Staf Pengajar
Departemen Kimia
LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM PENDIDIKAN KOMPETENSI UMUM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
ii
JADWAL PRAKTIKUM
KIMIA (KIM101)
Halaman
JADWAL PRAKTIKUM .................................................................. ii
PRAKATA.........................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................................. v
TATA TERTIB PRAKTIKUM .........................................................vi
PERCOBAAN 1 PENGENALAN PERALATAN DAN
KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM ......................... 8
PERCOBAAN 2 PENGENALAN BAHAN KIMIA ...................... 29
PERCOBAAN 3 PEMBUATAN LARUTAN ................................ 34
PERCOBAAN 4 SIFAT KOLIGATIF ............................................ 38
PERCOBAAN 5 IKATAN KIMIA: IONIK DAN KOVALEN .....43
PERCOBAAN 6 POLIMER ........................................................... 49
PERCOBAAN 7 HUKUM GAS ..................................................... 51
PERCOBAAN 8 KESETIMBANGAN KIMIA .............................. 57
PERCOBAAN 9 ASAM BASA ...................................................... 60
PERCOBAAN 10 GERAK MOLEKUL ......................................... 67
PERCOBAAN 11 MODEL MOLEKUL ........................................ 71
PERCOBAAN 12 REAKSI REDOKS ........................................77
PERCOBAAN 13 KINETIKA KIMIA ........................................... 81
PERCOBAAN 14 LARUTAN PENYANGGA (BUFER) ............. 87
vi
TATA TERTIB PRAKTIKUM
Pendahuluan
Pengetahuan mahasiswa mengenai keselamatan kerja di
dalam laboratorium kimia sangatlah penting. Hal ini disebabkan oleh
pekerjaan di dalam laboratorium ini umumnya menggunakan bahan-
bahan kimia dan perlatan gelas. Berbagai informasi mengenai prosedur
keselamatan kerja sebenarnya dapat dengan mudah diperoleh melalui
berbagai media. Penuntun ini tidak menjelaskan secara detail
mengenai prosedur keselamatan kerja di dalam laboratorium, akan
tetapi keselamatan kerja yang paling mendasar perlu diketahui agar
pekerjaan kita berjalan dengan lancar dan aman.
Peralatan laboratorium jenisnya beragam di dalam
laboratorium kimia, dari yang sederhana seperti misalnya alat-alat
gelas sampai kepada yang kepada yang cukup rumit seperti pH meter,
spektrofotometer sinar tampak (Spectronic 20D+), sampai alat-alat
yang canggih yang penggunaannya memerlukan keahlian tersendiri
seperti NMR, kromatografi gas, dll. Alat-alat sederhana di
laboratorium tersebut ada yang terbuat dari kaca, plastic, karet, kuarsa,
platina, logam, dan lain-lain. Peralatan tersebut ada yang berfungsi
sebagai wadah, alat bantu, dan pengukuran volume dengan berbagai
ukuran.
Pembakar merupakan alat bantu untuk memanaskam zat atau
larutan. Reaksi pemnbakaran akan terjadi apabila bahan bakar (gas
alam/LPG) bertemu dengan oksigen dengan bantuan panas. Api
dan suhu yang dihasilkan bergantung kepada perbandingan bahan
bakar dan oksigen yang akan memberikan warna nyala yang berbeda.
Peralatan wadah pengukur volume larutan, ada yang ditera
dengan teliti dan ada yang tidak perlu ditera dengan teliti.
Peneraan yang sangat teliti dilakukan terhadap alat ukur seperti pipet
9
volumetrik, pipet Mohr, labu takar, dan buret. Pengukuran dengan alat
tersebut akan mempengaruhi hasil secara kuantitatif.
Cara penggunaan, pemeliharaan, dan pembacaan meniskus
sangat penting. Sebelum digunakan alat tersebut harus bersih dari
pengotor-pengotor, dibilas dengan larutan yang akan diukur dan harus
digunakan dengan cara yang betul. Setelah digunakan haru dicuci, agar
larutan tidak menempel pada dinding kaca. Pembacaan minikus harus
sejajar dengan mata. Untuk larutan yang tidak berwarna atau
transparan dibaca meniskus bawahnya sedangkan larutan berwarna
dibaca minisku atasnya.
Tujuan praktikum ini adalah mengenalkan berbagai jenis
peralatan keselamatan kerja dan peralatan laboratorium sederhana serta
kegunaannya sebagai pendahuluan bagi percobaan-percobaan
berikutnya.
Latar Belakang
Hanya alat-alat terpenting yang akan dibicarakan disini, yaitu:
(1) Alat-alat pemanasan yaitu pembakar gas, kaki tiga, segitiga
porselin, kasa, gegep, pemanas air, alat-alat porselin (cawan,
pinggan); (2) Alat-alat gelas (2a) untuk wadah yaitu bermacam-macam
botol, (2b) untuk mereaksikan zat yaitu tabung reaksi, gelas piala, labu
Erlenmeyer, (2c) untuk mengukur volume yaitu gelas ukur (secara
kasar), pipet, buret, labu takar (secara teliti), (3) untuk keperluan lain-
lain yaitu neraca kasar, neraca analitik, sentrifusa, dan lemari asap.
10
I. Alat-alat pemanasan :
1. Pembakar gas (gas burner) bagian-bagian pentingnya :
(a) Pipa pemasukan gas (pada pembakar teklu, ada pengatur
banyaknya gas yang masuk; pada pembakar bunsen
pengatur ini tidak ada, maka pemasukan gas di atur dengan
kran pada saluran gas di meja praktikum)
(b) Lubang pemasukan udara
(c) Pipa pencampur gas dan udara
a. Gelas wadah
Botol sebagai wadah pereaksi dibedakan oleh warnanya yaitu
botol berwarna (gelap) untuk zat yang tidak tahan cahaya,
oksidasi. dll, dan botol tak berwarna. Tutup botol juga
14
bermacam-macam yaitu tutup pipih, datar, paruh dan tetes.
Tutup pipih tidak boleh ditaruh di atas meja, tutup paruh dan
pipet tidak boleh diambil. Selain itu mulut wadah juga
bermacam-macam yaitu mulut untuk zat yang mudah menguap
dan berasap, sedangkan bermulut besar untuk pereaksi selain
itu.
Tabung reaksi
Untuk mereaksikan cairan dalam jumlah
sedikit, jika dilakukan pengocokan: ke
samping, tabung diisi tidak lebih dari
setengahnya. Jika perlu pemanasan, harus
dilakukan hati-hati, tabung dipegang miring.
Gelas piala
Untuk mereaksikan cairan,
memanaskan/memasak cairan dan membuat
endapan dalam jumlah besar. Jika memasak
cairan gelas piala ditutup dengan gelas arloji.
Labu Erlenmeyer
Kegunaan seperti gelas piala, tetapi tidak
digunakan untuk membuat endapan yang
perlu disaring. Erlenmeyer terutama
digunakan untuk titrasi.
15
Gelas ukur
Untuk mengukur cairan dengan tidak tepat.
