Anda di halaman 1dari 74

PENUNTUN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR 1

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

IPB UNIVERSITY
Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
KATA PENGANTAR

Praktikum Fisika ini merupakan kegiatan terstruktur yang tercakup dalam mata
kuliah Fisika. Dengan demikian materi percobaan dalam praktikum ini disesuaikan
dengan materi Fisika yang mencakup pokok-pokok bahasan yang ada dalam materi
kuliah Fisika.
Secara umum tujuan diadakannya praktikum Fisika ini adalah untuk memberikan
keterampilan dasar bagi mahasiswa dalam hal melakukan berbagai pengukuran dengan
memakai berbagai alat ukur dasar yang beragam karakteristiknya. Serta dengan
mengolah data yang telah didapatkan dengan baik sesuai dengan aturan–aturan ilmiah
yang baku bisa memberikan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa.
Selain itu juga dengan praktikum Fisika ini diharapkan mahasiswa dapat
menguasai materi lebih baik dan memahami aplikasinya dalam kehidupan sehari – hari.
Selain itu dengan diadakannya praktikum Fisika ini diharapkan mahasiswa dapat
memilki kemampuan yang lebih meningkat dan dapat dimunculkannya peningkatan
sikap misalnya: dari peningkatan kedisiplinan, etika, tanggung jawab dan kerjasama
antara sesama melalui pelaksanaan praktikum dan kejujuran ilmiah melalui pembuatan
laporan yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
Akhir kata , Mudah – mudahan buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa pengikut praktikum Fisika, bagi asisten–asisten yang membantu kelancaran
jalannya praktikum dan bagi dosen pengajar mata kuliah Fisika . Saran serta kritik kami
harapkan demi peningkatan mutu praktikum Fisika.

Bogor, Januari 2019

Penulis

Kata Pengantar Page i


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
TATATERTIB PRAKTIKUM
1. Praktikan harus sudah mempelajari penuntun praktikum, catatan kuliah dan buku-
buku lain yang berhubungan dengan materi praktikum yang akan dikerjakan dan
juga sudah mengerjakan tugas pendahuluan yang telah diberikan untuk praktikum
tersebut.

2. Praktikan harus sudah bersiap-siap untuk masuk ruang praktikum lima (5) menit
sebelum waktu praktikum dimulai.

3. Praktikan harus mengenakan tanda pengenal selama praktikum berlangsung.

4. Praktikan harus menyimpan tas dan barang-barang yang lain yang tidak
berhubungan langsung dengan praktikum di tempat yang telah disediakan.

5. Praktikan harus mengisi daftar hadir praktikum.

6. Praktikan harus memeriksa alat yang ada di meja praktikumnya pada saat sesudah
dan sebelum praktikum dikerjakan. Jika ada peralatan yang rusak atau hilang segera
laporkan kepada asisten yang sedang bertugas.

7. Praktikan harus membereskan kembali alat yang telah dipergunakannya.

8. Praktikan harus menjaga kebersihan dan ketenangan di ruangan praktikum dan


sekitarnya.

9. Praktikan harus mematuhi tatatertib kehidupan kampus yang tertuang dalam


Peraturan Rektor Institut Pertanian Bogor Nomor: 09/I3/PP/2010, tentang Tatatertib
Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa IPB.

10. Praktikan yang melanggar tatatertib praktikum ini akan mendapatkan sanksi sesuai
dengan berat ringannya pelanggaran yang dilakukan. Sanksi yang paling ringan
adalah teguran lisan sedangkan sanksi yang terberat adalah dicabut status
kemahasiswaannya.

Tata Tertib Praktikum Page ii


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................................ i

Tata Tertib ...................................................................................................................... ii

Daftar Isi ......................................................................................................................... iii

Percobaan 1. Sistem Pengukuran ................................................................................... 1

Percobaan 2. Pemakaian Alat Alat Ukur Dasar .............................................................. 10

Percobaan 3. Komponen Gaya ....................................................................................... 13

Percobaan 4. Percepatan Pada Bidang Miring................................................................ 16

Percobaan 5. Hukum Kedua Newton ............................................................................. 19

Percobaan 6. Momen inersia .......................................................................................... 22

Percobaan 7. Hukum Archimedes .................................................................................. 27

Percobaan 8. Kalorimeter ............................................................................................... 32

Percobaan 9. Bandul Sederhana ..................................................................................... 35

Percobaan 10. Hukum Hook........................................................................................... 39

Percobaan 11. Gesekan dan Gerak Translasi.................................................................. 42

Percobaan 12. Gerak Lurus Beraturan ............................................................................ 49

Percobaan 13. Gerak Lurus Berubah Beraturan dan Gravitasi ....................................... 53

Percobaan 14.Viskositas ................................................................................................. 58

Percobaan 15. Momentum .............................................................................................. 61

Daftar Isi Page iii


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 1
SISTEM PENGUKURAN

A. Pendahuluan
Di dalam bidang ilmu dan teknologi sering harus dilakukan pengukuran besaran
fisis, seperti jarak, waktu, massa, kecepatan, tegangan, kuat arus dan sebagainya.
Pengukuran suatu besaran fisis mencakup pembandingan besaran tersebut dengan
besaran serupa yang telah didefinisikan secara tepat. Sebagai contoh, untuk mengukur
tebal sebuah papan, kita membandingkan tebal tersebut dengan jarak dua garis
berdekatan pada mistar yang besarnya 1 mm. Jika angka pembanding yang kita
dapatkan adalah 20, berarti tebal papan tersebut adalah 20 kali 1 mm yaitu 20 mm. Jadi
hasil suatu pengukuran ada dua yaitu nilai pembanding dan satuan yang digunakan.
Dalam setiap pengukuran selalu terjadi ketidakpastian nilai yang didapatkan. Hal
ini disebabkan antara lain :
1. Adanya nilai skala terkecil (nst) setiap alat ukur yang dipakai. Sebagai contoh nilai
skala terkecil mistar biasa adalah 1 mm. Besaran panjang yang kurang dari 1 mm
tidak dapat ditentukan dengan tepat. Sebagai contoh tebal sebuah papan kayu adalah
sekitar 20 mm. Jika diukur memakai mistar biasa mungkin kita akan mendapatkan
hasil tidak tepat 20 mm, akan tetapi bisa kurang atau lebih dari itu. Kekurangan dan
kelebihan inilah yang tidak dapat ditentukan secara pasti.
2. Adanya ketidakpastian bersistem diantaranya :
a. Kesalahan kalibrasi (pemberian nilai skala ketika alat diproduksi ternyata kurang
tepat).
b. Kesalahan titik nol (sebelum digunakan alat telah menunjuk pada suatu nilai
tertentu yang tidak nol atau jarum tidak kembali ke titik nol secara tepat ketika
diatur ulang).
c. Kelelahan alat. Sebagai contoh neraca pegas menjadi tidak akurat karena setelah
sekian lama digunakan pegasnya melunak atau mengeras.
d. Gesekan pada bagian alat yang bergerak.
e. Paralaks (kesalahan arah pandang) dalam membaca skala.
3. Adanya ketidakpastian acak, antara lain:
a. Gerak Brown molekul udara, gerak ini dapat mengganggu penunjukan jarum alat
yang sangat halus dan berbasis mikroskopik.

Percobaan 1. Sistem Pengukuran Page 1


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
b. Fluktuasi tegangan jaringan listrik dapat mengganggu penggunaan alat-alat
listrik.
c. Noise (gangguan bising) dari alat-alat elektronik.
d. Background, landasan bergetar dll.
4. Keterbatasan keterampilan pengamat Peralatan yang semakin canggih dan kompleks
seperti mikroskop elektron, osiloskop, spektrometer, pencacah partikel dll menuntut
keterampilan yang tidak sedikit dari pemakai.

B. Penulisan Kesalahan pada Hasil Pengukuran


Dengan adanya ketidakpastian pada pengukuran, hasil pengukuran suatu besaran
fisis dituliskan sebagai berikut:
(1)

dengan x adalah besaran fisis yang diukur, dan x adalah ketidakpastian pada
pengukuran. Cara penulisan tersebut mengandung arti bahwa meskipun nilai x tidak
pasti, akan tetapi ada jaminan bahwa nilai x yang sesungguhnya ada dalam daerah
antara dan .

Sebagai contoh hasil pengukuran tebal papan memakai mistar biasa dituliskan sebagai:
(2)
Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa tebal papan sesungguhnya berkisar antara
19.5 mm dan 20.5 mm.

C. Penentuan Ketidakpastian pada Pengukuran


Cara memperkirakan nilai ketidakpastian, bergantung pada pada cara
pengukuran yang dilakukan serta jenis alat ukur yang digunakan. Ada dua macam cara
pengukuran yaitu pengukuran tunggal dan pengukuran berulang. Ada dua jenis alat ukur
yaitu alat ukur dengan skala analog seperti mistar, jangka sorong, neraca analitik dan
alat ukur dengan skala digital seperti stopwatch, timbangan digital. Ada dua macam
alat ukur dengan skala analog yaitu alat ukur tanpa skala nonius seperti mistar dan alat
ukur dengan bantuan skala nonius seperti jangka sorong.

Percobaan 1. Sistem Pengukuran Page 2


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
1. Pengukuran tunggal menggunakan alat berskala digital
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang hanya dilakukan satu kali saja. Nilai
ketidakpastian biasanya diambil sama dengan nilai skala terkecil alat yang dipakai.
(3)
Sebagai contoh pada pengukuran waktu yang diperlukan seorang atlit untuk lari
100 m dengan menggunakan stopwatch digital yang mempunyai skala terkecil 0.01
sekon adalah 9.82 sekon. Hasil ini dilaporkan sebagai:
(4)
Ini berarti, bahwa waktu tersebut adalah sekitar 9.82 sekon, tepatnya antara 9.81 sekon
dan 9.83 sekon.

2. Pengukuran tunggal menggunakan alat berskala analog tanpa skala nonius


Pada pengukuran tunggal dengan menggunakan alat berskala analog tanpa skala
nonius nilai ketidakpastian biasanya diambil separuh dari nilai skala terkecil alat yang
dipakai:
(5)
Gambar P.01 di bawah ini mengilustrasikan pengukuran panjang balok dengan
memakai mistar biasa yang nilai skala terkecilnya adalah 0.1 cm.

0 1 2 3 4 5 6

Gambar P.01
a
1
Dari pengamatan kita, panjang 2 balok tersebut tidak kurang dari 6.1 cm dan ada
3 lebih. Kelebihan ini dapat kita perkirakan, misalnya
kelebihan sekitar setengah skala
0.06 cm. Nilai ketidakpastian pada pengukuran tunggal ini adalah setengah skala
terkecil yaitu 0.05 cm. Dengan demikian hasil pengukuran dapat dituliskan sebagai:
(6)
Ini berarti, kita menduga panjang balok itu sekitar 6.16 cm, yaitu antara 6.11 cm dan
6.21 cm.

Percobaan 1. Sistem Pengukuran Page 3


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)

3. Pengukuran tunggal menggunakan alat berskala analog dengan bantuan skala


nonius
Pada alat ukur bernonius ada dua skala yaitu skala utama dan skala nonius.
Sebagai contoh gambar di bawah ini adalah gambar skala pada sebuah jangka sorong
ketika belum digunakan. Pada keadaan jangka sorong menunjukkan nilai nol, yaitu
garis nol pada skala utama berimpit dengan garis nol skala nonius.

