FISIKA DASAR 1
DEPARTEMEN FISIKA
IPB UNIVERSITY
Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
KATA PENGANTAR
Praktikum Fisika ini merupakan kegiatan terstruktur yang tercakup dalam mata
kuliah Fisika. Dengan demikian materi percobaan dalam praktikum ini disesuaikan
dengan materi Fisika yang mencakup pokok-pokok bahasan yang ada dalam materi
kuliah Fisika.
Secara umum tujuan diadakannya praktikum Fisika ini adalah untuk memberikan
keterampilan dasar bagi mahasiswa dalam hal melakukan berbagai pengukuran dengan
memakai berbagai alat ukur dasar yang beragam karakteristiknya. Serta dengan
mengolah data yang telah didapatkan dengan baik sesuai dengan aturan–aturan ilmiah
yang baku bisa memberikan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa.
Selain itu juga dengan praktikum Fisika ini diharapkan mahasiswa dapat
menguasai materi lebih baik dan memahami aplikasinya dalam kehidupan sehari – hari.
Selain itu dengan diadakannya praktikum Fisika ini diharapkan mahasiswa dapat
memilki kemampuan yang lebih meningkat dan dapat dimunculkannya peningkatan
sikap misalnya: dari peningkatan kedisiplinan, etika, tanggung jawab dan kerjasama
antara sesama melalui pelaksanaan praktikum dan kejujuran ilmiah melalui pembuatan
laporan yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
Akhir kata , Mudah – mudahan buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa pengikut praktikum Fisika, bagi asisten–asisten yang membantu kelancaran
jalannya praktikum dan bagi dosen pengajar mata kuliah Fisika . Saran serta kritik kami
harapkan demi peningkatan mutu praktikum Fisika.
Penulis
2. Praktikan harus sudah bersiap-siap untuk masuk ruang praktikum lima (5) menit
sebelum waktu praktikum dimulai.
4. Praktikan harus menyimpan tas dan barang-barang yang lain yang tidak
berhubungan langsung dengan praktikum di tempat yang telah disediakan.
6. Praktikan harus memeriksa alat yang ada di meja praktikumnya pada saat sesudah
dan sebelum praktikum dikerjakan. Jika ada peralatan yang rusak atau hilang segera
laporkan kepada asisten yang sedang bertugas.
10. Praktikan yang melanggar tatatertib praktikum ini akan mendapatkan sanksi sesuai
dengan berat ringannya pelanggaran yang dilakukan. Sanksi yang paling ringan
adalah teguran lisan sedangkan sanksi yang terberat adalah dicabut status
kemahasiswaannya.
A. Pendahuluan
Di dalam bidang ilmu dan teknologi sering harus dilakukan pengukuran besaran
fisis, seperti jarak, waktu, massa, kecepatan, tegangan, kuat arus dan sebagainya.
Pengukuran suatu besaran fisis mencakup pembandingan besaran tersebut dengan
besaran serupa yang telah didefinisikan secara tepat. Sebagai contoh, untuk mengukur
tebal sebuah papan, kita membandingkan tebal tersebut dengan jarak dua garis
berdekatan pada mistar yang besarnya 1 mm. Jika angka pembanding yang kita
dapatkan adalah 20, berarti tebal papan tersebut adalah 20 kali 1 mm yaitu 20 mm. Jadi
hasil suatu pengukuran ada dua yaitu nilai pembanding dan satuan yang digunakan.
Dalam setiap pengukuran selalu terjadi ketidakpastian nilai yang didapatkan. Hal
ini disebabkan antara lain :
1. Adanya nilai skala terkecil (nst) setiap alat ukur yang dipakai. Sebagai contoh nilai
skala terkecil mistar biasa adalah 1 mm. Besaran panjang yang kurang dari 1 mm
tidak dapat ditentukan dengan tepat. Sebagai contoh tebal sebuah papan kayu adalah
sekitar 20 mm. Jika diukur memakai mistar biasa mungkin kita akan mendapatkan
hasil tidak tepat 20 mm, akan tetapi bisa kurang atau lebih dari itu. Kekurangan dan
kelebihan inilah yang tidak dapat ditentukan secara pasti.
2. Adanya ketidakpastian bersistem diantaranya :
a. Kesalahan kalibrasi (pemberian nilai skala ketika alat diproduksi ternyata kurang
tepat).
b. Kesalahan titik nol (sebelum digunakan alat telah menunjuk pada suatu nilai
tertentu yang tidak nol atau jarum tidak kembali ke titik nol secara tepat ketika
diatur ulang).
c. Kelelahan alat. Sebagai contoh neraca pegas menjadi tidak akurat karena setelah
sekian lama digunakan pegasnya melunak atau mengeras.
d. Gesekan pada bagian alat yang bergerak.
e. Paralaks (kesalahan arah pandang) dalam membaca skala.
3. Adanya ketidakpastian acak, antara lain:
a. Gerak Brown molekul udara, gerak ini dapat mengganggu penunjukan jarum alat
yang sangat halus dan berbasis mikroskopik.
dengan x adalah besaran fisis yang diukur, dan x adalah ketidakpastian pada
pengukuran. Cara penulisan tersebut mengandung arti bahwa meskipun nilai x tidak
pasti, akan tetapi ada jaminan bahwa nilai x yang sesungguhnya ada dalam daerah
antara dan .
Sebagai contoh hasil pengukuran tebal papan memakai mistar biasa dituliskan sebagai:
(2)
Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa tebal papan sesungguhnya berkisar antara
19.5 mm dan 20.5 mm.
0 1 2 3 4 5 6
Gambar P.01
a
1
Dari pengamatan kita, panjang 2 balok tersebut tidak kurang dari 6.1 cm dan ada
3 lebih. Kelebihan ini dapat kita perkirakan, misalnya
kelebihan sekitar setengah skala
0.06 cm. Nilai ketidakpastian pada pengukuran tunggal ini adalah setengah skala
terkecil yaitu 0.05 cm. Dengan demikian hasil pengukuran dapat dituliskan sebagai:
(6)
Ini berarti, kita menduga panjang balok itu sekitar 6.16 cm, yaitu antara 6.11 cm dan
6.21 cm.