Cara memakai: Dipegang dengan tangan dan
ibu jari menunjuk batas volume yang
dikehendaki. Gelas ukur di angkat sehingga
batas volume setinggi mata, dan cairan
dituangkan sampai batas volume.
Pipet
Dipergunakan untuk mengukur volume yang
harus teliti. Pipet ada dua macam yang satu
untuk mengambil sejumlah volume tertentu
(tengah. pipet volumetrik) dan yang lain
untuk mengambil bermacam-macam
volume (kanan. pipet Mohr).
Cara mengisi pipet :
Labu takar
Merupakan alat pengukur volume yang teliti,
digunakan untuk membuat larutan dari
sejumlah zat padat/cairan menjadi
konsentrasi tertentu. Cara pemakaian zat
padat dilarutkan dalam gelas piala atau
cairan dimasukkan ke dalam labu takar dan
ditambah pelarut. Sebelum sampai tanda
tera, dinding dalam di atas tanda tera
dikeringkan dan penambahan pelarut
diteruskan dengan sangat hati-hati
(diteteskan dengan pipet) sampai meniskus
mencapai tanda tera. Labu takar ditutup dan
isinya dikocok dengan membalik labu
beberapa lama.
17
Buret
Digunakan untuk mengeluarkan cairan
dengan volume sembarang, tetapi tepat.
Lubang cerat terisi penuh. Setiap kali hendak
mencatat letak meniskus cairan dalam buret
sejajar mata supya tidak terjadi kesalahan
paralaks. Buret tidak perlu diatur supaya
meniskus awal 0 atau angka bulat lain.
d. Lain-lain
Pengaduk gelas
Digunakan untuk mengaduk, sebagai
perantara dan membersihkan endapan pada
dinding-dinding bejana.
Gelas arloji
Digunakan untuk menutup bejana lain pada
waktu pemanasan dan sebagainya dan untuk
menguapkan cairan.
Corong
Dipakai untuk menolong memasukkan
cairan ke dalam botol yang bermulut kecil,
buret dan lain-lain, atau untuk menyaring
endapan dengan kertas saring.
Memasukkan cairan: corong diangkat
sedikit atau sedikit diganjal, sehingga ada
jarak antara dinding corong dan dinding
wadah. Dengan demikian, udara dapat
keluar dan cairan dapat mengalir dengan
lancar.
18
Menyaring dapat mempergunakan kertas saring atau cawan
penyaring (Buchner funnel).
Botol semprot
Untuk membersihkan dinding-dinding bejana dari sisa-sisa
endapan
Untuk mengeluarkan air/cairan dalam jumlah terbatas.
Tempat penyimpanan air.
e. Alat-alat lain
Sentrifusa
Sentrifusa digunakan untuk mempercepat pemisahan endapan
dari cairan induknya terutama, jika endapan itu menjonjot
atau terlalu halus, atau jumlahnya terlalu sedikit.
Jika menggunakan sentrifusa, harus diperhatikan:
1. Letak beban harus simetris terhadap poros yang berat
setiap beban sama. Jika hanya satu tabung yang
disentrifusa, ambil lah tabung kedua, dan diisi air biasa,
ditaruh berhadapan dengan tabung pertama.
2. Tabung jangan diisi terlalu penuh, sebab jika berputar
tabung akan sedikit horizontal letaknya. Kalau ada cairan
yang tercecer hendaklah dikeringkan (sebelum
menyerahkan sentrifusa kepada orang lain).
3. Kecepatan pemutaran sebanding dengan kecepatan
endapan terpisah dari cairan induk, tutup alat dapat rusak,
tabung dapat pecah dan sebagainya.
21
Lemari Asam
Digunakan untuk ruang pekerjaan yang menghasilkan asap-
asap/uap-uap yang merangsang/membahayakan kesehatan,
misalnya pemanasan HNO3 pekat, menggunakan H2S dari
alat Kipp, destruksi bahan-bahan organik dengan asam kuat
pekat. Jendela lemari asam harus diturunkan secukupnya, dan
alat penghisap udara di pasang.
(a) (b)
Gambar 1.2. Pembacaan skala pada buret (a) cara pembacaan
meniskus bawah (b) pembacaan skala dengan satuan 1 mL. 0,4
merupakan perkiraan.
Jika kita pertahankan satu angka kira-kira lebih banyak, sampai
perhitungan selesai. Yang dilaporkan sebagai hasil terakhir,
merupakan pembulatan dan hanya boleh memuat dua angka
desimal. Gambar 1.2.b, menunjukkan bahwa skala antara 0 dan 1
ml tidak dibagi lebih halus. Letak meniskus sama dengan pada
Gambar 1.2, tetapi menurut buret ini, kita hanya dapat menulis
satu angka desimal 0,4 atau 0,5.
Prosedur Percobaan
I. Cek p erlengkapan keselamatan kerja
1. Sebelum bekerja di laboratorium pakailah jas laboratorium
(warna putih) dan sepatu tertutup.
2. Perhatikan berbagai jenis sarung tangan, kacamata
pelindung (googles), dan masker.
3. Catat isi P3K dan tata cara penggunaan “Emergency Eye
Wash”.
4. Dimanakah letak lemari asam/asap (fume hood),
pemadam api (fire extinguisher) dan selimut kebakaran
(fire blanket)
25
II. Pembakar Gas
1. Telitilah bagian-bagian dari pembakar gas. (lihat Gambar
1.3).
2. Lepaskan bagian tabung pencampur gas dan udara
(barrel), dan perhatikan lubang kecil (spud) yang terdapat
pada bagian dasar (base) pembakar gas. (Tabung
pencampur gas dan udara ini hanya dilepaskan untuk
melihat hal tersebut di atas, kemudian tabung ini harus
dipasang kembali).
3. Pasanglah sekrup pengatur gas (needle valve) pada bagian
dasar pembakar gas, dan dapat dirasakan ujung sekrup ini
keluar/muncul pada “spud”. Sekrup pengatur ini berguna
untuk mengatur banyak sedikitnya gas yang keluar dari
lubang kecil dan masuk ke dalam tabung pencampur gas
dan udara.
4. Pasanglah kembali sekrup pengatur gas dan putarlah dua
putaran penuh untuk membuka sebagian dari “spud”.
5. Pasang kembali tabung pencampur gas dan udara, dan
taruhlah pembakar gas di atas sekeping asbes. Gunakan
selalu kepingan asbes sebagai ingin menaruh benda panas
di atas meja praktikum.
6. Tutuplah lubang tempat masuk udara dengan jalan
memutar terus tabung pencampur gas dan udara sampai
ke dasar (lihat Gambar 1.3). (PERINGATAN: Sebelum
menyalakan pembakar gas, letakkan pembakar
tersebut pada jarak yang cukup jauh dari muka,
rambut, dan pakaian).
7. Bukalah kran gas yang terdapat pada meja praktikum,
dengan jalan meluruskan pegangan dari kran tersebut.
