Anda di halaman 1dari 5

Praktikum Pertemuan ke-4 Kimia

Ikatan Kimia
Tujuan:
1. Terampil dalam membedakan senyawa ionik dan senyawa kovalen
2. Mampu menjelaskan kaitan jenis ikatan dan struktur molekul terhadap sifat senyawa

Pengertian ikatan kimia


Ikatan kimia adalah gaya yang memegangi atom atau ion untuk membentuk molekul
atau kristal.
Ikatan kimia yang akan dipelajari dalam percobaan ini adalah ikatan ionik dan ikatan
kovalen. Dilakukan 6 percobaan:
1. Perbandingan titik leleh
2.Wujud
3. Perbandingan kelarutan
4. Daya hantar
5. Kemudahan terbakar
6. Uji bau

1. Perbandingan titik leleh


Dalam percobaan perbandingan titik leleh, ada 2 senyawa yang diamati :
1. Senyawa ionik
2. Senyawa kovalen
Namun perlu diketahui, titik leleh senyawa ionik tidak dapat ditentukan melaui alat-
alat laboratorium yang sederhana hal ini disebabkan karena tingginya ttik leleh senyawa
tersebut. Oleh karena itu, anda hanya diminta membandingkan titik leleh senyawa ionik dan
senyawa kovalen.
Berikut diberikan data titik leleh beberapa senyawa ionik
Kalium Klorida/Potassium Chloride (KCl) =770oC
Kalsium Klorida (CaCl2) = 772oC
Magnesium Sulfat (MgSO4) = 1124oC
Oleh karena itu, dalam percobaan ini, kita hanya menentukan titik leleh senyawa
kovalen. Sampel yang digunakan adalah urea dan sukrosa. Alat yang dgunakan yaitu pipa
kapiler, spiritus, korek api, tabung stile, termometer, klem, dan statif yang dirangkai.
Langkah-langkahnya:
Siapkan sampel yang akan ditentukan titik lelehnya (urea). Ambil serbuk urea dengan
seujung sudip dan diletakkan di kertas yang bersih lalu dilipat kertasnya. Serbuk halus sampel
yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam pipa kapiler dengan cara menekan pada ujung
pipa kapiler pada sampel. Kemudian balikkan pipa kapiler dan ketuk-ketuk sebanyak 10 kali
agar serbuk sampel agar bergerak/turun ke dasar pipa kapiler dan anda hanya memerlukan
sampel setinggi 2 mm dalam pipa kapiler. Penggunaan sampel lebih dari 2 mm akan
menyebabkan kisaran titik leleh yang melebar sehingga tidak memberikan data yang akurat
dalam penentuan kemurnian suatu sampel. Selanjutnya ikat pipa kapiler pada ujung
termometer dengan menggunakan benang, siapkan gliserol, lalu dituangkan ke dalam tile,
perkirakan tinggi gliserol agar pipa kapiler tidak tenggelam, perkirakan ujung pipa kapiler
dan ujung termometer berada di pertigaan tabung tile. Kemudian gliserol dipanaskan dengan
posisi (segitiga tabung tile bersentuhan dengan kepala api spiritus). Pemanasan ini diatur
sedemikian rupa agar kenaikan suhunya 5o C permenit (urea mulai meleleh pada suhu 130oC
dan meleleh sempurna pada suhu 132oC) Amati sampel dari dekat dan catatlah kisaran suhu
saat sampel mulai meleleh hingga meleleh sempurna. Kemudian dibandingkan kisaran titik
leleh urea dengan titik leleh yang tercantum di dalam buku acuan. Berdasarkan teori, sampel
murni akan menghasilkan kisaran titik leleh yang sempit yaitu kurang dari 2oC.
Setelah selesai, gliserol didinginkan kemudian dikembalikan ke botol. Selanjutnya
dilakukan prosedur yang sama untuk sampel sukrosa. Setelah dilakukan pengamatan, sukros
mulai meleh pada suhu 184oC dan meleleh sempurna pada suhu 186oC. Kemudian,
dibandingkan kembali kisaran titik leleh sukrosa dan titik leleh yang tercantum di dalam buku
acuan.

2. Wujud
Urea (padatan), sukrosa (padatan), KCl (padatan), CaCl2 (padatan), dan MgSO4 dan yang
terakhir adalah ethanol dalam bentuk wujud cairan. Senyawa KCl, CaCl2, MgSO4
merupakan ikatan ionik sehingga pada kondisi ruang dalam bentuk padatan. Sedangkan
urea, sukrosa, dan etanol memiliki ikatan kovalen sehingga dalam suhu ruang dapat
berbentuk padatan ataupun cairan. Perbedaan wujud zat disebabkan kekuatan ikatan
yang terbentuk. Kekuatan ikatan ionik lebih kuat dibanding kekuatan ikatan kovalen.
3. Perbandingan kelarutan
Alat yang digunakan adalah 6 tabung reaksi dan sudip. Bahan yang digunakan adalah
urea, sukrosa, KCl, CaCl2, MgSO4, etanol, dan aquades.

Langkah pertama yang dilakukan:

Memasukkan 3 mL akuades ke dalam tabung reaksi, dengan prosedur yang sama ke-5 tabung
reaksi diisi dengan akuades sebanyak 3 mL.

