“ANALISIS DSSAT”
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Golongan D1
FAKULTAS PERTANIAN
2020
MATERI I
WEATHER DATA EDITING PROGRAM
(WEATHERMAN)
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Iklim
Menurut Kartasapoetra (2004), suhu adalah derajat panas atau dingin yang
diukur berdasarkan skala tertentu. Satuan suhu digunakan derajat celcius (ºC), di
Inggris dan beberapa negara lainnya dinyatakan ºF yang menetapkan titik didih air
dalam 212ºF dan titik lebur es 32ºF. Dalam skala perseratusan (skala Celcius)
ditetapkan titik didih air 100º dan titik lebur es 0º. Kedua skala tersebut
menunjukkan suhu yang sama pada -40º. Suhu Fahrenheit dapat diubah menjadi
derajat Celcius: F = 32+ (9 / 5)C (Tjasjono, 2004). Suhu udara dipermukaan bumi
adalah relatif, tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti
misalnya lamanya pe-nyinaran matahari. Hal itu dapat berdampak langsung akan
adanya perubahan suhu di udara. Suhu udara bervariasi menurut tempat dan dari
waktu ke waktu di permukaan bumi (Ramli rahim, 2016)
1.3 Tekanan udara
Menurut Tjasyono (2004), berat sebuah kolom udara per satuan luas di
atas sebuah titik menunjukkan tekanan atmosfir (tekanan udara) pada titik
tersebut. Distribusi tekanan horizontal dinyatakan oleh isobar; garis yang
menghubungkan tempat yang mempunyai tekanan atmosfir sama pada ketinggian
tertentu. Tekanan atmosfir berubah sesuai dengan tempat dan waktu.Tekanan
udara diukur berdasarkan tekanan gaya pada permukaan dengan luas tertentu.
Satuannya atmosfir (atm) atau mm Hg atau mbar, dimana tekanan udara 1atm =
760mmHg = 1.013mbar. Tekanan udara berkurang dengan bertambahnya
ketinggian tempat (elevasi atau altitud). Tekanan udara umumnya menurun
sebesar 11mbar untuk setiap bertambahnya ketinggian tempat sebesar 100m
(Lakitan, 2002).
1.6 Angin
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktik yang kami lakukan adalah
karateristik cuaca yang merupakan faktor utana bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dan Kota Denpasar mempunyai cuaca yang dipengaruhi
beberapa faktor antara lain penyinaran matahari, radiasi matahri, angin, curah
hujan, dan lain-lain. Setiap wilayah mempunyai karateristik cuaca yang berbeda-
beda dan komoditas yang akan ditanam pun akan berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Fadoli. 2011. Pemanfaatan Suhu Udara Dan Kelembapan Udara Dalam
Persamaan Regresi Untuk Simulasi Prediksi Total Hujan Bulanan Di
Pangkalpinang. Bangka Belitung. Stasiun Meteorologi Depati Amir
Pangkalpinang.
Atmaja, L.S. 2009. Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta. Penerbit
Andi.
Hamdi, Saipul. 2014. Mengenal Lama Penyinaran Matahari Sebagai Salah Satu
Parameter Klimatologi. Vol 15. Peneliti pusat sains dan Teknologi
Atmosfer, Lapan.
White, J.W., J. Izquerdo. 1993. Physiology of yield potential and stress tolerance.
In A.V. Schoonhoven, O. Voysest (Eds.). Common Beans: Research for
Crop Improvement. CAB International, Wallingford, UK.
MATERI II
SOIL EDITING PROGRAM (SBUILD)
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur tanah yang baik adalah yang kandungan udara dan airnya dalam
jumlah cukup dan seimbang serta mantap. Hal semacam ini hanya terdapat
pada struktur yang ruang pori-porinya besar dengan perbandingan yang sama
antara pori-pori makro dan mikro serta tahan terhadap pukulan tetes air hujan.
Dikatakan pula bahwa struktur tanah yang baik apabila perbandingannya sama
antara padatan, air, dan udara (Suhardi, 2007).
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan
keruangan partikel-partikel tanah yang bergabung antara satu dengan yang lain
membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan
sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok partikel
(cluster) yang disebut agregat, yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta
mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak
teragregasi (Handayani, 2008).
Pengertian:
Pengertian:
SALB (Warna Tanah), SLDR (Drainease), SLRO (Runoff potential/Lereng), SLL
(Batasan yang lebih Rendah), SDUL (Batas atas drainase), SSAT (Kejenuhan);
SRGF (Faktor Pertumbuhan Akar), SSKS (Kejenuhan Hidrolik), SBDM (Bulk
density/Kepadatan Masal), SLOC(C-Organik), SLCL(Clay/Liat),
SLSI(Silt/Debu), SLCF (Stones/Pasir/Batu), SLNI (N total), SLHW (pH tanah),
SCEC (KTK).
Pengertian:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dari data diatas terhadap lahan A, B , dan C di
Denpasar menunjukkan bahwa tanah yang ada disana merupakan tanah Oxisol.
Tanah Oxisol merupakan tanah yang sudah mengalami pelapukan yang cukup
lama yang dimana mempunyai kandungan organik yang sangat rendah. Tanah di
Denpasar mempunyai pH antara agak masam dan netral 5-6,6. Tanah disini
mempunyai drainase yang buruk dimana air tidak akan mudah untuk meresap.
Tanah disini juga merupakan tipe tanah liat. Tanah yang kandungan liatnya terlalu
tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi
lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar
akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Akan
tetapi, tanah oxisol dapat diolah dalam kegiatan pertanian dan perlu adanya
pengolahan seperti penambahan pH pada tanah. Data yang diperoleh seperti sifat
fisik tanah lainnya dapat bermanfaat untuk mengetahui media tumbuh yang ideal
pada sifat fisik tanah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Indranada dan Zapata, F. 2002, ”Handbook for the assessment of soil erosion and
sedimentology using environmental radionuclide". Vienna, Austria: Joint
FAO/IAEA Division, IAEA. Page: 97 - 106.
