Anda di halaman 1dari 7

Nama : Neng Wina Afrilla F.N Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Nampiah S.

Asisten Praktikum
NIM : D2401201037
1. Edo Adianto R A14160064
Kelas / Kelompok : ST 16.2 / 6 2. Intan Maya Ade P G34170090
Hari, Tanggal : Rabu, 9 Desember 2020 3. Muhammad Saepul U G34170038
4. Ai Sukma E44170042

SEL DARAH MERAH DAN PUTIH PADA BERBAGAI TAKSA HEWAN


KONSEP DIAGNOSTIK DINI KELAINAN GENETIK DARI SAMPEL DARAH

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Struktur tubuh hewan terorganisasi ke dalam serial tingkatan hirarki seperti kita mempelajari atom,
molekul sampai sel, atau lebih jauh lagi dari sel sampai ekosistem. Jika diambil contoh, satu sel otot pada
jantung seekor hewan berfungsi dalam kontraksi jantung. Setiap sel otot bercabang sehingga koneksi antara
satu sel dengang sel lainnya menjamin koordinasi dalam kontraksi semua sel otot pada jantung. Sel-sel otot
membentuk tingkatan kedua dari struktur dan fungsi yang disebut jaringan. Jaringan yaitu kelompok sel yang
serupa dengan fungsi yang spesifik. Jantung terdiri dari dua atau lebih tipe jaringan yang bergabung
menjalankan fungsi tertentu. Selain memiliki jaringan otot, jantung juga tersusun dari jaringan ikat. Dalam hal
ini jantung merupakan contoh dari tingkat hirarki berikutnya yang disebut organ. Jantung merupakan salah
satu organ di dalam sistem sirkulasi. Selain itu bagian lain dari sistem sirkulasi yaitu pembuluh darah seperti
arteri, vena dan kapiler (Ganong, 2015).
Struktur tubuh hewan dikelompokkan menjadi empat jaringan dasar yaitu epitel, ikat, otot dan saraf.
Dari keempatnya, jaringan ikat adalah yang paling berbeda ditinjau dari dasar penyusunan sel-selnya. Pada
jaringan ikat, matriks ekstraselular merendam sempurna semua selsel penyusunnya dan karenanya berfungsi
menahan tekanan mekanis. Sedangkan pada ketiga jaringan yang lain, matriks ekstraselular tidak sebanyak
pada jaringan ikat. Praktikum ini akan membahas mengenai salah satu sel penyusun jaringan ikat, yaitu sel
darah (Ganong, 2015).
Darah merupakan komponen dalam sistem sirkulasi yang berperan penting dalam mendistribusikan
berbagai senyawa esensial yang dibutuhkan tubuh. Darah hewan Vertebrata terdiri atas sel-sel darah yang
tersuspensi di dalam plasma danberedar menuju organ-organ tubuh. Unsur seluler atau sel darah terbagi
menjadi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),dan keping darah (trombosit). Bentuk, ukuran,
dan persentase jumlah eritrosit dan leukosit berbeda untuk setiap jenis hewan Vertebrata (Smith and Jarecki,
2011). Eritrosit Mamalia diketahui tidak memiliki inti sel, namun tidak demikian dengan eritrosit hewan dari
kelas Pisces, Amphibia, Reptilia, dan Aves yang memiliki inti. Demikian pula dengan jumlah dan tipe sel
leukosit yang memiliki gambaran berbeda untuk tiap jenis hewan.
Parameter karakteristik sel darah meliputi ukuran dan bentuk dari sel darah baik berupa sel darah
merah, trombosit dan diferensiasi leukosit. Bentuk dan ukuran sel darah terutama eritrosit sangat berpengaruh
terhadap volume pengakutan oksigen. Pada umumnya sel darah pada ikan berbentuk oval mempunyai volume
oksigen lebih besar dibandingkan bentuk bikonkaf karena bentuk oval lebih banyak ruang dalam pengangkutan
oksigen (Shadkhast, 2012).
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan memahami mekanisme pembuatan preparat ulas darah, mengidentifikasi
bentuk sel darah merah dan sel darah putih pada berbagai hewan vertebrata serta bagian-bagiannya, dan
memahami salah satu contoh mekanisme pengujian kelainan genetik pada manusia.
HASIL PENGAMATAN
I. PEMBUATAN PREPARAT ULAS DARAH
Alat dan Bahan
Alat atau media yang digunakan pada praktikum ini berupa link video yang berasal
dari kanal YouTube dan berbagai sumber gambar valid yang ada di internet.
Metode

