praktek) dan 6 (teoritis) terdapat perbedaan.

III. Simpulan
Percobaan sesuai dengan hukum Charles, yang menyatakan “pada kondisi tekanan tetapvolume gas
berbanding lurus terhadap temperatur” dengan persamaan Vi/Ti = Vf/Tf. Selain itu, untuk mengetahui
persentase kesalahan dapat menggunakan persamaan (Vf teori-Vfpercobaan/Vfteori) x 100%, dan
untuk mengetahui persentasi keteparan dapat digunakan persamaan 100% - %kesalahan. Pada
percobaan ini didapatkan nilai % kesalahan 2,822% dan ketepatan 97,178%.

IV. Pertanyaan
1. Identifikasi minimal 3 asumsi yang menyebabkan terjadinya penyimpangan Hukum Charles dan
bagaimana asumsi tersebut memengaruhi hasil
• Kesalagan pada ketepatan pengamatan pengukuran, karena terdapat air yang tersisa menempel
di didinding labu Erlenmeyer saat mengukur volume labu Erlenmeyer, lalu cara melihat garis
volume pada gelas ukur, kondisi gelas ukur dalam keadaan miring.
• Kesalahan pada saat menutup labu Erlenmeyer, karena ada air yang masuk ke pipa 3, lalu saat
tutup Erlenmeyer dilepaskan, air pada pipa 3 kembali masuk ke labu Erlenmeyer.
• Kesalahan perhitungan teoritis. Karena data yang diperoleh kemungkinan tidak tepat dan
kelalaian praktikan saat menghitung persamaannya, sehingga gasil akhir yang didapat menjadi
tidak tepat juga.
2. Jelaskan cara penggunaan barometer!
Pada barometer terdapat 2 satuan tekanan udara yaitu mmHg dan hPa, kali ini menggunakan
mmHg yang umum. Sebelum menggunakan barometer, baca terleebih dahulu panudan yang
tersedia, lalu ketuk permukaan kaca barometer untuk menghindari eror karena gesekkan. Tunggu
beberapa saat hingga penunjuk satuan tekanan berhenti dan skala tekanan udara didapatkan.

Percobaan 8
Sublimasi Iodin

I. Hasil Pengamatan Sublimasi Iodin


Iodin yang dipanaskan didalam labu Erlenmeyer mengalami perubahan wujud dari padatan menjadi
gas. Ditandai dengan adanya gas berwarna ungu yang memenuhi ruang labu Erlenmeyer, ketika iodin
dipanaskan. Saat suhu dinormalkankembali dan labu Erlenmeyer menjadi lebih dingin, gas iodin yang
berwarna ungu ytadi kembali menjadi padatan yang menempel di dinding bagian dalam labu
Erlenmeyer. Prises ini disebut sublimasi, yang terjadi apabila tekanan udara pada zat tersebut terlalu
rendah untuk mencegah molekul-molekul melepaskan diri dari wujud padat, jadi langsung ke fasa gas
tanpa melalui fasa cair.

II. Pembahasan
Secara umum terdapat 3 jenis wujud zat, padat cair dan gas. Perbedaan 3 fasa tersebut disebabkan
adanya perbedaan ikatan dan interaksi antar molekul penyusunnya. Selain itu perbedaan suhu dan
tekanan juga mengakibatkan perubahan gaya molekul penyusunnya, yang berdampak suatu senyawa
dapat berubah wujud. Praktikum kali ini, membahas perubahan wujud sublimasi dari padat menjadi
gas yang disebabkan oleh perubahan suhu yang diperlakukan kepada padatan lain. Perubahan suhu
dilakukan dengan memanaskan iodin yang ditemparkan di dalam labu Erlenmeyer lalu dibakar dengan
spiritus. Perubahan suhu ini mengakibatkan gaya antar molekul melemah dan padatan iodin berubah
menjadi gas.

