Anda di halaman 1dari 7

PENGUKURAN PENYAKIT : PERHITUNGAN

INTENSITAS PENYAKIT

Disusun oleh :
Bagus Arfanda / A24150063

Dosen :
Fitrianingrum Kurniawati, SP, M.Si

Asisten :
Fadhila Kurniawati / A34140034
Nida Afifah / A34140090

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
Tujuan
Menghitung intensitas penyakitndan mengetahui seberapa besar kejadian
dan keparahan kerusakan bercak daun pada kacang tanah dan pada rumput.

Bahan dan Metode


Bahan : 10 pot tanaman kacang tanah yang terkena penyakit bercak daun
kacang tanah dan 10 pot rumput yang terkena penyakit bercak daun.

Metode yang di gunakan : Metode pengambilan contoh, unit contoh, dan


jumlah contoh tanaman untuk pengukuran penyakit pada tanaman kacang tanah
dan rumput. Menghitung jumlah daun yang tidak terinfeksi penyakit dan yang
terkena penyakit dengan menghitung persentase dan menetapkan skor intensitas
penyakit.

Hasil dan pembahasan


Tabel 1 Pengamatan Perhitungan Severitas Penyakit Bercak Daun pada Kacang
Tanah.
Kelompok
Pot Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
% Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % Skor
1 22,01 3 9,78 2 19,9 3 12,5 2 11,7 3 10,62 3
2 23,3 3 16,92 3 23,3 3 17,6 3 29,3 4 18,92 3
3 13,4 3 13,52 3 14,8 3 9,26 2 36,96 4 16,96 3
4 16,4 3 10,66 3 12,2 3 19 3 16,8 3 13,89 3
5 13 3 16,96 3 17,5 3 55 5 21 3 16,6 3
6 6,28 2 13.13 3 5,02 1 2,73 1 17,9 3 2,55 1
7 13,78 3 15,5 3 15,5 3 11,1 3 11 2 17,85 3
8 15,68 3 18,51 3 15 3 13,6 3 18,95 3 13,33 3
9 5,75 2 8,49 2 8,01 2 7,14 2 15,5 3 8,87 2
10 10,91 3 15,78 3 16,7 3 23,6 3 21,2 3 12,76 3
nxv 28 28 27 28 31 27
NxV 60 60 60 60 60 60
Keparahan
46,60% 46,60% 45% 46,60% 51,60% 45%
penyakit
Rata-rata
severitas 46.90%
penyakit

Tabel 2 Pengamatan Perhitungan Severitas Penyakit Bercak Daun pada Rumput.


Kelompok
Pot Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
% Skor % Skor % Skor % Skor % Skor % Skor
1 19,7 3 20,08 3 25,6 3 27 4 17,54 3 15,89 3
2 26,5 4 31,3 4 38,9 4 31 4 17,6 3 33,71 4
3 29,07 4 28,82 4 52,9 5 36,2 4 30,95 4 36,92 4
4 28,05 4 28,8 4 32,5 4 28 4 17,6 3 26 4
5 8,65 3 30,88 4 43,4 5 44 5 29 4 22,02 3
6 28,3 4 37,58` 4 43,9 5 34,8 4 26,28 4 37,78 4
7 22,04 3 22,68 3 35,3 4 37 4 18,09 3 26,2 4
8 22,85 3 30,63 4 34,8 4 36,5 4 17,5 3 18,8 3
9 23,19 3 24,32 3 22,4 3 22,4 3 24,8 3 22,4 3
10 0 0 0 0 0 0 24,6 3 0 0 0 0
nxv 31 33 37 39 30 32
NxV 60 60 60 60 60 60
Keparahan
51,66% 55,00% 61.66% 65,00% 50,00% 53.33%
penyakit
Rata-rata severita
56.11%
penyakit

Contoh Perhitungan

Contoh perhitungan pada pot ke 7



Insidensi penyakit : x 100%
(12)+(26)+(38)+(43)+(51)
x 100% = 22,68 % dengan skor 3
(366)

Keparahan penyakit pada kelompok 6


(11)+(21)+(38)
Keparahan penyakit : = x 100% = 45%
60

Rata-rata Severitas Penyakit bercak daun rumput (blas)

46,6 % + 46,6 % + 45 % + 46,6 % + 51,6 % + 45 %


= = 46,90 %
6
Keterangan :
n : jumlah tanaman yang tergolong ke dalam suatu kategori serangan
v : skor pada setiap kategori serangan
N : jumlah tanaman yang diamati
V :skor untuk kategori serangan terberat

