Anda di halaman 1dari 7

Nama : Alya Nurul Fadhilla Tanggal : Kamis, 22 Oktober 2020

NIM : G3401201027 Asisten : Meta Dwi Yanti (E4470013)


Kelompok :2 Mia Aulia Nurdini (G34170027)
Kelas : ST17.1 Siti Aisah (G34170047)
Jurusan : Biologi Salsabilla Ariana P (G34170112)

Pewarisan Sifat pada Tanaman dan Penerapannya untuk Golongan Darah


Sistem-ABO

Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengetahui bagaimana alur pewarisan sifat pada tanaman maupun
golongan darah manusia.

Pertanyaan dan Jawaban

A. Analisis Monohibrid dan Dihibrid dari Hasil Percobaan Bateson et al. (1905)
1. Lakukan pengujian Khi-kuadrat dari data fenotipe F2 untuk masing-masing sifat secara
terpisah (monohibrid), yaitu untuk Sifat Warna Bunga dan untuk Sifat Bentuk Polen.

Tabel 1 Uji khi-kuadrat dan analisis genetik dari fenotipe F2 untuk Sifat Warna Bunga
dari hasil persilangan pada Sweet pea (Lathyrus odoratus) (Bateson et al.1905)
No Ciri Fenotipe Observasi Hipotesis Harapan χ2-hitung
1 Ungu 5221 ¾ 5214 0.0094
2 Merah 1731 ¼ 1738 0.0282
Jumlah 6952 1 6952 0.0376
x -tabel (db=1, α=0.05) = 3.841
2

(𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖−ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛)²
x2-hitung = ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛
Berdasarkan hasil perhitungan, Hasil perhitungan menunjukkan 𝑥 2−ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔≤ 𝑥 2
𝑑𝑏 𝛼; maka dapat diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran
harapan; atau berarti bahwa perbandingan ciri Fenotipe F2 untuk sifat warna ungu : sifat
warna merah = ¾ : ¼

Tabel 2 Uji khi-kuadrat dan analisis genetik dari fenotipe F2 untuk Sifat Bentuk Polen dari
hasil persilangan pada Sweet pea (Lathyrus odoratus) (Bateson et al. 1905)
No Ciri Fenotipe Observasi Hipotesis Harapan χ2-hitung
1 Panjang 5224 ¾ 5214 0.0192
2 Bulat 1728 ¼ 1738 0.0575
Jumlah 6952 1 6952 0.0667
x -tabel (db=1, α=0.05) = 3.841
2
Contoh perhitungan 𝑥 2−ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ciri Fenotipe F2 Panjang
(0₁ − 𝐸₁)² (5224 − 5214)²
𝑥² = = = 0.019516
𝐸₁ 5214
Contoh perhitungan 𝑥 2−ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ciri Fenotipe F2 Bulat
(02 − 𝐸 2 )2 (1728 − 1738)2
𝑥² = = = 0.057537
𝐸2 1738
Hasil perhitungan menunjukkan 𝑥 2−ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑥 2 𝑑𝑏 𝛼 ; maka dapat diterima bahwa
sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan; atau berarti bahwa
perbandingan ciri Fenotipe F2 untuk sifat bentuk Panjang : Bulat = ¾ : ¼

2. Bagaimana determinisme genetik atau pengendalian genetik untuk masing-masing sifat


tersebut?
Determinisme genetik atau pengendalian genetik untuk masing-masing sifat warna
bunga dan bentuk polen Sweet Pea (Lathyrus odoratus) memiliki ciri khas masing-masing
dikendalikan oleh sifat dominan. Seperti pada warma bunga dikendalikan oleh warna ungu
yang bersifat dominan dan warna merah yang bersifat resesif. Pada bentuk polen
dikendalikan oleh bentuk polen panjang yang bersifat dominan dan bentuk polen pendek
yang bersifat resesif.

3. Buat diagram persilangan dan model pewarisan sifat untuk masing-masing sifat tersebut.
3.1 Diagram Persilangan dan Model Pewarisan Sifat Warna Bunga Sweet Pea (Lathyrus
odoratus)

P₁ Genotipe UU uu
Fenotipe Ungu x Merah
Gamet U u

F₁ Genotipe Uu
Fenotipe Ungu

P₂ Genotipe Uu uu
Fenotipe Ungu x Merah
Gamet U dan u U dan u
F₂
Gamet U u
U UU Uu
Ungu Ungu
u Uu uu
Ungu Merah
Gambar 3.1 Persilangan monohibrid untuk sifat warna bunga antara warna bunga ungu
dengan warna bunga merah.

