Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

GERAK MENGGELINDING

KAMILAH DA’INAWARI
G8401201060
ST23.2

Dosen Penanggung Jawab Praktikum


Dr. R. Tony Ibnu Sumaryada Wijaya Puspita, S.Si., M.Si.

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IPB UNIVERSITY
2021
A. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan agar mampu menentukan besar percepatan gerak
menggelinding murni pada bidang miring baik secara teori maupun secara eksperimen
serta membandingkan keduanya dan memberikan ulasan tentang kedua hasil tersebut.
B. Teori Singkat
Pada tahun 1678, Issac Newton menyatakan hukum-hukum fisika tentang gerak.
Hukum I Newton menyatakan kelembaman suatu benda atau momen inersia, Hukum II
Newton menyatakan bahwa percepatan disebabkan oleh gaya yang bekerja pada benda
bermassa dan Hukum III Newton menyatakan hukum gaya aksi-reaksi. Studi ilmu fisika
menyatakan bahwa penyebab benda bergerak disebut gaya. Ilmu yang mempelajari
tentang gerak tanpa memperhitungkan penyebab terjadinya gerak disebut kinematika.
Sedangkan, ilmu yang mempelajari tentang gerak dan memperhitungkan gaya
penyebabnya disebut dinamika.
Pada konsep kinematika dan dinamika ada yang disebut gerak translasi dan gerak
rotasi. Gerak translasi sering disebut gerak lurus. Gerak lurus dapat dikelompokkan
menjadi gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan. Gerak lurus beraturan
adalah gerak yang memiliki kecepatan tetap atau percepatan nol. Sedangkan, gerak rotasi
merupakan gerak melingkar suatu benda pada porosnya. Persamaan gerak pada gerak
melingkar ekuivalen dengan persamaan gerak linier.
Gerak menggelinding merupakan gerak gabungan antara gerak rotasi dan gerak
translasi (Umar 2008). Gerak menggelinding dapat terjadi di atas permukaan bidang datar
ataupun miring. Benda yang menggelinding pada suatu bidang akan mengalami gerak
rotasi terhadap sumbu benda dan gerak translasi terhadap benda yang dilaluinya. Jika
tidak ada slip antara benda yang menggelinding dan permukaan bidangnya, dapat
dikatakan benda tersebut mengalami gerak menggelinding murni.

Gambar 5.1
Ditinjau gerak translasi pada bola yang bergerak di bidang miringseperti pada
Gambar 5.1, dengan asumsi bahwa semua gaya luar bekerja di pusat massa bola maka
hukum II Newton Σ𝐹𝑥 = 𝑚𝑎 menjadi

𝑚𝑔sin𝜃 − 𝑓 = 𝑚𝑎 (5.1)

menggunakan persamaan (5.1) dengan 𝑚 = massa bola, 𝑔 = percepatan gravitasi bumi


(konstan), 𝑎 = percepatan gerak bola, 𝜃 = sudut kemiringan benda miring, dan 𝑓 = gaya
gesek, maka dapat diperoleh percepatan gerak bola yang menggelinding murni 𝑎 (Yusuf
2015).
C. Data
Tabel 5a-1 Penentuan momen inersia benda putar
i i n
ss n si
n n Luar Rongga
(gram)
(cm) (cm)
Silinder Pejal
Tabel 5b-1 Penentuan percepatan teoritis
𝜃 𝑔 s 𝑎 s

Tabel 5c-1 Data Percobaan 5.1


Waktu Posisi
i s
t s
1 0 0 0 𝑎 = 3.31244 s = 0.00111 m
2 0.08 0.0032 0.011 𝑎 = 0.00302 = 0.00038
3 0.16 0.0128 0.044
4 0.24 0.0288 0.097
5 0.32 0.0512 0.172
6 0.4 0.08 0.266
7 0.48 0.1152 0.382
8 0.56 0.1568 0.521
9 0.64 0.2048 0.68
10 0.72 0.2592 0.859

Tabel 5a-2 Penentuan momen inersia benda putar


i i n
ss
n n Luar Rongga n si
(gram)
(cm) (cm)

Silinder Berongga
Tabel 5b-2 Penentuan percepatan teoritis
𝜃 𝑔 s 𝑎 s

Tabel 5c-2 Data Percobaan 5.2


Waktu Posisi
i s
t s
1 0 0 0 𝑎 = 1.3400 s = 0.00490 m
2 0.08 0.0032 0.008 𝑎 = 0.0086 = 0.00108
3 0.16 0.0128 0.023
4 0.24 0.0288 0.045
5 0.32 0.0512 0.075
6 0.4 0.08 0.114
7 0.48 0.1152 0.161
8 0.56 0.1568 0.216
9 0.64 0.2048 0.279
10 0.72 0.2592 0.35