0 10 mm
Skala utama

Skala nonius

0 10

Gambar P.02

Nilai satu skala nonius dapat ditentukan melalui rumus:


(7)

Dengan sn : nilai satu skala nonius


su : nilai satu skala utama
N : banyaknya skala nonius

Untuk jangka sorong seperti gambar di atas nilai skala satu skala utama adalah 1
mm, dan ada 10 skala nonius, dengan demikian untuk jangka sorong tersebut:
su = 1 mm
N = 10
sn = 1/10 mm = 0.1 mm

Ketidakpastian pengukuran tunggal memakai alat ukur bernonius adalah sama dengan
nilai skala noniusnya:
(8)
Gambar di bawah ini adalah keadaan jangka sorong ketika dipakai untuk mengukur
suatu besaran panjang.

Percobaan 1. Sistem Pengukuran Page 4


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)

10 20 mm
Skala utama :
Garis ke 7 skala
17 mm nonius segaris
dengan skala
utama
0 10

Gambar P.03

Skala utama menunjukkan angkan 17 mm dan skala nonius menunjukkan angka 0.7
mm.
Dengan demikian hasil pengukurannya adalah tunggal adalah:
(9)

4. Pengukuran berulang
Dari pengukuran yang dilakukan berulang kali diharapkan akan diperoleh
informasi yang lebih banyak tentang nilai benar suatu besaran fisis. Makin banyak
suatu nilai dihasilkan dalam pengukuran berulang, makin yakin kita akan benarnya nilai
tersebut.
Pengukuran berulang menghasilkan sampel dari populasi x, yaitu:
. Nilai 'terbaik' pengganti nilai benar x dari pengukuran di atas
adalah nilai rata-rata sampel x, yaitu :
(10)

Penyimpangan nilai rata-rata sampel terhadap nilai besaran fisis sebenarnya dinyatakan
sebagai suatu deviasi standar rata-rata sampel, yang dirumuskan sebagai:
(11)

Perlu diketahui bahwa persamaan (10) dan (11) sudah ada pada kalkulator ilmiah.

Percobaan 1. Sistem Pengukuran Page 5


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)

Tabel P1. Pengolahan data pengukuran diameter silinder memakai jangka sorong.
xi
i (cm) (cm) (cm2)
1 6.54 -0.00444 1.98E-05
2 6.52 -0.02444 0.000598
3 6.56 0.015556 0.000242
4 6.51 -0.03444 0.001186
5 6.57 0.025556 0.000653
6 6.54 -0.00444 1.98E-05
7 6.56 0.015556 0.000242
8 6.51 -0.03444 0.001186
9 6.58 0.035556 0.001264

58.89 cm 0.005411 cm2

6.543333 cm 0.008669 cm

Perhatikan Tabel P1 di atas. Pada tabel tersebut tertera hasil pengukuran


berulang diameter silinder serta pengolahannya untuk mendapatkan nilai rata-rata
diameter silinder beserta ketidakpastiannya. Dari hasil perhitungan tersebut kita dapat
menuliskan hasil pengukuran sebagai:
(12)

D. Angka yang Dapat Dipercaya / Angka Berarti (Significant Figure)


Suatu nilai hasil pengukuran biasanya terdiri dari beberapa angka. Sebagai contoh
hasil perhitungan nilai rata-rata dan ketidakpastian yang diambil langsung dari tabel P1
adalah :
(13)
Yang menjadi persoalan di sini adalah sampai berapa digit angka yang harus kita
laporkan. Karena , maka ketidakpastian mulai muncul pada angka
8 yang berada pada angka ketiga di belakang tanda titik desimal. Dengan demikian
ketidakpastian dapat dibulatkan menjadi . Pada nilai
angka 6, 5 dan 4 dapat dipastikan kebenarannya, sedangkan

Percobaan 1. Sistem Pengukuran Page 6


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
angka berikutnya yaitu angka 3 yang pertama merupakan angka taksiran. Dengan
demikian yang perlu dituliskan dalam pelaporan adalah . Maka
pelaporan yang benar dari hasil pengukuran tersebut adalah:
(14)
Keempat angka (6, 5, 4 dan 3) angka-angka yang dapat dipercaya. Jadi angka yang
dapat dipercaya dari suatu bilangan hasil pengukuran terdiri dari angka-angka yang
dapat dipastikan kebenarannya dan angka pertama hasil taksiran. Sebagai catatan jika
dijumpai bilangan yang sangat besar atau bilangan yang sangat kecil hendaknya
dituliskan dengan menggunakan bentuk eksponen. Berikut ini disajikan tabel cara
penulisan hasil pengukuran.

Tabel P2. Contoh penulisan hasil pengukuran yang salah dan yang benar.

No Penulisan yang salah Penulisan yang benar


1 5.1078  0.0025 5.108  0.003
2 19.348  2.5 19  3
3 2700000  30000 (270  3) 104

Di samping deviasi standar rata-rata orang juga sering menggunakan deviasi


standar relatif atau disebut juga koefesien keragaman (C), yaitu perbandingan antara
deviasi standar dengan harga rata-rata pengamatan. Koefesien keragaman ini biasanya
dinyatakan dengan persen (%) yaitu:
(15)

E. Perambatan Kesalahan
Banyak besaran-besaran fisika yang tidak dapat diukur secara langsung. Lebih
sering kita dapati bahwa besaran- besaran itu merupakan fungsi dari besaran-besaran
lain yang dapat diukur. Sebagai contoh, kita hendak menentukan massa jenis suatu
benda padat. Karena alat ukur massa jenis benda padat () secara langsung tidak ada,
maka  harus ditentukan melalui besaran-besaran lain yang dapat diukur langsung, salah
melalui hubungan:
(16)

Percobaan 1. Sistem Pengukuran Page 7


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
dengan m adalah massa benda dan V adalah volume benda. Karena pengukuran m dan
V menghasilkan ketidakpastian m dan V, maka  juga mengandung katidakpastian
. Persoalannya bagaimanakah hubungan m dan V dengan  ?
Misalkan besaran fisis z (yang tidak dapat diukur secara langsung) merupakan
fungsi dari besaran x dan y (yang dapat diukur langsung). Maka secara matematis
hubungan z dengan x dan y dinyatakan sebagai:

(17)

Jika dan secara berturut-turut adalah tambahan terhadap nilai x dan y, maka
dengan menggunakan deret Taylor sekitar titik tambahan terhadap nilai z dapat
dituliskan sebagai:
(18)

Dalam penerapannya untuk menentukan ketidakpastian pada besaran z, persamaan (18)


harus dimodifikasi lagi sesuai dangan cara pengambilan data mentah. Dalam hal ini
dapat dibedakan 3 kasus:

1. Besaran x dan y masing-masing diukur sekali:


(19)

dengan x0 dan y0 berturut-turut adalah hasil pengukuran sekali pada besaran x dan y.’
Contoh :
Sebuah silinder kayu diukur diameter dan panjangnya masing-masing sekali,
sehingga didapatkan data sebagai berikut:

(20)

Volume silinder dapat dihitung melalui hubungan:


(21)

Dengan memasukkan harga D0 dan l0 pada persamaan (20) ke dalam persamaan (21)
didapatkan:
(22)

Percobaan 1. Sistem Pengukuran Page 8


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Ketidakpastian harga volume dapat dihitung sebagai berikut :

(23)

Dengan demikian volume silinder beserta ketidakpastiannya dapat dilaporkan


sebagai :
(24)

2. Besaran x dan y masing-masing berulang kali:


(25)

Contoh ;
Diameter dan panjang silinder masing-masing diukur berulang kali sehingga
didapatkan data-data sebagai berikut :

(26)

Dari persamaan (21) didapatkan:


(27)

Ketidakpastian volume dapat ditentukan sebagai berikut :

(28)

Percobaan 1. Sistem Pengukuran Page 9


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)

Dengan demikian volume silinder beserta ketidakpastiannya dapat dilaporkan


sebagai :
(29)

3. Besaran x diukur sekali sedangkan besaran y diukur berulang kali


(30)

Contoh :
Diameter silinder diukur sekali, sedangkan panjang silinder diukur berulang kali
sehingga dihasilkan data sebagai berikut:

(31)

Dari persamaan (21) didapatkan:


(32)

Ketidakpastian volume dapat ditentukan sebagai berikut :

(33)

Dengan demikian volume silinder beserta ketidakpastiannya dapat dilaporkan sebagai :


(34)

F. Pembuatan Grafik dan Metode Kuadrat Terkecil


Hasil percobaan bila disajikan dalam angka-angka saja akan menjemukan dan tidak
dapat memberikan informasi yang lebih banyak. Untuk itu hendaknya angka-angka
tersebut divisualisasikan dalam bentuk grafik atau kurva dari variable yang diukur.
Misalnya pada percobaan gerak lurus beraturan, kita dapat melakukan pengukuan waktu
gerak untuk berbagai jarak tempuh (gambarkan) pasangan titik-titik jarak-waktu dalam

Percobaan 1. Sistem Pengukuran Page 10


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
selembar kertas grafik. Karena gerak lurus beraturan memenuhi persamaan garis lurus
, maka diharapkan letak titik-titik yang diperoleh akan berdekatan dengan
sebuah garis lurus. Persamaan garis lurus terbaik yang mewakili hasil percobaan, dapat
ditentukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Secara umum persamaan
garis ditulis sebagai :
(35)
Jika dari hasil pengukuran didapatkan n buah pasangan nilai
maka nilai a dan b dapat ditentukan melalui hubungan :

(36)

Contoh :
Tinjau pengukuran terhadap suatu gerak yang dianggap suatu gerak lurus beraturan
yang mengikuti persamaan:
(37)
Waktu t diamati untuk beberapa macam jarak x sehingga didapatkan hasil seperti dalam
tabel berikut ini :

i xi ti
(cm) (s) (cms) (s2)
1 200 21 - 225 - 21.8 4905 475.24
2 250 25 -175 - 17.8 3115 316.84
3 300 29 -125 - 13.8 1725 190.44
4 350 37 -75 - 5.8 435 33.64
5 400 40 -25 - 2.8 70 7.84
6 450 46 25 3.2 80 10.24
7 500 48 75 5.2 390 27.04
8 550 55 125 12.2 1525 148.84
9 600 59 175 16.2 2835 262.44
10 650 68 225 25.2 5670 635.04

Dari tabel di atas harga kecepatan v dan posisi awal x0 dapat ditentukan yaitu:

(38)

Percobaan 1. Sistem Pengukuran Page 11


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)

Grafik hubungan antara posisi benda terhadap waktu dapat dilihat pada Gambar A0-4.
Posisi
(cm)
800

700 


600 

500 


400 

300

200 20 30 40 50 60 70 waktu (s)

100 P.04. Grafik hubungan antara posisi terhadap waktu.


Gambar
0
G. Ketelitian dan Ketepatan
Suatu percobaan dikatakan memiliki ketelitian tinggi jika kesalahan percobaan
(X) kecil. Dan suatu percobaan dikatakan memiliki ketepatan tinggi jika kesalahan
sistimatik
percobaan tersebut kecil. Secara matematik ketelitian dan ketepatan suatu
percobaan dapat ditulis sebagai berikut :
(39)

(40)

dengan : H = harga seharusnya


harga rata-rata hasil percobaan

Percobaan 1. Sistem Pengukuran Page 12


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Hasil percobaan yang baik harus sama-sama memillki ketelitian dan ketepatan
tinggi.