0 10 mm
Skala utama
Skala nonius
0 10
Gambar P.02
Untuk jangka sorong seperti gambar di atas nilai skala satu skala utama adalah 1
mm, dan ada 10 skala nonius, dengan demikian untuk jangka sorong tersebut:
su = 1 mm
N = 10
sn = 1/10 mm = 0.1 mm
Ketidakpastian pengukuran tunggal memakai alat ukur bernonius adalah sama dengan
nilai skala noniusnya:
(8)
Gambar di bawah ini adalah keadaan jangka sorong ketika dipakai untuk mengukur
suatu besaran panjang.
10 20 mm
Skala utama :
Garis ke 7 skala
17 mm nonius segaris
dengan skala
utama
0 10
Gambar P.03
Skala utama menunjukkan angkan 17 mm dan skala nonius menunjukkan angka 0.7
mm.
Dengan demikian hasil pengukurannya adalah tunggal adalah:
(9)
4. Pengukuran berulang
Dari pengukuran yang dilakukan berulang kali diharapkan akan diperoleh
informasi yang lebih banyak tentang nilai benar suatu besaran fisis. Makin banyak
suatu nilai dihasilkan dalam pengukuran berulang, makin yakin kita akan benarnya nilai
tersebut.
Pengukuran berulang menghasilkan sampel dari populasi x, yaitu:
. Nilai 'terbaik' pengganti nilai benar x dari pengukuran di atas
adalah nilai rata-rata sampel x, yaitu :
(10)
Penyimpangan nilai rata-rata sampel terhadap nilai besaran fisis sebenarnya dinyatakan
sebagai suatu deviasi standar rata-rata sampel, yang dirumuskan sebagai:
(11)
Perlu diketahui bahwa persamaan (10) dan (11) sudah ada pada kalkulator ilmiah.
Tabel P1. Pengolahan data pengukuran diameter silinder memakai jangka sorong.
xi
i (cm) (cm) (cm2)
1 6.54 -0.00444 1.98E-05
2 6.52 -0.02444 0.000598
3 6.56 0.015556 0.000242
4 6.51 -0.03444 0.001186
5 6.57 0.025556 0.000653
6 6.54 -0.00444 1.98E-05
7 6.56 0.015556 0.000242
8 6.51 -0.03444 0.001186
9 6.58 0.035556 0.001264
6.543333 cm 0.008669 cm
Tabel P2. Contoh penulisan hasil pengukuran yang salah dan yang benar.
E. Perambatan Kesalahan
Banyak besaran-besaran fisika yang tidak dapat diukur secara langsung. Lebih
sering kita dapati bahwa besaran- besaran itu merupakan fungsi dari besaran-besaran
lain yang dapat diukur. Sebagai contoh, kita hendak menentukan massa jenis suatu
benda padat. Karena alat ukur massa jenis benda padat () secara langsung tidak ada,
maka harus ditentukan melalui besaran-besaran lain yang dapat diukur langsung, salah
melalui hubungan:
(16)
(17)
Jika dan secara berturut-turut adalah tambahan terhadap nilai x dan y, maka
dengan menggunakan deret Taylor sekitar titik tambahan terhadap nilai z dapat
dituliskan sebagai:
(18)
dengan x0 dan y0 berturut-turut adalah hasil pengukuran sekali pada besaran x dan y.’
Contoh :
Sebuah silinder kayu diukur diameter dan panjangnya masing-masing sekali,
sehingga didapatkan data sebagai berikut:
(20)
Dengan memasukkan harga D0 dan l0 pada persamaan (20) ke dalam persamaan (21)
didapatkan:
(22)
(23)
Contoh ;
Diameter dan panjang silinder masing-masing diukur berulang kali sehingga
didapatkan data-data sebagai berikut :
(26)
(28)
Contoh :
Diameter silinder diukur sekali, sedangkan panjang silinder diukur berulang kali
sehingga dihasilkan data sebagai berikut:
(31)
(33)
(36)
Contoh :
Tinjau pengukuran terhadap suatu gerak yang dianggap suatu gerak lurus beraturan
yang mengikuti persamaan:
(37)
Waktu t diamati untuk beberapa macam jarak x sehingga didapatkan hasil seperti dalam
tabel berikut ini :
i xi ti
(cm) (s) (cms) (s2)
1 200 21 - 225 - 21.8 4905 475.24
2 250 25 -175 - 17.8 3115 316.84
3 300 29 -125 - 13.8 1725 190.44
4 350 37 -75 - 5.8 435 33.64
5 400 40 -25 - 2.8 70 7.84
6 450 46 25 3.2 80 10.24
7 500 48 75 5.2 390 27.04
8 550 55 125 12.2 1525 148.84
9 600 59 175 16.2 2835 262.44
10 650 68 225 25.2 5670 635.04
Dari tabel di atas harga kecepatan v dan posisi awal x0 dapat ditentukan yaitu:
(38)
Grafik hubungan antara posisi benda terhadap waktu dapat dilihat pada Gambar A0-4.
Posisi
(cm)
800
700
600
500
400
300
(40)
Tujuan :
1. Dapat menentukan batas ukur, skala terkecil dan kesalahan pada alat-alat ukur
dasar
2. Dapat menggunakan alat-alat ukur dasar massa dan panjang.
3. Dapat menentukan kesalahan pada pengukuran beserta penjalarannya
Peralatan:
1. Jangka sorong, mikrometer sekrup
2. Timbangan (Neraca Ohaus)
3. Silinder Pejal berbahan kayu
Tugas Pendahuluan:
1. Tentukan perumusan rapat massa suatu benda berbentuk silinder pejal sebagai
fungsi dari diameter silinder, panjang silinder dan massa silinder.