3.2 Diagram persilangan dan model pewarisan sifat bentuk polen Sweet Pea (Lathyrus
odoratus)

P₁ Genotipe UU uu
Fenotipe Ungu x Merah
Gamet U u

F₁ Genotipe Uu
Fenotipe Ungu

P₂ Genotipe Uu uu
Fenotipe Ungu x Merah
Gamet U dan u U dan u

F₂
Gamet U u
U UU Uu
Ungu Ungu
u Uu uu
Ungu Merah
Gambar 1.2 Persilangan monohibrid untuk sifat bentuk polen antara polen
panjang dengan polen bulat.

4. Lakukan pengujian Khi-kuadrat untuk data fenotipe F2 sekaligus untuk dua sifat beda
(dihibrid) dengan pengujian atau hipotesis bahwa kedua gen pengendali Sifat Warna
Bunga dan Sifat Bentuk Polen saling bebas dengan pengujian peluang dua kejadian bebas.

Tabel 4 Uji khi-kuadrat dan analisis fenotipe F2 untuk menguji bahwa gen pengendali
Sifat Warna Bunga dan gen pengendali Sifat Bentuk Polen adalah saling bebas.
No Ciri Fenotipe F2 Observasi Hipotesis Harapan χ2-hitung
1 Ungu - Panjang 4831 ¾ x ¾ = 9⁄16 3910.5 216.678
2 Ungu - Bulat 390 3
¾ x ¼ = ⁄16 1303.5 640.186
3 Merah - Panjang 393 ¼ x ¾ = 3⁄16 1303.5 635.988
4 Merah - Bulat 1338 ¼ x ¼ = 1⁄16 434.5 1878.739
Jumlah 6952 1 6952 3371.591
x -tabel (db=3, α=0.05) = 7.815
2

Hasil perhitungan ternyata 𝑥 2−ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑥 2 𝑑𝑏 𝛼 ; maka diterima bahwa sebaran


pengamatan berbeda ternyata dengan sebaran harapan; atau berarti bahwa perbandingan
ciri fenotipe F2 untuk kombinasi sifat warna bunga dan sifat bentuk polen yaitu 9:3:3:1.

5. Bagaimana kesimpulan anda, apakah gen pengendali Sifat Warna Bunga dan gen
pengendali Sifat Bentuk Polen berada pada satu kromosom yang sama atau berada pada
kromosom berbeda, dan kenapa?
Gen pengendali sifat warna bunga dan gen pengendali sifat bentuk polen berada pada
kromosom yang sama karena sebagaimana fungsi utamanya adalah untuk menyimpan
materi genetic yang menentukan sifat dan kekhasan setiap individ. Serta kromosom
berperan pembelahan sel dan memastikan masing-masing sel yang telah membelah
mendapatkan gen yang sama. Pada pengendali sifat suatu makhluk hidup merupakan jenis
kromosom autosom yang berupa kromosom homolog yang memiliki bentuk yang sama
dan lokus gen yang bersesuaian. (Ramlawati et al. 2017). Kromososm homolog akan
melakukan pindah silang dan akhirnya memunculkan sifat baru pada keturunan
selanjutnya. (Reece et al. 2014)

6. Buat diagram persilangan dan model pewarisan sifat untuk Warna Bunga dan Bentuk
Polen tersebut.
Diagram persilangan dan model pewarisan sifat dihybrid (warna bunga dan bentuk polen)
Sweet Pea (Lathyrus odoratus).

P1 Genotipe UUPP uupp


Fenotipe Ungu-Panjang x Merah-Bulat
Gamet U dan P u dan p

F1 Genotipe UuPp
Fenotipe Ungu-Panjang

P2 Genotipe UuPp UuPp


Fenotipe Ungu-Panjang x Ungu-Panjang
Gamet U, u, P, p U, u, P, p

F2 Gamet UP Up uP up
UP UUPP UUPp UuPP UuPp
Up UUPp UUpp UuPp Uupp
uP UuPP UuPp uuPP uupP
up UuPp Uupp uuPp uupp
7. Kombinasi fenotipe ciri-sifat yang baru muncul pada F2 (tidak ada di tetua maupun F1)
terjadi karena mekanisme berpadu bebas atau pindah silang, dan jelaskan mengapa?
Kombinasi fenotipe ciri-ciri sifat yang baru muncul pada F2 (tidak ada di tetua maupun
F1) terjadi karena terjadinya persilangan F1 (dominasi sifat masingmasing dari tetua) yang
sesuai dengan hukum Mendel yang didapatkan hasil 100% sifat mengikuti salah satu tetua
F1. (Maulidha & Sugiharto 2019). Pada persilangan F1 diperoleh keturunan kedua (F2)
dan diperoleh faktor yang dominan dan resesif , sehingga menghasilkan rasi perbandingan
yang asalnya 3:1, sesudah disilangkan kembali F2 yang memiliki gen dominan dan resesif
muncul lagi perbandingan menjadi 9:3:3:1.