Lengkong, J.E., dan Kawulusan R.I. 2008. Pengelolaan Bahan Organik Untuk
Memelihara Kesuburan Tanah. Soil Environment, Vol. 6, No. 2, Hal : 91-97.
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian
Daun adalah salah satu organ tanaman yang penting dalam kaitannya
dengan proses fotosintesa. Banyak sedikitnya asimilat yang dapat dihasilkan oleh
tanaman akan sangat dipengaruhi oleh jumlah daun, luas daun, dan susunan daun
suatu tanaman (Dicko dkk, 2006).
Khusus pada tanaman padi, Besarnya sekapan ditentukan oleh luas dan
posisi daun, sudut datang cahaya serta sudut inklinasi daun. Semakin banyak
jumlah daun, akan semakin banyak cahaya yang diserap untuk proses fotosintesis
sehingga karbohidrat untuk pertumbuhan tanaman juga banyak. Fotosintat yang
dihasilkan akan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Gardner et al., 1991).
1.3 Drainase
1.6 Pemupukan
Pemupukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencukupi
kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, supaya tanaman dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga menghasilkan produksi dan mutu
hasil dari tanaman dapat maksimal, dengan cara memberikan subuah pupuk
melalui daun (disemprotkan pada daun) dan akar (dibenamkan ke dalam tanah),
baik pupuk organik maupun anorganik. Besar pupuk yang diberikan ditentukan
berdasarkan kadar unsur hara yang dibutuhkan oleh masing-masing tumbuhan,
karena jika pemberian pupuk terlalu banyak atau terlalu sedikit juga kurang dapat
memaksilkan pertumbuhan atau malah dapat mengakibatkan tanaman menjadi
mati (Yousaf, 2017).
BAB II
Grafik diatas menunjukkan adanya peningkatan luas daun tanaman padi dari lahan
A, lahan B, dan lahan C. Pada lahan A, B, dan C memiliki luas daun yang sama
pada saat tanaman padi mengalami fase vegetatif dari hari pertama sampai dengan
hari ke-16 dengan indeks luas daun yaitu 0,1-0,24. Hal ini dikarenakan
fotosintesis terjadi secara merata [ada daerah ketiga laha tersebut. Akan tetapi,
terjadi perubahan pada hari ke-21 yang dimana indeks luas daun pada lahan C
mengalami penurunan laju pertumbuhan dibandingkan dengan luas daun A dan B.
Hal ini dikarenakan pada lahan C terjadi kekeringan yang menyebabkan laju
fotosintesis tanaman padi pada lahan tersebut menurun. Peningkatan luas daun
tanaman pada ketiga lahan tersebut terus meningkat hingga puncaknya yaitu pada
hari ke-60. Peningkatan luas daun pada ketiga lahan tersebut berbeda, peningkatan
jumlah daun yang terbaik terlihat pada lahan B, sedangkan untuk yang rendah
yaitu pada lahan C. Setelah hari ke-60 tanaman padi mengalami penurunan di
lahan A, lahan B, dan lahan C hingga hari ke 90. Hal ini mengindikasikan bahwa
masa optimal tanaman padi pada hari ke-60.
Grafik diatas menunjukkan berat bulir pada tanaman padi padaketiga lahan yaitu
lahan A, lahan B, dan lahan C. Pada grafik tersebut menunjukkan tidak adanya
perubahan berat bulir pada pada hari ke-1 sampai dengan hari ke-67. Hal ini
terjadi dikarenakan tanaman padi pada hari ke satu belum menghasilkan bulir atau
bisa disebut masih dalam tahap vegetatif yang dimana hasil fotosintesis masih
digunakan untuk pembentukan tubuh tanaman seperti daun, batang, dan akar.
Terjadi sebuah perubahan yaitu pada hari ke-68 sampai dengan hari ke- 94 dimana
hal ini menunjukkan bahwa pada hari tersebut tanaman padi sudah pada fase
generatif yang dimana tanaman padi sudah mulai untuk menyimpan cadangan
makanannya berupa bulir. Ditemukan indeks berat bulir pada hari ke-68 di lahan
A 1561 [dm]/ha, lahan B 1615 [dm]/ha, lahan C 1528 [dm]/ha. Berat bulir pada
tanaman padi mengalami kenaikan yang berbeda-beda hal ini ditunjukkan bahwa
pada hari ke-94 lahan C mempunyai berat bulir 2385 [dm]/ha, lahan B 2610
[dm]/ha, lahan A 2531 [dm]/ha. Dengan demikian terlihat bahwa berat bulir pada
tanaman padi pada lahan C mempunyai nilai yang rendah jika dibandingkan
dengan lahan A dan B.
2.3 Drainase
Grafik diatas menunjukkan tingkat drainase pada tanaman padi pada ketiga lahan
yaitu lahan A, lahan B, dan lahan C. Pada hari ke-1 sampai denga hari ke-21
mempunyai peningkatan yang berubah-ubah karena pada masa ini tanaman padi
mengalami fase vegetatif yang dimana membutuhkan air yang cukup untuk
pembentukan jaringan sel tanaman. Hal ini terlihat pada indeks pada lahan A yaitu
7,9,19, dan 32 Untuk pada lahan B yaitu 6, 9, 18, 32, dan 33, sedangkan pada
lahan C yaitu 7, 10, 20, dan 34. Kenaikan jumlah drainase terjadi sampai pada
keadaan konstan. Akan tetapi mengalami perubahan pada hari ke -58 sampai
dengan hari ke-63 dan setalah itu mengalami hal konstan. Pada hari ke-95 terlihat
bahwa lahan A memiliki nilai drainase yang sedikit yaitu 65 sedangkan indeks
pada lahan B 69 dan lahan C 74. Hal ini dapat disebabkan karena curah hujan
pada ketiga lahan tersebut berbeda-beda. Pada lahan C memiliki pengolahaan
lahan terhadap saluran drainase masih belum baik sehingga tanaman padi
mempunyai nilai drainase yang tinggi. Berdasarkan pernyataan Effendy (2011)
Drainase secara umum dapat mempengaruhi kondisi tanah pertanian. Yaitu
pengaruhnya terhadap aerasi tanah, kelembaban tanah, transportasi dan
keefektifan nutrien dan pestisida, temperatur atau suhu tanah, bahan-bahan racun
dan hama penyakit, erosi tanah dan banjir, kesuburan tanaman dan hasil tanaman.