Percobaan 1. Sistem Pengukuran Page 13


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 2
PEMAKAIAN ALAT-ALAT UKUR DASAR

Tujuan :
1. Dapat menentukan batas ukur, skala terkecil dan kesalahan pada alat-alat ukur
dasar
2. Dapat menggunakan alat-alat ukur dasar massa dan panjang.
3. Dapat menentukan kesalahan pada pengukuran beserta penjalarannya

Peralatan:
1. Jangka sorong, mikrometer sekrup
2. Timbangan (Neraca Ohaus)
3. Silinder Pejal berbahan kayu

Tugas Pendahuluan:
1. Tentukan perumusan rapat massa suatu benda berbentuk silinder pejal sebagai
fungsi dari diameter silinder, panjang silinder dan massa silinder.
2. Tentukan perumusan kesalahan pada penentuan rapat massa silinder jika massa
silinder diukur sekali pengukuran, sedangkan diameter dan panjang silinder diukur
berulang kali.

Langkah Percobaan :
Percobaan 1:
1. Ambillah alat ukur dasar yang akan digunakan
2. Periksa batas ukur dan skala terkecil pada masing-masing alat ukur
3. Untuk menentukan kesalahan alat, gunakanlah persamaan 8 pada bab sistem
pengukuran
4. Catatlah pada Laporan percobaan 1.

Percobaan 2 :
1. Timbang silinder kayu atau logam tersebut satu kali
2. Ukur panjang silinder kayu atau logam tersebut dengan menggunan jangka
sorong sebanyak 10 kali ulangan.

Percobaan 2. Pemakaian Alat-Alat Ukur dasar Page 10


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
3. Ukur diameter silinder kayu atau logam tersebut dengan menggunakan
mikrometer sekrup sebanyak 10 kali ulangan.
4. Catat hasil pengukuran pada laporan percobaan 2.

Tugas Akhir
1. Tentukan batas ukur, skala terkecil, beserta kesalahannya dari timbangan, jangka
sorong dan mikrometer sekrup.
2. Tentukan massa silinder kayu atau logam beserta kesalahannya.
3. Tentukan panjang silinder kayu atau logam beserta kesalahannya.
4. Tentukan diameter silinder kayu atau logam beserta kesalahannya
5. Tentukan rapat massa silinder kayu atau logam beserta kesalahannya.

DATA LAPORAN

Percobaan 1.
Jangka sorong
Batas ukur : Skala terkecil : kesalahan alat :

Mikrometer skrup
Batas ukur : Skala terkecil : kesalahan alat :

Timbangan
Batas ukur : Skala terkecil : kesalahan alat :

Percobaan 2.

Massa silinder kayu atau logam beserta kesalahannya : ........................

Percobaan 2. Pemakaian Alat-Alat Ukur dasar Page 11


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Tabel 2.1 Panjang silinder kayu atau logam

pi
Ulangan (i) (cm) (cm) (cm2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

panjang silinder tersebut adalah: = ........................................................

Percobaan 2. Pemakaian Alat-Alat Ukur dasar Page 12


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Tabel 2.2 Diameter silinder kayu atau logam

Di
Ulangan (i)
(cm) (cm) (cm2)

10

diameter silinder tersebut adalah : = ..............................................................

Percobaan 2. Pemakaian Alat-Alat Ukur dasar Page 13


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 3
KOMPONEN GAYA

Tujuan
Mahasiswa dapat memahami dan menentukan komponen suatu gaya yang terletak di
bidang xy.

Peralatan
 Papan percobaan
 Skala derajat
 Tiga buah katrol
 Piringan beban
 Pegas spiral yang dilengkapi dengan skala gaya.
 Pengait beban

Teori singkat

Perhatikan Gambar 3.1, sebuah gaya F dengan


arah Ө memiliki komponen gaya arah-x (Fx) dan
arah-y (Fy). Besar komponen gaya Fx dan Fy
dapat dihitung menggunakan persamaan.
Fx  F cos  ..............(2.1)
(3.1) Gambar 3.1
Fy  F sin  (3.2)
..............(2.2)

Semua vektor gaya pada bidang x-y dapat


Pegas pada posisi vertikal
dinyatakan sebagai jumlah dari vektor gaya
arah-x dan vektor gaya arah-y. Hubungan titik temu
ketiga gaya
vektor gaya resultan dengan jumlah vektor
gaya arah-x dan jumlah vektor gaya arah-y
adalah sebagai berikut.

  F     F  ..................(2.3) M1
2 2
Fr  x y (3.3) Tali pada

posisi horizontal
Pada percobaan ini, mahasiswa akan M2
melakukan percobaan menghitung besar
Gambar 3.2

Percobaan 3. Komponen Gaya Page 13


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
komponen gaya yang membentuk vektor gaya resultan F. selain itu, mahasiswa diminta
membandingkan hasil perhitungan dengan hasil yang didapatkan dari percobaan yaitu
nilai yang ditunjukkan oleh neraca pegas (Fx) dan perhitungan Fy = mg seperti yang
ditunjukkan Gambar 3.2.

Langkah percobaan

Percobaan 1.
1. Susun alat seperti pada Gambar 3.2 dengan M1 > M2. Pastikan pegas pada posisi
vertikal sedangkan tali yang terikat pada pegas pada posisi horizontal.
2. Pastikan titik temu ketiga gaya berada di tengah-tengan piringan skala derajat. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara menaikkan dan menurunkan neraca pegas spiral
untuk merubah posisi titik temu ketiga gaya arah horizontal. Untuk merubah posisi
titik temu ketiga gaya arah vertikal dapat dilakukan dengan cara menambah atau
mengurangi besar M2.
3. Vektor gaya F adalah gaya penyeimbang vektor resultan Fr dari vektor gaya Fx dan Fy.
4............................................................................................................................................... S
etelah titik temu ketiga gaya tepat berada di tengah-tengah piringan skala derajat. Baca nilai
gaya yang ditunjukkan di skala neraca pegas dan sudut yang ditunjukkan piringan skala
derajat.
5............................................................................................................................................... H
itung gaya gravitasi yang bekerja pada beban M1 dan M2 dengan persamaan F = mg,
dengan F dalam Newton, m = massa dalam kg, g = percepatan gravitasi bumi dalam m/s2
(9.81 m/s2). Besar gaya gravitasi yang berkerja pada beban M1 dan M2 masing-masing
adalah F dan Fy. Sedangkan Fx adalah gaya yang ditunjukkan oleh neraca pegas.
6............................................................................................................................................... U
langi prosedur di atas dengan terlebih dahulu mengganti M1.
7............................................................................................................................................... T
uliskan data pengamatan anda pada tabel di bawah ini:

Ulangan M1 M2 Fx Fy F Ө
(kg) (kg) (N) (o) (N) (o)
1.
2.
3.

8. Hitung besar nilai Fx dan Fy dengan persamaan:

Percobaan 3. Komponen Gaya Page 14


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Fx   F cos 
….................................................(3.4)
Fy   F sin 
Jawaban: ..................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

9. Apakah nilai Fx dan Fy di tabel point 7 sama dengan nilai Fx dan Fy hasil perhitungan point
8?
Jawaban: ..................................................................................................................................

10. ..................................................................................................................... Be
rapa persen penyimpangan nilai Fx dan Fy hasil percobaan terhadap hasil
perhitungan dengan menggunakan persamaan:
Fx hitung  Fx percobaan
% Kesalahan Fx  x100%
Fx hitung
…………………….(3.5)
Fy hitung  Fy percobaan
% Kesalahan Fy  x100%
Fy hitung
Jawaban: .............................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..................................................................................................................................
11. Berdasarkan teori seharusnya nilai Fx, Fy di tabel point 7 dan nilai Fx, Fy hasil
perhitungan point 8 adalah?
Jawaban: ..................................................................................................................................

12. Berikan penjelasan terhadap hasil percobaan anda:


.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................

Percobaan 3. Komponen Gaya Page 15


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 4
PERCEPATAN PADA BIDANG MIRING
Tujuan

Mempelajari ketergantungan percepatan gerak pada bidang miring pada


kemiringan bidang serta menentukan percepatan gravitasi bumi.

Peralatan :
1. Bidang miring alumunium 2. Kereta dan beban
3. Stopwatch 4. Pita meteran
5. Batang penahan 6. Kertas grafik

Teori
Kereta pada bidang miring akan
gsin 
menggelinding kebagian bawah bidang miring karena
adanya tarikan gravitasi. Percepatan gravita si
mengarah ke bawah (lihat gambar 4.1). Komponen  g

percepatan gravitasi pada arah sejajar bidang miring Gambar 4.1


adalah , dengan demikian dengan mengabaikan gesekan dan momen inersia dari
roda, percepatan gerak kereta dapat dinyatakan dalam persamaan:

(4.1)
Untuk mengukur percepatan, kereta akan dilepaskan dari keadaan diam dari
ujung atas bidang miring dan waktu (t) yang diperlukan untuk untuk menempuh suatu
jarak (d) akan diukur. Karena , maka percepatan dapat dihitung melalui
persamaan:

(4.2)

Selanjutnya, sesuai dengan persamaan (4.1), grafik percepatan terhadap


akan merupakan garis lurus dan kemiringannya merupakan percepatan gravitasi g.
Tugas Pendahuluan
1. Tentukan rumus ketidakpastian dari percepatan .
2. Apakah asumsi-asumsi yang dipakai sehingga persamaan (4.1) dapat
berlaku dalam percobaan ini? Jelaskan jawaban anda.

Percobaan 4. Percepatan Pada Bidang Miring Page 16


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Langkah Percobaan :
Percobaan 1 :
1. Pasang peralatan bidang miring seperti
pada gambar 4.2. Angkat ujung bidang D
miring tanpa penghenti akhir setinggi
30 cm. h
2. Letakkan kereta pada ujung penghenti 
akhir dan catatlah posisi akhir kereta Gambar 4.2
ini.
3. Tariklah kereta ke posisi awal, yaitu di ujung atas bidang miring. Catatlah posisi
awal ini.
4. Lepaskan kereta dan pada saat yang sama jalankan stopwatch.
5. Hentikan stopwatch ketika kereta mencapai penghenti akhir. Catat waktu yang
ditunjukkan stopwatch.
6. Ulangi prosedur 3 sampai 5 sebanyak 10 kali.
7. Turunkan ujung bidang miring sejauh 3 cm, kemudian ulangi prosedur 3 sampai
6
8. Ulangi prosedur 7 sampai didapatkan secara total delapan buah sudut.
10. Catat hasil pengamatan pada table 4.1

Analisis Data
1. Hitunglah rata-rata waktu untuk setiap sudut.
2. Hitunglah jarak total pascar yang merupakan selisih dari posisi akhir dan posisi
awal pascar.
3. Hitunglah percepatan menggunakan data jarak dan waktu pada table 4.1 dan
catat hasilnya pada table 4.2.
4. Ukurlah panjang bidang miring dan gunakan untuk menghitung sin  dan
tuliskan hasilnya pada table 4.2 untuk setiap ketinggian bidang miring
5. Gambarkan grafik percepatan terhadap sin  pada kertas grafik dan tentukan
percepatan grafitasi dengan menggunakan metoda kuadrat terkecil.

