Anda di halaman 1dari 7

Terbantahkannya Teori Phlogiston oleh Prinsip-Prinsip Antoine Laurent Lavoisier

Pembimbing: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd Tujuan


Artikel ini disusun sebagai salah satu tugas dan guna mengembangkan kemampuan dibidang akademis mata kuliah Filsafat dan Sejarah Sains

Disusun Oleh FKIP Pendidikan Fisika 2013; Kelas A :

Azhar Umam
K2313012

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret


Surakarta 2014

A. Teori Phlogiston
Transisi antara masa alkimia dan masa kimia modern ditandai dengan teori phlogiston. Apa itu teori phlogiston, mari kita pelajari. Teori ini sebagian hanyalah usaha ahli kimia dalam lingkungan pencerahan yang menyanjung rasionalisme, percobaan dan kemajuan sambil mengutuk mitos. Walau begitu, juga jelas kalau beberapa gagasan utama alkimia (termasuk transmutasi logam) tidak pernah ditunjukkan. Di tahun 1667, Johann Joachim Becher menerbitkan Physical Education yang menyebutkan teori phlogiston pertama kalinya. Dalam bukunya, Becher menyusun unsur menjadi air dan tiga jenis tanah: terra lapidea, terra fluida dan terra pinguis. Terra pinguis adalah unsur yang memiliki sifat berminyak, belerang atau mudah terbakar. Becher percaya kalau terra pinguis adalah ciri utama pembakaran dan terlepas saat zat yang dapat dibakar terbakar.

Johann Joachim Becher Salah satu penerus teori ini adalah dokter dan kimiawan Jerman, Georg Ernst Stahl, yang menyerang alkimia dengan ganas (setelah merasa tertipu dengannya) dan mengajukan teori kimia baru yang luas. Stahl menemukan kesejajaran antara pembakaran bahan yang dapat terbakar dan pengkapuran logam pengubahan logam menjadi kalx nya atau oksidanya. Ia menyarankan kalau kedua proses ini terdiri dari hilangnya cairan material, yang dimiliki setiap zat yang bisa terbakar, yang ia sebut phlogiston.

Teori Phlogiston sebagai betikut : 1. Semua materi yang dapat terbakar mengandung zat ringan yang disebut Phlogiston. 2. Sewaktu materi terbakar, phlogiston akan lepas ke udara dan sisa pembakaran tidak mengandung phlogiston lagi.

Phlogiston kemudian menjadi pusat teori luas yang mendominasi kimia abad ke-18. Singkatnya, phlogiston adalah zat material yang menentukan keterbakaran. Saat sebuah besi logam menjadi merah, ia kehilangan phlogistonnya, sama halnya dengan kayu saat ia terbakar. Debu kayu dan abu karat merah (kalx) besi tidak dapat lagi terbakar karena ia tidak lagi mengandung prinsip keterbakaran, atau phlogiston. Namun kalx besi dapat diubah kembali menjadi logam bila ia dipanaskan dengan kuat dalam zat yang kaya phlogiston seperti arang. Arang menyumbangkan phlogistonnya (dan menjadi abu), saat kalx berubah menjadi besi logam cair. Jadi, reduksi biji logam dapat juga dipahami dengan teori phlogiston. Ahli phlogiston kemudian menambahkan respirasi pada jumlah fenomena yang dapat dijelaskan teori ini. Hewan bernapas dengan udara, menyebarkan phlogiston dalam analogi seperti memperlambat api, yang disulut oleh makanan kaya phlogiston yang ia makan. Atmosfer bumi menghindari kelebihan penumpukan phlogiston karena tanaman menggunakannya dalam jaringan tanaman yang dapat dimakan oleh hewan. Pembakaran, kalsinasi atau respirasi dapat lenyap dalam ruang tertutup karena udara memiliki kapasitas terbatas untuk menyerap phlogiston yang dipancarkan dari entitas yang terbakar, mengkalsinasi atau bernapas.