Nyalakan pembakar gas tersebut dengan jalan
mendekatkan korek yang sudah menyala ke mulut tabung
pencampur gas dan udara. (Usahakan sedikit di bawah
mulut tabung dan didekatkan dari bagian sisi, jangan
26
dari bagian atas). Nyala api akan berwarna disebabkan
adanya partikel karbon yang terbentuk, dimana partikel
karbon ini akan bersinar pada suhu tinggi.
8. Aturlah tabung pencampur gas udara, sehingga lubang
udara setengah terbuka.
9. Jelaskan apa yang terjadi pada nyala api apabila
lubang pengatur udara ditutup dan di buka. Aturlah
sekrup pengatur gas dan amati perubahan yang terjadi
pada nyala api.
10. Aturlah lubang pengatur udara dan sekrup pengatur
gas sehingga didapatkan gambaran yang sama seperti
gambar a. Apabila pengatur udara dibuka, berapa daerah
yang terlihat pada nyala api? Apakah terlihat dua kerucut
yang tidak berwarna pada nyala api tersebut? Kerucut
bagian dalam mengandung campuran gas yang belum
terbakar dan udara. Kerucut bagian luar, gas dan udara
sudah tercampur dengan baik sehingga pembakaran
berlangsung dengan sempurna.
11. Dengan menggunakan gegep, letakkan pinggan porselin
di atas nyala api yang tak berwarna tersebut. Amati
perubahan yang terjadi.
12. Aturlah nyala api sehingga mencapai tinggi 4-5 inches
(10-12 cm) dengan jalan memutar sekrup pengatur gas.
13. Kemudian letakkan pinggan di atas nyala yang
berwarna tersebut. Amati perubahan yang terjadi. Apakah
bedanya jika pinggan porselin/gelas piala diletakkan
pada api berwarna dengan api tak berwarna.
14. Lubang tempat masuknya udara harus dibuat setengah
tertutup. Apabila terlalu banyak udara, maka nyala api
akan tertarik masuk ke dalam tabung pencampur gas dan
udara, untuk kemudian terbakar di sana (suara letupan
akan terdengar). Apabila ini terjadi, tutuplah kran gas.
27
(Catatan: Tabung pencampur gas dan udara akan menjadi
sangat panas dan akan tercium bau yang tidak enak).
Biarkan pembakar gas tersebut menjadi dingin sebelum
dinyalakan kembali.
15. Tentukan bagian yang terpanas dari nyala api tersebut
dengan meletakkan batang korek api secara melintang
pada empat daerah dari nyala api sampai batang korek
api tesebut menjadi hitam atau menyala. Perhatikan waktu
yang diperlukan menghanguskan batang korek tersebut
pada setiap daerah (zona). Ujilah nyala api ini pada bagian
dasar, tengah dan puncak.
Pendahuluan
Kebanyakan bahan kimia yang digunakan di laboratorium
kimia adalah bahan kimia yang berbahaya. Jadi bekerja di
laboratorium kimia harus berhati-hati untuk menghindari terjadinya
bahaya atau kecelakaan yang tidak diinginkan.
Pengenalan bahan kimia sangat diperlukan bagi mahasiswa
yang akan melakukan praktikum kimia. Bahan kimia yang umum
digunakan di laboratorium kimia antara lain bahan kimia yang
mudah terbakar, dapat meledak, bersifat racun, dapat menyebabkan
korosif, iritasi, dan ada yang merusak lingkungan. Demi untuk
keselamatan kerja perlu diketahui bahaya yang mungkin terjadi,
bagaimana pencegahannya, dan bila terjadi bagaimana
mengatasinya.
Tujuan praktikum ini adalah mengenalkan berbagai jenis
bahan kimia serta bahayanya dan sebagai pendahuluan bagi
percobaan- percobaab berikutnya sama halnya dengan pengenalan
alat-alat laboratorium.
Latar Belakang
Pemberian simbol pada jenis bahan kimia diperlukan untuk
dapat mengenal dengan cepat dan mudah sifat bahaya suatu bahan
kimia. Pengenalan dengan simbol ini sangat penting untuk
penanganan, transportasi, serta penyimpanan bahan kimia.
30
Cara penyimpanan bahan kimia memerlukan pengetahuan
dasar akan sifat bahaya serta kemungkinan interaksi antar bahan dan
kondisi yang mempengaruhinya. Simbol bahaya bahan kimia serta
cara penanganan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Explosive/Meledak (E)
Bahaya: Meledak pada kondisi tertentu
Contoh: Amonium dikromat, nitroselulosa
Pencegahan: Hindari dari benturan,
tabrakan, guncangan. Gesekan, percikan,
api dan panas.
Toxic/Beracun (T)
Bahan beracun berbahaya bagi kesehatan bila
terisap, tertelan, atau kontak dengan kulit.
Bahan ini juga dapat mematikan pada
konsentrasi tertentu.
Contoh: Arsen triklorida, dimetil sulfat
Pencegahan: Kontak dengan tubuh harus
dihindari. Perhatian khusus perlu jika bekerja
dengan bahan kimia yang bersifat karsinogenik,
teratogenik, atau mutagenik.
Corrosive/Korosif (C)
Bahaya: Merusak jaringan tubuh
Contoh: Asam sulfat, brom
Penanganan: Hindari kontak dengan mata, kulit
atau pakaian, jangan menghirup uapnya pada
saat bernapas.
32
Harmful/Membahayakan (Xn)
Bahaya: Menimbulkan kerusakan kecil pada
tubuh
Contoh: Piridin, trikloroetilena
Penanganan: Hindari kontak dengan tubuh atau
hindari menghirup uapnya.
Iritant/Iritasi (Xi)
Bahaya: Terjadinya iritasi pada kulit, mata,
saluran pernapasan
Contoh: Amonia, benzyl klorida
Pencegahan: Hindari kontak dengan mata, kulit,
menghirup uapnya.
Prosedur Percobaan
I. Simbol bahaya bahan kimia
1. Amati label botol bahan kimia yang terdapat di laboratorium
2. Catat nama senyawa serta bobot molekulnya.
3. Gambarlah simbol bahan kimia berbahaya
4. Catat apa bahayanya dan petunjuk pencegahannya
PEMBUATAN LARUTAN
Pendahuluan
Reaksi kimia di alam dan di laboratorium kebanyakan
berlangsung tidak dalam bentuk senyawa murni melainkan dalam
bentuk larutan. Pada percobaan ini, saudara akan mencoba membuat
larutan dari larutan yang pekat (dengan pengenceraN) dan padatan
murni. Larutan yang anda buat harus bisa dinyatakan konsentrasinya
dengan beberapa satuan yang berbeda. Saudara juga akan menentukan
konsentrasi suatu larutan yang belum diketahui melalui titrasi dengan
larutan baku yang sudah diketahui konsentrasinya.
Larutan ideal akan terjadi bila gaya antar molekul antara
molekul sejenis maupun bukan sejenis kurang lebih sama kuat.