Grafik diatas menunjukkan tingkat jumlah daun pada tanaman padi pada
ketiga lahan terdiri dari lahan A, lahan B, dan lahan C. Hal ini dapat menandakan
bahwa setiap pertumbuhan tanaman jumlah daun akan terus meningkat. Hal ini
dikarenakan setiap pertumbuhan tanaman membutuhkan hasil fotosintesis sesuai
dengan fase tanaman itu tumbuh. Hal ini terlihat pada indeks lahan A, lahan B,
dan lahan C. Adanya peningkatan jumlah daun pada tanaman akan berpengaruh
pada peningkatan jumlah intensitas matahari ke tanaman. Hal ini diperkuat oleh
pernyataan Fitter, dkk (1991) “Jumlah dan luas daun menjadi penentu utama
kecepatan pertumbuhan, daun-daun dengan jumlah luas daun yang lebih besar
mempunyai pertumbuhan yang besar pula”. Hal ini diperkuat oleh penyataan
daun Fahn (1992) “Suatu aspek yang sangat penting dalam proses pertumbuhan
tanaman adalam penyediaan substrat. Substrat yang digunakan untuk membentuk
bahan baru tanaman yang sebagian besar adalah karbohidrat, diperoleh dari proses
fotosintesis pada organ yaitu daun” Hal ini juga diperkuat oleh Gardner et al.,
(1991) dengan pernyataan “pada tanaman padi, Besarnya sekapan ditentukan oleh
luas dan posisi daun, sudut datang cahaya serta sudut inklinasi daun. Semakin
banyak jumlah daun, akan semakin banyak cahaya yang diserap untuk proses
fotosintesis sehingga karbohidrat untuk pertumbuhan tanaman juga banyak.
Fotosintat yang dihasilkan akan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.”
Grafik diatas menunjukkan hasil panen pada tanaman padi pada ketiga lahan yaitu
lahan A, lahan B, dan lahan C. Dimana grafik ini menunjukkan nilai berat kering
yang dihasilkan oleh ketiga lahan. Lahan A menghasilkan 2533 kg/ha. Lahan B
menghasilkan 2612 kg/ha. Lahan C menghasilkan 2387 kg/ha. Salah satu
penyebab perbedaan hasil panen ialah besarnya luas lahan yang dimiliki oleh
petani. Perbedaan luas lahan yang dimiliki petani akan memiliki modal yang
berbeda-beda. Hal ini diperkuat oleh Mudakir, 2011 Perbedaan status penguasaan
lahan akan menentukan akses petani terhadap modal. Yang selanjutnya akan
mempengaruhi faktor-faktor produksi yang akan digunakan dan yang pada
akhirnya akan mempengaruhi produksi. Selain itu tinggi rendahnya hasil produksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti drainase, berat bulir pada tanaman, luas
daun pada tanaman, dan faktor lainnya. Berdasarkan data yang telah diperoleh
sebelum-sebelumnya dapat diperoleh bahwa lahan B mempunyai hasil produksi
yang tinggi dibandingan dengan lahan A maupun di lahan C.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan praktikum “Crop Management Data” mengenai
tanaman padi IR 64 dapat disimpulkan bahwa tanaman padi yang tanam pada
daerah Denpasar dengan kondisi lahan yang berbeda – beda, dengan perlakuan
pengairan dan pemupukan yang sama. Menunjukkan hasil yang berbeda-beda,
seperti :
a. Indeks luas daun tertinggi pada Lahan B dengan nilai 2,82 sedangkan yang
terendah pada Lahan C dengan nilai 2,53.
b. Jumlah daun tiap batang pada ketiga lahan tidak mempunyai perbedaan dan
semua memiliki jumlah sama dikarenakan waktu penanaman dilakukan secara
bersamaan
e. Lahan B memiliki hasil produksi tertinggi dengan hasil produksi sebesar 2610
kg/ha. Sedangkan hasil terendah pada Lahan C dengan hasil produksi sebesar
2385 kg/ha. Hal tersebut menandakan bahwa lahan B lebih baik dari pada
lahan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dicko, M.H., H. Gruppen, A.S. Traoré, W.J.H van Berkel, and A.G.J Voragen.
2006. Sorghum grain as human food in Africa: Relevance of content of
starch and amylase activities. African Journal of Biotechnology. 5(5): 384-
395.
Fitter, A.H. dan R.K.H. Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah
Mada University Press. Yoyakarta
Fagi. 2001. Peran Padi Indonesia Sebagai Sumber Daya Genetik Padi Modern.
Badan Litbang Unisri. Surakata.
Gardner, F., Pearce, B., dan Mitchell, R., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerjemah Susilo, H. University Indonesia Press. Jakarta
Yousaf, M., Jifu, L., Jianwei, L., Teo, R., Rihuan, C., Shah, F., dan Xiaoku, L.
2017. Effects of Fertilization on Crop Production and Nutrient-Supplying
Capacity Under Rice-Oilseed Rape Rotation System. Scientific reports.
7(1270): 1-9.
MATERI IV
SIMULATION ABSORBTION OF
NUTRIENT AND ORGANIK FERTILIZER
OF TOMATO PLANT
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil berat kering tajuk dan akar menunjukkan penyerapan air dan
unsur hara oleh akar yang ditranslokasikan ke tajuk tanaman (Raby
Kurniawan, dkk, 2017).