Percobaan 4. Percepatan Pada Bidang Miring Page 17


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Pertanyaan – pertanyaan :
1. Sebutkan sumber-sumber kesalahan pada percobaan ini.
2. Jika massa kereta dijadikan dua kali semula, apakah hasil ini akan berubah?
Jelaskan jawaban anda?
3. Bandingkan hasil perhitungan percepatan grafitasi dengan harga menurut
literature.

DATA LAPORAN
Posisi awal kereta: ………………………..……………………………………
Posisi akhir kereta: …………………………..…………………………………
Jarak total: …………………………………..…………………………
Panjang Lintasan D = ……………………………………………………………

Tabel 4.1 Waktu Tempuh Pascar pada ketinggian


Tinggi
bidang 30 cm 27 cm 24 cm 21 cm 18 cm 15 cm 12 cm 9 cm
miring (h)
Waktu

t1

t2

t3

t4

t5

t6

Rata-rata

Percobaan 4. Percepatan Pada Bidang Miring Page 18


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)

Tabel 4.2 Mencari sudut

Tinggi bidang
Percepatan (a)
miring (h)

Percobaan 4. Percepatan Pada Bidang Miring Page 19


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 5
HUKUM KEDUA NEWTON

Gambar 5.1 m

Tujuan
Membandingkan besar percepatan yang didapat dari hasil percobaan dan hasil
perhitungan teori.

Peralatan :
1. PAScar (ME-6950) 4. Tali / benang
2. Katrol dan penjepitnya (ME-9448) 5. Stopwatch
3. Beban (SE-8704) 6. Neraca

Teori :
PASCar (bersama beban) dengan massa total M dilepaskan dari keadaan diam dan
dipercepat hingga menempuh jarak d selama selang waktu t lihat Gambar 5.1.
Percepatan yang dialami PASCar akan memenuhi persamaan:

(5.1)

Menurut hukum kedua Newton percepatan yang di alami sistem adalah:

(5.2)

jika gesekan, massa katrol dan massa roda diabaikan maka percepatan kereta dapat
dituliskan sebagai:

(5.3)

Lab 5. Hukum Kedua Newton Page 19


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Nilai percepatan yang dihasilkan pada persamaan (5.1) adalah nilai yang dihasilkan
pada percobaan sedang pada persamaan (5.3) adalah nilai yang dihasilkan secara
perhitungan atau teori.

Tugas Pendahuluan
1. Turunkan persamaan (5.3) dari hukum ke dua Newton?
2. Jika gesekan tidak diabaikan, bagaimanakah cara menententukan percepatan gerak
sistem?.

Langkah Percobaan :
Percobaan 1 :
1. Susun alat seperti pada Gambar 5.1.
2. Tambahkan massa beban pada (m), dengan massa: 10 g, 30 g, 40 g, 50 dan 60 g,
sehingga PAScar bergerak.
3. Atur panjang tali sehingga massa beban (m) waktu tepat menyentuh lantai
merupakan akhir perjalanan PAScar.
4. Untuk setiap massa beban ( 10 g, 30 g, 40 g, 50 g, dan 60 g) catat
waktu t yang dibutuhkan PAScar untuk menempuh jarak d tersebut. Lakukan paling
tidak tiga kali ulangan untuk setiap massa beban(m) dan ambil waktu rata-ratanya.
Masukkan data tersebut pada tabel 1.

Tabel 5.1 Data percepatan secara eksperimen dan teori

aexp ateori
No d ( cm ) m(g) t ( sec ) Mtotal ( g ) % perbedaan
cm/s2 cm/s2

1 10

2 30

Lab 5. Hukum Kedua Newton Page 20


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)

3 40

4 50

5 60

Analisis Data

Bahas percepatan yang didapat dari percobaan dan perhitungan, kesalahan


sistematis apa yang mempengaruhi hasil anda

Lab 5. Hukum Kedua Newton Page 21


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 6
MOMEN INERSIA
Tujuan
Menentukan momen inersia benda putar dengan menggunakan hukum kekekalan
energi.

Peralatan :
1. Bidang miring alumunium 2. Silinder pejal dan bola pejal
3. Stopwatch 4. Pita meteran
5. Batang penahan 7. Kertas grafik
6. Neraca teknis r
d
Teori
Jika suatu benda putar dilepaskan dari
h
ketinggian h pada bidang miring, maka dia
akan menggelinding kebagian bawah bidang 
v
miring karena adanya tarikan gravitasi. Pada Gambar 6.1

proses ini kerja oleh gaya gravitasi akan


mengubah energi potensial gravitasi menjadi
energi kinetik. Jika benda putar
menggelinding murni, maka bentuk persamaan
kekekalan energi mekaniknya adalah:

(6.1)

Dengan menggunakan persamaan dan momen inersia


dapat dituliskan sebagai:

(6.22)

Untuk mengukur percepatan, benda putar akan dilepaskan dari keadaan diam
dari suatu titik pada bidang miring dan waktu (t) yang diperlukan untuk untuk
menempuh suatu jarak (d) akan diukur. Karena , maka grafik terhadap

merupakan suatu garis lurus dan percepatan dapat dihitung melalui kemiringan

grafik tersebut.

Perobaan 6. Momen Inersia Page 22


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Tugas Pendahuluan
1. Tuliskan rumus momen inersia untuk silinder pejal, silinder berongga, silinder tipis,
bola pejal dan bola tipis.
2. Dengan menggunakan persamaan (1) tentukan kecepatan benda putar (silinder pejal,
kulit silinder tipis, bola pejal dan bola tipis) ketika sampai di titik terbawah dari
bidang miring dinyatakan dalam h, g dan d .

Langkah Percobaan :
Percobaa 1 menentukan momen inersia pada Silinder Pejal dan Bola Pejal
Pasang peralatan bidang miring seperti pada gambar 6.2. Angkat ujung bidang
miring tanpa penghenti akhir setinggi sekitar 15 cm.
1. Ukurlah H dan D dengan seksama. Tuliskan hasilnya dibawah ini
Tinggi bidang miring H ± ∆H =……….......………………
Panjang bidang miring D ± ∆D =…………………………...
sin  = ……..………………........
2. Letakkan silinder pejal pada ujung penghenti akhir dan catatlah posisi akhir silinder
ini.
3. Tariklah silinder ke posisi awal, yaitu
sekitar 50 cm dari posisi akhir. Jarak dari
D
posisi awal ke posisi akhir adalah d.
4. Lepaskan silinder pejal dan pada saat yang d
sama jalankan stopwatch.
H
5. Hentikan stopwatch ketika silinder pejal

mencapai penghenti akhir. Catat waktu
Gambar 6.2
yang ditunjukkan stopwatch.
6. Ulangi prosedur 4 sampai 6 dengan nilai d yang lain sampai didapatkan secara total
delapan buah nilai d. Catat pada table 6.1

Perobaan 6. Momen Inersia Page 23


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Tabel 6.1 Data jarak dan waktu silinder pejal
No. d t
(cm) (s)
1
2
3
4
5
6
7
8

7. Gambarkan grafik
jarak tempuh terhadap pada kertas grafik dan tentukan percepatan linier melalui

kemiringan grafik tersebut atau dengan menggunakan kuadrat terkecil.

8. Dari grafik tersebut, berapakah percepatan silinder pejal tersebut?

9. Ukur diameter silinder pejal dengan memakai jangka sorong lima kali dan hitung
juga jari jari silinder pejal tersebut. Catat hasil pada tabel 6.2.

Tabel 6.2 Data Diameter Silinder Pejal


Diameter Jari-jari
No.
(cm) (cm)
1
2
3
4
5
Rata-rata
10. Timbang silinder pejal dengan memakai neraca teknis sekali.
m ± ∆m = ………………………….

Perobaan 6. Momen Inersia Page 24


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
11. Dengan menggunakan persamaan 6.2, berapakah momen inersia dari silinder pejal
tersebut?

12. Berapakah momen inersia silinder pejal berdasarkan teori?

13. Apakah momen inersia siinder pejal hasil praktikum sama dengan momen inersia
teori?

14. Ulangi prosedur 2 sampai 6 untuk benda bola pejal.

Tabel 6.3 Data Jarak dan Waktu Bola Pejal


No. d t
(cm) (s)
1
2
3
4
5
6
7
8

15. Gambarkan grafik


jarak tempuh terhadap pada kertas grafik dan tentukan percepatan linier melalui

kemiringan grafik tersebut atau dengan menggunakan kuadrat terkecil.

16. Dari grafik tersebut, berapakah percepatan bola pejal?

17. Ukur diameter bola pejal dengan memakai jangka sorong lima kali dan hitung juga
jari jari bola pejal. Catat hasil pada tabel dibawah ini

Perobaan 6. Momen Inersia Page 25


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)

Tabel 6.4 Data Diameter Dan Jari Jari Bola Pejal


No. Diameter Jari-jari
(cm) (cm)
1
2
3
4
5
Rata-rata

18. Timbang bola pejal dengan memakai neraca teknis sekali.


m ± ∆m = ………………………….

19. Dengan menggunakan persamaan 6.2, berapakah momen inersia dari bola pejal?

20. Berapakah momen inersia bola pejal berdasarkan teori?

21. Apakah momen inersia bola pejal hasil praktikum sama dengan momen inersia
teori?

Perobaan 6. Momen Inersia Page 26


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 7
HUKUM ARHIMEDES
Tujuan
Mencari kerapatan benda padat dan benda cair dengan menggunakan hukum
Archimedes.

Peralatan :
1. Neraca teknis atau neraca Ohaus 5. Balok kayu
2. Gelas piala 6. Kepingan kaca
3. Benang nilon 7. Mikrometer sekrup
4. Silinder logam 8. Jangka sorong

Teori
Benda padat yang dibenamkan ke dalam zat cair akan mendapatkan gaya apung
yang besarnya sama dengan zat cair yang dipindahkan (Hukum Archimedes). Prinsip ini
dapat digunakan untuk menentukan kerapatan suatu zat. Misal, sebuah benda yang
beratnya W dan terbenam dalam zat cair, ditimbang menggunakan neraca teknis (lihat
Gambar 7.1).

T‘
FA
T

W’
W

Gambar 7.1
Berat semu benda (W') dapat dinyatakan sebagai :

(7.1)
dengan : FA = gaya apung (gaya Archimedes) yang bekerja pada benda
W = gaya berat benda diudara

Percobaan 7. Hukum Archimedes Page 27


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Jika adalah kerapatan zat cair, V = volume benda padat dan g = percepatan gravitasi,
maka gaya apung pada benda itu adalah:

(7.2)
Dengan demikian persamaan (7.1) dapat dinyatakan sebagai:

(7.3)
Dari persamaan (7.3), volume benda dapat dinyatakan sebagai :

(7.4)

Dengan demikian kerapatan benda dapat dinyatakan sebagai :

(7.5)

dengan : m = massa benda padat dan m' = massa semu benda padat

Jika benda padat memiliki kerapatan lebih kecil dari kerapatan zat cair, maka digunakan
pembenam agar seluruh volume benda dapat terbenam dalam zat cair (lihat Gambar 7.2
dan7.3). Dalam proses penimbangan pembenam dalam zat cair merupakan bagian yang
ikut ditimbang. Sehingga persamaan (7.5) menjadi :

(7.6)

dengan W1 = berat benda padat di udara + pembenam dalam zat cair (Gambar 7.2)
W2 = berat benda padat dan pembenam dalam zat cair (Gambar 7.3)

W1 W2

Gambar 7.2 Gambar 7.3


Pembenam dalam zat cair dan benda padat di udara Pembenam dan benda padat dalam zat cair.