2. Tentukan perumusan kesalahan pada penentuan rapat massa silinder jika massa
silinder diukur sekali pengukuran, sedangkan diameter dan panjang silinder diukur
berulang kali.
Langkah Percobaan :
Percobaan 1:
1. Ambillah alat ukur dasar yang akan digunakan
2. Periksa batas ukur dan skala terkecil pada masing-masing alat ukur
3. Untuk menentukan kesalahan alat, gunakanlah persamaan 8 pada bab sistem
pengukuran
4. Catatlah pada Laporan percobaan 1.
Percobaan 2 :
1. Timbang silinder kayu atau logam tersebut satu kali
2. Ukur panjang silinder kayu atau logam tersebut dengan menggunan jangka
sorong sebanyak 10 kali ulangan.
Tugas Akhir
1. Tentukan batas ukur, skala terkecil, beserta kesalahannya dari timbangan, jangka
sorong dan mikrometer sekrup.
2. Tentukan massa silinder kayu atau logam beserta kesalahannya.
3. Tentukan panjang silinder kayu atau logam beserta kesalahannya.
4. Tentukan diameter silinder kayu atau logam beserta kesalahannya
5. Tentukan rapat massa silinder kayu atau logam beserta kesalahannya.
DATA LAPORAN
Percobaan 1.
Jangka sorong
Batas ukur : Skala terkecil : kesalahan alat :
Mikrometer skrup
Batas ukur : Skala terkecil : kesalahan alat :
Timbangan
Batas ukur : Skala terkecil : kesalahan alat :
Percobaan 2.
pi
Ulangan (i) (cm) (cm) (cm2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Di
Ulangan (i)
(cm) (cm) (cm2)
10
Tujuan
Mahasiswa dapat memahami dan menentukan komponen suatu gaya yang terletak di
bidang xy.
Peralatan
Papan percobaan
Skala derajat
Tiga buah katrol
Piringan beban
Pegas spiral yang dilengkapi dengan skala gaya.
Pengait beban
Teori singkat
F F ..................(2.3) M1
2 2
Fr x y (3.3) Tali pada
posisi horizontal
Pada percobaan ini, mahasiswa akan M2
melakukan percobaan menghitung besar
Gambar 3.2
Langkah percobaan
Percobaan 1.
1. Susun alat seperti pada Gambar 3.2 dengan M1 > M2. Pastikan pegas pada posisi
vertikal sedangkan tali yang terikat pada pegas pada posisi horizontal.
2. Pastikan titik temu ketiga gaya berada di tengah-tengan piringan skala derajat. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara menaikkan dan menurunkan neraca pegas spiral
untuk merubah posisi titik temu ketiga gaya arah horizontal. Untuk merubah posisi
titik temu ketiga gaya arah vertikal dapat dilakukan dengan cara menambah atau
mengurangi besar M2.
3. Vektor gaya F adalah gaya penyeimbang vektor resultan Fr dari vektor gaya Fx dan Fy.
4............................................................................................................................................... S
etelah titik temu ketiga gaya tepat berada di tengah-tengah piringan skala derajat. Baca nilai
gaya yang ditunjukkan di skala neraca pegas dan sudut yang ditunjukkan piringan skala
derajat.
5............................................................................................................................................... H
itung gaya gravitasi yang bekerja pada beban M1 dan M2 dengan persamaan F = mg,
dengan F dalam Newton, m = massa dalam kg, g = percepatan gravitasi bumi dalam m/s2
(9.81 m/s2). Besar gaya gravitasi yang berkerja pada beban M1 dan M2 masing-masing
adalah F dan Fy. Sedangkan Fx adalah gaya yang ditunjukkan oleh neraca pegas.
6............................................................................................................................................... U
langi prosedur di atas dengan terlebih dahulu mengganti M1.
7............................................................................................................................................... T
uliskan data pengamatan anda pada tabel di bawah ini:
Ulangan M1 M2 Fx Fy F Ө
(kg) (kg) (N) (o) (N) (o)
1.
2.
3.
9. Apakah nilai Fx dan Fy di tabel point 7 sama dengan nilai Fx dan Fy hasil perhitungan point
8?
Jawaban: ..................................................................................................................................
10. ..................................................................................................................... Be
rapa persen penyimpangan nilai Fx dan Fy hasil percobaan terhadap hasil
perhitungan dengan menggunakan persamaan:
Fx hitung Fx percobaan
% Kesalahan Fx x100%
Fx hitung
…………………….(3.5)
Fy hitung Fy percobaan
% Kesalahan Fy x100%
Fy hitung
Jawaban: .............................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..................................................................................................................................
11. Berdasarkan teori seharusnya nilai Fx, Fy di tabel point 7 dan nilai Fx, Fy hasil
perhitungan point 8 adalah?
Jawaban: ..................................................................................................................................
Peralatan :
1. Bidang miring alumunium 2. Kereta dan beban
3. Stopwatch 4. Pita meteran
5. Batang penahan 6. Kertas grafik
Teori
Kereta pada bidang miring akan
gsin
menggelinding kebagian bawah bidang miring karena
adanya tarikan gravitasi. Percepatan gravita si
mengarah ke bawah (lihat gambar 4.1). Komponen g
(4.1)
Untuk mengukur percepatan, kereta akan dilepaskan dari keadaan diam dari
ujung atas bidang miring dan waktu (t) yang diperlukan untuk untuk menempuh suatu
jarak (d) akan diukur. Karena , maka percepatan dapat dihitung melalui
persamaan:
(4.2)
Analisis Data
1. Hitunglah rata-rata waktu untuk setiap sudut.
2. Hitunglah jarak total pascar yang merupakan selisih dari posisi akhir dan posisi
awal pascar.
3. Hitunglah percepatan menggunakan data jarak dan waktu pada table 4.1 dan
catat hasilnya pada table 4.2.