III. Pertanyaan
Hitung perkiraan kalor yang diperlukan oleh iodin untuk melebur pada percobaan
n = gr/Mr = 0,727/254 = 0,00286 mol
Q = ΔH (sublimasi) x n = 62,4 c 0,00286 = 178,646 J = 0,178 KJ
Materi 9
Asam Basa

I. Kalibrasi pH meter
1. Metode kalibrasi satu nilai pH: buffer pH 7
2. Metode kalibrasi dua nilai pH : buffer pH 7 dan pH 4 atau 10

II. Indikator
indikator Warna dalam Warna dalam Warna dalam Warna Hind Warna Ind-
asam basa air
Bromtimol biru Kuning Biru Kuning Kuning biru
Metil jingga Merah kuning Kuning Merah Kuning
Metil merah Merah Kuning Kuning Merah Kuning
fenolftalein Tidak berwarna Tidak Tidak Tidak Merah
berwarna berwarna berwarna muda

Kisaran perubahan warna yang digunakan pada percobaan

Indikator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Lakmus
Bromtimol Biru
Metil Jingga
Metil Merah
Fenolftalein

Urutan kekuatan asam dari indikator yang digunakan


Metil jingga > metil merah> bromtimol biru> lakmus > fenolftalein

Simpulan
Kalibrasi pH meter dapat dilakukan dengan satu nilai pH yaitu buffer 7 atau dengan dua nilai pH yaitu
buffer pH 7 dan pH 4 atau pH 7 dan pH 10. Indikator asam basa dapat berubah warn ajika pH
lingkungannya berubah. Indikator yang dapat digunakan meliputi metil jingga, metil merah, bromtimol
biru dan fenolftalein (berdasarkan kekuatan pengukuran asam), serta indikator alami berupa ekstrak kayu
secang.
Contoh zat warna alami
Nama bahan : kayu secang (ekstrak)
Warna mula : merah
indikator Warna dalam Warna dalam Warna dalam Warna Hind Warna Ind-
asam basa air
Kayu secang Kuning Merah Merah Kuning Merah

III. Titrasi
Warna awal indikator : kuning
Warna indikator setelah titrasi : biru
Meniscus awal : 0 ml
Meniscus akhir : 10 ml
Pembahasan
Titrasi digunakan untuk mengukur konsentrasi suatu larutan dengan indikator asam basa. HCl berperan
sebagai titrat dan NaOH sebagai titran . awalnya HCl ditambahkan bromtimol biru sebanyak 3 tetes.
Titik akhir terjadi saat mengakhiri titrasi ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik ekivalen
terjadi ketika jumlah mol titrat tepat menghabiskan atau sa,a dengan mol titran. Konsentrasi HCl dicari
dengan persamaan Ma.Va.na = Mb.Vb.nb ~ Ma.10ml.1 = 0,1. 10 ml. 1 ~ Ma = 0,1 M. jadi konsentrasi
HCl sebesar 0,1 M.

IV. Pertanyaan
1. Apa yang menyebabkan indikator asam basa berubah warna?
Indikator asam basa cenderung bereaksi dengan kelebihan asam atau basa untuk menghasilkan
warna. Perubahan warna disebabkan adanya resonansi isomer electron. Setiap indikator memiliki
tetapan ionisasi yang berbeda. Ion yang dihasilkan memiliki sistem terkonjugasi yang dapat
menyerap gelombang warna dan melepaskan gelombang warna lain. Gelombang warna yang
diserap, bagian dari spektrum warna.
2. Jika suatu indikatpr berwarna biru dalam basa, merah dalam asam dan merah dalam air.
Apakah warna Hind? Merah
Apakah warna Ind? Biru
3. Apakah ayang dapat anda jelaskan tentang titik ekivalen dalam titrasi
Titik ekivalen merupakan titik dimana jumlah mol basa (titran) sama atau ekivalen dengan jumlah
mol tirat (titrat). Peristiwa ini biasanya ditandai dengan perubahan warna pada larutan titrasi.

Materi 10
Larutan Penyangga (Buffer)

I. Pembuatan larutan buffer fosfat dari padatan (NH4)H2HPO4


Massa (NH4)H2HPO4 : 0.09 g
Massa (NH4)H2HPO4 : 0.16 g
pH (pengukuran pH meter) : 7,49
pH teoritis : 7,434
− mol 0.0012
[A ] = = = 0.0060 M
V 0.2
mol 0.0007
[HA] = = = 0.0035 M
V 0.2

[A− ]
pH = pKa + log
[HA]
= 7.2 + log 1.714
= 7.2 + 0.234 = 7.434

Persen kesalahan :
nilai percobaan − nilai teori
% kesalahan = × 100%
nilai teori
7.49 − 7.434
% kesalahan = × 100%
7.434
% kesalahan = 0.75%