Percobaan 7. Hukum Archimedes Page 28


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Untuk menentukan kerapatan zat cair yang lain, mula-mula zat padat ditimbang
dalam zat cair yang kerapatannya sudah diketahui, kemudian zat padat tersebut
ditimbanng dalam zat cair yang kerapatannya belum diketahui. massa jenis zat cair
dapat ditentukan menggunakan persamaan :

(7.7)

dimana : W1 = berat benda padat dalam zat cair yang sudah diketahui
kerapatannya
W2 = berat benda padat dalam zat cair yang belum diketahui kerapatannya

Tugas pendahuluan :
1. Sebutkan bunyi Hukum Archimedes !
2. Bagaimanakah cara mengukur volume zat cair yang dipindahkan, bila sebuah benda
dengan bentuk tidak beraturan dimasukkan ke dalam suatu zat cair?
3. Apakah perbedaan antara berat (W) dan massa (m) ?
4. Buktikan persamaan FA = Vg !
5. Buktikan persamaan (7.5), (7.6) dan (7.7)!

Langkah Percobaan :
Percobaan 1 (Pengukuran Massa)
1. Diberikan 3 macam benda yaitu silinder logam, kapingan kaca, dan balok kayu
2. Timbang masing-masing benda dengan neraca 1 kali
Pengukuran Massa silinder logam (1)

Pengukuran massa keping kaca (2)

Pengukuran massa balok kayu (3)

Percobaan 7. Hukum Archimedes Page 29


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Percobaan 2 ( Menentukan massa jenis benda dengan hukum Archimedes untuk
silinder logam dan balok kayu)
1. Isi bejana gelas piala dengan air secukupnya, kemian ltakan gelas piala tersebut
diatas meja besi yang terdapat pada neraca teknis atau neraca ohaus ( bukan pada
piringan timbangan) bisa ilihat pada gambar 1.
2. Gantungkan silinder logam pada lengan timbangan dengan seutas benang nilon
sehingga seluruh bagian dari silinder logam terendam dalam air.
3. Catat skala yang ditunjukkan pada timbangan
Massa semu benda berbentuk silinder logam (1) dalam air :

4. Hitunglah massa jenis silinder logam dengan menggunakan persamaan (7.5), m


silinder didapat dari percobaan 1.
5. Ulangi langkah 1 sampai 3, ganti silinder logam dengan keping kaca
Massa semu benda berbentuk kepingan kaca (2) dalam air :

6. Hitunglah massa jenis silinder logam dengan menggunakan persamaan (7.5), m


silinder didapat dari percobaan 1.

Percobaan 3 (Menentukan massa jenis benda dengan menggunakan hukum


Archimedes untuk balok kayu)
1. Gantungkan balok kayu (yang kerapatannya lebih kecil dari kerapatan air) dan
pembenam seperti Gambar 7.2.
2. Catat skala yang ditunjukkan timbangan sebagai m1.
3. Atur sedemikian rupa, sehingga balok kayu dan pembenam tadi terbenam seluruhnya
dalam air (seperti Gambar 7.3).
4. Catat skala yang ditunjukkan timbangan sebagai m2

Massa semu benda berbentuk balok di udara + pembenam dalam air :

Massa semu benda berbentuk balok + pembenam dalam air :

Percobaan 7. Hukum Archimedes Page 30


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Massa jenis benda berbentuk balok (dari hukum Archimedes) :

5. Berapa massa jenis balok kayu? (gunakan persamaan 7.6)

6. Bandingkan massa jenis yang didapat pada percobaan 1 dengan massa jenis
yang didapat pada bercobaan 2 dan 3? Apakah sama?

7. Faktor apa saja kah yang menentukan massa jenis suatu benda?

Percobaan 7. Hukum Archimedes Page 31


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 8
KALORIMETER

Tujuan:
Menentukan kalor jenis benda padat (logam)

Peralatan :
1. Kalorimeter tembaga dan pengaduk 4. Neraca teknis
2. Termometer Hg dua buah 5. Silinder-silinder logam
3. Pemanas air (Steam Generator) 6. Stopwatch dan tali penggantung

Teori
Kalor jenis (c) didefisinikan sebagai jumlah kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu dari satu satuan massa zat sebesar satu satuan suhu. Dengan demikian
kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat bermassa m sebesar T adalah :

(8.1)
Kalorimeter ideal adalah kalorimeter yang bersifat adiabatik (tidak ada panas
yang keluar atau masuk sistem) dan kapasitas termalnya nol. Jika sebuah benda
yang massanya m dipanaskan sampai suhu Tb, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah
kalorimeter (massa mk) yang berisi air (massa ma) dengan suhu To, maka akan terjadi
perpindahan kalor dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang besuhu rendah sampai
tercapai suhu kesetimbangan Tr. Sesuai dengan "Azas Black", proses pindah kalor ini
dapat dirumuskan sebagai :

(8.2)
Pada persamaan (8.2) tersebut berturut-turut adalah massa

bahan, massa pengaduk, massa kalorimeter, dan massa air, sedangkan

berturut-turut adalah kalor jenis bahan, kalor jenis pengaduk, kalor jenis kalorimeter,
dan kalor jenis air.

Tugas pendahuluan :
1. Jelaskan mengenai tiga jenis perpindahan panas !
2. Terangkan maksud dari istilah-istilah berikut :

Lab 8. Kalorimeter Page 32


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
a. Kapasitas kalor suatu benda b. Kalor lebur suatu zat c. Kalor uap suatu
zat
3. Suatu zat padat akan ditentukan kalor jenisnya dengan menggunakan kalorimeter.
Cara manakah yang lebih akurat, zat padat tersebu dalam bentuk bongkahan besar
atau dalam bentuk keping-keping tipis? Jelaskan jawaban anda.

Langkah percobaan
Percobaan 1:
1. Timbang massa kalorimeter mk dan pengaduk mp dengan neraca teknis.
2. Isi kalorimeter dengan air sebanyak kira-kira 125 ml dan masukkan pengaduk.
Kemudian timbang dengan neraca teknis. Massa air (ma) dapat hasil dihitung dari
selisih langkah ke-2 dan langkah k3-1.
3. Tutup kalorimeter berisi air tersebut dengan penutup yang sudah dilengkapi
termometer. Baca suhu sistem (To).
4. Sementara itu, bahan yang akan ditentukan kalor jenisnya dipanaskan di dalam
pemanas berisi air sampai suhunya mencapai kurang lebih 85oC. Suhu bahan dapat
dianggap sama dengan suhu air panas.
5. Pindahkan dengan cepat bahan yang panas tersebut ke dalam tabung kalorimeter
dan tutup kembali, kemudian aduk perlahan-lahan. Amati kenaikan suhu air setiap
1/2 menit. Hentikan pembacaan setelah suhunya tidak berubah lagi.
6. Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk bahan logam yang lainnya
7. Catat hasil pengamatan pada tabel dibawah ini
Massa kalorimeter mk   mk =
Massa pengaduk mp   mp =
Suhu Ruangan Tr   Tr =

Jenis benda padat : ………………………..


Massa benda mb   mb =
Massa air ma   ma =

Ulangan Suhu awal Suhu bahan Suhu akhir Kalor jenis


T0 Tb Tr bahan cb
0 0 0
( C) ( C) ( C) (cal/gram∙Co)
1
2
3

Lab 8. Kalorimeter Page 33


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Rataan
Jenis benda padat : ………………………..
Massa benda mb   mb =
Massa air ma   ma =

Ulangan Suhu awal Suhu bahan Suhu akhir Kalor jenis


T0 Tb Tr bahan cb
0 0 0
( C) ( C) ( C) (cal/gram∙Co)
1
2
3
Rataan

Jenis benda padat : ………………………..


Massa benda mb   mb =
Massa air ma   ma =

Ulangan Suhu awal Suhu bahan Suhu akhir Kalor jenis


T0 Tb Tr bahan cb
0 0 0
( C) ( C) ( C) (cal/gram∙Co)
1
2
3
Rataan

Gunakan data berikut ini:


- Kalor jenis kalorimeter dan pengaduk tembaga = 0.093 cal/gram∙Co
- Kalor jenis air = 1 cal/gram∙Co

Analisis Data
8. Dari percobaan di atas, tentukan kalor jenis bahan silinder logam.

9. Bandingkan hasil yang saudara peroleh dengan literatur !

10. Dari hasil di atas, faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi percobaan
saudara !

11. Buat kesimpulan hasil percobaan saudara !

Lab 8. Kalorimeter Page 34


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 9
BANDUL SEDERHANA

Tujuan
Memahami pengaruh panjang tali dan massa beban terhadap nilai frekuensi dan
periode

Peralatan
1. Statip
2. Bola beban atau piringan beban
3. Benang
4. Stopwatch

Teori singkat
Perhatikan Gambar 9.1. Sebuah bola
dengan massa m digantungkan menggunakan tali
yang panjangnya l dengan massa yang dapat
diabaikan. Kemudian bola tersebut ditarik sampai Ө
pada posisi C sehingga membentuk sudut Ө.
A C
Tarikan tersebut kemudian dilepaskan, hal ini akan B
menyebabkan bola mengalami gerak osilasi Gambar 9.1
CBABC. persamaan gerak osilasi dari bola dapat
dituliskan sebagai berikut:
d 2 g
 sin   0 ……………………..(9.1)
dt 2 l
Jika Ө ≤ 15o, maka geraknya adalah harmonik L

sederhana dengan perioda:


Ө
l
T  2 ……………………………(9.2) A C
g
B

Gambar 9.2

Percobaan 9. Bandul Sederhanan Page 35


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Langkah Percobaan

Percobaan 1 (pengaruh panjang tali).


1. Siapkan beberapa utas benang.
2. Ikat benang tersebut pada bola beban dan gantungkan di atas statip seperti pada
Gambar 9.2.
3. Pastikan panjang tali dari ujung statip ke beban bola adalah 20 cm untuk ulangan ke-
1, 30 cm untuk ulangan ke-2 dan 40 cm untuk ulangan ke-3. Gunakan massa yang
sama untuk setiap ulangan.
4. Tarik bola beban pada posisi C dengan sudut Ө < 15 derajat.
5. Lepaskan bola beban, sehingga bola berosilasi. Tepat saat bola beban dilepaskan,
hidupkan stopwatch dan catat waktu yang diperlukan oleh bola beban untuk
melakukan 10 kali getaran. Catatan: 1 getaran adalah saat bola beban menempuh
lintasan CBABC.

6. Lengkapi tabel berikut:

Ulangan M L t T = t/10
(kg) (meter) (10 getaran)
1. ...................................................................................................................................
2. ...................................................................................................................................
3. ...................................................................................................................................

7. Hitung periode osilasi dengan persamaan:


Dimana
t
T T = Periode
n t = waktu untuk melakukan n getaran
n = banyak getaran
Jawaban: ......................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................

Percobaan 9. Bandul Sederhanan Page 36


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
8. Apakah nilai periode (T) untuk setiap ulangan sama?
Jawaban:.......................................................................................................................
.......................................................................................................................................
9. Jelaskan pengaruh panjang tali terhadap periode getaran:
Jawaban:.......................................................................................................................
.......................................................................................................................................