Pembahasan

Tanaman kacang tanah yang terserang bercak cercospora dan tumbuhan


rumput yang terserang bercak pyricularia memiliki intensitas penyakit yang
beragam. Kejadian tersebut terjadi karena suatu intensitas penyakit akan
berkembang dipengaruhi oleh kevirulennan patogen, kondisi lingkungan, dan
tanaman inang rentan. Selain itu beberapa tanaman yang diamati kemungkinan
juga melakukan pertahanan diri seperti pembentukan struktur pertahanan sebagai
tanggapan terhadap infeksi patogen serta pembentukan struktur pertahanan sel dan
reaksi pertahanan sitoplasma yang berbeda-beda (Soesanto 2009). Ketahanan
tersebut salah satunya adalah penebalan sel-sel epidermis yang menjadi faktor
penting dalam ketahanan beberapa jenis tumbuhan terhadap patogen. Menurut
Dewi (2013) sel-sel epidermis yang berdinding kuat dan tebal akan membuat
penetrasi jamur patogen secara langsung mengalami kesulitan atau bahkan tidak
mungkin dilakukan sama sekali. Keparahan penyakit juga dapat dikendalikan
dengan bahan tertentu, semisal menggunakan PGPR pada persemaian cabai untuk
mengurangi insidensi penyakit CMV pada tanaman cabai (Taufik 2010).
Intensitas penyakit terdiri dari insidensi penyakit (kejadian penyakit) dan
keparahan penyakit (severitas penyakit). Insidensi penyakit merupakan istilah
yang digunakan untuk menunjukkan perbandingan tanaman atau bagian tanaman
yang terserang penyakit dengan total populasi (N). Insiden penyakit merupakan
variable diskrit. Keparahan penyakit (sereviatas penyakit) adalah bagian dari
jaringan tanaman yang menunjukkan efek penyakit. Dengan sampel tanaman,
nilai rata-rata individual tanaman berlaku untuk menentukan keparahan penyakit
secara keseluruhan. Keparahan penyakit juga dapat diartikan sebagai bagian dari
tanaman yang terserang penyakit atau daerah penyakit dari tanaman sampel.
Namun, pada kenyataannya, serevitas penyakit ditentukan dengan nilai kelas atau
kategori keparahan penyakit untuk setiap tanaman yang diuji. Dengan demikian,
keparahan penyakit merupakan sebaran diskrit, meskipun mungkin dengan
beberapa nilai yang berbeda(Cooke,2006).
Umumnya, pengertian dari serevitas penyakit adalah rata-rata dari semua
serevitas penyakit tanaman atau bagian tanaman, baik yang terserang penyakit
maupun tidak. Dengan kata lain, nilai severitas penyakit nol digunakan untuk
pengamatan tanpa ada gejala-gejala penyakit, dan perhitungan berarti ukuran
severitas penyakit untuk sampel tanaman. Ukuran severitas penyakit tanaman
tergantung pada tanaman yang terinfeksi. Perbedaan severitas penyakit tanaman
ditentukan dari semua tanaman yang diuji dibandingkan dengan tanaman yang
terserang penyakit(Madden et al.2008)
Analisis mengenai tingkat keparahan penyakit tumbuhan serta keberadaan
sangan dibutuhkan dalam mempelajari kehilangan hasil, peramalan tingkat
penyakit, dan sistem pengendalian yang harus dilakukan untuk meminimalisasi
kerugian yang disebabkan oleh serangan penyakit. Berat atau ringannya penyakit
dapat diklasifikasikan dalam tiga kriterium utama, yaitu insidensi penyakit
(diseases insident), intensitas penyakit (diseases severity), dan kehilangan hasil
(crop loss) (Sastrahidayat,2011).
Penyakit tumbuhan dapat disebabkan oleh faktor biotik dan abiotik.
Penyebab penyakit yang bersifat biotik umunya parasitik pada tumbuahn, dapat
ditularkan, dan disebut penyakit biogenik. Adapun penyakit yang bersifat abiotik
tidak parasit, tidak menular, dan biasa disebut penyakit fisiogenik. Penyebab yang
parasitik terdiri dari beberapa golongan seperti virus, viroid, fitoplasma bakteri,
cendawan, riketsia, protozoa, nematode dan tumbuhan tingkat tinggi (Sinaga,
2003).
Penyakit bercak daun disebabkan oleh serangan cendawan Cercospora
aradichola dan Cercospororidium personatum. Tingkat kehilangan hasil akibat
penyakit ini cukup besar. Ditingkat petani, penyakit bercak daun dikenal dua
macam penyakit bercak daun yaitu bercak daun awal (early leafspot) yang
disebabkan oleh Cercospora aradichola dan penyakit bercak daun akhir
(lateleafspot) yang disebabkan oleh Cercospororidium personatum. Gejala awal
dari penyakit bercak daun awal (early leafspot) adalah munculnya bercak bulat
berwarna coklat tua sampai hitam pada permukaan bawah daun dan coklat