Bila gaya antar molekul yang tidak sejenis lebih besar dari gaya antar
molekul sejenis maka terbentuk larutan non ideal dan proses pelarutan
bersifat eksoterm (H<0), dan bila sebaliknya maka bersifat endoterm
(H>0). Hal ini menunjukkan pada pembuatan larutan, sering kali
melibatkan kalor, baik diserap atau dilepas. Pada percobaan ini pula,
saudara akan mengamati kalor yang terlibat dalam proses
pelarutan, yaitu dilepas atau diserap.
Prosedur Percobaan
I. Pembuatan Larutan KCl dari KCl 1 M
1. Ambil labu takar 50 ml kosong
2. Ambil volume larutan KCl (tepat 10 mL) dan masukkan
ke dalam labu takar.
3. Tepatkan labu takar dengan aquades sampai 50 ml, lalu
kocok agar homogen.
4. Tentukan konsentrasinya dalam molaritas (M).
5. Keterampilan anda dalam membuat larutan sangat
diutamakan di bagian ini.
37
II. Pembuatan Larutan Urea, (NH2)2CO, (Mahasiswa yang
sudah membuat larutan dari Fosfat tidak perlu membuat
larutan urea)
1. Timbang labu takar 50 mL kosong (tutup juga disertakan)
2. Timbang sekitar 3 gram padatan (massa tidak harus tepat)
3. Larutkan dengan 20–30 mL air pada gelas piala,
kemudian rasakan perubahan panas yang terjadi dengan
menyentuh bagian bawah gelas piala tersebut.
4. Masukkan larutan pada labu takar 50 mL lalu tepatkan
volumenya, dan kocok agar homogen
5. Timbang larutan tersebut
6. Hitung konsentrasi urea dalam satuan M, m, dan % b/b
PERCOBAAN 4
SIFAT KOLIGATIF
Pendahuluan
Identifikasi jenis suatu zat dapat dilakukan dengan menentukan
nilai massa molarnya. Beberapa teknik dapat digunakan untuk tujuan
tersebut (misalnya: spektrofotometer massa, elektroforesis, dan lain-
lain). Adapun cara sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan
massa molar suatu zat adalah teknik yang berdasarkan sifat koligatif,
sifat yang hanya tergantung dari jumlah partikel (jumlah mol).
Terdapat empat sifat koligatif yaitu penurunan titik beku, kenaikan titik
didih, penurunan tekanan uap jenuh, dan tekanan osmosis. Pada
percobaan ini akan ditentukan massa molar dari suatu zat terlarut yang
larut dalam pelarut tertentu berdasarkan pada penurunan tiitk beku.
Latar Belakang
Suatu zat terlarut dalam pelarut cair akan menurunkan tekanan
uap, menurunkan titik beku dan menaikan titik didih. Semua itu
tergantung hanya dari banyaknya mol partikel dan jumlah dari pelarut
yang ada. Sifat ini disebut sebagai sifat koligatif dari pelarut dan dapat
digunakan untuk menentukan berat molekul dari zat terlarut contoh.
Suatu ukuran konsentrasi yang menyatakan jumlah partikel zat
terlarut yang terdapat dalam satu kg pelarut disebut molal, m.
39
m = jumlah mol zat terlarut …. .…….…. (1)
Kg pelarut
Tb = Kb . m …………………………..(2)
Untuk menetapkan massa moalr, Mr, dari suatu zat terlarut anu,
maka jumlah mol harus diubah menjadi gram zat terlarut/Mr.
Pendahuluan
Ikatan kimia adalah gaya yang memegangi atom atau ion untuk
membentuk molekul atau kristal. Jenis ikatan dalam molekul akan
menentukan gaya antar molekul. Jenis ikatan kimia yang dipelajari
dalam percobaan ini adalah ikatan ion dan kovalen. Pada percobaan ini
saudara akan bekerja dengan bermacam-macam senyawa ion dan
kovalen. Selain itu saudara akan menentukan sifat-sifat untuk
membedakan kedua senyawa tersebut.
Latar Belakang
Bidang Kimia dibagi dalam dua kelompok utama, yaitu kimia
organik dan kimia anorganik. Kimia anorganik memiliki cakupan yang
lebih luas dibandingkan dengan kimia organik karena kimia organik
hanya mencakup senyawa yang mengandung karbon. Namun, kimia
organik diperluas dengan membahas juga senyawa yang mengandung
atom N, O, dan P.
Ikatan yang terbentuk dalam senyawa organik sebagian besar,
bahkan seluruhnya, merupakan ikatan kovalen, seperti H2O, CH4, NH3,
sedangkan ikatan yang terbentuk dalam senyawa anorganik lebih
bervariatif. Disebabkan oleh cakupan kimia anorganik yang membahas
atom-atom selain karbon, ikatan dalam senyawa-senyawanya dapat
berupa ikatan logam, ikatan ionik, dan juga ikatan kovalen. Ikatan
logam terbentuk dari atom-atom logam, ikatan ionik dalam senyawa
44
anorganik dapat dijumpai dalam senyawa MgSO4, NaCl, KI, dll,
sedangkan ikatan kovalennya dapat dijumpai pada BF3, BeCl2, SF4,
XeF4.
Ikatan ionik merupakan ikatan yang terbentuk dari unsur logam
dan nonlogam dengan prinsip serah terima elektron, sedangkan ikatan
kovalen merupakan ikatan yang umumnya terbentuk dari unsur
nonlogam dan nonlogam dengan prinsip pemakaian bersama elektron.
Perbedaan prinsip pembentukan kedua ikatan tersebut menyebabkan
perbedaan sifat fisik senyawa-senyawa dengan ikatan-ikatan tersebut.
Perbedaan sifat fisik yang paling menonjol di antara senyawa
ionik dan kovalen adalah titik leleh, titik didih, kelarutan, dan daya
hantar (Tabel 5.1). Perbedaan tersebut disebabkan oleh kekuatan
ikatan yang terbentuk. Senyawa ionik memiki kekuatan jauh lebih
kuat dibandingkan dengan senyawa kovalen.
Prosedur Percobaan
I. Perbandingan titik leleh
1. Senyawa Ionik
Titik leleh senyawa ionik tidak dapat ditentukan dengan alat-
alat laboratorium sederhana. Hal ini disebabkan oleh tingginya
titik lelehnya. Oleh karena itu, anda hanya diminta
membandingkan titik leleh senyawa ionik dengan kovalen.
Berikut diberikan data titik leleh beberapa senyawa ionik, yaitu
KCl = 770 °C, CaCl2= 772°C, MgSO4 = 1124 °C.
2. Senyawa Kovalen
Rangkailah alat pengukuran titik leleh dan tentukanlah titik
leleh urea, (NH2)2CO, dan Sukrosa C12H22O11. Metode
sederhana dalam penentuan titik leleh adalah sebagai berikut:
i. Siapkan sampel yang akan ditentukan titik lelehnya
dengan cara menekan bagian ujung terbuka dari pipa
kapiler pada sampel.