Percobaan 2 (pengaruh massa bola beban).


1. Siapkan seutas benang.
2. Ikat benang tersebut pada bola beban dan gantungkan di atas statip seperti pada
Gambar 9.2.
3. Pastikan panjang tali dari ujung statip ke bola beban adalah 30 cm. Gunakan massa
yang sama untuk setiap ulangan.
4. Tarik bola beban pada posisi C dengan sudut Ө < 15 derajat.
5. Lepaskan bola beban, sehingga bola berosilasi. Tepat saat bola beban dilepaskan,
hidupkan stopwatch dan catat waktu yang diperlukan oleh bola beban untuk
melakukan 10 kali getaran. Catatan: 1 getaran adalah saat bola beban menempuh
lintasan CBABC.
6. Ulangi langkah 1 sampai 5, tetapi dengan massa bola beban yang berbeda. Lengkapi
tabel berikut:

L M t
Ulangan T = t/10
(meter) (kg) (10 getaran)
1. ...................................................................................................................................
2. ...................................................................................................................................
3. ...................................................................................................................................

Percobaan 9. Bandul Sederhanan Page 37


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
10. Hitung periode osilasi dengan persamaan:
Dimana
t
T T = Periode
n t = waktu untuk melakukan n getaran
n = banyak getaran
Jawaban: ......................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
11. Apakah nilai periode (T) untuk setiap ulangan sama?
Jawaban:.......................................................................................................................
.......................................................................................................................................
12. Jelaskan pengaruh massa bola beban terhadap periode getaran:
Jawaban:.......................................................................................................................
.......................................................................................................................................
..................................................................................................................................................

Percobaan 9. Bandul Sederhanan Page 38


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 10
HUKUM HOOK

Tujuan

Menentukan konstanta pegas menggunakan hukum Hooke serta dapat


memahami pertambahan panjang pegas sebanding dengan gaya yang bekerja pada
pegas.

Peralatan
1. Statip
2. Bola beban atau piringan beban
3. Benang
4. Stopwatch

Teori singkat

Gambar 10.1 memperlihatkan kondisi pegas


sebelum dan setelah diberi beban. Saat pegas tersebut
diberikan beban sebesar m, pegas akan megalami
pertambahan panjang sebesar Δx. Saat beban
Gambar 10.1
ditambah menjadi 2m, pegas mengalami
pertambahan panjang sebesar 2Δx. Pertambahan
panjang ini akibat gaya gravitasi bumi (W) pada
beban yang terikat pada pegas. Pada saat tidak
terjadi getaran, pegas dikatakan dalam keadaan
setimbang. Pada keadaan setimbang ini, gaya
pemulih pegas sama dengan gaya gravitasi beban.
Hukum Hooke menyatakan bahwa gaya pegas
berbanding lurus dengan rengannya. Secara Pengait beban

matematis dapat dinyatakan sebagai:


F  k x ……………………..(10.1)
dengan: k = konstanta/tetapan pegas
Gambar 10.2
Percobaan 10. Hukum Hook Page 39
Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Langkah Percobaan :
Percobaan 1 (Menentukan konstanta pegas dengan Hukum Hook)
1. Tempelkan necara pegas pada papan percobaan seperti pada Gambar 10.2 (a).
Pastikan pegas pada posisi vertikal. Putar skrup di atas untuk membuat posisi ujung
atas pegas pada posisi nol sebelum diberi beban.
2. Gantungkan pengait beban pada pegas. Kemudian kaitkan beban dengan massa m =
0.02 kg. Tuliskan pergeseran pegas. Catatan: massa pengait pegas 0.005 kg,
sehingga massa total beban yang terikat pada pegas adalah 0.025 kg.
3. Hitung gaya gravitasi yang bekerja pada beban yang digantungkan dengan
persamaan F = mg.
4. Ulangi langkah 1 sampai 3 dengan massa beban yang berbeda-beda.
5. Tuliskan hasil percobaan pada tabel:

m F = mg
Ulangan Δx
(kg) (N)
1. .......................................................................................................................
0.025
2. .......................................................................................................................
0.075
3. .......................................................................................................................
0.125
4. .......................................................................................................................
0.175
5. .......................................................................................................................
0.225
6. .......................................................................................................................
0.275
7. .......................................................................................................................
0.325

6. Buat grafik hubungan antara Δx dan F


seperti pada Gambar 5. Kemudian
hitung kemiringan grafik, yang
merupakan konsanta pegas.
Jawaban:...........................................
...........................................................
...........................................................
...........................................................
........................................................... Gambar 10.3
Konstanta pegas = (N/m)

Percobaan 10. Hukum Hook Page 40


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
7. Hubungan linier antara gaya dengan pergesaran pegas adalah Hukum Hooke.

8. Apakah grafik yang didapatkan linier?


Jawaban:.......................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Jika tidak linier, jelaskan kenapa: ..................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
9. Jika suatu pegas tidak memenuhi hukum Hooke, apakah pegas tersebut masih dapat
digunakan untuk menghitung gaya?
Jawaban:.......................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
10. Bisakah hukum hooke digunakan untuk mengkalibrasi pegas untuk menghitung
gaya
Jawaban:.......................................................................................................................
.......................................................................................................................................

Percobaan 10. Hukum Hook Page 41


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 11
GESEKAN DAN GERAK TRANSLASI

A. Tujuan
1. Menentukan koefisien gesekan statik dan kinetik
2. Menghitung percepatan dengan metode regresi linear

B. Peralatan
1. Papan inklinasi 4. Stopwatch
2. Katrol 5. Mistar
3. Tali 6. Timbangan

C. Tugas Pendahuluan
1. Apa pengertian gaya berat?
2. Faktor faktor apa saja yang menentukan besar koefisien gesekan antara dua
permukaan benda?
3. Kondisi (syarat) apa yang diperlukan jika benda dikatakan berada dalam
keadaan :
a. Menggeser
b. Mengguling
c. Menggelinding
D. Pendahuluan
Koefisien gesekan dan percepatan suatu benda dalam percobaan ini ditentukan
oleh hukum-hukum Newton tentang gerak. Koefisien gesekan dapat dibagi menjadi
dua yaitu koefisien gesekan statis (µs) dan koefisien gesekan kinetis (µk). harga
koefisien ini bergantung pada keadaan permukaan benda-benda yang saling
bersentuhan, dan µs˃µk.

Gambar 11.1 Diagram Bebas gaya gesek

Percobaan 11. Gesekan dan Gerak Translasi Page 42


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Gaya gesekan statik muncul dari interaksi dua permukaan yang bersentuhan
karena adanya kecenderungan pergeseran antara kedua permukaan tersebut. Sifat
gaya gesekan ini mempertahankan agar kedua permukaan yang bersentuhan tidak
bergeser satu sama lain. Harga maksimum gaya gesekan statik ini berbanding lurus
dengan gaya normal yang bekerja pada balok sehingga dapat dirumuskan:
f s  f s max   s N (11.1)
Pada saat gaya (F) melebihi besar gaya gesekan statik maksimum (fsmax), maka
balok akan bergerak dan dalam hal ini gaya gesekan yang bekerja merupakan gaya
gesekan kinetik.
Perhatikan gambar 11.1 Ketika benda ditarik dengan gaya mendatar dan bidang
kasar maka pada kedua benda tersebut akan muncul gaya gesek. Besarnya gaya
gesek akan dipengaruhi oleh gaya normal pada benda dan koefisien gesekan benda
tersebut.

M1

M2

Gambar 11.2 Percepatan sistem pada bidang datar

Perhatikan gambar 11.2 Jika M2 ˂M1 dan sistem bergerak kearah M2 maka menurut
hukum Newton II, percepatan sistem (a) dapat dinyatakan dengan persamaan :
M 2   k .M 1
a g ............................................(11.2)
M1  M 2

Percobaan 11. Gesekan dan Gerak Translasi Page 43


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
E. Langkah Percobaan
E.1 Percobaan 1 (Menentukan Percepatan Gravitasi)
1. Timbanglah massa balok kayu dengan menggunakan timbangan
2. Gantungkan balok tersebut pada neraca pegas
3. Baca nilai gaya yang terukur pada neraca pegas sebagai gaya berat, catat
pada tabel 11.1.
4. Ulangi sebanyak 5 kali.

E.2 Percobaan 2 (Menentukan Koefisien Gesekan Statik)


1. Gunakan data pada praktikum 1 (kolom gaya) untuk berat dari benda, catat
pada tabel 11.2.
2. Letakkan balok kayu diatas papan inklinasi yang dipasang mendatar.
3. Tarik balok tersebut secara sangat perlahan dengan neraca pegas. Catat
ketika sesaat akan bergerak (F).
4. Ulangi percobaan diatas sebanyak 5 kali.

E.3 Praktikum 3 (Menentukan Koefisien Gesekan Kinetik)


1. Timbanglah balok M1 dan beban M2 (M2 = 50 gram) dengan timbangan dan
catat pada data dan pengolahan data.
2. Hubungkan balok M1 dengan beban M2 dengan menggunakan tali ringan,
panjangnya 60 cm.
3. Letakkan M1 di atas bidang inklinasi pada jarak (x) sama dengan 10 cm
sedangkan M2 bebas menggantung (lihat gambar 2). Tahan M1 dengan jari
sehingga sistem mula-mula diam.
4. Lepaskan M1 dan catat waktu yang dibutuhkan sampai menyentuh ujung
katrol.
5. Ulangi percobaan ini dengan penambahan skala 5 cm.
(catatan: jika gerakan balok terlalu cepat ganti M2 dengan yang lebih ringan)

Percobaan 11. Gesekan dan Gerak Translasi Page 44


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
F. Data dan Pengolahan Data
F.1 Percobaan 1 (Menentukan Percepatan Gravitasi)
Massa Benda : . . . . . .Kg
Tabel 11.1
Gravitasi
Ulangan Gaya (N)
(m/s2)

Rata-rata

1. Gravitasi dapat dihitung dengan persamaan :


w
w  m.g g ....................................(11.3)
m
2. Catat hasil perhitungan dan cari rata-rata gravitasi tersebut.

F.2 Percobaan 2 (Menentukan Koefisien Gesekan Statik)


Tabel 11.2
Gaya Berat
Ulangan F (N) s
(N)

Rata-rata

Percobaan 11. Gesekan dan Gerak Translasi Page 45


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
1. Hitung koefisien gesekan statik dengan :
F
F   s .W s  ...................................(11.4)
W
2. Catat hasilnya pada tabel 11.2
3. Hitung rata-rata koefisien gesekan statiknya

F. 3 Percobaan 3 (Menentukan Koefisien Gesekan Kinetik)


Tabel 11.3

x (m) t (s) ½ t2 (s2)

Percobaan 11. Gesekan dan Gerak Translasi Page 46


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
1. Buatlah grafik x terhadap ½ t2 pada kertas grafik atau pada diagram dibawah ini
dan buatlah garis lurus yang dapat mewakili data tersebut
x
(m)

½ t2
(s)
2. Kemiringan garis pada grafik di atas menunjukkan percepatan sistem yang dapat
dicari dengan menggunakan regresi linear (gunakan kalkulator. a adalah jarak
awal (x0), dan nilai b adalah nilai percepatan (a).
3. Hitungkan koefisien gesekan kinetik (µk) dengan menggunakan persamaan 1.2

G. Analisa
1. Mana yang lebih besak koefisien gesekan statis (µs) atau koefisien gesekan
kinetik (µk)? jelaskan !
2. Faktor-faktor apa saja yang menentukan besar koefisien gesekan?
3. Kapankah gaya gesekan diperlukan, dan kapan gaya gesekan diusakan sekecil
mungkin? Berikan contoh dan jelaskan!