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Sub divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum lycopersicum L
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setyotini, D. R., & Saraswati, dan Anwar, E. K. (2006). Kompos. Jurnal Pupuk
Organik dan Pupuk Hayati. 2(3), 11-40.
Syam, A. (2003). Efektivitas Pupuk Organik dan Anorganik terhadap
Produktivitas Padi di Lahan Sawah. Jurnal Agrivigor 3 (2), 232–244.
Steven, K. Alexander, Dennis Strere. Mary Jane Niles et al. 2004. Laboratory
Exercises in Organismal and Molecular Microbiology. Mc Graw Hill. USA.
TINJAUAN PUSTAKA
1.5 Irigasi
Hasil Produksi
12000
10000
8000 9617
6000
4000
2000
2242
0
Perlakuan 1 Perlakuan 2
Keterangan :
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mohamad Bagus, dkk. 2018. Irigasi Dan Bagunan Air. Surabaya. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Sigit, 2014. Penuntun Praktikum Irigasi dan Drainase. Lab. Agronomi. Fak.
Pertanian. UNIB. Bengkulu.
Sriharti dan Salim, T. 2010. Pemanfaatan sampah taman (rumput-rumput) untuk
pembuatan kompos. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan” Yogyakarta, 26 Januari 2010.Hal.1-8.
Stefanelli, D, Goodwin, I, & Jones, R 2010, ‘Minimal nitrogen and water use in
horticulture: Effects on quality and content of selected nutrients’, Food
Research International, no. 43, pp. 1833-43.
Setyotini, D. R., & Saraswati, dan Anwar, E. K. (2006). Kompos. Jurnal Pupuk
Organik dan Pupuk Hayati. 2(3), 11-40.
Syam, A. (2003). Efektivitas Pupuk Organik dan Anorganik terhadap
Produktivitas Padi di Lahan Sawah. Jurnal Agrivigor 3 (2), 232–244.
TINJAUAN PUSTAKA
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji,
dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari
tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang
dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi (Sofian, 2018).
1.2 Irigasi
Irigasi adalah semua atau segala kegiatan yang mempunyai hubungan dengan
usaha untuk mendapatkan air guna keperluan pertanian. Usaha yang dilakukan
tersebut dapat meliputi perencanaan, pembuatan, pengelolaan, serta pemeliharaan
sarana untuk mengambil air dari sumber air dan membagi air tersebut secara
teratur dan apabila terjadi kelebihan air dengan membuangnya melalui saluran
drainasi (Sigit, 2014).
Irigasi: berasal dari istilah Irrigatie (Bahasa Belanda) atau Irrigation (Bahasa
Inggris) yang diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan
air dari sumbernya guna keperluan pertanian mengalirkan dan membagikan air
secara teratur, setelah digunakan dapat pula dibuang kembali melalui saluran
pembuang (Mohamad bagus, dkk, 2018).
1.3 Iklim
1.5 Pemupukan
Hasil grafik dari analisa Regresi Planting Date pada penanaman tanaman
jagung menunjukkan hasil sebesar 0.988005 menggunakan data variabel
Harvested Yield. Hal ini menunjukkan bahwa hasil produksi tanaman jagung
dipengaruhi dengan waktu tanam.Variabel Harvested Yield tanaman jagung
memakai tiga lahan yaitu pada Lahan A, Lahan B, dan Lahan C. Penanaman
dilakukan di dua bulan yang berbeda, yaitu bulan April dan bulan Mei. Hasil pada
grafik diatas menunjukkan bahwa pada Lahan A, Lahan B, dan Lahan C Bulan
April memiliki hasil nilai yang sama yang dan lebih tinggi sekitar 140.0 jika
dibandingkan dengan Lahan A, Lahan B, dan Lahan C Bulan Mei sekitar 110.0.
Hal ini menunjukkan bahwa Bulan April merupakan waktu tanam yang cukup
bagus. Hal ini dikarenakan pengaruh dari iklim dan cuaca pada Bulan April
merupakan awal musim penghujan, yang dimana hal ini akan berpengaruh pada
curah hujan yang akan berpengaruh juga pada jumlah air yang tersedia pada tanah.
Jumlah air yang tersedia selalu berubah dari waktu ke waktu, karena itu perlu di
tentukan besarnya jumlah air yang tersedia, yang dipergunakan sebagai dasar
perencanaan dalam menentukan rencana pembagian air. Dalam kenyataannya
jumlah air yang tersedia belum tentu akan sama dengan yang direncanakan,
mungkin lebih atau kurang (Dedi, 2014). Menurut Poespodarsono (1996)
Pengaturan waktu tanam dalam sistem tumpangsari mempunyai peran yang sangat
penting, karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil tanaman. Pengaturan
waktu tanam pada dasarnya untuk memperkecil persaingan cahaya dan faktor
tumbuh lainnya.