II. Pembuatan 200 mL larutan buffer fosfat 0.01 M pH 7.8 dari larutan stock (NH4)H2HPO4 0.01 M dan
(NH4HPO4 0.01 M
Volume (NH4)H2HPO4 0.01 M : 160 g
Volume (NH4)H2HPO4 0.01 M : 40 g
pH (pengukuran pH meter) : 7,97
Persen kesalahan :
nilai percobaan − nilai teori
% kesalahan = × 100%
nilai teori
7.97 − 7.8
% kesalahan = × 100%
7.8
% kesalahan = 2.3%

III. Kapasitas buffer


a. Pengenceran
- pH awal : 7.49
- pH setelah pengenceran 10x : 7.49
- pH setelah pengenceran 100x : 7.50
Apakah ada perbedaan nilai antara pH awal san pH setelah diencerkan 10x dan 100x? Jelaskan
alasan Anda!
Ya, terdapat sedikit perubahan nilai pH, hal ini dikarenakan pengenceran dengan penambahan
aquades hanya mengurangi konsentrasi dari larutan, namun tidak mempengaruhi ion H+ atau OH-

b. Penambahan HCl 0.25 M


- pH awal : 7.78
- pH akhir : 6.98
- Jumlah tes HCl yang ditambahkan : 20 tetes
- Volume HCl : 1 Ml
- Mol HCl : 0.25 × 10−3 mol
- Perhitungan :
➢ Volume HCl = 0.05 × banyak tetes = 0.05 × 20 = 1 mL = 1 × 10−3 L
➢ mol HCl = M × V = 0.25 × 10−3 = 2.5 × 10−4 mol

- Perhitungan teoritis :
[A− ]
➢ pH = pKa + log [HA]
[A− ]
6.98 = 7.2 + log
[HA]
[A− ]
−0.22 = log
[HA]
[A− ]
log = 10−0.22
[HA]
= 0.602

mol asam−x
➢ 0.602 = mol garam+x
0.0016 − x
0.602 =
0.0004 + x
0.0002408 + 0.602𝑥 = 0.0016 − 𝑥
1.602𝑥 = 0.0016 + 0.0002408
𝑥 = 0.0000848 mol
𝑥 ≈ 0.85 × 10−3 mol
𝑥 ≈ 0.85 mmol

- Persen kesalahan :
nilai percobaan − nilai teori
% kesalahan = × 100
nilai teori
−3 −3
2.5 × 10 − 0.85 × 10
% kesalahan = × 100
0.85 × 10−3
% kesalahan = 7.05%

c. Penambahan NaOH 0.25 M


- pH awal : 7.78
- pH akhir : 8.67
- Jumlah tes NaOH yang ditambahkan : 20 tetes
- Volume NaOH : 1 mL
- Mol NaOH : 0.25 × 10−3 mol
- Perhitungan :
➢ Volume NaOH = 0.05 × jumlah tetes = 0.05 × 20 = 1 mL = 10−3 L
➢ mol NaOH = M × V = 0.25 × 10−3 = 2.5 × 10−4 mol

- Perhitungan teoritis :
[A− ]
➢ pH = pKa + log [HA]
[A− ]
8.67 = 7.2 + log
[HA]
1.6 × 10−4 + x
1.47 = log
4 × 10−4 − x
1.6×10−4 +x
➢ 29.512 =
4×10−4 −x
0.0118 − 29.512𝑥 = 0.0016 + 𝑥
30.512𝑥 = 0.0102
𝑥 = 0.00034 mol
𝑥 ≈ 0.34 × 10−3 mol
𝑥 ≈ 0.34 mmol

- Persen kesalahan :
nilai percobaan − nilai teori
% kesalahan = × 100
nilai teori
0.25 × 10−3 − 0.34 × 10−3
% kesalahan = × 100
0.34 × 10−3
% kesalahan = 26.4%

IV. Pembahasan
Larutan penyangga digunakan untuk menjaga pH suatu larutan agar tetap konstan :
• Pada percobaan I dan II membandingkan nilai pH pada percobaan dan dan teoritis, dan terdapat
sedikit perbedaan.
• Pada percobaan III diberi perlakuan pengenceran dengan aquades sebesar 10x dan 100x dan
hasilnya terdapat perbedaan pH yang sangat kecil.
• Pada penambahan HCl dan NaOH dengan konsentrasi tinggi memberi dampak perubahan pH pada
larutan dengan signifikan, dan terdapat perbedaan teori dengan percobaan.