Percobaan 11. Gesekan dan Gerak Translasi Page 47


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)

Gambar 12. Kelengkapan dan setting Mesin Atwood (sumber : Pudak Scientific)

Percobaan 12. Gerak Lurus Beraturan Page 48


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 12
GERAK LURUS BERATURAN

A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menentukan kecepatan gerak benda pada mesin atwood
2. Mahasiswa dapat menghitung dan mencari kecepatan pada mesin atwood
dengan menggunakan regresi linear.

B. Alat dan Bahan


1. Mesin atwood 1 set
2. Beban bercelah 5 buah
3. Gerbang cahaya 2 buah
4. Pewaktu cacah AT-01

C. Tugas Pendahuluan
1. Tuliskan bunyi hukum Newton I!
2. Apa yang dimaksud dengan kerangka acuan inersial!
3. Apa perbedaan antara kecepatan rata-rata dengan kecepatan sesaat!
4. Jelaskan definisi dari perpindahan dan jarak!

D. Pendahuluan
Pada gerak lurus beraturan benda akan bergerak dengan kecepatan konstan atau
tanpa adanya percepatan. Secara matematis hubungan antara jarak dengan waktu
dapat ditulis :
x  x0  vt ....................................................... (12.1)
x0 : Jarak awal (m) pada saat t = 0
x : Jarak setelah waktu tertentu (m)
v : Kecepatan suatu benda (m/s)
t : Waktu tempuh benda (t)

Gerak lurus beraturan pada mesin atwood dapat diperoleh setelah beban bercelah
ditahan oleh penahan beban berlubang, silinder 1 dan 2 akan tetap bergerak dengan

Percobaan 12. Gerak Lurus Beraturan Page 49


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
kecepatan konstan. Dalam keadaan ini resultan gaya pada sistem sama dengn nol
(sesuai dengan hukum Newton 1).
Pada praktikum ini pengukuran waktu akan menggunakan pewaktu cacah AT-01
dan 2 buah gerbang cahaya. Gerbang cahaya berfungsi sebagai saklat otomatis
untuk mencari waktu tempuh benda dari gerbang cahaya 1 ke gerbang cahaya 2.

E. Langkah Percobaan
1. Setting alat mesin atwood seperti gambar 12.
2. Hubungkan gerbang cahaya 1 dan 2 dengan panel bagian belakang pada
Pewaktu pencacah AT-01
3. Nyalakan Pewaktu Pencacah dan Atur fungsi Pewaktu Cacah pada TIMING II
dengan cara menekan tombol FUNCTION sampai lampu indikator merah berada
pada TIMING II.
4. Atur agar beban M2 berada pada skala 20 cm dengan mengatur tinggi pemegang
beban.
5. Aturlah peralatan berikut :
 Penghenti beban berlubang berada pada skala 30 cm (10 cm dari M2)
 Gerbang Cahaya 1 pada skala 80 cm.
 Gerbang Cahaya 2 pada skala 100 cm.
6. Tekan tombol FUNCTION untuk mengembalikan nilai waktu ke 0
7. Tambahkan 5 beban bercelah (m) pada M2.
8. Lepaskan M1 dengan menekan pegas sehingga M1 akan bergerak ke atas,
sedangkan M2 akan bergerak ke bawah dan berhenti saat menyentuh penghenti
beban tanpa lubang. Sedangkan beban bercelah (m) akan tertinggal di penghenti
beban dengan lubang.
9. Pada Pewaktu Pencacah diperoleh 1 data waktu yang tampil dilayar. Catat nilai
waktu pada tabel 12.1
10. Kembalikan posisi M1 dan M2 seperti semula, dengan M1 pada pemegang beban,
kemudian tekan tombol FUNCTION pada Pewaktu Pencacah untuk
mengembalikan nilai waktu ke angka 0 (reset to zero)
11. Geser posisi gerbang cahaya 2 dengan menambahkan skala 5 cm, sehingga jarak
gerbang 1 dengan gerbang 2 menjadi 25 cm

Percobaan 12. Gerak Lurus Beraturan Page 50


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
12. Ulangi langkah 5 sampai 9 hingga jarak antara gerbang cahaya 1 dan 2 sebesar
50 cm. Catat jarak tersebut sebagai x pada tabel 12.1

F. Data dan Pengolahan Data


Tabel 12.1

x (m) t (s) v (m/s) % Galat

1. Buatlah grafik x terhadap t pada kertas grafik atau pada diagram dibawah ini dan
buatlah garis lurus yang dapat mewakili data tersebut
x (m)

t
(s)
Percobaan 12. Gerak Lurus Beraturan Page 51
Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
2. Dengan metode regresi linear (gunakan kalkulator) tentukan nilai a dan b dari
persamaan umum :
y  a  bx .........................................................(12.2)
Nilai b merupakan kecepatan (v) dan a adalah jarak awal (x0)

3. Hitung kecepatan (v) pada tabel 12.1 dengan menggunakan persamaan 12.1
(pada saat t = 0, maka jarak awal (x0) = 0) yang sudah dirubah menjadi :
x
v ................................................................(12.3)
t
4. Hitunglah persen kesalahan v perhitungan dengan menggunakan persamaan 12.1
pada tabel 12.1, dengan v teori didapat dari metode regresi linear dan catat
persen kesalahan (%galat) pada tabel 12.1

G. Analisis Data
1. Bagaimana nilai kecepatan pada percobaan ini?
2. Bandingkan hasil kecepatan (v) menggunakan persamaan 12.3 dengan kecepatan
(v) dengan menggunakan regresi linear?
3. Faktor apa saja yang menyebabkan nilai kecepatan (v) berbeda?
4. Simpulkan data yang diperoleh

Percobaan 12. Gerak Lurus Beraturan Page 52


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 13
GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN DAN
PERCEPATAN GRAVITASI

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menganalisis gerak lurus berubah beraturan.
2. Mahasiswa mampu menghitung percepatan sistem dari mesin atwood.
3. Mahasiswa mampu menentukan percepatan gravitasi

B. Peralatan
1. Mesin Atwood 1 set, tanpa penghenti beban dengan lubang
2. Gerbang Cahaya 2 buah
3. Beban bercelah 5 buah
4. Pewaktu Cacah AT-01

C. Tugas Pendahuluan
1. Tuliskan bunyi hukum Newton kedua?
2. Jelaskan perbedaan percepataan sesaat dengan kecepatan rata-rata!
3. Tuliskan aplikasi beserta persamaan Gerak Lurus Berubah Beraturan!
4. Jelaskan pengertian dari gravitasi?
5. Apakah gaya berat (gaya gravitasi) dan gaya normal merupakan pasangan aksi
reaksi? Jelakan !
6. Buktikan persamaan 13.5!

D. Pendahuluan
Berdasarkan hukun Newton II, gerakan beban seperti gambar 21 (katrol turut
berputar dengan idealisasi gesekan diabaikan) akan memiliki perubahan posisi atau
lintasan yang dapat dinyatakan sebagai gerak lurus berubah beraturan.
Pada sistem mesin atwood ketika benda M2 dilepaskan, maka sistem akan
bergerak dengan percepatan. Besar percepatan (a) berbanding lurus dengan
gayanya. Untuk gaya yang konstan, maka percepatan tetap sehingga berlaku
persamaan gerak lurus berubah beraturan :

Percobaan 13. GLBB dan Gravitasi Page 53


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
xt  v0 t  1 2 at 2 ................................................(13.1)
Keterangan :
xt : Jarak setelah t detik (m)
t : Waktu tempuh (s)
v0 : Kecepatan awal (m/s)
a :Percepatan (m/s2)
Pada gambar 13.1 sistem katrol pada mesin atwood,percepatan gravitasi dapat
ditentukan dari persamaan Hukum Newton II :

 F  m.a .......................................................(13.2)

Gambar 13.1. Gaya gaya yang berkerja pada M1 dan M2

Dengan menjabarkan gaya pada sistem mesin atwood, maka diperoleh percepatan :

a
M 2  m2   M 1  m1  g
........................(13.3)
M 1  m1  M 2  m2 
Maka gravitasi dapat dinyatakan sebagai berikut :
M 1  m1  M 2  m2 
g a ........................(13.4)
M 2  m2   M 1  m1 
Jika M1 tidak diberi tambahan beban, maka hanya ada tambahan pada M2, sehingga
percepatan gravitasi utuk persamaan 13.4 dituliskan kembali menjadi :
M 1  M 2  m2 
g a ..................................(13.5)
M 2  m2   M 1 

Percobaan 13. GLBB dan Gravitasi Page 54


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
E. Langkah Percobaan
1. Setting alat mesin atwood seperti gambar 12 tetapi tidak menggunakan
penghenti beban dengan lubang.
2. Hubungkan gerbang cahaya 1 dan 2 pada panel dibagian belakang Pewaktu
Pencacah.
3. Nyalakan pewaktu pencacah AT-01 dan atur pada TIMING II dengan menekan
tombol FUNCTION sampai lampu indikator berada di TIMING II.
4. Atur alat berikut :
1. Beban M2 pada jarak 30 cm (bagian bawah silinder M2 tepat di 30 cm).
2. Gerbang cahaya 1 tepat dibawah silinder M2 (±30,2 cm).
3. Gerbang cahaya 2 di 50 cm (20 cm dari gerbang cahaya 1).
5. Tekan tombol FUNCTION untuk mengembalikan nilai waktu ke 0.
6. Lepaskan M1 dengan menekan pegas, sehingga M1 akan bergerak ke atas,
sedangkan M2 akan bergerak ke bawah dan berhenti saat menyentuh penghenti
beban tanpa lubang. Karena gerbang cahaya 1 tepat berada di bawah silinder
atau beban M2, maka kecepatan awal tidak ada (v0 = 0).
7. Catat nilai waktu yang tampil pada pewaktu pencacah pada tabel 13.1.
8. Kembalikan posisi M1 dan M2 seperti semula, dengan M1 pada pemegang beban,
kemudian tekan tombol FUNCTION pada Pewaktu Pencacah untuk
mengembalikan nilai waktu ke angka 0 (reset to zero).
9. Ubah gerbang cahaya 2 dengan penambahan skala 5 cm.
10. Ulangi langkah 5 – 9 dengan penambahan jarak 5 cm sehingga jarak antara
gerbang cahaya 1 dan 2 sebesar 50 cm.