Hasil pada Grafik Box-Plot pada Harvested Yield tanaman jagung yang
menggunakan tiga lahan percobaan yaitu Lahan A, Lahan B, dan Lahan C. Pada
tahap penanaman dilakukan pada dua bulan yang berbeda, yaitu pada bulan April
dan bulan Mei. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bulan manakah tanaman
jagung cocok untuk ditanam. Selain itu, kita dapat mengetahui seberapa besar
pengaruh iklim, masak fisiologis, serta berapa lama waktu pembungaan pada
tanaman jagung. Pada data yang didapatkan pada Grafik Box-Plot pada Lahan B
penanaman di Bulan April memiliki hasil maksimal paling tinggi mencapai
6836.0 kg/ha dan memperoleh hasil yang minimum pada bulan mei sebesar
1756.0 kg/ha. Selanjutnya, pada Lahan A penanaman di Bulan Mei juga memiliki
hasil maksimum yaitu sebesar 6643.0 kg/ha pada bulan April dan memiliki hasil
minimum sebesar 1646.0 pada bulan Mei. Lahan C memiliki hasil maksimal pada
penanaman Bulan April sebesar 5993.0 kg/ha sedangkan untuk hasil minimum
terjadi pada penanaman pada bulan Mei yaitu 1616.0 kg/ha. Berdasarkan hasil
simulasi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penanaman tanaman jagung
cocok dilakukan pada Bulan April dibandingkan dengan penanaman pada Bulan
Mei. Hal ini dikarenakan hasil produktivitas pada ketiga lahan tersebut pada
Bulan April mencapai hasil maksimum yang tinggi. Hal ini juga dipengaruhi juga
oleh faktor-faktor lainnya yaitu seperti waktu tanam, waktu pembungaan,
intensitas air (curah hujan).
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Burczyk, J., Chalupka, W. 1997. Flowering and cone production variability and
its effect on parental balance in a Scots pine clonal seed orchard. Annual
Science Forest 54: 129-144
Chaix, G., Gerber, S., Razafimaharo, V., Vigneron, P., Verhaegen, D., Hamon,
S. . 2003. Gene flow estimates with microsatellites in a Malagasy seed
orchard of Eucalyptus grandis. Theoretical and Applied Genetics 107: 705-
712
Mohamad Bagus, dkk. 2018. Irigasi Dan Bagunan Air. Surabaya. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Robledo-Arnuncio, J.J. Alia, R., Gil, L. 2004. Increased selfing and correlated
paternity in a small population of a predominantly outcrossing conifer,
Pinus sylvestris. Molecular Ecology 13: 2567-2577
Surtinah, dan Lidar, S. 2012. Pertumbuhan Vegetatif dan Kadar Gula Biji Jagung
Manis (Zea mays saccharata, Sturt) di Pekanbaru. J.Ilmiah Pertanian
Sigit, 2014. Penuntun Praktikum Irigasi dan Drainase. Lab. Agronomi. Fak.
Pertanian. UNIB. Bengkulu.
Tjasjono, B., 2004. Klimatologi. Bandung. ITB
MATERI VII
SEASONAL ANALYSIS PROGRAM
(VARAN) ON VARIOUS PLANT
_ANALYSIS ECONOMIC PLANT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan sumber protein nabati.
Kandungan protein kacang hijau sebesar 22% menempati urutan ketiga setelah
kedelai dan kacang tanah (Purwono dan Hartono, 2005). Kacang hijau berumur
genjah (55-65 hari), tahan kekeringan, variasi jenis penyakit relatif sedikit, dapat
ditanam pada lahan kurang subur dan harga jual relatif tinggi serta stabil.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2015), produksi kacang hijau di
Indonesia mengalami penurunan dari 341.342 ton tahun-1 menjadi 271.463 ton
tahun-1 (tahun 2011 dibanding 2015). Berbagai faktor menyebabkan penurunan
produksi kacang hijau, antara lain kesuburan tanah rendah, alih fungsi lahan,
faktor iklim tidak mendukung, dan praktik budidaya tidak tepat. Upaya
peningkatan produktivitas kacang hijau dapat dilakukan dengan memperbaiki
efisiensi pemupukan dan jumlah tanaman per lubang tanam. Pupuk organik
mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Pupuk organik dapat menggemburkan tanah, memacu aktivitas
mikroorganisme tanah dan membantu pengangkutan unsur hara ke dalam akar
tanaman, meskipun ketersediaan unsur hara essensial (makro dan mikro) relatif
lebih rendah daripada pupuk anorganik (Suwahyono, 2011).
Kedelai (dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan
dan murah harganya. Kedelai dapat diolah sebagai bahan industri olahan pangan
seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack dan sebagainyaGlycine
max) adalah komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung.
Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting (Wahyudin,
2017).
Tanaman kacang babi merupakan salah satu tanaman asli Afrika namun dapat
ditemukan pada berbagai macam habitat antara lain savanna, padang rumput,
pinggiran hutan, tanah bero, tanah-tanah yang terkena limbah (Mwaura et al.,
2013). Tanaman ini mampu tumbuh pada ketinggian antara 300-1200 meter diatas
permukaan laut (mdpl) dengan curah hujan 850-2.650 mm. Tanaman kacang babi
mampu hidup pada suhu lingkungan 12-27o C dan mampu hidup dengan baik
pada tanah andosol pada pH 5-5,6 dan toleran terhadap tanah dengan pH masam.
Tanaman tersebut juga tumbuh baik pada tanah lempung berliat
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Badan Pusat Statistik, [BPS]. 2015. Produksi Kacang Hijau Menurut Provinsi
(ton), 1993 2015.
Tim bina karya tani. 2009. Budidaya kacang tanah. Yrama widya. Bandung. 110
hal.
Wahyudin. 2017. Respons tanaman kedelai (Glycine max) varietas Wilis akibat
pemberian berbagai dosis pupuk N, P, K, dan pupuk guano pada tanah
Inceptisol Jatinangor. Jurnal Kultivasi Vol. 16(2) Agustus 2017.
MATERI VIII
GENETIC PARAMETER ESTIMATION
TOOL (GENCALC)
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Tanaman Jagung
Jagung merupakan salah satu pangan dunia yang terpenting selain gandum dan
padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung
juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa
daerah di Indonesia juga menggunakan jagung sebagai bahan pangan yang
penting. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam (Suprapto,
1999). Tanaman jagung berasal dari daerah tropis. Iklim yang dikehendaki oleh
sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga
daerah beriklim sub tropis atau tropis basah. Jagung ditanam di awal musim hujan
atau menjelang musim kemarau. Tanaman jagung menghendaki suhu antara 21-34
derajat C, namun idelanya tanaman ini dapat tumbuh pada suhu 23-27 derajat C,
sedangkan pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu sekitar 30
derajat C (Budiman, 2013).