Menyiapkan peralatan
dan bahan

Meneteskan darah pada kaca objek, kira-kira 1-2 cm


dari salah satu ujungnya dengan diameter 1 mm

Mengangin-anginkan
hasil ulas darah hingga
kering

Memegang kaca objek yang lain sebagai perata.


Kaca tersebut dipegang membentuk sudut 30-40°
dengan kaca sediaan. Diletakkan di depan tetesan
darah tadi lalu diundurkan sepanjang sisi garis temu
kedua kaca objek, kemudian kaca perata didorong
sepanjang kaca sediaan dengan gerakan cepat,
tetap/tidak ragu/tidak kaku

Memfiksasi preparat
ulas darah

Mewarnai preparat ulas darah

Mencuci preparat dengan air bersih dan


diangin-anginkan

Memeriksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000×.

(Harvey, 2012)
II. IDENTIFIKASI PERBEDAAN DAN PERSAMAAN SEL DARAH MERAH DAN PUTIH PADA HEWAN
Metode
Mencari gambar di internet preparat sel darah merah dan putih (eritrosit, neutrofil dan monosit) dari spesies kelas Amfibia,
Aves, dan Mamalia.
Gambar 1. Sel eritrosit pada kodok lambu (Rana catesbeina)
Perbesaran 10 × 10
Sumber: Jurnal Indonesia Medicus Veterinus

Sitoplasma

Inti sel

Gambar 2. Sel neutofil pada kodok lambu (Rana catesbeina)


Perbesaran 10 × 10
Sumber: Jurnal Indonesia Medicus Veterinus

Sitoplasma

Inti sel

Gambar 3. Sel monosit pada kodok lambu (Rana catesbeina)


Perbesaran 10 × 10
Sumber: Jurnal Indonesia Medicus Veterinus

Sitoplasma
Eritrosit

Gambar 4. Sel darah burung merpati (Columba livia)


Monosit
Perbesaran 4 × 10
Sumber: Jurnal Bioma

Heterofil

Neutrofil

Gambar 4. Sel darah mencit (Mus musculus)


Trombosit Perbesaran 4 × 10
Sumber: Jurnal Bioma

Eritrosit
PEMBAHASAN
Tabel 1. Perbandingan (persamaan dan perbedaan) sel darah hewan-hewan vertebrata

Sel darah Komponen Amfibia Aves Mamalia


Sel darah putih Tempat Kelenjar timus, Kelenjar timus, Kelenjar timus,
(leukosit) pembentukan limfa, hati, tonsil, sumsum merah, sumsum tulang
utama faringeal, jalur jalur Peyer di belakang
Peyer di dinding dinding usus
usus halus halus, bursa
Fabricus
Tipe limfoid Limfosit, Limfosit, Limfosit,
monosit monosit monosit
Granulosit Neutrofil, Eosionofil, Neutrofil,
eosionofil, sedikit neutrofil basofil, eusinofil
sedikit basofil dan basofil
Sel darah merah Tempat Limfa, hati, Sumsum merah Sumsum merah
(eritrosit) pembentukan ginjal, dan dan limfa
utama sumsum merah
(pada katak
jantan di musim
kawin)
Bentuk Oval Oval Bundar, cekung
Inti Ada Ada Tidak ada
Hemoglobin Ada Ada Ada
Sumber: Buku Hematology of Lower Vertebrates