F. Data dan Pengolahan Data


Pada percobaan ini didatatkan waktu tempuh beban M2 dari gerbang cahaya 1 ke
gerbang cahaya 2 pada jarak x yang sudah ditentukan. Maka percepatan dapat
dihitung dengan persamaan berikut (dengan kecepatan awal tidak ada):

2x
a ...........................................................(13.6)
t2

Catat hasil perhitungan perceptaan pada tabel 13.1

Percobaan 13. GLBB dan Gravitasi Page 55


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Tabel 13.1

x (m) t (s) (s2) a (m/s2) Galat %

1. Buatlah grafik x terhadap ½ t2 pada kertas grafik atau pada diagram dibawah ini
dan buatlah garis lurus yang dapat mewakili data tersebut.
x (m)

½ t2
(s)

Percobaan 13. GLBB dan Gravitasi Page 56


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
2. Kemiringan garis pada grafik di atas menunjukkan percepatan sistem mesin
atwood yang dapat dicari dengan menggunakan regresi linear (gunakan
kalkulator. a adalah jarak awal (x0), dan nilai b adalah nilai percepatan (a).
3. Hitunglah %galat percepatan pada tabel 13.1 dengan menggunakan persamaan :
 a reg _ lin  a hitung 
% galat     100% ..............................(13.7)
 a 
 reg _ lin 
4. Gunakan data percepatan pada regresi linear untuk menghitung percepatan
gravitasi dengan menggunakan persamaan 13.5
5. Hitung %galat dari gravitasi (gliteratur = 9,8 m/s2)

G. Analisis Data
1. Apakah nilai percepatan yang didapat dari regresi linear dengan perhitungan
menggunakan persamaan 13.2 sama? Jelaskan!
2. Apakah hasil percepatan gravitasi mendekati 9,8 m/s2 ? Jelaskan!
3. Faktor apa saja yang mempengaruhinya?
4. Buatlah kesimpulan.

Percobaan 13. GLBB dan Gravitasi Page 57


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 14
VISKOSITAS

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menghitung kekentalan (viskositas) dari gliserin, minyak, dan
oli.

B. Peralatan
1. Stopwatch 3. Jaring Pengambil Bola
2. Jangka Sorong 4. 3 buah Bola Uji

C. Tugas Pendahuluan
1. Apa yang dimaksud dengan gaya stokes?
2. Turunkan persamaan 2 menjadi persamaan 5?
3. Apa perbedaan antara laminer dan turbulent? Berikan contoh dan jelaskan !
4. Berapa literatur massa jenis dari almunium, besi, kuningan, dan tembaga?
5. Berapa literatur dari viskositas air, gliserin, minyak, akohol, dan raksa?

D. Pendahuluan
Gaya yang bekerja ketika sebuah benda jatuh ke dalam suatu fluida adalah gaya
berat (W), gaya apung (FA), dan gaya viskositas (Fv). ketiga gaya tersebut berlaku
hukum Newton II, yaitu :

 F  m.a ........................................................(14.1)
W  FA  Fv  m.a ............................................(14.2)
Berdasarkan hukum Stokes, jika sebuah benda berbentuk bola di jatuhkan ke dalam
cairan yang kental, beberapa saat benda tersebut akan mencapai kecepatan terminal
dengan persamaan berikut :
Fv  6v0 r ......................................................(14.3)
Dengan Fv adalah gaya viskositas yang bekerja pada bola yang berjari jari r dan η
adalah viskositas zat cair.

Percobaan 14. Viskositas Page 58


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Pada keadaan setimbang, Fv sama dengan gaya berat kebawah yang dipengaruhi
oleh gaya grafitasi sehingga mengalami percepatan tetap, persamaannya menjadi

: 6v0 r  r 3    g
4
atau
3
2 r2
v0     g ................................................(14.4)
9
Dimana ρ = massa jenis bola
δ = massa jenis zat cair
nilai massa jenis dapat diambil dari tabel konstanta fisis.
v0 dapat ditentukan dari waktu (t) yang dibutuhkan bola untuk bergerak dalam harak
h di sepanjang tabung setelah bola mencapai gerak berubah beraturan sehingga ;
h
v0  ................................................................(14.5)
t

E. Langkah Praktikum
1. Berilah label tabung viskositas 1, 2 dan 3.
2. Tuangkat oli pada tabung viskositas 1, minyak pada tabung viskositas 2 dan
gliserin pada tabung viskositas 3.
3. Masukkan jaring mengambil bola.
4. Ikatkan karet sebagai penanda di bagian awal (5 cm dari atas tabung) dan akhir
(5 cm dari dasar tabung).
5. Ukur jarak antara kedua penanda tersebut sebagai nilai h, catat hasilnya di data
6. Ukur diameter bola uji dengan jangka sorong, catat hasilnya
7. Siapkan stopwach, kemudian lihat kearah tabung viskositas jatuhkan bola uji
tepat di tengah permukaan zat cair dan ikuti pergerakan bola uji. Nyalakan
stopwatch saat melewati batas acuan pertama (penanda atas) dan hentikan
stopwatch tepat saat bola uji melewati batas acuan kedua (batas bawah).
8. Catat nilai waktu yang dibutuhkan bola uji untuk bergerak sejauh h pada tabel
1.1,
9. Untuk bola yang sama ulangi sampai 5x, catat pada tabel 14.1
10. Hitung kecepatannya dengan menggunakan persamaan 5, (gunakan waktu rata
rata).
11. Hitung nilai viskositas zat cair (η) dengan menggunakan persamaan 4.

Percobaan 14. Viskositas Page 59


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
12. Ulangi langkah 4 – 12 untuk tabung viskositas 2 (minyak) dan 3 (gliserin).
F. Data dan Pengolahan Data
Bahan :..........
Ø Bola 1 : . . . . . . m Ø Bola 3 :. . . . . . m
Ø Bola 2 : . . . . . . m h :......m

Tabel 14.1
t1 (s) t2 (s) t3 (s)
Ulangan
(Bola 1) (Bola 2) (Bola 3)

Rata-rata

v0

1. Hitunglah rata-rata waktu dari setiap bola uji.


2. Hitung v0 dengan menggunakan persamaan 14.5
3. Hitung viskositas zat cair (η) dengan persamaan 14.4

G. Analisa
1. Bagaimana viskositas setiap zat cair, dan bagaimana pergerakan bola uji dalam
zat cair tersebut?
2. Faktor apa yang mempengaruhi nilai viskositas dari zat cair?
3. Bandingkan dengan literatur, berapa persen ketepatan yang didapatkan?

Percobaan 14. Viskositas Page 60


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
PERCOBAAN 15
MOMENTUM

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menganalisa berlakunya hukum kekekalan momentum.
2. Mahasiswa dapat memahami tumbukan lenting sempurna (e=1) dan tumbukan
tidak lenting sama sekali.

B. Peralatan
1. PasCar atau dinamic car 2 buah 5. Statif 30 cm 2 buah
2. Papan inklinasi 225 cm 6. Penjepit 2 buah
3. Beban pascar 250 gram 7. Sambungan besi 2 buah
4. Gerbang cahaya 2 buah 8. Pewaktu pencacah AT-01

C. Tugas Pendahuluan
1. Tuliskan bunyi hukum kekekalan energi!
2. Apa syarat berlakunya hukum kekekalan momentum!

D. Pendahuluan
Jika tak ada gaya eksternal (gaya luar) yang bekerja pada suatu benda maka
momentum total benda adalah konstan. Pernyataan ini dikenal dengan hukum
kekekalan momentum, yang berarti dapat juga ditulis sebagai
(15-1)

, adalah kecepatan benda sebelum tumbukan.


, adalah kecepatan benda sesudah tumbukan.

Dua buah benda dikatakan mengalami tumbukan lenting jika pada tumbukan itu
tidak terjadi kehilangan energi kinetik. Pada tumbukan lenting, berlaku hukum
kekekalan mekanik. Energi mekanik merupakan penjumlahan dari energi kinetik
dan energi potensial. Diasumsikan tumbukan lenting berada pada bidang datar yang
memiliki tinggi yang sama antara benda A dan benda B. Sehingga energi potensial

Percobaan 15. Momentum Page 61


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
sebelum dan sesudah nilainya adalah sama. Maka ketika tumbukan itu adalah
lenting, dapat diasumsikan bahwa energi kinetiknya adalah kekal.
Pada tumbukan jenis ini, kecepatan benda-benda sesudah tumbukan sama
besar(benda yang bertumbukan saling melekat). Untuk tumbukan lenting sebagian
nilai e adalah 0. Pada tumbukan jenis ini hukum kekekalan momentum tetap
berlaku. Pada tumbukan tidak lenting sama sekali berlaku persamaan:
 
ma .va  mb .vb  ma  mb v ......................................(14.2)

E. Langkah Praktikum
13. Susunlah peralatan seperti gambar 1

Gerbang Cahaya 1 Gerbang Cahaya 2

A B

14. Timbang masing masing PasCar dan catat massa nya di data dan pengolahan
data.
15. Hubungka gerbang cahaya pada pewaktu pencacah di bagian belakang.
16. Atur fungsi pewaktu cacah pada TIMING 1 dengan menekan tombol
FUNCTION, sampai lampu indikator berada di TIMING 1.
17. Dekatkan ujung kedua PasCar atau DinamicCar dan cari yang tolak menolak.
18. Tambahkan beban PasCar 2 buah pada PasCar A.
19. Ukur panjang beban Pascar, catat sebagai x.
20. Letakkan PasCar B di tengah-tengah antara gerbang cahaya 1 dan 2 dalam
keadaan diam.
21. Dorong PasCar A dan lepaskan. A akan melewati GC 1 dan menumbuk PasCar
B secara lenting sempurna (e=1). A akan diam atau bergerak dan B akan
bergerak melewati GC 2. Jika A bergerak maka A akan melewati GC 2.
22. Tekan CH.OVER pada pewaktu pencacah, akan muncul E1, E2, E3(jika A
bergerak melewati GC 2). E1 adalah waktu yang dibutukan PasCar A melewati

Percobaan 15. Momentum Page 62


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
GC 1, E2 waktu yang dibutuhkan PasCar B melewati GC 2, dan E3 waktu yang
dibutuhkan PasCar A melewati GC 2.
23. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali ulangan.
24. Lakukan hal yang sama dari langkah 5 sampai langkah 10 dengan PasCar dalam
keadaan tarik menarik (e=0)

F. Data dan Pengolahan Data


Jenis Tumbukan = .........................
Massa PasCar A = ....................gram
Massa PasCar B = ....................gram
xA = ..........m
xB = ..........m

E1 E2 E3 v1 v2 v3
Ulangan
(sekon) (sekon) (sekon) (m/s) (m/s) (m/s)
1
2
3
4
5
4. Untuk menghitung kecepatannya gunakan persamaan :
x
v ...................................................................(1)
t
5.
G. Analisa
4. Berdasarkan hukum kekekalan momentuk apakah percobaan yang dilakukan
berlaku?
5. Pada tumbukan lenting sempurna apakah berlaku hukum kekekalan energi?
6. Kesalahan apa saja yang terjadi selama praktikum berlangsung, jelaskan!

Percobaan 15. Momentum Page 63


Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
Daftar Pustaka

Panduan Percobaan Tabung Viskositas PMP 180, Pudak Scientific. Bandung

Panduan Percobaan Mesin Atwood 1,5 M PMK 135, Pudak Scientific. Bandung

Staf Pengajar Fisika. 2013. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Bogor

Instruction Manual and Experiment Guide for the PASCO scientific ME-6955.

Tipler, P.A. Fisika Untuk Sains dan teknik.Edisi sepuluh. Jilid pertama . Erlangga
Jakarta.1991.

Giancoli, D.C. Fisika.Edisi kelima.Jilid pertama.Erlangga Jakarta. 2001.

Percobaan 15. Momentum Page 64

Anda mungkin juga menyukai