V. Simpulan

Larutan penyangga atau buffer dapat dibuat dari asam lemah atau basa lemah dengan
konjugasinya, yang berfungsi untuk menahan perubahan pH. Untuk menghitung pH dari larutan
penyangga / buffer dapat menggunakan persamaan handerson – hasselbalch. Pengenceran dengan
aquades tidak mempengaruhi perubahan nilai pH larutan penyangga secara signifikan. Penambahan
larutan HCl dan NaOH denngan konsentrasi tinggi dapat membuat nilai pH larutan berubah.

Materi 11
Kesetimbangan Kimia

1. Warna larutan KSCN adalah : Tidak berwarna


2. Warna larutan FeCl3 adalah : Kuning
3. Warna larutan campuran adalah : Jingga / oranye
4. Isilah tabel berikut ini:
Tabung Komponen yang diubah Parameter
Perubahan Warna : Kuning
1 Pembanding
Nilai absorbans : 0.235
Perubahan Warna : Kuning pudar
2 [SCN] diperkecil / diperbesar*
Nilai absorbans : 0.445
3+
3 [Fe ] diperkecil / diperbesar* Perubahan Warna : Merah darah
Nilai absorbans : 0.633
Perubahan Warna : Kuning pudar
4 [Fe3+ ] diperkecil / diperbesar*
Nilai absorbans : 0.174

Perubahan Warna : Kuning pudar


5 Pengenceran / pemekatan*
Nilai absorbans : 0.088

5. Reaksi yang terjadi ketika KSCN dicampurkan dengan FeCl3


Pencampuran antara KSCN dan FeCl3 menghasilkab warna yang pekat, warna merah darah
Fe3+ (𝑎𝑞) + 6KSCN(𝑎𝑞) ⇄ [Fe(SCN)6 ]3−

6. Pada tabung no 2, ketika ditambahkan KSCN kesetimbangan bergeser ke arah


Produk

7. Pada tabung no 3, reaksi yang terjadi ketika ditambahkan FeCl3


Terjadi perubahan warna menjadi merah darah
2FeCl3 + 6 KSCN + 3 NaOH ⇆ K 3 (Fe(SCN)6 ) + 3KCl
Kesetimbangan bergeser ke arah
Reaktan

8. Pada tabung no 4, reaksi yang terjadi ketika ditambahkan NaOH


Terjadi perubahan warna menjadi sedikit kuning
2FeCl3 + 6 KSCN + 3 NaOH ⇄ K 3 (Fe(SCN)6 ) + 3KCl + 3HaCl
Kesetimbangan bergeser ke arah
Reaktan

9. Pada tabung no 5, ketika ditambahkan air kesetimbangan bergeser ke arah


Reaktan

Pembahasan
Kesetimbangan dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu konsentrasi zat, volume, tekanan, dan
suhu. Bila konsentrasi pereaksi diperbesar maka kesetimbangan akan bergerak ke arah produk, begitu
pula sebaliknya. Fenomena pergeseran kesetimbangan dapat diamati dari perubahan warna, semakin
pekat warna produk artinya pergeseran berlangsung kea rah produk. Untuk mengukur kepekatan
larutan dapat menggunakan alat spektrofotometer spectronic 20D+.

Materi 12
Model Molekul

A. MODEL MOLEKUL DAN NOTASI VSEPR


a) Bentuk geometri elektron
Bilangan
Nama geometri elektron Gambar model molekul
sterik

AX3
3
Segitiga planar

AX4
4
Tetrahedral

AX5
5
Segitiga bipiramidal

AX6
6
Oktahedral

b) Gambar dan bentuk molekul


CH4 NH3 H2O

Geometri molekul Geometri molekul Segitiga Geometri molekul Bentuk V


Tetrahedral (AX4) piramidal (AX3E) (AX2E3)

Jelaskan mengapa sudut H-C > H–N–H > H-O-H


Karena adanya tolakan pasangan elektron bebas (PEB) mengakibatkan perbedaan sudut
ikatan dari ketiga senyawa. Tolakan antara Pasangan Elektron Ikatan (PEI-PEI) lebih kecil
dibandingkan dengan PEB-PEI, lebih kecil juga dibanding PEB-PEB (PEI-PEI < PEI-PEB < PEB-PEB).
Karena itu sudut ikatan CH4 > NH3 > H2O,dengan nilai sudut CH4 109o, NH3 107o, dan H2O 105o.