Tabel 5a-3 Penentuan momen inersia benda putar


i i n
n n ss n si
Luar Rongga
(gram)
(cm) (cm)
Bola Pejal
Tabel 5b-3 Penentuan percepatan teoritis

Tabel 5c-3 Data Percobaan 5.3


Waktu Posisi
i s
t s
1 0 0 0 𝑎 = 1.2301 s = 0.0040 m
2 0.12 0.0072 0.011 𝑎 = 0.0078 = 0.0022
3 0.24 0.0288 0.039
4 0.36 0.0648 0.084
5 0.48 0.1152 0.147
6 0.6 0.18 0.227
7 0.72 0.2592 0.324
8 0.84 0.3528 0.442
9 0.96 0.4608 0.578
10 1.08 0.5832 0.712

D. Pengolahan Data
1. Tabel 5a-1
Menghitung momen inersia silinder pejal

= 𝑚𝑅

= × ×
= /
2. Tabel 5b-1
Menghitung percepatan teori

𝑔𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑎 =
+

Nilai 𝑠𝑖𝑛𝜃 untuk perhitungan percepatan teori diperoleh dengan mengubah derajat
sudut ke radian sudut menggunakan rumus excel =SIN(RADIANS(30.0)).

/s ×
𝑎 =
+

𝑎 = /s
3. Tabel 5c-1
Menentukan percepatan eksperimen (𝑎 𝑘𝑠𝑝 ) dan titik potong kurva dengan
sumbu tegak dari Tabel 5c-1 ( ) yang masing-masing beserta ketidakpastiannya
dapat menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel dengan rumus
=LINEST(J1:J10,I1:I10,TRUE,TRUE).

Grafik x terhadap 1/2t^2


1
y = 3.3124x + 0.0011
0.8
posisi x (m)

0.6

0.4

0.2

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
waktu 1/2 t^2 (s^2)

Grafik 5.1
4. Tabel 5a-2
a. Menghitung momen inersia silinder berongga

= 𝑚 𝑅 +𝑟

= × × +

=
b. Nilai koefisien silinder berongga
𝑅 +𝑟
=
𝑅

+
=

=
5. Tabel 5b-2
Menghitung percepatan teori

𝑔𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑎 =
+

Nilai 𝑠𝑖𝑛𝜃 untuk perhitungan percepatan teori diperoleh dengan mengubah derajat
sudut ke radian sudut menggunakan rumus excel =SIN(RADIANS(15.0)).

/s ×
𝑎 =
+

𝑎 = /s
6. Tabel 5c-2
Menentukan percepatan eksperimen (𝑎 𝑘𝑠𝑝 ) dan titik potong kurva dengan
sumbu tegak dari Tabel 5c-2 ( ) yang masing-masing beserta ketidakpastiannya
dapat menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel dengan rumus
=LINEST(J1:J10,I1:I10,TRUE,TRUE).

Grafik x terhadap 1/2t^2


0.4
0.35 y = 1.34x + 0.0049
0.3
posisi x (m)

0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
waktu 1/2t^2 (s^2)

Grafik 5.2
7. Tabel 5a-3
Menghitung momen inersia bola pejal
= 𝑚𝑅
= × ×

= /
8. Tabel 5b-3
Menghitung percepatan teori

𝑔𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑎 =
+

Nilai 𝑠𝑖𝑛𝜃 untuk perhitungan percepatan teori diperoleh dengan mengubah derajat
sudut ke radian sudut menggunakan rumus excel =SIN(RADIANS(10.0)).

/s ×
𝑎 =
+

𝑎 = /s
9. Tabel 5c-3
Menentukan percepatan eksperimen (𝑎 𝑘𝑠𝑝 ) dan titik potong kurva dengan
sumbu tegak dari Tabel 5c-3 ( ) yang masing-masing beserta ketidakpastiannya
dapat menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel dengan rumus
=LINEST(J1:J10,I1:I10,TRUE,TRUE).

