Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH PERKEMBANGAN REAKSI REDUKSI OKSIDASI

Sejak zaman sebelum masehi, manusia sudah mengenal keberadaan api. Seorang filsuf
ilmiah Yunani, Empedocles (450 SM), mengemukakan pendapatnya mengenai materi yang
tersusun atas tanah, air, api, dan udara. Dalam sejarah perkembangan redoks, hal yang menjadi
fokus utama dalam perkembangannya sendiri diawali dari pemikiran para filsuf mengenai sebuah
peristiwa pembakaran yang erat kaitannya dengan oksigen. Titik itulah yang menjadi awal
pengenalan dari proses reaksi reduksi dan oksidasi.

Pada abad ke-2, Philo, seorang penulis asal Yunani mengemukakan


pendapatnya mengenai peristiwa yang ia amati yakni proses pembakaran lilin yang
ada didalam sebuah labu. Ia berpendapat bahwa sebagian udara tersebut telah diubah
menjadi unsur api sehingga dapat melepaskan diri dari labu melalui pori-pori kaca.

Hal itu pun berlanjuthingga abad ke-16, seorang ahli fisika


berkebangsaan Inggris,Robert Hooke, mengemukakan bahwa udaralah
yang menyebabkan terjadinya proses pembakaran, sedangkan api atau
nyala lilin hanyalah akibat adanya panas yang tinggi. Pada abad yang sama,
Johann Joachim Becher, seorang dokter berkebangsaan Jerman yang juga
sebagai ahli kimia dan ahli ekonomi, berpandangan bahwa benda-benda itu
Robert Hooke
terdiri atas udara, air, dan mineral. Mineral sendiri terdiri dari tiga
konstituen, yaitu terra pinguis, terra mercurialis dan terra lapida.Terra
pinguis adalah bagian yang mudah terbakar sehingga jika sebuah benda dibakar dan
menghasilkan residu (sisa) hasil pembakaran, maka bagian yang hilang itulah disebuat terra
pinguis. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembakaran merupakan proses penguraian
yang dapat membuat bagian yang mudah terbakar itu hilang.

Pada abad ke-17, Georg Ernest Stahl,


kimiawan Jerman, menegaskan bahwa jika
suatu benda terbakar, maka flogiston akan
keluar dari benda tersebut ke udara
sekitarnyadan sisa hasil pembakaran
merupakan wujud asli benda tersebut. Flogiston sendiri ialah ungkapan yang dipakai Stahl untuk
menggantikan terra pinguis yang sebelumnya telah dikemukakan oleh Becher. Ia beranggapan
bahwa apabila sebuah benda terbakar dan menghasilkan residu yang sedikit (misalkan kayu), itu
menandakan bahwa kadar kandungan flogiston yang ada sangatlah tinggi, begitupun sebaliknya
(misalnya besi). Namun, teori ini tidak dibuktikan dengan eksperimen kuantitatif, melainkan
hanya sekadar pengamatan belaka pada benda yang sudah terbakar yang memiliki massa yang
ringan dari sebelumnya, tetapi hal itu tak berlaku bagi logam saat berkarat yang akan bertambah
berat. Maka dari itu, teori flogiston ini dapat dipatahkan.

Di akhir abad ke-18, pekerjaan yang saling terkait antara ahli


kimia Inggris Joseph Priestley dan ahli kimia Prancis Antoine-Laurent
Lavoisier membawa pada kemunduran teori phlogiston. Lavoisier
melihat penemuan oksigen oleh Priestley pada tahun 1774 sebagai kunci
kenaikan massa zat yang diketahui menyertai pembakaran sulfur dan
fosfor dan kalsinasi logam (pembentukan oksida).

Joseph Priestley Dalam bukunya Traité élémentaire de


chimie, ia dengan jelas menetapkan bahwa pembakaran terdiri dari
kombinasi kimia antara oksigen dari atmosfer dan bahan yang mudah
terbakar (lihat di bawah Pembakaran dan nyala api). Pada akhir abad ini,
idenya diterima secara luas dan telah berhasil diterapkan pada proses
respirasi dan fotosintesis yang lebih kompleks. Reaksi di mana oksigen
diperoleh, maka diklasifikasikan sebagai oksidasi, sedangkan reaksi apabila
Antoine-Laurent
oksigen hilang disebut reduksi. Lavoisier

Selama abad ke-19, bidang elektrokimia yang berkembang menyebabkan pandangan


yang luas tentang oksidasi. Itu mungkin, misalnya, untuk menghasilkan ion besi, atau besi (III),
dari besi, atau besi (II), ion pada anoda (elektroda positif, di mana elektron diserap dari larutan)
sel elektrokimia (a perangkat di mana energi kimia dikonversi menjadi energi listrik), sesuai
dengan persamaan:
Oksigen molekuler dapat mempengaruhi transformasi yang serupa, sesuai dengan persamaan:

Kesamaan dari dua proses menyebabkan awal mula penjelasan transfer-elektron untuk reaksi
redoks. Setelah penemuan elektron, keyakinan bahwa oksidasi dan reduksi dicapai melalui
kehilangan dan perolehan elektron menjadi tertanam kuat. Jadi, di awal abad ke-20 ahli kimia
cenderung menghubungkan semua reaksi redoks dengan transfer elektron. Namun, akhir-akhir
ini pengikatan ikatan kimia menunjukkan kesalahan deskripsi itu. Skala elektronegativitas (daftar
unsur-unsur dalam urutan kecenderungan mereka untuk menarik dan menahan elektron ikatan)
memberikan dasar yang kuat untuk penegasan keadaan oksidasi yang menjadi dasar definisi
pengurangan oksidasi.

Anda mungkin juga menyukai