4. Ukurlah panjang bidang miring dan gunakan untuk menghitung sin dan
tuliskan hasilnya pada table 4.2 untuk setiap ketinggian bidang miring
5. Gambarkan grafik percepatan terhadap sin pada kertas grafik dan tentukan
percepatan grafitasi dengan menggunakan metoda kuadrat terkecil.
DATA LAPORAN
Posisi awal kereta: ………………………..……………………………………
Posisi akhir kereta: …………………………..…………………………………
Jarak total: …………………………………..…………………………
Panjang Lintasan D = ……………………………………………………………
t1
t2
t3
t4
t5
t6
Rata-rata
Tinggi bidang
Percepatan (a)
miring (h)
Gambar 5.1 m
Tujuan
Membandingkan besar percepatan yang didapat dari hasil percobaan dan hasil
perhitungan teori.
Peralatan :
1. PAScar (ME-6950) 4. Tali / benang
2. Katrol dan penjepitnya (ME-9448) 5. Stopwatch
3. Beban (SE-8704) 6. Neraca
Teori :
PASCar (bersama beban) dengan massa total M dilepaskan dari keadaan diam dan
dipercepat hingga menempuh jarak d selama selang waktu t lihat Gambar 5.1.
Percepatan yang dialami PASCar akan memenuhi persamaan:
(5.1)
(5.2)
jika gesekan, massa katrol dan massa roda diabaikan maka percepatan kereta dapat
dituliskan sebagai:
(5.3)
Tugas Pendahuluan
1. Turunkan persamaan (5.3) dari hukum ke dua Newton?
2. Jika gesekan tidak diabaikan, bagaimanakah cara menententukan percepatan gerak
sistem?.
Langkah Percobaan :
Percobaan 1 :
1. Susun alat seperti pada Gambar 5.1.
2. Tambahkan massa beban pada (m), dengan massa: 10 g, 30 g, 40 g, 50 dan 60 g,
sehingga PAScar bergerak.
3. Atur panjang tali sehingga massa beban (m) waktu tepat menyentuh lantai
merupakan akhir perjalanan PAScar.
4. Untuk setiap massa beban ( 10 g, 30 g, 40 g, 50 g, dan 60 g) catat
waktu t yang dibutuhkan PAScar untuk menempuh jarak d tersebut. Lakukan paling
tidak tiga kali ulangan untuk setiap massa beban(m) dan ambil waktu rata-ratanya.
Masukkan data tersebut pada tabel 1.
aexp ateori
No d ( cm ) m(g) t ( sec ) Mtotal ( g ) % perbedaan
cm/s2 cm/s2
1 10
2 30
3 40
4 50
5 60
Analisis Data
Peralatan :
1. Bidang miring alumunium 2. Silinder pejal dan bola pejal
3. Stopwatch 4. Pita meteran
5. Batang penahan 7. Kertas grafik
6. Neraca teknis r
d
Teori
Jika suatu benda putar dilepaskan dari
h
ketinggian h pada bidang miring, maka dia
akan menggelinding kebagian bawah bidang
v
miring karena adanya tarikan gravitasi. Pada Gambar 6.1
(6.1)
(6.22)
Untuk mengukur percepatan, benda putar akan dilepaskan dari keadaan diam
dari suatu titik pada bidang miring dan waktu (t) yang diperlukan untuk untuk
menempuh suatu jarak (d) akan diukur. Karena , maka grafik terhadap
merupakan suatu garis lurus dan percepatan dapat dihitung melalui kemiringan
grafik tersebut.
Langkah Percobaan :
Percobaa 1 menentukan momen inersia pada Silinder Pejal dan Bola Pejal
Pasang peralatan bidang miring seperti pada gambar 6.2. Angkat ujung bidang
miring tanpa penghenti akhir setinggi sekitar 15 cm.
1. Ukurlah H dan D dengan seksama. Tuliskan hasilnya dibawah ini
Tinggi bidang miring H ± ∆H =……….......………………
Panjang bidang miring D ± ∆D =…………………………...
sin = ……..………………........
2. Letakkan silinder pejal pada ujung penghenti akhir dan catatlah posisi akhir silinder
ini.
3. Tariklah silinder ke posisi awal, yaitu
sekitar 50 cm dari posisi akhir. Jarak dari
D
posisi awal ke posisi akhir adalah d.
4. Lepaskan silinder pejal dan pada saat yang d
sama jalankan stopwatch.
H
5. Hentikan stopwatch ketika silinder pejal
mencapai penghenti akhir. Catat waktu
Gambar 6.2
yang ditunjukkan stopwatch.
6. Ulangi prosedur 4 sampai 6 dengan nilai d yang lain sampai didapatkan secara total
delapan buah nilai d. Catat pada table 6.1
7. Gambarkan grafik
jarak tempuh terhadap pada kertas grafik dan tentukan percepatan linier melalui
9. Ukur diameter silinder pejal dengan memakai jangka sorong lima kali dan hitung
juga jari jari silinder pejal tersebut. Catat hasil pada tabel 6.2.
13. Apakah momen inersia siinder pejal hasil praktikum sama dengan momen inersia
teori?
17. Ukur diameter bola pejal dengan memakai jangka sorong lima kali dan hitung juga
jari jari bola pejal. Catat hasil pada tabel dibawah ini
19. Dengan menggunakan persamaan 6.2, berapakah momen inersia dari bola pejal?
21. Apakah momen inersia bola pejal hasil praktikum sama dengan momen inersia
teori?
Peralatan :
1. Neraca teknis atau neraca Ohaus 5. Balok kayu
2. Gelas piala 6. Kepingan kaca
3. Benang nilon 7. Mikrometer sekrup
4. Silinder logam 8. Jangka sorong
Teori
Benda padat yang dibenamkan ke dalam zat cair akan mendapatkan gaya apung
yang besarnya sama dengan zat cair yang dipindahkan (Hukum Archimedes). Prinsip ini
dapat digunakan untuk menentukan kerapatan suatu zat. Misal, sebuah benda yang
beratnya W dan terbenam dalam zat cair, ditimbang menggunakan neraca teknis (lihat
Gambar 7.1).