Grafik x terhadap 1/2t^2


0.8
0.7 y = 1.2301x + 0.004
0.6
posisi x (m)

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
waktu 1/2t^2 (s^2)

Grafik 5.3
E. Pembahasan
Percobaan kali ini dilakukan dengan mengamati pergerakan tiga benda putar dengan
jenis yang berbeda di atas permukaan bidang miring. Percobaan pertama dilakukan
dengan menggunakan silinder pejal, percobaan kedua menggunakan silinder berongga,
dan percobaan ketiga menggunakan bola pejal. Silinder pejal, silinder berongga, dan bola
pejal masing-masing memiliki nilai koefisien yang berbeda secara berurutan
1
, , dan 5 . Massa setiap benda putar pada Tabel 5a-1, Tabel 5a-2, dan 5a-3
ditimbang menggunakan neraca ohaus dengan besaran satuan gram , sehingga
diperoleh massa dari ketiga benda tegar tersebut. Silinder pejal memiliki massa sebesar
, silinder berongga memiliki massa sebesar ,
dan bola pejal memiliki massa sebesar Diameter dari setiap benda
putar yang terdata pada Tabel 5a-1, 5a-2, dan 5a-3 diukur menggunakan jangka sorong. Diameter
yang diukur adalah diameter luarnya, sehingga diperoleh diameter luar silinder pejal
, diameter luar silinder berongga , dan diameter luar
bola pejal sebesar . Khusus untuk silinder berongga, karena memiliki diameter
dalam maka diameter dalamnnya juga diukur dan diperoleh sebesar .
Menggunakan beberapa data yang telah diperoleh maka dapat ditentukan momen inersia 𝐼
dari setiap benda putar tersebut. Karena nilai koefisien setiap benda putarnya berbeda, rumus
untuk mencari momen inersianya pun juga berbeda. Momen inersia silinder pejal dapat diperoleh
menggunakan rumus persamaan

= 𝑚𝑅

Simbol 𝑚 merupakan massa silinder pejal dengan besaran satuan gram dan 𝑅
merupakan jari-jari luar silinder pejal dengan besaran satuan cm, sehingga diperoleh
momen inersia sebesar / . Momen inersia silinder berongga dapat diperoleh
menggunakan rumus persamaan

= 𝑚 𝑅 +𝑟

Perbedaan antara persamaan 5.2 dan 5.3 hanya terletak pada jari-jari dalam silinder
berongga, sehingga dapat diperoleh momen inersia silinder berongga sebesar
/ . Pada bola pejal, momen inersia diperoleh menggunakan persamaan yang hampir
serupa dengan persamaan 5.2, yang membedakan hanyalah nilai koefisiennya saja.
Persamaannya sebagai berikut

= 𝑚𝑅

Sehingga dari persamaan 5.4 dapat diperoleh momen inersia bola pejal sebesar
/ . Momen inersia yang semakin besar akan membuat benda putar
tersebut semakin sulit untuk menggelinding, sehingga membutuhkan gaya yang lebih
besar lagi untuk menggelindingkannya.
Sebuah bidang miring tentunya akan menghasilkan kemiringan sudut pada titik
bawahnya, sehingga dalam percobaan kali ini diatur kemiringan sudut 𝜃 yang berbeda
bagi setiap benda putar yang menggelinding di atas bidang miring. Kemiringan sudut
bidang miring yang dilalui oleh silinder pejal sebesar 30o (lihat Tabel 5b-1), kemiringan
sudut untuk bidang miring yang dilalui oleh silinder berongga sebesar 15o (lihat Tabel
5b-2), dan kemiringan sudut untuk bidang miring yang dilalui oleh bola pejal sebesar 10o
(lihat Tabel 5b-3). Ketika benda putar digelindingkan di atas sebuah bidang miring maka
akan bekerja tiga gaya sekaligus yaitu gaya gravitasi 𝑔 , gaya normal 𝑁 , dan gaya
gesek statis 𝑓𝑠 (lihat Gambar 5.1). Karena benda putar ini bergerak maka dapat
ditentukan percepatan translasinya secara teori 𝑎 menggunakan persamaan