Tanaman jagung (Zea Mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman
pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman ini merupakan salah
satu tanaman pangan yang penting, selain gandum dan padi. Tanaman jagung
berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika, melalui kegiatan bisnis
orang Eropa ke Amerika. Pada abad ke-16 orang portugal menyerbarluaskannya
ke Asia termasuk Indonesia. Jagung oleh orang Belanda dinamakan main dan oleh
orang Inggris. Secara umum, jagung memiliki kandungan gizi dan vitamin. Di
antaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, dan mengandung banyak
vitamin.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotiledon
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Batang jagung Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum
dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya
tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh
namun tidak banyak mengandung lignin (Irfan, 1999).
Bunga Jagung memiliki bunga jantandan bunga betina yang terpisah (diklin)
dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas
bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh
sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning
dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada
umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa
varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut
sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan
2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya protandri.
Syarat tumbuh tanaman jagung Iklim Iklim sedang hingga daerah beriklim
basah. Pada lahan tidak beririgasi, curah hujan ideal 85-200 mm/bulan dan harus
merata. Sinar matahari cukup dan tidak ternaungi Suhu 21-340C, optimum 23-
270C. Perkecambahan benih memerlukan suhu ± 300C (Effendi, 1999). Tanah
Tanah gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah: andosol, latosol, grumosol,
dan tanah berpasir. Tanah grumosol memerlukan pengolahan tanah yang baik.
Tanah terbaik bertekstur lempung/liat berdebu. pH tanah 5,6 – 7,5. Aerasi dan
ketersediaan air dalam kondisi baik. Kemiringan ≤ 8%, lahan miring > 8%, perlu
di teras. Tinggi tempat 1.000-1800 m dpl, optimum 0-600 m dpl
1.4 Pemupukan
Grafik diatas menujukkan hasil produksi dari penaman jagung cultivar Pertiwi
TY1. Penanaman jagung digunakan metode dry seed dengan jarak tanam 70 cm
dan kedalaman 5 cm. Pemupukan urea dengan aplikasiannya Broadcast,
incorporated pada pemupukan awal menggunakan pupuk kandungan N sebanyak
150 dan pada pemupukan kedua dibulan selanjutnya kandungan yang berbeda
dimana terdiri dari kandungan N 50, P 50, dan K 50. Selain itu ada pemupukan
organik (kompos) material yang berasal dari Generic Crop Residu dengan
kandungan N sebanyak 1,7, P sebanyak 1,6, dan K sebanyak 1,2. Namun, dengan
data yang telah diedit yang bergantung dari P1, P2, P5, G2, dan PHINT.
Perlakuan ini menghasilkan hasil produksi dari jagung sebanyak 2964 kg/ha.
Akan tetapi hasil ini masih dianggap sedikit bila dibandingkan ketika telah
dilakukan Gen calculate, hasil setelah Gen calculate tanpa adanya perbedaan
perlakuan menujukkan hasil sebanyak 3174 kg/ha. Hal ini disebabkan adanya
pewarisan sifat yang dimana dikatakan akan adanya varietas unggul baru. Adanya
varietas unggul akan membuat tanaman jauh lebih tahan terhadap gangguan baik
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), Lingkungan yang kurang mendukung.
Hal ini juga menyebabkan tanaman dapat berproduksi secara maksimal sehingga
hasil produksi meningkat.
Gambar diatas merupakan siklus rekayasa gen. Rekayasa genetik atau rekombinan
DNA merupakan kumpulan teknik-teknik eksperimental yang memungkinkan
peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan melipatgandakan suatu fragmen
dari materi genetika (DNA) dalam bentuk murninya. Pemanfaatan teknik genetika
di dalam bidang pertanian maupun peternakan diharapkan dapat memberikan
sumbangan, baik dalam membantu memahami mekanisme-mekanisme dasar
proses metabolisme maupun dalam penerapan praktisnya seperti misalnya untuk
pengembangan tanaman-tanaman pertanian maupun hewan-hewan ternak dengan
sifat unggul. Untuk tujuan ini dapat dilakukan melalui pengklonan atau
pemindahan gengen penyandi sifat-sifat ekonomis penting pada hewan maupun
tumbuhan, pemanfaatan klon-klon DNA sebagai marker (penanda) di dalam
membantu meningkatkan efisiensi seleksi dalam program pemuliaan (Sutarno,
2002). Rekayasa genetika merupakan dasar dari bioteknologi yang di dalamnya
meliputi manipulasi gen, kloning gen, DNA rekombinan, teknologi modifikasi
genetik, dan genetika modern dengan menggunakan prosedur identifikasi,
replikasi, modifikasi dan transfer materi genetik dari sel, jaringan, maupun organ.
Sebagian besar teknik yang dilakukan adalah memanipulasi langsung DNA
dengan orientasi pada ekspresi gen tertentu. Dalam skala yang lebih luas, rekayasa
genetik melibatkan penanda atau marker yang sering disebut sebagai Marker-
Assisted Selection (MAS) yang bertujuan meningkatkan efisiensi suatu organisme
berdasarkan informasi fenotipnya .Salah satu aplikasi dari rekayasa genetik adalah
berupa manipulasi genom hewan. Hewan yang sering digunakan menjadi uji coba
adalah mamalia. Mamalia memiliki ukuran genom yang lebih besar dan kompleks
dibandingkan dengan virus, bakteri, dan tanaman. Sebagai konsekuensinya, untuk
memodifikasi genetik dari hewan mamalia harus menggunakan teknik genetika
molekular dan teknologi rekombinan DNA. Keunggulan rekayasa genetik adalah
mampu memindahkan materi genetik dari sumber yang sangat beragam dengan
ketepatan tinggi dan terkontrol dalam waktu yang lebih singkat. Melalui proses
rekayasa genetika ini, telah berhasil dikembangkan berbagai organisme maupun
produk yang menguntungkan bagi kehidupan manusia (Sutarno, 2016). Proses
Rekasa genetika terdapat beberapa namun, secara singkat tahapannya proses
rekayasa genetika ini bisa atau dapat meliputi tahapan-tahapan berikut ini.