Manakah yang mempunyai momen dipol tidak sama dengan nol (senyawa polar)? Jelaskan!
Dari ketiga senyawa, hanya CH4 yang memiliki momen dipol = 0, sedangkan NH3 dan H2O
memiliki momen dipol tidak sama dengan 0. Oleh karena itu NH3 dan H2O bersifat polar, sedangkan
CH4 bersifat non-polar.
BeCl2 BF3 PF3 SF6

Geometri molekul
Geometri molekul Geometri molekul Geometri molekul
Segitiga bipiramidal
Linier AX2 Segitiga planar AX3 Oktahedral AX6
AX5

Jumlah
Nama Jumlah elektron
Notasi Gambar model Rumus titik
Ion geometri elektron dalam
VSEPR molekul lewis
molekul valensi rumus
titik lewis

eV =
C=4
4+18 = 22
3(O) = 3(6)
Segitiga muatan =
CO32- AX3 = 18
planar -2
Total = 18
total =
+ 4 = 22
22+2 = 24
eV =
N=5
5+12 = 17
2(O) = 2(6)
Berbentuk muatan =
NO2- AX2E = 12
V -1
Total 12+5
total =
= 17
17+1 = 18
eV =
S=6
6+24 = 30
4(O)= 4(6)
Muatan =
SO42- AX4 Tetrahedral = 24
-2
Total =
Total =
24+6 = 30
30+2 = 32

c) Ikatan ganda dua dan tiga


O2 N2 Benzena (C6H6)
Nama geometri molekul Nama geometri molekul
Nama geometri molekul
Linier dengan ikatan Linier dengan ikatan rangap
Planar
rangkap 2 3

d) Gambar model molekul dari persamaan reaksi berikut:


CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2 O

B. MODEL MOLEKUL DNA


a) Lengkap tabel berikut :
Senyawa Gambar Model Molekul

Nukleutida (salah satu


saja)
DNA dengan geometri
sebelum dan sesudah
dipelintir

b) Hitung jumlah setiap basa nitrogen dalam model molekul yang dibuat :

Basa nitrogen Warna pipa kecil Jumlah

Sitosina (C) Biru 4


Timina (T) Hijau 4
Adenina (A) Jingga 4
Guanina (G) Kuning 4

Menurut aturan Chargaff, jumlah adenine sama dengan jumlah timina sedangkan jumlah
guaninan sama dengan sitosina. Apakah model molekul yang dibuat memnuhi aturan Chargaff?
Ya, model molekul DNA yang dibuat telah memenuhi aturan Chargaff. Dengan kondisi basa Adenina
(A) berpasangan dengan Timina (T), serta basa Sitosina (C) berpasangan dengan Guanina (G). Selain
itu, jumlah Adenina sama dengan Timina, dan Sitosina sama dengan Guanina. Sehingga pasangan
purina-pirimidina dapat berikatan seluruhnya.

c) Apakah basa purina dapat berpasangan dengan basa purina juga dalam struktur dobel-heliks
DNA? Jelaskan.
Basa-basa purina tidak dapat saling berikatan dengan sesamanya, begitu juga dengan basa
pirimidina. Hal ini dikarenakan konfigurasi molekul dan gugus fungsi basa purina hanya dapat
berikatan hydrogen dengan basa pirimidina.

d) Jelaskan apa yang terjadi pada struktur DNA yang mengalami mutasi dan apa akibatnya!

DNA dapat melakukan mutasi yang mengakibatkan ketidaknormalan dari suatu organisme.
Contohnya orang yang terkena kanker atau terkena radiasi nuklir. Namun tidak selalu berdampak
negative, terdapat juga yang sengaja melakukan mutasi DNA untuk mendapat varietas dengan sifat
baru yang unggul, contohnya buah tanpa biji, padi emas, padi 3S IPB dan masih banyak lagi.