Teori phlogiston menjadi populer karena berhasil menjelaskan fenomena dan juga memandu penyelidikan lebih jauh. Ia juga populer karena beberapa predileksi pencerahan untuk teori fisika materialistik (cairan panas menjadi kalori, dan juga ada cairan listrik, cairan cahaya dan sebagainya). Trend materialis-mekanis ini juga karena pengaruh kuat dari Newton dan Rene Descartes pada ahli kimia abad ke-18. Ahli kimia pencerahan mendirikan masyarakat-masyarakat ilmiah khusus dengan disiplin ilmu yang jelas (yang berhubungan dekat dengan kedokteran) di negara-negara besar Eropa. Bengkel atau laboratorium (istilah abad pencerahan untuk bengkel kerja kimia itu sendiri) menjadi tempat sehari-hari ilmuan dan standar operasinya di buat. Walau begitu, masih ada banyak isu dasar terkait komposisi kimia. Bagi seorang phlogistonis, kalx logam adalah unsur, dan logamnya adalah senyawa antara kalx dan phlogiston. Hal ini membingungkan, karena logam memperoleh berat bukannya kehilangan berat pada saat ia seharusnya kehilangan phlogiston untuk menjadi kalx. Isu ini dipertajam pada tahun 1770an, saat kimiawan Inggris (dan seorang pendeta Unitarian) Joseph Priestley, menemukan sebuah gas baru dengan cara memanaskan mineral tertentu. Sebuah lilin dibakar dalam gas ini dengan suhu tinggi dan dalam ruangan tertutup. Seekor tikus dimasukkan ke dalamnya. Ternyata tikus tersebut mampu bertahan lebih lama daripada di udara biasa. Penjelasan Priestley sendiri adalah bahwa gas baru ini sangat kehilangan phlogiston dan karenanya, memiliki kapasitas lebih besar dari pada udara biasa dalam menyerap phlogiston. Sesungguhnya, gas (yang kita sebut udara sekarang) adalah objek yang relatif baru bagi kimia. Di Skotlandia tahun 1756, Joseph Black mempelajari gas yang dihasilkan dalam pernapasan dan pembakaran, mencirikannya secara kimia dan mengamatinya dalam reaksi kimia tertentu. (Black, seorang dokter, mengajar kimia sebagai cabang kedokteran, sama halnya dengan sebagian besar ahli kimia akademis di masanya). Ia menyebut gas tersebut "udara tetap", karena ia juga ditemukan "tetap" dalam mineral tertentu seperti limestone. Penemuannya kalau gas ini adalah komponen normal udara biasa (dalam pecahan satu persen) adalah indikasi nyata pertama kalau udara di atmosfer sesungguhnya campuran bukannya unsur yang homogen. Dalam seperempat abad kemudian, banyak gas baru ditemukan dan dipelajari, oleh para ilmuan seperti Priestley, fisikawan dan kimiawan Inggris, Henry Cavendish, dan ahli farmasi Swedia, Carl Scheele.

B. Kegagalan Teori Phlogiston


Ilmuwan Perancis hebat Antoine Laurent Lavoisier merupakan tokoh terkemuka di bidang perkembangan ilmu kimia. Pada saat kelahirannya di Paris tahun 1743, ilmu pengetahuan kimia ketinggalan jauh ketimbang fisika, matematika dan astronomi. Sejumlah besar penemuan yang berdiri sendiri-sendiri sudah banyak diketemukan oleh para ahli ilmu kimia, tetapi tak satu pun kerangka teori yang dapat jadi pegangan yang dapat merangkum informasi yang terpisah-pisah. Pada saat itu tersebar semacam kepercayaan yang tak meyakinkan bahwa air dan udara merupakan substansi yang elementer. Lebih buruk lagi, adanya kesalahfahaman mengenai hakekat daripada api. Kepercayaan yang berkembang saat itu adalah bahwa semua proses pembakaran benda mengandung substansi duga-dugaan yang disebut "phlogiston," dan bahwa selama proses pembakaran, substansi barang yang terbakar melepaskan phlogiston-nya ke udara.

Antoine Laurent Lavoisier Dalam jangka waktu antara tahun 1754 - 1774, ahli-ahli kimia berbakat seperti Joseph Black, Joseph Priestley, Henry Cavendish dan lain-lainnya telah mengisolir arti penting gas seperti oxygen, hydrogen, nitrogen dan carbon dioxide. Tetapi, sejak orang-orang ini menerima teori phlogiston, mereka tidak mau memahami hakikat atau arti penting substansi kimiawi yang telah mereka ketemukan. Oxygen, misalnya, dipandang sebagai udara yang semua phlogiston-nya telah dialihkan. (Sebagaimana diketahui bahwa serpihan kayu lebih sempurna terbakar dalam oxygen ketimbang dalam udara; mungkin ini akibat udara lebih mudah menghisap phlogiston dari kayu yang terbaru). Jelas, kemajuan nyata di bidang kimia tidak bisa terjadi sebelum dasar-dasar utamanya dapat difahami.