𝑔𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑎 =
+

Kemiringan sudut yang ditentukan dengan ukuran satuan derajat (o) harus diubah
terlebih dahulu ke satuan radian (rad), sehingga diperoleh nilai sin dari kemiringan sudut
silinder pejal, silinder berongga, dan bola pejal dalam satuan radian secara berurutan yaitu
0.5, 0.259, dan 0.174. Karena nilai percepatan gravitasi konstan bagi setiap benda putar
dan masing-masing benda putar yang dijadikan bahan percobaan memiliki nilai koefisien
yang sudah ditetapkan, maka dapat diperoleh percepatan translasi untuk silinder pejal
secara teori yaitu /s , sedangkan percepatan translasi untuk silinder berongga
secara teori yaitu /s dan untuk percepatan translasi bola pejal secara teori yaitu
/s .
Selain menentukan percepatan secara teori, percepatan secara eksperimen pun juga
ditentukan dengan mendata posisi benda putar dengan waktu tempuhnya, dalam hal ini
1
dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara posisi terhadap waktu tempuh ( 𝑡 ).
Data-data yang diperoleh (lihat Tabel 5c-1, Tabel 5c-2, Tabel 5c-3) kemudian diolah
menggunakan rumus LINEST pada perangkat lunak Microsoft Excel sehingga
menghasilkan percepatan eksperimen 𝑎 𝑘𝑠𝑝 dan titik potong kurva pada sumbu y
beserta ketidakpastiannya bagi masing-masing benda putar yang digunakan dalam
percobaan kali ini.
Percepatan eksperimen untuk silinder putar diperoleh s
dan titik potong kurva pada sumbu y terletak pada posisi .
Percepatan eksperimen untuk benda putar kedua yaitu silinder berongga diperoleh
s dan titik potong kurva pada sumbu y terletak pada posisi
. Terakhir, percepatan eksperimen untuk bola pejal yang diperoleh
yaitu s dan titik potong kurva pada sumbu y terletak pada posisi
. Data-data pada Tabel 5c-1, Tabel 5c-2, dan Tabel 5c-3 juga dapat
disajikan dalam bentuk grafik (lihat Grafik 5.1, Grafik 5.2, dan Grafik 5.3). Dapat
dianalisis bahwa semakin jauh posisi yang ditetapkan maka waktu pun akan semakin
1
lama yang dapat juga diartikan bahwa grafik antara terhadap 𝑡 berbanding lurus.
Ketika menentukan percepatan translasi pada benda putar, tidak menutup
kemungkinan terjadinya beberapa kesalahan yang menyebabkan hasilnya kurang akurat.
Kesalahan-kesalahan tersebut dapat secara sistematis maupun acak. Kesalahan-kesalahan
pada percobaan kali ini bisa terjadi karena kerusakan alat yang digunakan untuk
menimbang atau mengukur benda putar, kesalahan membaca (paralaks), perhitungan
waktu tempuh yang kurang sesuai dengan awal mula bergeraknya benda, bahkan sampai
kurangnya kemampuan praktikan dalam menganalisis hasil percobaan.
F. Simpulan
Pada praktikum menggunakan tiga benda putar yang berbeda jenisnya yaitu silinder
pejal, silinder berongga, dan bola pejal. Percepatan translasi benda-benda tersebut ketka
menggelinding murni dapat diperoleh secara teori maupun secara eksperimen. Hasil
perhitungan menunjukan bahwa percepatan teori seringkali lebih besar dibandingkan
dengan percepatan eksperimen, meskipun perbedaan tersebut tidak terlalu jauh.
Perbedaan pada hasil perhitungan antara percepatan teori dan percepatan eksperimen
terjadi karena adanya beberapa kesalahan seperti kerusakan alat yang digunakan untuk
menimbang atau mengukur benda putar, kesalahan membaca (paralaks), perhitungan
waktu tempuh yang kurang sesuai dengan awal mula bergeraknya benda, bahkan sampai
kurangnya kemampuan praktikan dalam menganalisis hasil percobaan. Oleh karena itu,
penulisan ketidakpastian pada hasil perhitungan dan pengukuran pada praktikum kali ini
dicantumkan guna meyakini bahwa nilai yang dihasilkan pada perhitungan secara teori
tidak jauh berbeda dengan nilai yang sebenarnya.

Daftar Pustaka
Anugraha A. 2018. Pengantar Mekanika Klasik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Rustan, Handayani L. 2020. Penentuan koefisien momen inersia benda tegar berbasis
arduino. Saintifik. 6(2): 125–129. doi: 10.31605/saintifik.v6i2.258.
Sesa E, Ulum MS, Farhamsa D, Samsul. 2018. Penentu kecepatan dan percepatan benda
berbasis mikrokontroler arduino pada percobaan benda menggelinding pada bidang
miring. Natural Science. 7(2): 166–175. doi: 10.22487/25411969.2018.v7.i2.10568.
Umar E. 2008. Buku Pintar Fisika. Jakarta: Media Pusindo.
Yusuf K. 2015. Penentuan koefisien momen inersia dengan video analisis. Di dalam:
Tim Editorial FKIP UNS. Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika; 2015 Jun
25; Surakarta, Indonesia. Surakarta: Physics Education Department, Faculty of
Teacher Training and Education: 174–178; [diakses 2021 Mar 17].
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=430816&val=5822&title
=Penentuan%20Koefisien%20Momen%20Inersia%20dengan%20Video%20Analisi
s.

Anda mungkin juga menyukai