T‘
FA
T
W’
W
Gambar 7.1
Berat semu benda (W') dapat dinyatakan sebagai :
(7.1)
dengan : FA = gaya apung (gaya Archimedes) yang bekerja pada benda
W = gaya berat benda diudara
(7.2)
Dengan demikian persamaan (7.1) dapat dinyatakan sebagai:
(7.3)
Dari persamaan (7.3), volume benda dapat dinyatakan sebagai :
(7.4)
(7.5)
dengan : m = massa benda padat dan m' = massa semu benda padat
Jika benda padat memiliki kerapatan lebih kecil dari kerapatan zat cair, maka digunakan
pembenam agar seluruh volume benda dapat terbenam dalam zat cair (lihat Gambar 7.2
dan7.3). Dalam proses penimbangan pembenam dalam zat cair merupakan bagian yang
ikut ditimbang. Sehingga persamaan (7.5) menjadi :
(7.6)
dengan W1 = berat benda padat di udara + pembenam dalam zat cair (Gambar 7.2)
W2 = berat benda padat dan pembenam dalam zat cair (Gambar 7.3)
W1 W2
(7.7)
dimana : W1 = berat benda padat dalam zat cair yang sudah diketahui
kerapatannya
W2 = berat benda padat dalam zat cair yang belum diketahui kerapatannya
Tugas pendahuluan :
1. Sebutkan bunyi Hukum Archimedes !
2. Bagaimanakah cara mengukur volume zat cair yang dipindahkan, bila sebuah benda
dengan bentuk tidak beraturan dimasukkan ke dalam suatu zat cair?
3. Apakah perbedaan antara berat (W) dan massa (m) ?
4. Buktikan persamaan FA = Vg !
5. Buktikan persamaan (7.5), (7.6) dan (7.7)!
Langkah Percobaan :
Percobaan 1 (Pengukuran Massa)
1. Diberikan 3 macam benda yaitu silinder logam, kapingan kaca, dan balok kayu
2. Timbang masing-masing benda dengan neraca 1 kali
Pengukuran Massa silinder logam (1)
6. Bandingkan massa jenis yang didapat pada percobaan 1 dengan massa jenis
yang didapat pada bercobaan 2 dan 3? Apakah sama?
7. Faktor apa saja kah yang menentukan massa jenis suatu benda?
Tujuan:
Menentukan kalor jenis benda padat (logam)
Peralatan :
1. Kalorimeter tembaga dan pengaduk 4. Neraca teknis
2. Termometer Hg dua buah 5. Silinder-silinder logam
3. Pemanas air (Steam Generator) 6. Stopwatch dan tali penggantung
Teori
Kalor jenis (c) didefisinikan sebagai jumlah kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu dari satu satuan massa zat sebesar satu satuan suhu. Dengan demikian
kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat bermassa m sebesar T adalah :
(8.1)
Kalorimeter ideal adalah kalorimeter yang bersifat adiabatik (tidak ada panas
yang keluar atau masuk sistem) dan kapasitas termalnya nol. Jika sebuah benda
yang massanya m dipanaskan sampai suhu Tb, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah
kalorimeter (massa mk) yang berisi air (massa ma) dengan suhu To, maka akan terjadi
perpindahan kalor dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang besuhu rendah sampai
tercapai suhu kesetimbangan Tr. Sesuai dengan "Azas Black", proses pindah kalor ini
dapat dirumuskan sebagai :
(8.2)
Pada persamaan (8.2) tersebut berturut-turut adalah massa
berturut-turut adalah kalor jenis bahan, kalor jenis pengaduk, kalor jenis kalorimeter,
dan kalor jenis air.
Tugas pendahuluan :
1. Jelaskan mengenai tiga jenis perpindahan panas !
2. Terangkan maksud dari istilah-istilah berikut :
Langkah percobaan
Percobaan 1:
1. Timbang massa kalorimeter mk dan pengaduk mp dengan neraca teknis.
2. Isi kalorimeter dengan air sebanyak kira-kira 125 ml dan masukkan pengaduk.
Kemudian timbang dengan neraca teknis. Massa air (ma) dapat hasil dihitung dari
selisih langkah ke-2 dan langkah k3-1.
3. Tutup kalorimeter berisi air tersebut dengan penutup yang sudah dilengkapi
termometer. Baca suhu sistem (To).
4. Sementara itu, bahan yang akan ditentukan kalor jenisnya dipanaskan di dalam
pemanas berisi air sampai suhunya mencapai kurang lebih 85oC. Suhu bahan dapat
dianggap sama dengan suhu air panas.
5. Pindahkan dengan cepat bahan yang panas tersebut ke dalam tabung kalorimeter
dan tutup kembali, kemudian aduk perlahan-lahan. Amati kenaikan suhu air setiap
1/2 menit. Hentikan pembacaan setelah suhunya tidak berubah lagi.
6. Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk bahan logam yang lainnya
7. Catat hasil pengamatan pada tabel dibawah ini
Massa kalorimeter mk mk =
Massa pengaduk mp mp =
Suhu Ruangan Tr Tr =
Analisis Data
8. Dari percobaan di atas, tentukan kalor jenis bahan silinder logam.
10. Dari hasil di atas, faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi percobaan
saudara !
Tujuan
Memahami pengaruh panjang tali dan massa beban terhadap nilai frekuensi dan
periode
Peralatan
1. Statip
2. Bola beban atau piringan beban
3. Benang
4. Stopwatch
Teori singkat
Perhatikan Gambar 9.1. Sebuah bola
dengan massa m digantungkan menggunakan tali
yang panjangnya l dengan massa yang dapat
diabaikan. Kemudian bola tersebut ditarik sampai Ө
pada posisi C sehingga membentuk sudut Ө.