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa persamaan sel darah merah dan putih antar hewan
verebrata yaitu sama-sama bertipe limfoid monosit dan limfosit, dan mempunyai hemoglobin.
Sedangkan perbedaan sel darah merah dengan sel darah putih adalah baik Mammalia (binatang
menyusui) maupun Aves (burung) adalah makhluk dengan darah panas yang mampu menjaga suhu
tubuhnya sendiri. Keduanya juga memiliki jantung dengan 4 ruang yang mampu memompa darah ke
seluruh bagian tubuh. Namun sel darah merah keduanya berbeda. Berbeda dengan Aves, sel darah
merah pada Mamalia tidak memiliki nukleus. Sel darah merah atau eritrosit terbentuk di sumsum
tulang. Sel darah merah berasal dari sel induk, yang tumbuh menjadi eritroblast, kemudian
berdiferensiasi dan menjadi Sel darah merah. Pada Mamalia, dalam proses diferensiasi Sel darah
merah kehilangan inti atau nukleusnya. Sementara sel darah merah pada Aves tidak mengalami
penghilangan nukleus ini. Penghilangan nukleus ini adalah bentuk adaptasi. Mamalia memiliki
pembuluh darah yang lebih kecil daripada burung, dengan pembuluh kapiler berdiameter sekitar
hanya 3 mikrometer saja. Bila sel darah merah tidak memiliki nukleus, ukuran sel akan menjadi kecil,
dan lebih mudah melewati pembuluh darah. Karena itu diperlukan sel darah merah tanpa inti pada
Mammalia. Selain itu dengan tidak adanya nukleus juga membuat sel darah merah memiliki ruang
untuk hemoglobin lebih banyak. Dan karena hemoglobin lebih banyak ini, sel darah merah Mammalia
bisa membawa lebih banyak oksigen per sel dibanding pada sel darah merah milik Aves. Sedangkan
untuk Amfibi mempunyai nekleus sama seperti Aves (Clark, 2004).
III. UJI KELAIINAN GENETIK PADA MANUSIA (PENAPISAN PENGUJIAN
PRENTAL)
Metode
a. Streaming video dari link website Understanding Prenatal Screening and Testing
Options at OSU Maternal Fetal Medicine
(https://www.youtube.com/watch?v=wjndkNMwWBs)
b. Mencermati video dari awal sampai akhir

Jawaban Pertanyaan
1. Mengapa tes prenatal perlu dilakukan?
Jawab: Karena tes skrining prenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan
kesehatan yang berisiko bagi kehamilan. Tes ini bisa memberikan perkiraan
atas kemungkinan adanya kondisi tertentu pada janin. Dari sini, dokter bisa
memberikan tindakan pencegahan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
mungkin terjadi pada janin. Dikutip dari Pregnancybirthbaby.org.au, kondisi
kesehatan yang biasanya dideteksi melalui tes skrining pranatal adalah kondisi
kromosom (Down syndrome, dan sindrom Patau), cacat tabung saraf (spina
bifida atau anencephaly), cacat lahir (jantung bawaan atau kondisi ginjal)
(Astuti S et al. 2018).
2. Mengapa sebagian orang tidak melakukan tes prenatal?
Jawab: Karena adanya keterbatasan pengetahuan tentang tes prenatal ini, kurangnya
penyuluhan serta sosialisasi dari lembaga keshatan, dan perbedaan persepsi
masyarakat khususnya ibu hamil karena mereka lebih mempercayai dukun
persalinan (Elliana D et al. 2015).
3. Jelaskan karakteristik penderita kelainan kromosom trisomy 21?
Jawab: Sindrom Down merupakan kelainan bawaan ditandai dengan kumpulan gejala
fisik (phenotype) berupa hidung “pesek”, mata kecil dan sipit, telinga kecil,
lidah besar, dan perawakan pendek disebut juga Trisomi 21 karena disebabkan
oleh kelebihan jumlah kromosom 21 yaitu berjumlah tiga (tri) yang pada orang
normal mempunyai dua. Sindrom Down merupakan penyebab genetik
disabilitas intelektual paling sering yang tidak diturunkan (95% tidak
diturunkan, 5% diturunkan). Pertama kali ditemukan oleh dokter dari Inggris
bernama Langdon Down tahun 1862 yang melakukan riset mengenai
karakteristik fisik disabilitas intelektual yang oleh dokter Down dianggap
seperti ras Mongolia, namun demikian penyebutan Sindrom Mongolia mulai
ditinggalkan sejak tahun 1970 karena dianggap rasis sehingga penamaan ini
sekarang tidak digunakan lagi. Sindrom Down pada umumnya (95%)
disebabkan karena gagalnya pembelahan sel gamet (sel telur atau sperma) pada
proses Meiosis I ataupun Miosis II (non-disjunction) sehingga mengakibatkan
terjadinya kelebihan kromosom 21 sel gamet, apabila sel gamet tersebut
dibuahi akan menghasilkan bayi dengan kelebihan 1 kromosom 21 atau
disebut Trisomi 21 dengan kariotip: 47, XX, +21 (perempuan) atau 47, XY,
+21 (laki-laki). Sindrom Down jenis ini disebut sebagai Sindrom Down Klasik
dan tidak diturunkan (Prima SR, 2016).
4. Apa yang dimaksud dengan non-invasive prenatal screening?
Jawab: Non Invasive Prenatal Test (NIPT) adalah pemeriksaan (screening) pada awal
masa kehamilan (prenatal) yang dilakukan secara non invasif untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya kelainan genetik pada janin. Karena
dilakukan secara non invasif, pemeriksaan ini relatif aman untuk ibu dan janin
dengan tingkat akurasi lebih dari 99% (Agung NM et al. 2016).

SIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk membuat preparat ulas
darah haruslah penuh dengan hati-hati dan memperhatikan ukuran tetes darah pada kaca objek.
Bentuk-bentuk sel darah merah dan sel darah putih pada berbagai hewan vertebrata sangatlah bragam ada yang
berbentuk oval, bikonkaf, cekung dan bundar. Yang terakhir, Non Invasive Prenatal Test (NIPT) adalah
pemeriksaan (screening) pada awal masa kehamilan (prenatal) yang dilakukan secara non invasif
untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kelainan genetik pada janin. Karena dilakukan secara non
invasif, pemeriksaan ini relatif aman untuk ibu dan janin dengan tingkat akurasi lebih dari 99%, tes
ini perlu dilakukan, salah satu manfaatya yaitu untuk mendeteksi adanya gangguan kesehatan yang
beresiko bagi kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA
Agung NM, Dewi M, Ita MN, Nanis SM. 2016. Potential use of fetal genetic material in maternal
rirculation for prenatal noninvasive diagnosis of genetic disease. Warmadewa Medical Journal.
1(1): 1-9.
Astuti S, Didah, Martini N. 2018. Skrening kehamilan sebagai upaya peningkatan kessehatan ibu
hamil di Desa Cipacing, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Jurnal Aplikasi Ipteks
Masyarakat. 7(4): 285-289.
Clark. 2004. Hematology of Lower Vertebrates. Middleton (USA): American College of Veterinary
Pathologists & American Society for Veterinary Clinical Pathology.
Elliana D, Kurniawati T. 2015. Perbedaan pengetahuan dan persepsi ibu hamil tentang tes skrening
prenatal terhadap penerapan model sms gateway. Jurnal Kesehatan Masyarakat (KESMAS).
10(2): 203-209.
Ganong. 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta (ID): EGC.
Harvey. 2012. Veterinary Hematology: A Diagnostic Guide and Color Atlas. Bredford (UK): Elsevier
Saunders.
Prima SR. 2016. Studi kasus anak down syndrome. Jurnal Care. 1(1): 67-76.
Ridwan IA, Utama IH, Dhaemawan NS. 2019. Gambaran ulas arah kodok lambu (Rana catesbeina).
Jurnal Inonesia Medicus Veterinus. 8(6): 836-843.
Rousdy DW, Linda R. 2018. Hematologi perbandingan hewan vertebrata: lele (Clarias batracus),
katak (Rana sp.), kadal (Eutrofis multifasciata), merpati (Columba livia), dan mencit (Mus
musculus). Jurnal Bioma. 7(1): 1-13.
Shadkhast et al. 2012. The morphological charasterization ofthe blood cells in the central asian
tortoise (Testudehorsfieldii). Veterinary Reseearch Forum. 1 (3): 134-141.
Smith C. and A. Jarecki. 2011. Atlas of comparative diagnostic and experimental hematology. United
Kingdom (UK): Willey-Blackwell.

Anda mungkin juga menyukai