6. Pemanenan produk.
Proses rekayasa genetika diatas, praktiknya ialah mengadopsi prinsip dari teknik
rekayasa sebagai berikut:
a. Kloning gen ialah tahapan awal dari rakayasa genetika. Dibawah ini
merupakan tahapan-tahapan di dalam kloning gen, diataranya
- Pemotongan DNA itu menjadi fragmen-fragmen yakni dengan ukuran
beberapa ratus hingga ribuan kb (kilobase),
- Kemudian fragmen itu dimasukkan ke dalam sebuah vektor bakteri untuk
kloning.
- Segala macam vektor itu didesain untuk da[at membawa DNA dengan
panjang yang berbeda.
- Tiap-tiap vektor hanya mengandung satu DNA yang setelah itu
teramplifikasi membentuk suatu klon di dalam dinding bakteri.
- Dari setiap klon sejumlah fragmen DNA itu kemudian akan diisolasi
yang setelah itu akan diekspresikan. DNA rantai tunggal ini akan diubah
menjadi rantai ganda yakni dengan bantuan DNA polimerase.
- Fragmen DNA yang dihasilkan itu selanjutnya dikloning ke dalam
plasmid untuk kemudian menghasilkan bank cDNA.
b. Sekuensing ini adalah teknik penentuan urutan basa suatu fragmen DNA
yang membutuhkan proses serta juga waktu yang lama. Saat ini proses ini
sudah memiliki sifat automatis,maksudnya ialah sekuensing yang
dilakukan itu memungkinkan dalam skala industri sampai ribu kilobasa
per hari.
c. Amplifikasi gen secara in-vitro merupakan suatu Proses dari suatu
amplifikasi DNA untuk mensitesis komplementer disuatu fragmen DNA
yangdimulai dari suatu rantai primer yang dikenal dengan istilah kata
teknik PCR (Polimerase Chain Reaction).
d. Pada tiap-tiap gen tersebut terdiri atas promotor (yakni daerah yang
bertanggungan jawab di dalam transkripsi gen yang berakhir diwilayah
terminator), gen pendanda ini dipilih (yakni suatu gen yang memiliki
peran ialah sebagai resistensi antibiotik yang membantu di dalam
membedakan perubahan sel), serta juga terimanator. Konstruksi gen ini
mengandung sedikitnya daerah promotor, daerah transkrip, serta juga
daerah terminator. Oleh karna itu, konstruksi gen ini disebut dengan vektor
ekspresi. Konstruksi gen ini mengimplikasikan suatu penggunaan pada
elemen-elemen seperti sistesis nukleotida dengan secara kimiawi, enzim
restriksi yang memotong DNA didaerah spesifik, amplifikasi fragmen
DNA itu dengan secara in vitro yakni dengan menggunakan teknik PCR,
serta juga menyambungn fragmen DNA yang berbeda dengan ikatan
kovalen yakni menggunakan enzim ligase. Setelah itu fragmen ini
kemudian ditambahkan dalam plasmid yang selanjutnya ajab ditransfer ke
dalam bakteri membentuk klon bakteri. Klon bakteri ini kemudian akan
diseleksi serta diamplifikasi. Penambahan elemen di dalam konstruksi gen
tersebut bergantung pada suatu tujuan eksperimen, terutamanya pada jenis
sel konstruksi itu kemudian akan diekspresikan.
e. Suatu gen hasil isolasi bisa atau dapat ditranskripsikan dengan secara in
vitro serta mRNA nya ini juga dapat ditranskripsikan disuatu sistem bebas
sel. Untuk kemudian dikodekan secara efektif serta ditranslasikan menjadi
protein, suatu gen ini harus ditransfer ke dalam sel yang secara alami itu
bisa atau dapat mengandung seluruh faktor yang diperlukan di dalam
proses transkripsi serta translasi. Transfer gen ini pun di dalam praktiknya
ini terdiri dari variasi teknik, diantaranya fusi sel, mikroinjeksi,
elektroporasi, penggunaan senyawa kimia,serta juga injeksi menggunakan
vektor virus.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hunt. 1993. GENCALC: Software to Facilitate the Use of Crop Models for
Analyzing Field Experiments. Published in Agron. J. 85:1090-1094 (1993).
Irfan, M. 1999. Respons tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap pengelolaan
tanah dan kerapatan tanam pada tanah Andisol. Tesis Program Pasca
Sarjana USU, Medan. p. 13-74.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif, Agro Medika Pustaka, Jakarta
Rinaldi, dkk. 2009. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays L.)
Yang Ditumpangsarikan Dengan Kedelai (Glycine Max L.). Fakultas
Pertanian Jurusan Agroteknologi Universitas Taman siswa, Padang.
TINJAUAN PUSTAKA
Rotasi tanaman merupakan salah satu praktek penting dalam sistem pertanian
berkelanjutan yang dapat meningkatkan retensi air dan hara, menurunkan
kebutuhan pupuk sintetis melalui penanaman tanaman kacang-kacangan
(Christensen et al. 2012). Rotasi tanam antara tanaman padi dengan palawija
maupun hortikultura merupakan salah alternatif yang bijak untuk tetap
mempertahankan produktivitas dan kesuburan lahan, dan perekonomian petani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rotasi tanaman padi dengan palawija dapat
memperbaiki struktur tanah sawah (Chen et al. 2012). Struktur tanah yang baik
akan memperbaiki drainase, mengurangi aliran permukaan (run off) dan
meningkatkan ketersediaan air tanah. Rotasi tanaman dapat mengendalikan gulma
dan serangan hama sehingga dapat menurunkan penggunaan pestisida kimia
(Christensen et al. 2012).