A C
Tarikan tersebut kemudian dilepaskan, hal ini akan B
menyebabkan bola mengalami gerak osilasi Gambar 9.1
CBABC. persamaan gerak osilasi dari bola dapat
dituliskan sebagai berikut:
d 2 g
sin 0 ……………………..(9.1)
dt 2 l
Jika Ө ≤ 15o, maka geraknya adalah harmonik L
Gambar 9.2
Ulangan M L t T = t/10
(kg) (meter) (10 getaran)
1. ...................................................................................................................................
2. ...................................................................................................................................
3. ...................................................................................................................................
L M t
Ulangan T = t/10
(meter) (kg) (10 getaran)
1. ...................................................................................................................................
2. ...................................................................................................................................
3. ...................................................................................................................................
Tujuan
Peralatan
1. Statip
2. Bola beban atau piringan beban
3. Benang
4. Stopwatch
Teori singkat
m F = mg
Ulangan Δx
(kg) (N)
1. .......................................................................................................................
0.025
2. .......................................................................................................................
0.075
3. .......................................................................................................................
0.125
4. .......................................................................................................................
0.175
5. .......................................................................................................................
0.225
6. .......................................................................................................................
0.275
7. .......................................................................................................................
0.325
A. Tujuan
1. Menentukan koefisien gesekan statik dan kinetik
2. Menghitung percepatan dengan metode regresi linear
B. Peralatan
1. Papan inklinasi 4. Stopwatch
2. Katrol 5. Mistar
3. Tali 6. Timbangan
C. Tugas Pendahuluan
1. Apa pengertian gaya berat?
2. Faktor faktor apa saja yang menentukan besar koefisien gesekan antara dua
permukaan benda?
3. Kondisi (syarat) apa yang diperlukan jika benda dikatakan berada dalam
keadaan :
a. Menggeser
b. Mengguling
c. Menggelinding
D. Pendahuluan
Koefisien gesekan dan percepatan suatu benda dalam percobaan ini ditentukan
oleh hukum-hukum Newton tentang gerak. Koefisien gesekan dapat dibagi menjadi
dua yaitu koefisien gesekan statis (µs) dan koefisien gesekan kinetis (µk). harga
koefisien ini bergantung pada keadaan permukaan benda-benda yang saling
bersentuhan, dan µs˃µk.
M1
M2
Perhatikan gambar 11.2 Jika M2 ˂M1 dan sistem bergerak kearah M2 maka menurut
hukum Newton II, percepatan sistem (a) dapat dinyatakan dengan persamaan :
M 2 k .M 1
a g ............................................(11.2)
M1 M 2
Rata-rata
Rata-rata
½ t2
(s)
2. Kemiringan garis pada grafik di atas menunjukkan percepatan sistem yang dapat
dicari dengan menggunakan regresi linear (gunakan kalkulator. a adalah jarak
awal (x0), dan nilai b adalah nilai percepatan (a).
3. Hitungkan koefisien gesekan kinetik (µk) dengan menggunakan persamaan 1.2
G. Analisa
1. Mana yang lebih besak koefisien gesekan statis (µs) atau koefisien gesekan
kinetik (µk)? jelaskan !
2. Faktor-faktor apa saja yang menentukan besar koefisien gesekan?
3. Kapankah gaya gesekan diperlukan, dan kapan gaya gesekan diusakan sekecil
mungkin? Berikan contoh dan jelaskan!
Gambar 12. Kelengkapan dan setting Mesin Atwood (sumber : Pudak Scientific)
A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menentukan kecepatan gerak benda pada mesin atwood
2. Mahasiswa dapat menghitung dan mencari kecepatan pada mesin atwood
dengan menggunakan regresi linear.
C. Tugas Pendahuluan
1. Tuliskan bunyi hukum Newton I!
2. Apa yang dimaksud dengan kerangka acuan inersial!
3. Apa perbedaan antara kecepatan rata-rata dengan kecepatan sesaat!
4. Jelaskan definisi dari perpindahan dan jarak!
D. Pendahuluan
Pada gerak lurus beraturan benda akan bergerak dengan kecepatan konstan atau
tanpa adanya percepatan. Secara matematis hubungan antara jarak dengan waktu
dapat ditulis :
x x0 vt ....................................................... (12.1)
x0 : Jarak awal (m) pada saat t = 0
x : Jarak setelah waktu tertentu (m)
v : Kecepatan suatu benda (m/s)
t : Waktu tempuh benda (t)
Gerak lurus beraturan pada mesin atwood dapat diperoleh setelah beban bercelah
ditahan oleh penahan beban berlubang, silinder 1 dan 2 akan tetap bergerak dengan
E. Langkah Percobaan
1. Setting alat mesin atwood seperti gambar 12.
2. Hubungkan gerbang cahaya 1 dan 2 dengan panel bagian belakang pada
Pewaktu pencacah AT-01
3. Nyalakan Pewaktu Pencacah dan Atur fungsi Pewaktu Cacah pada TIMING II
dengan cara menekan tombol FUNCTION sampai lampu indikator merah berada
pada TIMING II.
4. Atur agar beban M2 berada pada skala 20 cm dengan mengatur tinggi pemegang
beban.
5. Aturlah peralatan berikut :
Penghenti beban berlubang berada pada skala 30 cm (10 cm dari M2)
Gerbang Cahaya 1 pada skala 80 cm.
Gerbang Cahaya 2 pada skala 100 cm.
6. Tekan tombol FUNCTION untuk mengembalikan nilai waktu ke 0
7. Tambahkan 5 beban bercelah (m) pada M2.
8. Lepaskan M1 dengan menekan pegas sehingga M1 akan bergerak ke atas,
sedangkan M2 akan bergerak ke bawah dan berhenti saat menyentuh penghenti
beban tanpa lubang. Sedangkan beban bercelah (m) akan tertinggal di penghenti
beban dengan lubang.