47
ii. Balikan pipa kapiler dan ketuk-ketukan agar contoh
bergerak ke dasar kapiler. Anda memerlukan sampel
setinggi 2 mm dalam kapiler.
iii. Ikat pipa kapiler pada termometer dengan benang (lihat
Gambar 5.3) dan sejajarkan ujung kapiler dengan ujung
termometer.
iv. Siapkan gliserin dalam alat Tiele. Perkirakan tinggi
gliserin agar nantinya pipa kapiler tidak tenggelam.
v. Panaskan penangas gliserin sedemikian agar kenaikan
suhunya 10 °C per menit. Amati contoh dari dekat.
Catatlah kisaran suhu mulai dari sampel meleleh hingga
meleleh seluruhnya. Anda perlu mengulangi pengamatan
titik leleh jika suhu penangas Tiele naik terlalu cepat untuk
mendapatkan pembacaan yang teliti. Bandingkan kisaran
titik leleh sampel yang anda amati dengan titik leleh yang
tercantum pada buku acuan. Titik leleh urea =132 °C, dan
sukrosa = 186 °C.
V. Kemudahan terbakar
Letakkan beberapa tetes atau padatan urea, sukrosa, alkohol, KCl,
CaCl2, dan MgSO4 pada sudip, kemudian bakar dengan api. Jika
api semakin besar artinya sampel tersebut terbakar.
POLIMER
Pendahuluan
Dewasa ini polimer telah banyak digunakan dalam semua aspek
kehidupan. Dalam industri, pertanian, rumah tangga tidak terlepas dari
penggunaan polimer. Polimer menurut asalnya dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu polimer alami dan sintetik. Kedua jenis polimer ini memiliki sifat
yang berbeda. Polimer alam pada umumnya lebih mudah terurai
dibandingkan dengan polimer sintetik.
Latar Belakang
Salah satu contoh polimer alam adalah karet alam. Karet alam
merupakan polimer yang tersususn dari monomer stirena melalui
reaksi adisi. Sifat mekanik karet alam biasanya diperbaiki dengan
vulkanisasi, yaitu penambahan ikatan taut silang dengan atom-atom
sulfur. Adanya ikatan silang pada karet, menyebabkan struktur karet
menjadi 3 dimensi dengan ruang-ruang kosong. Ruang-ruang kosong
ini dapat ditempati oleh molekul-molekul yang lebih kecil. Hal inilah
yang menyebabkan karet ketika dimasukkan ke dalam minyak tanah
akan mengembang.
Polimer alam lain yang mudah untuk dikarakterisasi adalah
protein. Protein merupakan polimer dengan monomer asam amino
dengan ikatan peptida sebagai penghubung antar monomer. Protein
dapat dengan mudah mengalami denaturasi baik oleh pH, suhu, dan
logam berat.
50
Prosedur Percobaan
I. Karet Alam
1. Ambil 5 potong karet alam, ukur panjang, lebar, dan tebal serta
timbang bobotnya. (beri label dan jangan tertukar)
2. Siapkan 50 mL minyak tanah ke dalam gelas piala 100 mL
3. Masukkan 5 potong karet tersebut ke dalam minyak tanah
sampai terendam semua.
4. Ambil 1 potong karet setiap 10 menit (sesuai urutan dan
label di prosedur no. 1). Tiriskan minyak tanah dengan kertas
tissue agar tidak ada minyak tanah pada permukaan luar karet
tersebut.
5. Ukur kembali panjang, lebar, tebal dan timbanglah potongan
karet alam yang diambil
6. Lakukan hal yang sama untuk potongan karet alam lainnya.
II. Protein
1. Ambil larutan putih telur (albumin) yang tersedia sebanyak 2 ml
dan masukkan ke dalam tabung reaksi. Siapkan larutan ini
untuk tiga tabung reaksi.
2. Tambahkan larutan asam kuat beberapa tetes di tabung pertama.
Amati
3. Panaskan di air mendidih untuk tabung kedua. Amati.
4. Tambahkan Larutan Cu2+/Fe3+ sebanyak 0.5 mL ke dalam
tabung ketiga. Amati.
HUKUM GAS
HUKUM CHARLES
(Suatu pandangan dari salah satu hukum gas)
Pendahuluan
Pada tahun 1780, ahli fisika Perancis, Jacques Charles
menemukan hubungan antara pengembangan gas dan kenaikan
suhunya. Charles menemukan, untuk setiap kenaikan suhu 1 °C, suatu
gas pada 0°C mengandung 1/273 dari volume awalnya, dan jika suhu
diturunkan 1°C, gas tersebut menyusust 1/273 dari volume awalnya.
Ia mendasarkan semua perhitungan dalam kondisi tekanan gas yang
tetap. Dalam percobaan ini, anda akan membuktikan hubungan yang
ditemukan oleh Charles tersebut.
Latar Belakang
Jika kita mengambil 1 Liter gas pada 0 °C dan mendinginkannya
pada tekanan tetap sampai suhu gas mencapai -273°C, secara teoritis
volumenya akan menyusut sampai 0 mL. (Catatan: pernyataan ini
adalah secara teoritis, karena semua zat yang diketahui, mencair
sebelum suhu ini dicapai).
Suhu -273°C disebut nol mutlak. Suhu ini sebagai dasar skala
suhu baru yang disebut skala Kelvin, diberi nama dari Lord Kelvin,
ahli fisika yang mengusulkannya. Satu Kelvin mempunyai interval
suhu yang sama dengan derajat Celcius. Hubungan antara dua
skala suhu tersebut adalah K = oC + 273.
Jika menggunakan skala Kelvin, kita dapat menyatakan hukum
52
Charles sebagai berikut: volume dari gas, akan berbanding langsung
dengan suhu dalam Kelvin, pada tekanan tetap. Secara matematika,
Hukum Charles dinyatakan sebagai:
Jadi anda dapat melihat bahwa kenaikan suhu gas menyebabkan volume
gas bertambah.
53
Dalam percobaan yang akan dilakukan, anda dapat
membuktikan hukum Charles. Anda dapat memulai dengan
menggunakan labu Erlenmeyer yang berisi udara dengan volume
labu Erlenmeyer. Anda akan memanaskan labu tersebut. Pemanasan
akan menyebabkan udara dalam tabung mengembang, tetapi karena
dinding tabung tidak dapat mengembang, udara tersebut terdorong
keluar dari tabung. Anda dapat menghitung volume udara pada suhu
yang baru dan lebih tinggi tersebut, berdasarkan penjumlahan dari
volume Erlenmeyer dan volume udara yang keluar dari Erlenmeyer.
Sekarang, anda dapat menggunakan hukum Charles untuk
menghitung berapakah volume akhir yang seharusnya menurut hukum
ini, dan membandingkannya dengan hasil yang diperoleh dalam
percobaan.
