Anda di halaman 1dari 6

Pembahasan laju reaksi

Observasi kali ini mengenai studi reaksi kinetika antara Kalium Iodat (KIO3) dan
Natrium Sulfit (NaSO3) dengan menggunakan larutan kanji sebagai indikator. Berdasarkan
jurnal “Iodine Clock Challenge Demonstration and Inquiry” disebutkan bahwa kinetika
adalah studi mengenai laju reaksi kimia. Reaktan diubah menjadi produk dalam reaksi kimia,
sehingga jumlah reaktan akan berkurang dan jumlah produk akan meningkat. Laju reaksi
menggambarkan seberapa cepat reaksi terjadi. Semakin besar laju reaksi, semakin sedikit
waktu yang dibutuhkan untuk sejumlah reaktan tertentu diubah menjadi produk. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi kimia termasuk suhu, sifat reaktan, konsentrasi,
dan adanya katalis.

Pada observasi ini, disebutkan bahwa laju reaksi kimia dapat bergantung pada
konsentrasi satu atau lebih reaktan atau mungkin tidak tergantung pada konsentrasi reaktan
yang diberikan. Konsentrasi laju reaksi dinyatakan dalam persamaan yang disebut Hukum
Laju. Reaksi umum pada reaktan yaitu

xA + yB → C

Hukum laju dapat ditulis sebagai

Laju = k [A] x [B] Y

d[A] d [B]
Laju = - =-
dt dt

Di mana, K adalah tetapan laju, [A] dan [B] adalah konsentrasi reaktan, x dan y
adalah eksponen yang menentukan bagaimana laju reaktan bergantung pada konsentrasi
setiap reaktan. Eksponen x dan y juga disebut sebagai urutan reaksi sehubungan dengan
reaktan tertentu. Urutan reaksi untuk masing-masing reaktan ke dalam hukum laju
menentukan bagaimana laju perubahan sebagai konsentrasi perubahan reaktan. Jika urutan
reaktan adalah nol, maka laju tidak tergantung pada konsentrasinya.

Observasi ini termasuk ke dalam analisis mengenai reaksi jam iodin. Berdasarkan
panduan lab manual “Reaction Kinetics : The Iodine Clock Reaction” dikatakan bahwa reaksi
jam iodin merupakan percobaan untuk memperlihatkan kinetika kimia secara langsung.
Reaksi ini memiliki banyak variasi, masing-masing melibatkan spesies iodin (ion iodide,
iodin bebas, atau ion iodat) dan reagen redoks yaitu pati. Reaksi terjadi ketika dua larutan
yang tidak berwarna dicampur dan pada awalnya tidak ada reaksi yang nampak. Setelah
waktu yang singkat, larutan berubah menjadi warna biru gelap akibat terbentuknya kompleks
triiodida-pati, hukum laju reaksi dapat ditentukan dengan metode laju awal atau orde reaksi
pertama. Dalam beberapa variasi, larutan akan berulang mangalami siklus dari tak berwarna
menjadi biru dan kembali ke tidak berwarna, sampai reagen habis. Observasi kali ini
termasuk variasi iodat. Pengaruh konsentrasi, suhu dan katalis juga dapat diselidiki. Pengaruh
konsentrasi pada laju reaksi ditentukan dengan mengukur laju reaksi awal pada beberapa
konsentrasi reaktan, pengaruh suhu ditentukan dengan menentukan energy aktivasi, dan efek
katalis ditentukan dengan memeriksa ion logam pada laju reaksi.

Berdasarkan jurnal “A Kinetic study of Pottasium Iodide with Potassium Persulfate


using Iodine Clock Reaction” dikatakan bahwa untuk pengaruh suhu pada laju reaksi
diberikan oleh persamaan Arrhenius.

k = Ae –Ea/RT

Dan penentuan energy aktivasi dituliskan sebagai berikut.

Ea 1
ln k = -
RT T ( )
+ ln A

y = m x + b

Di mana A menyatakan konstanta Arrhenius, Ea menyatakan energy aktivasi pada reaksi, R


menyatakan konstanta gas, dan T menyatakan suhu mutlak. Menentukan grafik dengan
membuat plot Arrhenius dari ln k vs (1/T) dengan memasukan data observasi ke dalam
persamaan garis dan gunakan kemiringan-gradien untuk menentukan nilai energy aktivitas,
Ea.

Pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi kimia pada observasi ini dipelajari
dengan menganalisis reaksi antara kalium iodat dan natrium sulfit. Dalam media asam,
kalium iodat direduksi menjadi iodida oleh natrium sulfit. Reaksi yang berlangsung pada
observasi ini melalui langkah-langkah berikut.