8. Buatkan prosedur ringkas, bagaimana teknik dan tahapan melakukan persilangan buatan
pada tanaman Sweat pea.
Benih dibeli di toko kebun kemudian dibasahi dan didiamkan semalaman atau 24
jam. Benih ditempatkan diatas kertas dalam wadah plastik agar tidak terendam air.
Kemuadian nampan benih diisi kompos. Kompos ditekan lembut untuk menghilangkan
udara. Kompos disirami dan benih diletakan diatas kompos dan ditempatkan disetiap
kompartemen. Benih ditutup drngan lapisan tipis kompos. Benih ditunggi dalam waktu
sampai dengan sekitar 7 hari. Ujung tanaman yang tumbuh dipetik saat benih berukuran
sekitar 10-15 cm. Sweet pea ditanam dilingkungan. Tanah digali sehingga menjadi lubang
kecil kemudian diisi kompos dan ditutupi dengan lapisan tanah di atasnya. Tongkat dengan
jumlah empat buah digunakan untuk membuat wigwam. Tongkat ditempatkan dalam pola
persegi dengan jarak 30 cm dan ikat menjadi satu. Canes diikat dengan sepotong benang.
Kacang polong diikat ketika 60 cm. Tanaman disiram dengan baik agar tetap terjaga
sampai muncul bunga.
Setelah bunga sudah tumbuh, waktu untuk persilangan sudah bisa dimulai dengan
dicarinya tunas bunga berbeda yang masih muda untuk pernyerbukan. Kelopak bunga
dibuka keseluruhan dengan perlahan mengunakan penjepit sampai terlihat putik bungga.
Kemudian serbuk sari ditempelkan di kepala putik untuk dapat terjadinya persilangan.
Kemudain diberi label untuk membedakannya dan inilah adalah bunga persilangan yang
nantinya akan mekar.

B. Pewarisan Sifat Golongan Darah Sistem-ABO


1. Catat data golongan darah sistem-ABO anda dan keluarga anda (saudara kandung, ayah-
ibu, kakek-nenek, dan lainnya bila masih diperlukan).
Ayah : A
Ibu : B
Saya : AB
Adik : B
2. Buat silsilah pewarisan sifat golongan darah sistem-ABO pada keluarga anda.
Tetua (P) : Ayah (A) x Ibu (B)
A A
I I IBIO
A A
Gamet : I I IBIO

F1 : IAIB

3. Lakukan analisis untuk pewarisan sifat golongan darah sistem-ABO tersebut, sampai
dapat mengetahui dan memastikan genotipe dari masing-masing anggota keluarga:
a. Bagaimana genotipe golongan darah sistem-ABO anda, serta ayah dan ibu kandung
anda?
Genotipe ayah saya adalah IAIA karena memiliki golongan darah A yang merupakan
homozigot. Ibu saya yang memiliki golongan darah B memilki genotipe heterozigot.
Saya memiliki golongan darah AB dengan genotipe heterozigot dan adik saya
memiliki golongan darah B homozigot. Perkawinan dua individu homozigot dan
heterozigot akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipe 1:2:1 sama
seperti perbandingan genotipnya.

b. Apakah untuk dapat menentukan/memastikan genotipe anda cukup menggunakan data


golongan darah anda dan ayah-ibu anda saja, atau perlu tambahan dari saudara
kandung, atau bahkan harus ditambah data dari kakek-nenek anda dari pihak ayah
dan/atau ibu anda?
Pada silsilah pewarisan sifat golongan darah keluarga, Ayah berolongan darah
A dan Ibu juga bergolongan darah B, lalu golongan darah yang dihasilkan adalah saya
(AB), dan adik (B). Hasil ini menunjukkan bahwa golongan darah ayah bergenotipe
IAIA, tapi kemungkinan jika genotipe golongan darah ayah IAIO itu ada, karena disini
genotipe dari golongan darah orang tua kandung ayah tidak diketahui dan ditambah
lagi dengan golongan darah anak yang dihasilkan semuanya adalah AB maka genotipe
golongan darah ayah sementara saat ini adalah I AIA, lalu golongan darah ibu
bergenotipe IBIO.

c. Bila anda menikah dengan pasangan bergolongan darah yang sama dengan anda,
bagaimana kemungkinan golongan darah anak-anak anda?

IA IB
IA IAIA IAIB
IB IAIB IBIB

IAIA : IAIB : IBIB = 25% : 50% : 25%


Sesuai dengan tabel diatas maka kemungkinan golongan darah keturunan saya nanti
adalah A homozigot sebesar 5%, AB sebesar 50%, atau B homozigot sebesar 25%.

Anda mungkin juga menyukai