Bagaimana kita dapat mengukur volume udara yang keluar dari
labu Erlenmeyer? Anda dapat mengerjakannya dengan memasang
suatu pipa penghubung dari Erlenmeyer ke dalam gelas ukur yang
berisi air. Udara yang keluar dari labu Erlenmeyer akan mengganti air
dalam gelas ukur. Volume udara yang terbaca pada gelas ukur (Vg)
merupakan volume gas yang basah yang berarti tidak hanya berasal
dari volume udara yang keluar dari labu Erlenmeyer, melainkan juga
mengandung volume air uap air. Dengan demikian, anda dapat
menentukan volume udara yang mengembang tersebut dengan
menghilangkan kesalahan awal yang disebabkan oleh uap air
berdasarkan data volume udara basah, tekanan barometer dan
tekanan uap air.
Tekanan udara pada gelas ukur (Pm) merupakan selisih tekanan
udara pada barometer (P) dengan tekanan uap air (Pw). Pm = P - Pw.
Tekanan uap air didapat dari tabel tekanan uap. Sedangkan
volume udara yang mengembang dalam gelas ukur (Vm) ditentukan
dengan hukum Boyle maka volume udara akhir (Vf)
merupakan penjumlahan volume awal dalam labu Erlenmeyer (Vi)
dengan volume udara yang mengembang dalam gelas ukur (Vm).
54
Prosedur Percobaan
1. Pasanglah alat seperti Gambar 7.1.a
Pendahuluan
Pergeseran kesetimbangan kimia dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu konsentrasi zat, volume, tekanan, dan suhu. Bila
konsentrasi pereaksi diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke
arah produk, begitu pula sebaliknya. Fenomena pergeseran dapat
diamati dengan berubahnya warna bila warna pereaksi atau warna
produk berbeda. Semakin pekat warna produk artinya pergeseran
berlangsung ke arah produk.
Konsentrasi larutan berwarna dapat diukur dengan
Spektrofotometer 20D+ (Gambar 8.1), dalam hal ini konsentrasi
larutan sebanding dengan absorbans (jumlah cahaya yang diserap)
pada panjang gelombang tertentu. Semakin pekat warna suatu larutan,
maka semakin banyak jumlah cahaya yang diserap oleh zat artinya
semakin besar absorbansnya.
Latar Belakang
Dalam keadaan setimbang, konsentrasi masing-masing
komponen sistem tidak berubah terhadap waktu. Jika besi(III) klorida
dicampurkan dengan kalium tiosianat (KSCN), maka akan terbentuk
kesetimbangan dengan reaksi sebagai berikut:
Fe3+(aq) + 6KSCN(aq) ⇌ Fe(SCN)63-
Kekuningan Tak Berwarna Merah darah
58
Terjadinya reaksi dapat diamati dengan perubahan warna yang terjadi.
Begitu pula dengan pergeseran kesetimbangan, dapat diamati melalui
perubahan warna dan kekelamannya.
Pada reaksi kesetimbangan di atas, dengan penambahan salah
satu pereaksi, warna larutan akan bertamnah merah. Hal ini
3-
menunjukkan bahwa Fe(SCN)6 bertambah, berarti kesetimbangan
bergeser kearah kanan (produk). Sebaliknya, jika warna kuning
3+
semakin kelam, artinya Fe bertambah dan kesetimbangan bergeser
ke arah kiri (pereaksi).
ASAM BASA
Pendahuluan
Pada percobaan ini saudara akan bekerja dengan indikator
asambasa. Setiap indikator berubah warna pada kisaran pH yang kecil.
Saudara akan mendapatkan tugas untuk menentukan kisaran pH dari
perubahan warna yang terjadi untuk dua indikator. Anda juga akan
mengamati hubungan antara perubahan warna indikator dan
kesetimbangan asam-basa. Lebih lanjut, anda akan menguji
kemampuan suatu bahan alam untuk dijadikan sebagai indikator asam-
basa.
Pada bagian lain, anda akan menentukan pH suatu larutan asam
lemah, garam basa, dan campuran keduanya yang berfungsi sebagai
campuran penahan (bufer) (pembuatan larutan buffer akan
dipraktikumkan pada Percobaan 14). Selain itu, anda akan mencoba
menentukan konsentrasi suatu larutan basa melalui titrasi.
Latar Belakang
I. pH meter
Seperti telah diketahui bahwa pH merupakan ukuran keasaman
suatu larutan. Nilai pH di bawah 7 menunjukkan bahwa suatu
larutan bersifat asam, sedangkan jika lebih besar dari 7
menunjukkan basa. pH suatu larutan secara sederhana dapat
61
dilakukan dengan menggunakan indikator asam-basa. Namun
dengan berkembangnya teknologi, pengukuran pH kini dapat
dilakukan dengan praktis dan tepat menggunakan pH meter. pH
meter adalah suatu sel elektrokimia, serupa dengan batu baterai
+
(Gambar 9.1). Reaksi kimia yang terjadi melibatkan ion H3O .
Tegangan sel atau potensial sel bergantung pada konsentrasi ion-
ion tersebut. Voltmeter pada pH meter dihitung dengan satuan pH
sebagai penggantu satuan volt.
II. Indikator
Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warna jika pH
lingkungan berubah. Indikator asam-basa merupakan asam atau
basa lemah. Kegunaan dari suatu indikator tergantung pada
kenyataan bahwa indikator dalam bentuk asam, Hind,
mempunyai warna yang berbeda saat dalam bentuk basa
konjugasinya Ind-, sebagai contoh indikator fenolftalein (PP)
memiliki warna Hind tidak berwarna, dan Ind - merah muda. Hal
itu berarti bahwa fenolftalein di dalam suasana asam tidak
berwarna dan dalam suasana basa berwarna merah muda.
Konsentrasi Hind atau Ind- berhubungan dengan
-
kesetimbangan yang melibatkan Hind dan Ind , dan tergantung
pada:
a. Keasaman atau kebasaan
Dalam larutan asam kesetimbangan indikator adalah
Ind- + H3O+ ⇌ Hind + H2O
Warna 1 Warna 2
Prosedur Percobaan
I. Kalibrasi pH meter
Hubungkan kabel pH meter ke stopkontak 220 V AC, nyalakan
pH meter dengan menekan tombol POWER ke arah ON dan
biarkan selama 5 menit. Sebelum digunakan, pH meter harus
dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan bufer
standar yang telah diketahui pH-nya secara pasti. Suhu bufer
standar pun perlu disamakan dengan suhu ruang atau larutan
yang akan ditentukan pH-nya.
1. Siapkan larutan bufer standar pH 7.00 dan 4.01 (atau
10.02) masing-masing ke dalam gelas piala 150 mL. Siapkan
pula gelas piala besar untuk penampungan saat pembilasan
elektrode.
2. Bersihkan elektrode dengan cara menyemprotkannya
menggunakan akuades hingga bersih kemudian seka dengan
lembut menggunakan kertas tisu. Hati-hati dalam menyeka
64
bagain ujung elektroda karena lapisan gelasnya sangat
tipis.
3. Celupkan elektrode beserta termometer ke dalam larutan
bufer standar pH 7.00 kemudian siapkanlah larutan bufer
yang berikutnya yaitu 4.01 atau 10.02. Ikuti petunjuk asisten
4. Angkat elektrode dan termometer, bilas, dan keringkan
dengan tisu. pH meter telah siap digunakan untuk
pengukuran.