Materi 13
Reaksi Redoks
I. Reaksi Logam dengan Air dan Asam Klorida
Logam Hasil Pengamatan
Air HCl 4 M
Al Sedikit gelembung Banyak gelembung
Fe Tidak menghasilkan gelembung Banyak gelembung
Cu Tidak menghasilkan gelembung Tidak menghasilkan gelembung
Mg Banyak gelembung Banyak gelembung
Zn Tidak menghasilkan gelembung Banyak gelembung

Reaksi logam dengan air Reaksi logam dengan HCl


𝟐𝑨𝒍(𝑺) + 𝟔𝑯𝟐 𝑶(𝒍) 𝟐𝑨𝒍(𝑺) + 𝟔𝑯𝑪𝒍(𝒂𝒒)
→ 𝟐𝑨𝒍(𝑶𝑯)𝟑 (𝒂𝒒) + 𝟑𝑯𝟐 (𝑺) → 𝟐𝑨𝒍𝑪𝒍𝟑 (𝒂𝒒) + 𝟑𝑯𝟐 (𝒈)
𝑪𝒖(𝑺) + 𝑯𝟐 𝑶(𝒍) → 𝑪𝒖(𝑺) + 𝑯𝑪𝒍 →
𝑭𝒆 + 𝑯𝟐 𝑶(𝒍) → 𝟐𝑭𝒆(𝑺) + 𝟔𝑯𝑪𝒍(𝒂𝒒)
→ 𝟐𝑭𝒆𝑪𝒍𝟑 (𝒂𝒒) + 𝟑𝑯𝟐 (𝒈)
𝑴𝒈(𝑺) + 𝟐𝑯𝟐 𝑶(𝒍) 𝑴𝒈(𝑺) + 𝟐𝑯𝑪𝒍(𝒂𝒒)
→ 𝑴𝒈(𝑶𝑯)𝟐 (𝒂𝒒) + 𝑯𝟐 (𝒈) → 𝑴𝒈𝑪𝒍𝟐 (𝒂𝒒) + 𝑯𝟐 (𝒈)
𝒁𝒏(𝑺) + 𝑯𝟐 𝑶(𝒍) → 𝒁𝒏(𝑺) + 𝟐𝑯𝑪𝒍(𝒂𝒒) → 𝒁𝒏𝑪𝒍𝒛 (𝒂𝒒) + 𝑯𝟐 (𝒈)

II. Reaksi Logam Al dengan Larutan Ion


Logam Hasil Pengamatan
𝑪𝒖𝑺𝑶𝟒 Logam Al bereaksi dan terbentuk sedikit gelembung
𝑭𝒆𝑺𝑶𝟒 Logam Al bereaksi dan terbentuk sedikit gelembung
𝑴𝒈𝑺𝑶𝟒 Logam Al tidak bereaksi
𝑵𝒂𝑪𝒍 Logam Al tidak bereaksi
𝒁𝒏𝑺𝑶𝟒 Logam Al bereaksi dan terbentuk sedikit gelembung

Pertanyaan

1. Mengapa larutan Al harus diamplas terlebih dahulu sebelum direaksikan dengan larutan
garam?
Jawab: Karena ada kemungkinan terbentuknya oksida pada permukaan logam

2. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi


𝟐𝑨𝒍(𝑺) + 𝟑𝑪𝒖𝑺𝑶𝟒 (𝒍) → 𝑨𝒍𝟐 (𝑺𝑶𝟒 )𝟑 (𝒂𝒒) + 𝟑𝑪𝒖(𝑺)
𝟐𝑨𝒍(𝑺) + 𝟑𝑭𝒆𝑺𝑶𝟒 (𝒍) → 𝑨𝒍𝟐 (𝑺𝑶𝟒 )𝟑 (𝒂𝒒) + 𝟑𝑭𝒆(𝑺)
𝑨𝒍(𝑺) + 𝑴𝒈𝑺𝑶𝟒 (𝒂𝒒) →
𝑨𝒍(𝑺) + 𝑵𝒂𝑪𝒍(𝒂𝒒) →
𝟐𝑨𝒍(𝑺) + 𝟑𝒁𝒏𝑺𝑶𝟒 (𝒍) → 𝑨𝒍𝟐 (𝑺𝑶𝟒 )𝟑 (𝒂𝒒) + 𝟑𝒁𝒏(𝑺)