Adapun Lavoisier yang berhasil dan menangani bagian-bagian yang menjadi teka-teki menjadi satu kesatuan yang dapat dibenarkan dan menemukan arah yang tepat dalam teori ilmu kimia. Pada tahap pertama, kata Lavoisier, teori phlogiston sepenuhnya meleset: tidak ada benda yang namanya phlogiston. Proses pembakaran terdiri dari kombinasi kimiawi tentang terbakarnya barang dengan oxygen. Kedua, air bukanlah barang elementer samasekali melainkan satu campuran antara oxygen dan hydrogen. Udara bukanlah juga substansi elementer melainkan terdiri terutama dari campuran dua jenis gas, oxygen dan nitrogen. Semua pernyataan ini kini tampak gamblang sekarang, tetapi belum bisa ditangkap baik oleh pendahulu-pendahulu Lavoisier maupun rekan sejamannya. Bahkan sesudah Lavoisier merumuskan teorinya dan mengajukan kepada kalangan ilmuwan, toh masih banyak juga pemuka-pemuka ahli kimia yang menolak gagasan teori ini. Tetapi, buku Lavoisier yang brilian Pokok-pokok Dasar Kimia (1789), begitu terang dan jernihnya mengedepankan hipotesa ini dan begitu meyakinkan serta mengungguli pendapat-pendapat lain, barulah ahliahli kimia angkatan lebih muda dengan cepat mempercayainya.Seraya membuktikan bahwa air dan udara bukanlah unsur kimiawi, Lavoisier mencantumkan pula dalam bukunya daftar substansi benda-benda itu yang dianggapnya punya arti mendasar dan bersifat elementer meski daftarnya mengandung beberapa kekeliruan, daftar unsur kimiawi modern sekarang ini pada hakekatnya merupakan perluasan dari apa yang sudah disusun Lavoiser itu.Lavoiser sudah menyusun skema pertama yang tersusun rapi tentang sistem kimiawi (bekerja sama dengan Berthollet, Fourcroi dan Guyton de Morveau). Dalam sistem Lavoisier (yang jadi dasar pegangan hingga sekarang) komposisi kimia dilukiskan dengan namanya. Untuk pertama kalinya penerimaan suatu sistem kimia yang seragam dijabarkan sehingga memungkinkan para ahli kimia di seluruh dunia dapat saling berhubungan satu sama lain dalam hal penemuan-penemuan mereka. Lavoisier merupakan orang pertama yang dengan gamblang mengemukakan prinsipprinsip penyimpanan jumlah reaksi benda kimia tanpa bentuk tertentu: yakni reaksi dapat mengatur kembali elemen yang benar dalam substansi semula tetapi tak ada hal yang terhancurkan dan pada akhir hasil berada dalam berat yang sama seperti komponen asal. Keyakinan Lovoisier tentang pentingnya kecermatan menimbang bahan kimiawi melibatkan reaksi yang mengubah ilmu kimia menjadi ilmu eksakta dan sekaligus menyiapkan jalan bagi banyak kemajuan-kemajuan di bidang kimia pada masa-masa sesudahnya.Lavoisier juga memberi sumbangan dalam bidang penyelidikan geologi, dan menyumbangkan pula dalam bobot yang meyakinkan di bidang fisiologi. Dengan percobaan yang teramat hati-hati

(bekerja sama dengan Laplace), dia mampu menunjukkan bahwa proses fisiologi mengenai keringatan atau bersimbah peluh adalah pada dasarnya sama dengan proses pembakaran lambat. Dengan kata lain, manusia dan bangsa binatang menimba energi mereka dari proses pembakaran organik yang perlahan dari dalam, dengan penggunaan oxygen dalam udara yang dihimpunnya. Penemuan ini saja yang mungkin arti pentingnya setara dengan penemuan Harvey tentang peredaran darah sudah cukup mendudukkan Lavoisier dalan daftar urutan buku ini. Tambahan pula, Lavoisier punya makna amat penting berkat formulasinya tentang teori kimia sebagai titik tolak tak tergoyahkan bagi sektor pengetahuan kimia pada jalur yang tepat. Dia umumnya dianggap sebagai Pendiri ilmu kimia modern, dan memang dia patut mendapat julukan itu. Sumber Referensi

http://www.chemheritage.org/EducationalServices/chemach/fore/all.html http://singularination.blogspot.com/2014/01/teori-phlogiston.html http://en.wikipedia.org/wiki/Phlogiston_theory http://en.wikipedia.org/wiki/Johann_Joachim_Becher Brock, W.H. 1993. The Norton History of Chemistry. New York: W.W. Norton Encyclopedia Britannica. 2010. Chemistry Priestley, J. 1794. Heads of Lectures on a Course of Experimental Philosophy. London: Joseph Johnson

Anda mungkin juga menyukai