Anda di halaman 1dari 2

Tugas Pengantar Kuliah PB12 Kelompok 07-ST25

Pengantar Pemahaman 1
1. Sebutkan jenis kegiatan apa saja yang dilakukan perempuan dewasa, laki-laki dewasa,
anak perempuan, dan anak laki-laki!
Perempuan dewasa : memasak, menyiapkan sarapan, mengurus anak dan suami, bekerja
menjahit, berbelanja kebutuhan, mencuci dan menjemur pakaian, menyetrika pakaian,
membereskan rumah.
Laki- laki dewasa : sarapan, mencari nafkah (bekerja), menonton televisi, berkumpul
bersama teman.
Anak perempuan : membantu ibu, mengurus adik, bersekolah.
Anak laki-laki : menonton televisi, bersekolah.
2. Jika kegiatan2 di atas itu dikelompokkan ke dalam kegiatan (1) produktif/mencari nafkah,
dan (2) reproduktif (mengurus rumah tangga dan anak), serta dihitung jenis kegiatan dan
(perkiraan) jam kerja, siapa yang bekerja lebih banyak (dan lebih lama)?
Yang bekerja paling banyak dan lama adalah perempuan dewasa yang menjadi ibu rumah
tangga sekaligus berkarir, karena mereka melakukan kegiatan produktif dan juga kegiatan
reproduktif. Dari bangun tidur, menyiapkan sarapan untuk keluarga dan mengurus anak,
lalu siap siap bekerja dan mencari nafkah, setelah bekerja, kembali mengurus keluarga
dan kebutuhan rumah tangga hingga kembali tidur. Oleh karena itu, kegiatan mereka jauh
lebih banyak dan waktunya lebih lama.
3. Selain jenis kegiatan, hal hal apalagi yang terlihat yang membedakan antara kegiatan
kerja perempuan dan laki-laki?
Dari video tersebut terlihat adanya perbedaan dalam hal cara mengerjakan pekerjaan serta
lama bekerja. Seorang perempuan bisa melakukan 2 atau lebih pekerjaan dalam 1 waktu
(multitasking) sedangkan laki-laki hanya bisa berfokus pada satu kegiatan saja. Seorang
perempuan akan berusaha agar kerjanya maksimal dan sesuai dengan apa yang
diinginkan sedangkan laki-laki di video tersebut terlihat bekerja dengan
ketidaksungguhan serta bermain-main. Perempuan cenderung bekerja dengan waktu yang
lebih lama dari pada laki-laki. Namun, dari segi gaji/penghasilannya laki-laki lebih tinggi
dari perempuan, sehingga terkadang dapat dinilai sebagai ketimpangan dalam hal ini.
4. Bagaimana cara agar beban kerja perempuan berkurang?
Beban kerja perempuan dianggap lebih banyak, apalagi perempuan yang menjalani dua
peran, yaitu ibu rumah tangga dan berkarir. Agar beban perempuan berkurang, maka
diperlukan kerja sama antara suami dan istri. Pertama-tama dengan menjalin komunikasi
yang baik. Miliki rencana yang jelas sebelum meminta bantuan suami untuk membantu
pekerjaan rumah tangga akan menolong untuk menghindari perselisihan dan terutama
pekerjaan rumah tangga dapat diselesaikan dengan efisien dan menyenangkan untuk
kedua belah pihak. Memelihara rumah adalah tanggung jawab bersama, jadi sebagai
perempuan jangan ragu untuk meminta bantuan kepada suami. Jika suami menolak,
sabarlah. Istri harus berkompromi pada awalnya. Pilih dua atau tiga tugas yang akan
suami lakukan dan mulailah dengan hal itu. Beri tahu suami jika beberapa tugas dapat
dilakukan lebih efektif atau cepat dengan keahlian atau karakter yang dimilikinya.
Pengantar Pemahaman 2
1. Mengapa ada Perempuan Kepala Keluarga (PeKKa) dan Laki-laki Kepala Keluarga
(LaKKa)? Siapa PeKKa ini? Apa saja faktor perempuan jadi Kepala Keluarga?
PeKKa atau Perempuan Kepala Keluarga adalah Perempuan yang memiliki peran sebagai
kepala keluarga, yang biasanya dilakukan oleh laki-laki atau sering disebut LaKKA.
Banyak faktor Perempuan menjadi Kepala Keluarga, di antaranya karena bercerai dengan
suami, suami tidak jadi pencari nafkah utama karena berbagai alasan tertentu, suami pergi
dalam waktu yang lama tanpa memberi nafkah, dan perempuan yang mempunyai
tanggungan keluarga walaupun ia belum menikah. Jadi intinya PeKKa ada karena
keadaan memaksa mereka untuk menjadi Kepala keluarga, untuk bertahan hidup, dan
bahkan untuk membiayai anak-anaknya.
2. Dalam hal ekonomi dan penerimaan bantuan sosial, bagaimana dan mengapa rumah
tangga PeKKa mendapat perlakuan berbeda dibanding rumahtangga LaKKa?
Banyak PeKKa menjadi tertekan dalam hal memenuhi kebutuhan materi. Ini dikarenakan
perubahan status dari ibu rumah tangga menjadi kepala keluarga. Untuk memenuhi
kebutuhannya, para PeKKa harus menyesuaikan diri dengan keadaan. Apalagi mereka
didominasi oleh orang-orang dengan pendidikan rendah dan pengalaman serta
kemampuan minim. Dalam hal penerimaan bansos, para PeKKa mengalami hambatan
karena status mereka yang tidak berubah jadi kepala keluarga atau setidaknya pekerjaan
lain. Padahal banyak Bansos yang dikhususkan untuk Buruh atau Pekerjaan lain.
3. Apa bentuk ketidakadilan (stigma, diskriminasi) yang dialami PeKKa?
Tidak adanya akta perkawinan atau akta cerai menyulitkan mereka mendapatkan akta
lahir bagi anak-anaknya. Juga mengalami hambatan dalam membuat kartu keluargabaru,
sehingga tidak bisa mengakses layanan publik. Dan stigma negatif seperti ”janda” masih
melekat terhadap sebagian perempuan kepala keluarga, terutama yang ditinggal suami.
4. Bagaimana upaya PeKKA agar berdaya?
Menurut contoh yang disebutkan dalam berita Kompas, PeKKa bernama Ibu Rita
melakukan usaha yaitu berjualan gorengan di muara Sungai Asahan. Selanjutnya, Ibu
Rita menjadi buruh cuci pakaian. Selanjutnya, Ibu Masdalina berperan menjadi PeKKa
yang tinggal di Kalimantan Selatan. Sebelum pandemi Covid-19, beliau merupakan
seorang buruh tani harian. Ibu Masdalina juga berbagi hasil dari penggarapan tanah milik
orang lain. Akan tetapi, pemilik tanah yang tak bisa mengupahnya lagi sehingga beliau
harus menangkap ikan di rawa-rawa agar bisa memberi makan keluarga. Tak hanya
berjualan, tetapi beliau membuat pukat penangkap ikan untuk dijual. PeKKa ketiga ialah
Ibu Zaitun yang memasarkan kerupuk, keripik singkong, dan kacang goreng buatannya di
media sosial. Beliau juga mengambil pekerjaan setrika dan cuci sebagai sampingan.
Intinya, PeKKa harus pandai-pandai menjaga diri supaya tidak menjadi bahan omongan
orang lain. PeKKa pun perlu mencari inspirasi agar tidak kehilangan akal supaya selalu
berusaha.

Anda mungkin juga menyukai