9. Pada Pewaktu Pencacah diperoleh 1 data waktu yang tampil dilayar. Catat nilai
waktu pada tabel 12.1
10. Kembalikan posisi M1 dan M2 seperti semula, dengan M1 pada pemegang beban,
kemudian tekan tombol FUNCTION pada Pewaktu Pencacah untuk
mengembalikan nilai waktu ke angka 0 (reset to zero)
11. Geser posisi gerbang cahaya 2 dengan menambahkan skala 5 cm, sehingga jarak
gerbang 1 dengan gerbang 2 menjadi 25 cm
1. Buatlah grafik x terhadap t pada kertas grafik atau pada diagram dibawah ini dan
buatlah garis lurus yang dapat mewakili data tersebut
x (m)
t
(s)
Percobaan 12. Gerak Lurus Beraturan Page 51
Program Pendidikan kompetensi Umum
Fisika Dasar 1 (FIS101)
2. Dengan metode regresi linear (gunakan kalkulator) tentukan nilai a dan b dari
persamaan umum :
y a bx .........................................................(12.2)
Nilai b merupakan kecepatan (v) dan a adalah jarak awal (x0)
3. Hitung kecepatan (v) pada tabel 12.1 dengan menggunakan persamaan 12.1
(pada saat t = 0, maka jarak awal (x0) = 0) yang sudah dirubah menjadi :
x
v ................................................................(12.3)
t
4. Hitunglah persen kesalahan v perhitungan dengan menggunakan persamaan 12.1
pada tabel 12.1, dengan v teori didapat dari metode regresi linear dan catat
persen kesalahan (%galat) pada tabel 12.1
G. Analisis Data
1. Bagaimana nilai kecepatan pada percobaan ini?
2. Bandingkan hasil kecepatan (v) menggunakan persamaan 12.3 dengan kecepatan
(v) dengan menggunakan regresi linear?
3. Faktor apa saja yang menyebabkan nilai kecepatan (v) berbeda?
4. Simpulkan data yang diperoleh
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menganalisis gerak lurus berubah beraturan.
2. Mahasiswa mampu menghitung percepatan sistem dari mesin atwood.
3. Mahasiswa mampu menentukan percepatan gravitasi
B. Peralatan
1. Mesin Atwood 1 set, tanpa penghenti beban dengan lubang
2. Gerbang Cahaya 2 buah
3. Beban bercelah 5 buah
4. Pewaktu Cacah AT-01
C. Tugas Pendahuluan
1. Tuliskan bunyi hukum Newton kedua?
2. Jelaskan perbedaan percepataan sesaat dengan kecepatan rata-rata!
3. Tuliskan aplikasi beserta persamaan Gerak Lurus Berubah Beraturan!
4. Jelaskan pengertian dari gravitasi?
5. Apakah gaya berat (gaya gravitasi) dan gaya normal merupakan pasangan aksi
reaksi? Jelakan !
6. Buktikan persamaan 13.5!
D. Pendahuluan
Berdasarkan hukun Newton II, gerakan beban seperti gambar 21 (katrol turut
berputar dengan idealisasi gesekan diabaikan) akan memiliki perubahan posisi atau
lintasan yang dapat dinyatakan sebagai gerak lurus berubah beraturan.
Pada sistem mesin atwood ketika benda M2 dilepaskan, maka sistem akan
bergerak dengan percepatan. Besar percepatan (a) berbanding lurus dengan
gayanya. Untuk gaya yang konstan, maka percepatan tetap sehingga berlaku
persamaan gerak lurus berubah beraturan :
F m.a .......................................................(13.2)
Dengan menjabarkan gaya pada sistem mesin atwood, maka diperoleh percepatan :
a
M 2 m2 M 1 m1 g
........................(13.3)
M 1 m1 M 2 m2
Maka gravitasi dapat dinyatakan sebagai berikut :
M 1 m1 M 2 m2
g a ........................(13.4)
M 2 m2 M 1 m1
Jika M1 tidak diberi tambahan beban, maka hanya ada tambahan pada M2, sehingga
percepatan gravitasi utuk persamaan 13.4 dituliskan kembali menjadi :
M 1 M 2 m2
g a ..................................(13.5)
M 2 m2 M 1
2x
a ...........................................................(13.6)
t2
1. Buatlah grafik x terhadap ½ t2 pada kertas grafik atau pada diagram dibawah ini
dan buatlah garis lurus yang dapat mewakili data tersebut.
x (m)
½ t2
(s)
G. Analisis Data
1. Apakah nilai percepatan yang didapat dari regresi linear dengan perhitungan
menggunakan persamaan 13.2 sama? Jelaskan!
2. Apakah hasil percepatan gravitasi mendekati 9,8 m/s2 ? Jelaskan!
3. Faktor apa saja yang mempengaruhinya?
4. Buatlah kesimpulan.
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menghitung kekentalan (viskositas) dari gliserin, minyak, dan
oli.
B. Peralatan
1. Stopwatch 3. Jaring Pengambil Bola
2. Jangka Sorong 4. 3 buah Bola Uji
C. Tugas Pendahuluan
1. Apa yang dimaksud dengan gaya stokes?
2. Turunkan persamaan 2 menjadi persamaan 5?
3. Apa perbedaan antara laminer dan turbulent? Berikan contoh dan jelaskan !
4. Berapa literatur massa jenis dari almunium, besi, kuningan, dan tembaga?
5. Berapa literatur dari viskositas air, gliserin, minyak, akohol, dan raksa?
D. Pendahuluan
Gaya yang bekerja ketika sebuah benda jatuh ke dalam suatu fluida adalah gaya
berat (W), gaya apung (FA), dan gaya viskositas (Fv). ketiga gaya tersebut berlaku
hukum Newton II, yaitu :
F m.a ........................................................(14.1)
W FA Fv m.a ............................................(14.2)
Berdasarkan hukum Stokes, jika sebuah benda berbentuk bola di jatuhkan ke dalam
cairan yang kental, beberapa saat benda tersebut akan mencapai kecepatan terminal
dengan persamaan berikut :
Fv 6v0 r ......................................................(14.3)
Dengan Fv adalah gaya viskositas yang bekerja pada bola yang berjari jari r dan η
adalah viskositas zat cair.