II. Indikator
1. Sebelum menentukan kisaran pH indikator, kita perlu
memerikasa perubahan warna indikator tersebut. Siapkan tiga
buah tabung reaksi yang bersih. Masukkan larutan HCl 0.1
M, akuades, dan NaOH 0.1 M ke dalam masing-masing
tabung reaksi hingga volume kira-kira seperlima tabung
reaksi.
2. Tambahkan ke dalam tiap tabung tersebut 2 tetes indikator
dan catat perubahan warnanya. Berdasarkan pengamatan
anda, dapat ditentukan letak perubahan warna indikator
apakah dalam keadaan asam atau basa.
3. Siapkan 80 mL akuades ke dalam gelas piala 100 mL, lalu
tambahakanlah indikator yang sudah anda periksa perubahan
warnanya sebanyak 5-7 tetes.
4. Tambahkanlah HCl jika warna basa sama dengan warna air
atau tambahahkan NaOH jika warna asam sama dengan
warna air tetes demi tetes sampai mulai timbul warna 2, lalu
catat pHnya menggunakan pH meter.
65
5. Lanjutkan penetesan HCl atau NaOH sampai warna 1
hilang, lalu tentukan pHnya. Jika dengan penambahan HCl
atau NaOH perubahan warna mulai dari warna 2 muncul
hingga warna 1 hilang sangat cepat, maka encerkan
terlebih dahulu HCl atau NaOH yang digunakan.
6. Ulangi tahap 1–5 untuk indikator lainnya dan bandingkan
kisaran perubahan indikator-indikatornya.
7. Periksalah kisaran pH indikator yang digunakan teman
anda, dan bandingkan hasil penentuan nilai pH yang
diperoleh anda dengan teman anda.
8. Anda diminta memeriksa kemampuan bahan alam untuk
menjadi indikator asam-basa. Ambil sepotong bahan alam,
kemudian geruslah dengan mortar sampai halus. Selanjutnya,
tuangkan 20 mL akuades ke dalam mortar tersebut dan aduk.
9. Ambil cairan berwarnanya dengan dekantasi atau
penyaringan.
10. Tentukanlah kisaran pH cairan tersebut dengan cara yang
sama dengan tahap 1–5.
11. Dari hasil yang anda peroleh, apakah contoh bahan alam
tersebut bersifat asam atau basa. Tentukan pH cairan
berwarna tersebut untuk dicocokan dengan dugaan anda.
GERAK MOLEKUL
Pendahuluan
Pada dasarnya, terdapat 3 wujud materi, yaitu padat, cair, dan
gas. Perbedaan ketiga fasa tersebut disebabkan karena adanya
perbedaan jenis ikatan dan interaksi yang dijalani molekul tersebut.
Perubahan wujud suatu molekul di antara 3 wujud tersebut juga
dipengaruhi oleh kekuatan ikatan dan interaksi tersebut.
Latar Belakang
Seperti yang dijelaskan dalam materi percobaan ikatan kimia
bahwa ikatan kimia mempengaruhi wujud suatu senyawa. Begitu pun
dengan interaksi antarmolekul yang dijalaninya. Senyawa dalam
wujud padatan biasanya memiliki ikatan dan interaksi yang lebih
kuat. Selain itu keteraturan penyusun-penyusunnya sangat tinggi
dengan jarak yang berdekatan. Namun, tidak sema keteraturan
mempengaruhi kekuatan suatu padatan. Keteraturan yang lebih
rendah dapat menyebabkan suatu padatan bersifat amorf atau rapuh.
Bagaimana pun, semua senyawa dalam bentuk padatan dapat
mempertahankan bentuknya.
Tidak seperti padatan, cairan memiliki keteraturan yang jauh
lebih rendah dibandingkan dengan padatan dengan jarak antar
penyusunnya yang cukup berjauhan. Namun, adanya gaya
68
antarmolekul yang masih cukup kuat dalam cairan, maka suatu cairan
masih lebih dapat mempertahankan volumenya dibandingkan dengan
senyawa dalam bentuk gas.
Adanya pengaruh suhu dan tekanan terhadap suatu senyawa
akan mengakibatkan perubahan gaya-gaya antarmolekul di dalamnya.
Gaya antarmolekul yang melemah dan menguat dapat menyebabkan
suatu senyawa dapat berubah wujud (Gambar 10.1).
II. Sublimasi
Timbang massa dari iodin sebesar biji kacang hijau dan
tempatkan kistal iodin tersebut ke dalam labu Erlenmeyer, lalu
tutup dan letakkan di atas kasa dan kaki tiga. Panaskanlah labu
Erlenmeyer. Perhatikan perubahan yang terjadi. Perhatikan juga
dinding-dinding labu pada saat pemanasan. Adakah
kesetimbangan padat-gas. (Lakukanlah di dalam ruang asam dan
jangan buka tutupnya selama pemanasan). Hitunglah perkiraan
energi yang diperlukan untuk perubahan fase iodin tersebut.
(entalpi peleburan iodin = 15.52 kJ/mol)
MODEL MOLEKUL
Pendahuluan
Atom-atom bergabung menjadi senyawa yang lebih stabil
dengan mengeluarkan energi. Atom-atom bergabung karena ada
gaya tarik menarik. Gaya tarik menarik antara dua atom itulah yang
disebut ikatan kimia. Jenis ikatan kimia yang akan dipelajari disini
adalah ikatan ion, ikatan kovalen serta pengaruh gaya antar molekul
terhadap sifat fisik suatu senyawa.
Ahli-ahli kimia sering menggunakan model-model molekul
sebagai alat bantu untuk lebih memperjelas struktur suatu molekul
yang kompleks yang sedang mereka pelajari. Kita biasanya sudah
terbiasa mengenal rumus kimia, tetapi ketika akan menuliskan rumus
struktur yang telah berkembang maka penulisan dua dimensi
dirasakan keterbatasannya. Keterbatasan ini dapat menyebabkan
gambaran penting dari suatu struktur menjadi tidak jelas, terutama
bagi mereka yang tidak berpengalaman dalam menangani model-
model molekul tiga dimensi.
Latar Belakang
Setiap atom yang dibuat sebagai model molekul memiliki warna
dan jumlah lubang tertentu yaitu antara satu sampai enam lubang
dengan sudut-sudut yang tepat, yaitu 109.5° untuk karbon dan
nitrogen, 105° untuk oksigen, 90° untuk atom S, dan P mempunyai
dua sudut 90° dan 120°.
72
Tabel 11.1. Komponen-komponen dalam perangkat model molekul
Diameter Jumlah
Warna Atom Simbol
(mm) dalam satu set
Putih Hidrogen H 17 38
Hitam Karbon C 24 14
Merah Oksigen O 20 12
Biru Nitrogen N 24 6
Hijau Klorin Cl 17 12
Jingga Bromin Br 17 2
Ungu Iodin I 17 2
Coklat Fosfor & Boron P dan B 17 dan 24 2
Perak Sulfur S 20 2
H C H O H
CH3CH2O C
H H
Rumus mampat Rumus struktur
O=O
Gas oksigen
Prosedur Percobaan
1. Isilah tabel pada lembar laporan berdasarkan sifat-sifat
geometris dari atom pusat dalam perangkat model molekular.