III. Korosi Besi


No Susunan Pengamatan
1 Paku dihubungkan dengan kutub positif Paku (anode) Warna kuning jadi
Paku sebagai : Anode Hijau
Karbon dihubungkan dengan kutub Terjadi oksidasi besi
negatif
Karbon sebagai: katode Karbon (katode): terjadi perubahan dari
tidak berwarna menjadi merah muda
serta terjadi reduksi air
2 Paku dihubungkan dengan kutub negatif
Paku sebagai : Katode Tidak ada perubahan warna pada katode,
Karbon dihubungkan dengan kutub tetapi muncul gelembung gas pada anode
positif
Karbon sebagai: Anode
3 Paku dan karbon tidak dihubungkan
dengan arus Tidak terjadi apa apa karena elektroda
Paku sebagai : - besi dan karbon tidak dialiri listrik
Karbon sebagai: -

Tuliskan reaksi yang terjadi pada anode dan katode pada masing-masing susunan
1) Anode: 𝑭𝒆 → 𝑭𝒆𝟐+ + 𝟐𝒆
Katode: 𝟐𝑯𝟐 𝑶 + 𝟐𝑶𝑯− + 𝑯𝟐

2) Anode: 𝟐𝑯𝟐 𝑶 → 𝟒𝑯+ + 𝑶𝟐 + 𝟒𝒆


Katode: 𝑭𝒆𝟐+ + 𝟐𝒆 → 𝑭𝒆

3) Tidak terjadi reaksi karena tidak terhubung arus listrik

Pembahasan
1. Logam Al dan Mg bereaksi dengan air, sedangkan Al, Fe, Mg, dan Zn dapat bereaksi dengan HCl.
Semakin kekiri kedudukan logam pada deret volta maka akan semakin reaktif, sebaliknya semakin
ke kanan akan sulit bereaksi.
2. Logam Al dapat bereaksi dengan larutan karena ion logam dalam larutan memiliki potensial
reduksi lebih besar daripada logam Al sehingga dapat terjadi reaksi redoks.
3. Reaksi sel elektrolisis terjadi jika katoda dan anoda dialiri arus listrik, karena itu tabung 1 dan 2
dapat bereaksi sedangkan tabung tiga tidak.

Simpulan
1. Reaksi redoks saat terjadi spontan ditandai dengan adanya gelembung gas, perubahan warna atau
mengikisnya logam tanpa diberi energi tambahan dari luar. Pada reaksi redoks terdapat zat yang
mengalami oksidasi dan reduksi. Zat yang teroksidasi dapat diamati dengan adanya perbuahan
zat padatan menjadi ion, sedangkan tereduksi perubahan ion menjadi padatan/gas.
2. Korosi logam terjadi pada anode yang mengalami oksidasi, karena itu oksidasi dapat dicegah
menggunakan logam potensial reduksi yang lebih kecil daripada logam yang ingin dilindungi
sebagai anode. Pada percobaan korosi besi, dapat diketahui bahwa untuk mencegah korosi
dengan menggunakan logam Al, Mg, ataupun Zn sebagai anode dan Fe sebagai katode.
3. Prinsip redoks dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti pencegahan korosi besi
dan penjernihan air.

IV. Pengamatan Aplikasi dari Redoks Sederhana

Apa yang terjadi dengan warna dari larutan povidone iodin yang ditambahlan tablet vit C?

Jawab: Apabila dalam larutan povidone iodin kita ditambahkan vitamin C maka akan terjadi reaksi
asam askorbat dengan ion iodin, asam askorbat dioksidasi menjadi asam dehidraaskorbat,
sedangkan iodin direduksi menjadi iodide. Reaksi redoks yang terjadi antara asam askorbat dan
iodin ini akan mengakibatkan hilangnya iodin tertentu yang terlarut dalam air menjadi tidak
berwarna.

Terjadi reaksi antara asam askorbat yang terkndung dalam vit. C dengan ion iodin. Asam askorbat
dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat sedangkan iodin direduksi menjadi iodide. Reaksi redoks antara
sam askorbat dan iodin mengakibatkan hilangnya iaodin terlarut dalam air sehingga air menjadi tidak
berwarna. Prinsip ini dimanfaatkan untuk menjernihkan air pada instalasi air minum. Iodin digunakan
untuk membunuh bakteri, jamur dan virus, dengan ditambahkan asam askorbat maka iaodin akan
dinetralkan bau, warna serta rasa nsehingga air dapat dikonsumsi

Anda mungkin juga menyukai