: 6v0 r r 3 g
4
atau
3
2 r2
v0 g ................................................(14.4)
9
Dimana ρ = massa jenis bola
δ = massa jenis zat cair
nilai massa jenis dapat diambil dari tabel konstanta fisis.
v0 dapat ditentukan dari waktu (t) yang dibutuhkan bola untuk bergerak dalam harak
h di sepanjang tabung setelah bola mencapai gerak berubah beraturan sehingga ;
h
v0 ................................................................(14.5)
t
E. Langkah Praktikum
1. Berilah label tabung viskositas 1, 2 dan 3.
2. Tuangkat oli pada tabung viskositas 1, minyak pada tabung viskositas 2 dan
gliserin pada tabung viskositas 3.
3. Masukkan jaring mengambil bola.
4. Ikatkan karet sebagai penanda di bagian awal (5 cm dari atas tabung) dan akhir
(5 cm dari dasar tabung).
5. Ukur jarak antara kedua penanda tersebut sebagai nilai h, catat hasilnya di data
6. Ukur diameter bola uji dengan jangka sorong, catat hasilnya
7. Siapkan stopwach, kemudian lihat kearah tabung viskositas jatuhkan bola uji
tepat di tengah permukaan zat cair dan ikuti pergerakan bola uji. Nyalakan
stopwatch saat melewati batas acuan pertama (penanda atas) dan hentikan
stopwatch tepat saat bola uji melewati batas acuan kedua (batas bawah).
8. Catat nilai waktu yang dibutuhkan bola uji untuk bergerak sejauh h pada tabel
1.1,
9. Untuk bola yang sama ulangi sampai 5x, catat pada tabel 14.1
10. Hitung kecepatannya dengan menggunakan persamaan 5, (gunakan waktu rata
rata).
11. Hitung nilai viskositas zat cair (η) dengan menggunakan persamaan 4.
Tabel 14.1
t1 (s) t2 (s) t3 (s)
Ulangan
(Bola 1) (Bola 2) (Bola 3)
Rata-rata
v0
G. Analisa
1. Bagaimana viskositas setiap zat cair, dan bagaimana pergerakan bola uji dalam
zat cair tersebut?
2. Faktor apa yang mempengaruhi nilai viskositas dari zat cair?
3. Bandingkan dengan literatur, berapa persen ketepatan yang didapatkan?
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menganalisa berlakunya hukum kekekalan momentum.
2. Mahasiswa dapat memahami tumbukan lenting sempurna (e=1) dan tumbukan
tidak lenting sama sekali.
B. Peralatan
1. PasCar atau dinamic car 2 buah 5. Statif 30 cm 2 buah
2. Papan inklinasi 225 cm 6. Penjepit 2 buah
3. Beban pascar 250 gram 7. Sambungan besi 2 buah
4. Gerbang cahaya 2 buah 8. Pewaktu pencacah AT-01
C. Tugas Pendahuluan
1. Tuliskan bunyi hukum kekekalan energi!
2. Apa syarat berlakunya hukum kekekalan momentum!
D. Pendahuluan
Jika tak ada gaya eksternal (gaya luar) yang bekerja pada suatu benda maka
momentum total benda adalah konstan. Pernyataan ini dikenal dengan hukum
kekekalan momentum, yang berarti dapat juga ditulis sebagai
(15-1)
Dua buah benda dikatakan mengalami tumbukan lenting jika pada tumbukan itu
tidak terjadi kehilangan energi kinetik. Pada tumbukan lenting, berlaku hukum
kekekalan mekanik. Energi mekanik merupakan penjumlahan dari energi kinetik
dan energi potensial. Diasumsikan tumbukan lenting berada pada bidang datar yang
memiliki tinggi yang sama antara benda A dan benda B. Sehingga energi potensial
E. Langkah Praktikum
13. Susunlah peralatan seperti gambar 1
A B
14. Timbang masing masing PasCar dan catat massa nya di data dan pengolahan
data.
15. Hubungka gerbang cahaya pada pewaktu pencacah di bagian belakang.
16. Atur fungsi pewaktu cacah pada TIMING 1 dengan menekan tombol
FUNCTION, sampai lampu indikator berada di TIMING 1.
17. Dekatkan ujung kedua PasCar atau DinamicCar dan cari yang tolak menolak.
18. Tambahkan beban PasCar 2 buah pada PasCar A.
19. Ukur panjang beban Pascar, catat sebagai x.
20. Letakkan PasCar B di tengah-tengah antara gerbang cahaya 1 dan 2 dalam
keadaan diam.
21. Dorong PasCar A dan lepaskan. A akan melewati GC 1 dan menumbuk PasCar
B secara lenting sempurna (e=1). A akan diam atau bergerak dan B akan
bergerak melewati GC 2. Jika A bergerak maka A akan melewati GC 2.
22. Tekan CH.OVER pada pewaktu pencacah, akan muncul E1, E2, E3(jika A
bergerak melewati GC 2). E1 adalah waktu yang dibutukan PasCar A melewati
E1 E2 E3 v1 v2 v3
Ulangan
(sekon) (sekon) (sekon) (m/s) (m/s) (m/s)
1
2
3
4
5
4. Untuk menghitung kecepatannya gunakan persamaan :
x
v ...................................................................(1)
t
5.
G. Analisa
4. Berdasarkan hukum kekekalan momentuk apakah percobaan yang dilakukan
berlaku?
5. Pada tumbukan lenting sempurna apakah berlaku hukum kekekalan energi?
6. Kesalahan apa saja yang terjadi selama praktikum berlangsung, jelaskan!
Panduan Percobaan Mesin Atwood 1,5 M PMK 135, Pudak Scientific. Bandung
Instruction Manual and Experiment Guide for the PASCO scientific ME-6955.
Tipler, P.A. Fisika Untuk Sains dan teknik.Edisi sepuluh. Jilid pertama . Erlangga
Jakarta.1991.