Langkah yang pertama:

Urea diambil seujung sudip, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
dikocok, dan dapat dilihat bahwa urea dapat larut di dalam air. Dengan prosedur yang
sama ke-5 tabung reaksi diisi 5 senyawa lainnya. Setelah diaduk, dapat dilihat sukrosa
dapat larut dalam air, KCl dapat larut dalam air, CaCl 2 dapat larut dalam air, MgSO4
dapat larut dalam air. Selanjutnya, karena etanol dalam bentuk cairan, maka digunakan
pipit tetes. Ambil sebanyak 1 mL etanol kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
setelah diaduk etanol dapat larut dalam air. Dengan prosedur yang sama, digunakan pelarut
karbon tetraklorida (CCl4). Pada saat senyawa urea, sukrosa dimasukkan ke dalam larutan
CCl4 hasil menunjukkan bahwa urea, sukrosa, KCl, CaCl2, MgSO4 tidak dapat larut
dalam larutan CCl4. Berbeda dengan etanol, ketika dimasukkan ke dalam larutan CCl 4, hasil
menunjukkan bahwa etanol larut dalam larutan CCl4.
Suatu senyawa dapat bersifar polar, non-polar, dan semi-polar. Kepolaran suatu
senyawa dapat diketahui dari sifat kelarutannya di dalam pelarut polar dan pelarut non-polar.
Dalam uji kelarutan digunakan dua pelarut yaitu pelarut polar dan pelarut non-polar.
Senyawa polar dan senyawa ionik akan larut dalam pelarut polar sedangkan
senyawa kovalen non-polar akan larut dalam pelarut non-polar. Ada juga senyawa semi-
polar akan larut dalam pelarut polar dan non-polar. Pada percobaan, pelarut polar yang
digunakan adalah air dan pelarut non-polar yang digunakan adalah karbon
tetraklorida (CCl4). Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa semua senyawa yang
diuji kelarutannya larut di dalam air, namu hanya etanol yang larut dalam CCl 4 atau Karbon
Tetraklorida (CCl4) yang artinya etanol bersifat semipolar.
4. Uji Daya Hantar
Alat yang digunakan adalah sudip, gelas piala, daya listrik 6 volt dan elektroda. Bahan
yang digunakan adalah urea, sukrosa, Kalium Klorida (KCl), Kalsium Klorida (CaCl 2),
MgSO4, Etanol, dan akuades.
Tahap awal yang dilakukan:
Sediakan 6 gelas piala (yang masing-masing telah diberi label) kemudian masukkan sebanyak
50 ml akuades ke dalam masing-masing gelas piala. Setelah gelas piala terisi dengan akuades,
dimasukkan masing-masing senyawa ke dalam gelas piala sebanyak 2 sudip. Selanjutnya,
elektroda dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudia disambungkan dengan listrik, kabel
berwarna hitam yaitu kutub negatif, dan berwarna merah yatu kutub positif, kemudian amati
gelembung yang terbentuk. Dapat dilihat, senyawa urea menghasilkan sedikit gelembung,
sukrosa menghasilkan sedikit gelembung, KCl menghasilkan banyak gelembung, CaCl 2
menghasilkan banyak gelembung, MgSO4 menghasilkan banyak gelembung dan etanol tidak
menghasilkan gelembung sama sekali. Senyawa KCl, CaCl2, MgSO4 memiliki ikatan ionik
yang apabila dilarutkan di dalam air, senyawa ionik akan menghasilkan ion positif dan ion
negatif sehingga dapat menghantarkan arus listrik yang ditandai dengan banyaknya
gelembung dalam larutan. Sedangkan, senyawa urea, sukrosa, dan etanol tidak menghasilkan
gelembung karena tidak mengalami hidrasi.

5. Kemudahan terbakar
Pertama ambil masing-masing senyawa urea, sukrosa, KCl, CaCl2, MgSO4 seujung
sudip, kemudian dibakar. Hasil menunjukkan bahwa urea mudah terbakar, sukrosa mudah
terbakar, KCl tidak mudah terbakar, CaCl 2 tidak mudah terbakar, MgSO4 tidak
mudah terbakar. Terakhir, etanol, karena etanol dalam bentuk cairan maka senyawa diambil
dengan menggunakan pipet tetes sambil diteteskan ke sudip, hasil menunjukkan bahwa
etanol mudah terbakar.
Ikatan ionik memiliki kekuatan ionik yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikatan
kovalen, sedangkan senyawa urea, sukrosa, dan etanol memiliki ikatan kovalen sehingga
mudah terbakar.

6.Uji bau
Hal yang diperhatikan adalah jangan mencium bahan kimia secara langsung, tetapi hirup
bahan kimia dengan kipasan tangan. Urea, sukrosa, KCl, CaCl2, MgSO4 jika dikipaskan
dengan tangan lalu dicium baunya tidak menyengat, sedangkan ethanol jika dikipaskan
dengan tangan lalu dicium baunya sangat menyengat.
Senyawa ionik tidak menghasilkan bau karena pada umumnya senyawa ionik itu terbentuk
dari atom logam dan non logam yang memiliki energi ikat yang kuat. Energi ikat yang
kuat ini menyebabkan senyawa ionik memiliki titik leleh yang tinggi sehingga pada suhu
ruang senyawa ionik tidak berbau dan tidak menguap. Sementara itu, senyawa kovalen
terbentuk dari 2 atau lebih atom non logam yang energi ikatnya tidak sekuat senyawa
ionik sehingga pada suhu ruang senyawa kovalen akan cenderung menghasilkan bau
tertentu.
Kesimpulan:
Ikatan ionik lebih kuat dibandingkan ikatan kovalen, senyawa ionik memiliki titik leleh yang
lebih tinggi, senyawa ionik berbentuk padatan dalam suhu ruang, senyawa ionik merupakan
konduktor yang baik dalam bentuk larutan, senyawa ionik sulit terbakar dan bau tidak
menyengat.
Ikatan kovalen memiliki ittik leleh yang lebih rendah, senyawa kovalen berbentuk padatan
dan cairan pada suhu ruang, senyawa kovalen mudah terakar dan berbau menyengat.

Anda mungkin juga menyukai