1. Ion sulfit bereaksi dengan kalium iodat yang menghasilkan ion iodida.

IO3- + 3SO32-  I- + 3SO42- (lambat)

Ion iodat ion sulfit ion iodin ion sulfat


2. Ion iodida yang terbentuk dioksidasi menjadi iodin melalui reaksi dengan lebih banyak
ion iodat.

IO3- + 5I- + 6H+  3I- + 3H2O (cepat)

Ion iodat ion iodide iodin

3. Iodin yang terbentuk pada Langkah nomor 2 langsung tereduksi dengan ion sulfit
membentuk ion iodida.

I2 + SO32- + H2O  SO42- + 2I- + 2H+ (sgt cepat)

Iodin ion sulfit ion iodide

Ketika ion sulfit bereaksi sepenuhnya, iodin yang dibebaskan akan bereaksi dengan
larutan kanji, membentuk kompleks biru tua dengan kanji.

Iodin + larutan kanji  warna biru

Jadi reaksi ini dapat dipantau dengan menambahkan larutan natrium sulfit dan larutan kanji
tetapi pada jumlah yang terbatas. Seperti disebutkan diawal, reaksi ini merupakan contoh
Reaksi Jam (Clock Reaction) Iodin, karena laju reaksi diperkirakan pada waktu yang diambil
untuk memunculkan warna biru.

Perubahan warna pada observasi ini dapat dilihat gambar dibawah ini.

Gambar 1. Larutan setelah ditambah natrium sulfit (belum bereaksi)

Pada perlakuan tersebut, stopwatch mulai dinyalakan ketika natrium sulfit dimasukan
kedalam larutan.
Gambar 2. Perubahan larutan setelah semua natrium sulfit bereaksi

Setelah semua natrium sulfit bereaksi yang ditandai dengan berubahnya warna
larutan, stopwatch dihentikan. Dan waktu dicatat untuk menentukan grafik. Perubahan warna
pada larutan tersebut sesuai dengan reaksi-reaksi yang telah dijelaskan diatas, di mana
senyawa ion sulfit yang kehilangan electron akan bereaksi dengan ion iodat yang menerima
electron dan membentuk ion triiodida. Kanji yang ditambahkan membuat sulfit menghilang
dan memproduksi warna biru tua.

Setelah melakukan prosedur diatas, didapatkan hasil pengamatan observasi, dapat


dilihat tabel dibawah ini.

Tabel 1. Data Pengamatan Observasi

0.01 M 1/Vol 1M Air Larutan 0.005 perubahan


Labu KIO3 KIO3 H2SO4 (mL) kanji Na2SO3 warna-
(mL) (mL) (mL) (mL) biru (s)
A 2 0.5 10 88 5 10 86
B 4 0.25 10 86 5 10 41
C 6 0.167 10 84 5 10 26
D 8 0.125 10 82 5 10 19

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa semakin cepat reaksinya, semakin pendek waktu
yang dibutuhkan untuk munculnya warna biru. Berdasarkan jurnal “Clock Reaction”
dikatakan bahwa menambahkan larutan encer dari kalium iodat, menyebabkan konsentrasi
berkurang dan menurunkan laju reaksi. Sebaliknya meningkatkan konsentrasi reaktan dan
meningkatkan laju reaksi. Grafik dibawah ini menunjukkan bahwa laju reaksi secara
langsung bergantung pada konsentrasi kalium iodat.
Grafik 1. Grafik hubungan antara waktu (s) terhadap 1/Vol KIO3

Plot grafik antara 1/Vol dari KIO3 sebagai y dan waktu untuk perubahan warna
menjadi biru sebagai x, menghasilkan grafik dengan miring lurus- linier. Dari grafik diatas
jelas bahwa laju reaksi antara kalium iodat dan natrium sulfit meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi kalium iodat.

Pada observasi ini diberitahukan juga mengenai hal-hal yang harus diperhatikan yaitu :

1. Gunakan larutan natrium sulfit yang baru disiapkan-dibuat, karena mudah teroksidasi
oleh udara.
2. Konsentrasi KIO3 harus lebih tinggi daripada konsentrasi natrium sulfit.
3. Gunakan larutan kanji yang baru disiapkan.

Daftar Pustaka

Iodine Clock Challenge Demonstration and Inquiry. 2016. FLINN scientific. Diambil dari

https://www.flinnsci.com/api/library/Download/1fec5df4c5a64a7f98df4730ab55e08e

Nyarugwe, Victor. 2018. A Kinetic study of Pottasium Iodide with Potassium Persulfate
using Iodine Clock Reaction. International Journal of Chemical Sciences. Vol 16
(4):295. DOI: 10.21767/0972-768X.1000295

Reaction Kinetics : The Iodine Clock Reaction. Chemistry 162 Lab Manual. Bellevue
College. Diambil dari
http://www.bellevuecollege.edu/wp-
content/uploads/sites/140/2014/06/Kinetics_Iodine_Clock_Rxn_Reportsheets.pdf

Schmitz, Guy. 2010. Clock Reaction. Journal ResearchGate. Diambil dari


https://www.researchgate.net/publication/224016439_Clock_Reactions

Anda mungkin juga menyukai