kemerahan sampai hitam pada permukaan atas daun. Pada daun terdapat halo
berwarna kuning jelas. Gejala mulai timbul pada awal pertumbuhan, yaitu sejak
tanaman berumur 3 sampai 4 minggu setelah tanam (MST). Tanaman yang
terserang berat, daunnya mengering, rontok, dan batangnya berwarna kehitaman
(BALITKABI, 2013).
Gejala bercak daun akhir (late leafspot) mulai terlihat pada tanaman yang
telah berumur 6 sampai 8 MST. Bercak yang timbul mirip dengan bercak daun
awal, tetapi warnanya kehitaman dan memiliki halo tipis berwarna kuning. Gejala
serangan penyakit bercak daun akhir juga menyerang tangkai daun dan batang.
Tanaman yang terserang berat, daunnya akan kering dan rontok
(Adisarwanto,2001).
Perkembangan penyakit bercak daun sangat didukung oleh kelembaban
udara yang tinggi (95%) dengan kisaran suhu 12-33C (Sumartini, 2008). Kondisi
suhu yang agak tinggi (25-30C) dengan kelembaban relatif yang tinggi akan
mempercepat proses infeksi dan perkembangan penyakit ini. Infeksi jamur bercak
daun dapat terjadi melalui kedua sisi daun dengan cara penetrasi langsung
menembus sel-sel jaringan epidermis atau melalui mulut daun (stomata). Infeksi
pada daun banyak melalui epidermis atas (Saleh, 2010).
Cara pengendalian penyakit bercak daun dapat dilakukan melalui
menghilangkan atau mengurangi sumber inokulum, memanipulasi faktor
lingkungan untuk mengurangi laju infeksi, serta memanipulasi waktu dan peluang
terjadinya infeksi. Menanam varietas tahan merupakan cara yang efektif dalam
mengendalikan penyakit bercak karena dapat mengurangi penggunaan fungisida.
Beberapa varietas unggul kacang tanah seperti Rusa, Anoa, Kelinci, dan Badak
mempunyai sifat tahan/toleran terhadap penyakit bercak daun dan karat. Varietas
Panter, Singa, dan Jerapah bersifat toleran dan agak tahan terhadap bercak daun
dan karat. Dua varietas unggul baru kacang tanah yang dilepas pada tahun 2001
yaitu Turangga dan Kancil masing-masing bersifat agak tahan terhadap penyakit
bercak daun dan karat (Saleh, 2010).
Cendawan patogen Pyricularia grisea juga diketahui mempunyai
keragaman genetika yang tinggi. Ras-ras patogen blas dapat berubah sifat
virulensinya dalam waktu singkat, bergantung pada inang dan pengaruh
lingkungan (Ahn et al. 2000).
Blas termasuk patogen terbawa benih dan inokulum mampu bertahan pada
gulma, tanah dan sisa-sisa tanaman (Sinaga 2003). P.oryzae dan P. grisea
penyebab penyakit blas menyebar melalui udara, menempel pada daun melalui
percikan air, kemudian menginfeksi daun dan menimbulkan bercak pada daun.
Satu bercak bisa mencapai 2000-6000 spora per hari. Spora dihasilkan oleh bercak
6 hari setelah inokulasi dan dilepas umumnya dini hari sekitar pukul 02.00
06.00. Daerah tropis juga bisa terjadi pelepasan spora pada siang hari (Semangun
1991).
Perubahan iklim dapat menimbulkan dampak pergeseran pola distribusi
spatial patogen dan pola distribusi geografis inang karena adanya pergesaran zona
agroklimat (Lopez et al. 2012).
Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung
tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai dan
cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat
dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami,
menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36,
pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan
bulir; (2) menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP,
Kasumin 20 AS atau Rabcide 50 WP. (Rasminah 2010). Pada sitasi ini dicontoh
serangan blas pada padi namun penyebab, gejala dan faktornya sama seperti yang
terjadi pada tanaman rumput
Pada praktikum dasar-dasar proteksi tanaman ini adalah tentang
pengukuran intensitas penyakit. Bahan yang digunakan adalah 10 pot tanaman
kacang tanah yang terserang penyakit bercak daun dan 10 pot rumput yang
terserang penyakit bercak daun (blas).Pada penyakit bercak daun kacang tanah
diperoleh data keparahan penyaki terendah 45%, keparahan penyaki tertinggi
51.60% dengan rata-rata severitas penyakit 46.90% berarti masuk dalam skor
tingkat keparahan 5. Pada penyakit bercak daun pada tanaman rumput diperoleh
data keparahan penyaki terendah 50%, keparahan penyaki tertinggi 65.00%
dengan rata-rata severitas penyakit 56.11%. berdasarkan data ini berarti masuk
dalam skor tingkat keparahan 5 yang akan sangat merugikan tanaman.