2. Buatlah model molekul CH4, CHCl3, NH3, dan H2O dengan
menggunakan atom pusat hitam untuk C, N, dan O. Pengikat
abu-abu panjang untuk ikatan antara dua atom dan pengikat
pendek untuk menunjukkan adanya pasangan elektron bukan
ikatan. Jelaskan kenapa sudut ikatan H-C-N > H-N-H > H-O-
H. Manakah yang memiliki momen dipol 0? Gambarkan
struktur senyawa tersebut secara tiga dimensi.
3. Buatlah model untuk molekul-molekul berikut dengan
menggunakan atom pusat yang tepat dan pengikat abu-abu
sedang untuk menunjukkan ikatan.
a. BaCl2 b. BF3 c. PF5 d. SF6
4. Buatlah model molekul CO 2-, NO -, dan SO 2-, pindah-
3 2 4
pindahkan ikatan gandanya, sehingga menunjukkan adanya
76
beberapa kemungkinan struktur molekul yang benar.
5. Ikatan ganda dua. Buat molekul O2 dan N2 dengan
menggunakan model pengikat abu-abu panjang.
6. Buatlah model molekul untuk menunjukkan persamaan reaksi
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
REAKSI REDOKS
Pendahuluan
Pada percobaan ini akan dipelajari bermacam-macam logam
yang direaksikan dengan air, asam dan garam. Selanjutnya, zat
mengalami oksidasi dan reduksi.
Pada bagian lain dari percobaan ini akan dipelajari pengaruh
arus listrik pada korosi besi. Setelah itu, anda akan menentukan anode
dan katode yang baik untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi.
Latar Belakang
Beberapa logam dapat bereaksi baik dengan air, larutan asam,
maupun larutan garam. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi oksidasi
dan reduksi (redoks). Jika suatu logam dimasukkan dengan ke dalam
larutan yang mengandung ion logam lain, maka ada kemungkinan
reaksi redoks dapat terjadi. Hal ini bergantung pada ponsial reduksi
ion logam tersebut (E0). Jika ion logam dalam larutan memiliki E0
lebih besar daripada ion logam yang akan terbentuk dari sampel
logam, maka reaksi redoks dapat terjadi.
Contoh: Ni (p) + Cu2+ (aq) → Ni2+ (aq) + Cu (p)
Demikian pula reaksi redoks tersebut terjadi pada logam lain,
seperti besi. Sepotong besi yang tertutup lapisan air yang mengandung
oksigen akan mengalami korosi. Dalam kehidupan sehari-hari,
peristiwa korosi dikenal dengan istilah pembentukan karat. Karat besi
78
merupakan senyawaan oksida besi Fe2O3·nH2O. Proses kimia korosi
pada dasarnya merupakan proses elektrokimia. Saat terjadi korosi, besi
bertindak sebagai anoda dengan reaksi sebagai berikut:
Fe → Fe2+ + 2e-
sedangkan reaksi reduksi yang terjadi bersamaan dengan oksidasi
adalah reduksi air:
2H2O + 2e- → 2OH- + H2
Prosedur Percobaan
I. Reaksi logam dengan air dan asam klorida
Tersedia potongan logam aluminium (Al), tembaga (Cu), besi
(Fe), magnesium (Mg), dan seng (Zn).
1. Ambil lah masing-masing dua potong sampel logam dan
bersihkan dengan amplas.
2. Sediakan 6 tabung reaksi dan masukkan sepotong sampel
masing-masing ke dalamnya, kemudian tambahkan air kira-
kira 3 mL. Amati perubahan yang terjadi jika ada.
3. Lakukan hal yang sama pada tabung reaksi yang berbeda
untuk larutan pereaksi HCl 4 M kira-kira 3 mL.
KINETIKA KIMIA
Pendahuluan
Kinetika kimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang
membahas hubungan antara perubahan kimia dengan waktu. Hubungan
tersebut dapat diamati dengan menentukan laju reaksi. Laju reaksi
adalah laju hilangnya suatu pereaksi atau bertambahnya produk dalam
satu satuan waktu. Laju reaksi bergantung pada beberapa faktor, antara
lain konsentrasi, suhu, jenis zat, tekanan, katalis, luas permukaan, dan
beberapa pada cahaya. Dalam percobaan ini, anda akan mengamati
pengaruh konsentrasi, suhu, dan katalis terhadap beberapa reaksi.
Latar Belakang
1. Konsentrasi sebagai faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Jika natrium tiosulfat dicampur dengan asam kuat encer, maka akan
timbul endapan halus putih.
Reaksi ini terdiri atas dua buah reaksi yang konsekutif (sambung-
menyambung). Dalam reaksi demikian, reaksi yang berlangsung
paling lambat menentukan laju reaksi keseluruhan.
82
2. Suhu sebagai faktor laju reaksi
Peningkatan suhu akan mengakibatkan peningkatan energi kinetik
molekul yang pada akhirnya akan meningkatkan laju reaksi.
Prosedur Percobaan
I. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
1. Pengaruh konsentrasi HCl
(Awal penghitungan waktu adalah ketika larutan yang
bercampur tepat saling bersentuhan, bukan ketika endapan
mulai terbentuk)
2. Adanya autokatalis
Pendahuluan
Sistem larutan penyangga (bufer) adalah suatu campuran asam
lemah atau basa lemah dan garamnya (berturut-turut basa
konjugasinya atau asam konjugasinya), yang memungkinkan larutan
bufer untuk menahan perubahan nilai pH terhadap penambahan
konsentrasi ion H+ atau ion OH- dalam jumlah yang sedikit. Larutan
bufer membantu menjaga nilai pH yang hampir tetap (konstan)
terhadap penambahan sejumlah kecil ion H+ atau OH- ke dalam
larutan.
Contoh suatu larutan penyangga asam yang mengandung asam
lemah asam asetat (CH3COOH) dan basa konjugasinya (CH3COO-)
akan memiliki suatu reaksi kesetimbangan:
pH = pKa
karena nilai log 1 = 0
Prosedur Percobaan
I. Pembuatan Larutan Bufer Fosfat dari Padatan Amonium
Dihidrogen Fosfat dan Diamonium Hidrogen Fosfat
1. Timbang (NH4)H2PO4 sebanyak 0.09 g.
2. Timbang (NH4)2HPO4 sebanyak 0.16 g.
3. Campur dan larutkan kedua padatan tersebut ke dalam 200
mL akuades (gunakan labu takar).
4. Setelah homogen, ukur dan catat nilai pH-nya menggunakan
pH meter.
5. Hitung ketepatan antara nilai pH hasil pengukuran dan
teoritis (perhitungan).
Mr: (NH4)H2PO4 = 115.02 g/mol; (NH4)2HPO4 = 132.06
g/mol