Simpulan
Penaykit bercak daun disebabkan oleh cendawan Cercospora aradichola
dan Cercospororidium personatum yang Perkembangan penyakit bercak daun
terjadi kelembaban udara yang tinggi. Pyricularia grisea penyebab penyakit blas
menyebar melalui udara, menempel pada daun melalui percikan air, kemudian
menginfeksi daun dan menimbulkan bercak pada daun. Data nilai rata-rata tingkat
keparahan penyakit pada bercak daun kacang tanah adalah 46.90% dan pada
rumput 56.11% dengan tingkat keparah ditetapkan skor 5. Hal ini berarti
menunjukkan bahwa tanaman sudah terserang penyakit kategori sangat parah serta
akan merugikan pada tanaman dan hasil/produk yang akan diperoleh.

Daftar Pustaka

Adisarwanto, T. 2001. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Kering


dan Lahan Sawah. Penebar Swadaya. Jakarta. 86 hal.
Ahn SN, Yeon KK, Cheol H, Seong SH, Kwon SJ, Chune H, Huhn PM, Susan R.
2000. Molecular mapping of a new gene for resistance to rice blast
(Pyricularia grisea Sacc.). J Euphyt. 116 (1):17-22.
Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi. 2013. Penyakit pada Kacang Tanah
dan Cara Pengendaliannya. http://www.balitkabi.litbang.pertanian.go.id
[29 Maret 2017].
Cooke, B.M. 2006. Disease assessment and yieid loss. In: the Epidemiology of
Plant diseases, 2nd Ed. Springer, The Netherlands, pp. 43-80
Dewi IM, Cholil A, Muhibuddin A. 2013. Hubungan karakteristik jaringan daun
dengan tingkat serangan penyakit blas daun (Pyricularia oryzae Cav.) pada
beberapa genotipe padi (Oryza sativa L.). J. HPT 1(2) : 10-18.
Lopez RY, Pacheco IT, Gonzalez RG, Hernandez MI, Quijano JA, dan Garcia
ER. 2012. The effect of climate chane on plant diseases. African Journal
of Biotechnology [Internet]. 11(10):2417-1428. Tersedia pada:
http://www.academicjournals.org/AJB. DOI: 10.5897/AJB10.2442
Madden, Laurence V , gareth Hughes, and frank Van Den Bosch. 2008.
Measuring plant diseases. In: The Study of Plant Diseases Epidemics.
Press: USA, pp. 11-19.
Rasminah, Siti. 2010. Penyakit-Penyakit Pasca Panen Tanaman Pangan.
Malang(ID):UB-Press.
Sastrahidayat, R. I. 2011.Epidemiologi Teoritis Penyakit
Tumbuhan.Malang(ID):UB Press Universitas Brawijaya.
Saleh. N. 2010. Optimalisasi pengendalian terpadu penyakit bercak daun dan
karat pada kacang tanah. Pengembangan Inovasi pertanian 3 (4): 289-305.
Semangun H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Sinaga MS. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Sumartini. 2008. Bioekologi dan pengendalian penyakit bercak daun pada kacang
tanah. Bul. Palawija (16): 18-26.
Soesanto L, Rahayuniati RF. 2009. Pengimbasan ketahanan bibit pisang ambon
kuning terhadap penyakit layu fusarium dengan beberapa jamur antagonis.
J. HPT Tropika 9(2) : 130-140.
Taufik M, Rahman A, Wahab A, Hidayat SH. 2010. Mekanisme ketahanan
terinduksi oleh Plant Growth Promotting Rhizobacteria (PGPR) pada
tanaman cabai terinfeksi Cucumber Mosaik Virus (CMV). J. Hort 20(3) :
274-283.

Anda mungkin juga menyukai