Jagung merupakan salah satu pangan dunia yang terpenting selain gandum dan
padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung
juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa
daerah di Indonesia juga menggunakan jagung sebagai bahan pangan yang
penting. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam (Suprapto,
1999). Tanaman jagung berasal dari daerah tropis. Iklim yang dikehendaki oleh
sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga
daerah beriklim sub tropis atau tropis basah. Jagung ditanam di awal musim hujan
atau menjelang musim kemarau. Tanaman jagung menghendaki suhu antara 21-34
derajat C, namun idelanya tanaman ini dapat tumbuh pada suhu 23-27 derajat C,
sedangkan pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu sekitar 30
derajat C (Budiman, 2013).
Tanaman jagung (Zea Mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman
pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman ini merupakan salah
satu tanaman pangan yang penting, selain gandum dan padi. Tanaman jagung
berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika, melalui kegiatan bisnis
orang Eropa ke Amerika. Pada abad ke-16 orang portugal menyerbarluaskannya
ke Asia termasuk Indonesia. Jagung oleh orang Belanda dinamakan main dan oleh
orang Inggris. Secara umum, jagung memiliki kandungan gizi dan vitamin. Di
antaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, dan mengandung banyak
vitamin.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotiledon
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Batang jagung Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum
dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya
tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh
namun tidak banyak mengandung lignin (Irfan, 1999).
Bunga Jagung memiliki bunga jantandan bunga betina yang terpisah (diklin)
dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas
bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh
sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning
dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada
umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa
varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut
sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan
2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya protandri.
Syarat tumbuh tanaman jagung Iklim Iklim sedang hingga daerah beriklim
basah. Pada lahan tidak beririgasi, curah hujan ideal 85-200 mm/bulan dan harus
merata. Sinar matahari cukup dan tidak ternaungi Suhu 21-34ºC, optimum 23-
27ºC. Perkecambahan benih memerlukan suhu ± 30ºC. Tanah Tanah gembur,
subur dan kaya humus. Jenis tanah: andosol, latosol, grumosol, dan tanah berpasir.
Tanah grumosol memerlukan pengolahan tanah yang baik. Tanah terbaik
bertekstur lempung/liat berdebu. pH tanah 5,6 – 7,5. Aerasi dan ketersediaan air
dalam kondisi baik. Kemiringan ≤ 8%, lahan miring > 8%, perlu di teras. Tinggi
tempat 1.000-1800 m dpl, optimum 0-600 m dpl
Gambar 2.1 Tabel Hasil Panen beberapa tanaman pada tahun 2019-
2033
Gambar 2.2 Grafik batang hasil panen beberapa tanaman pada tahun
2019-2033
Gambar 3 dan 4 diatas menunjukkan bahwa adanya hasil panen pada pada
tahun 2019-2033. Hasil panen tanaman jagung menunjukkan hasil
minimum sebesar 19110 kg/Ha pada tahun 2030 dan hasil maksimum
sebesar 7468 Kg/Ha pada tahun 2021. Tanaman Kedua yaitu kacang
memiliki hasil panen minimum yaitu sebesar 758 Kg/Ha pada tahun 2028,
hasil maksimum sebesar 2244 Kg/ Ha pada tahun 2025. Tanaman ketiga
yaitu adalah tanaman Ketela Ungu. Tanaman ketela ungu memiliki hasil
panen minimum 607 Kg/Ha pada tahun 2029 dan hasil maksimum sebesar
1393 Kg/Ha pada tahun 2020.
Berdasarkan hasil data tersebut terlihat bahwa ketiga tanaman
mengalami penurunan hasil panen pada periode tertentu. Hal ini
dibuktikan dengan adanya hasil panen pada periode minimum terjadi
setelah periode tanam maksimum. Hal ini dapat terjadi karena adanya
perubahan iklim maupun adanya serangan hama penyakit pada lahan
tersebut. Ataupun dapat dipengaruhi oleh penggunakan pestisida yang
digunakan oleh petani yang mengakibatkan kesuburan tanah menurun
yang dimana pestisida tersebut meninggalkan residu ditanah yang nantinya
akan menurunkan kualitas lahan walaupun dilakukan sistem rotasi pada
lahan. Berdasarkan pernyataan Miskiyah dan Munarso (2009) bahwa
pestisida merupakan bahan kimia berbahaya, sehingga pemakaian yang
berlebihan dapat menjadi sumber pencemar pada bahan pangan, air, dan
lingkungan hidup. Lebih jauh residu yang ditinggalkan dapat secara
langsung maupun tidak langsung sampai ke manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budiman, Haryanto. 2013. Budidaya Jagung Organik Varietas Baru Yang Kian
di Buru. Pustaka Baru Putra. Yogyakarta. 206 hal.
Irfan, M. 1999. Respons tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap pengelolaan
tanah dan kerapatan tanam pada tanah Andisol. Tesis Program Pasca
Sarjana USU, Medan. p. 13-74.
Katsvairo, T., W.J. Cox and H. van Es. 2002. Tillage and rotation effects on soil
physical characteristics. Agron. J.94:299-304
Miskiyah dan S.J. Munarso. 2009. Kontaminasi Residu Pestisida pada Cabai
Merah, Selada, dan Bawang Merah (Studi Kasus di Bandungan dan Brebes
Jawa Tengah serta Cianjur Jawa Barat). Jurnal Hortikultura. Vol 19 No 1.
Halaman 101-111.
Rinaldi, dkk. 2009. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays L.)
Yang Ditumpangsarikan Dengan Kedelai (Glycine Max L.). Fakultas
Pertanian Jurusan Agroteknologi Universitas Taman siswa, Padang.
Suprapto. 1999. Budidaya Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta
Thornton, PK, Hoogenboom, G., Wilkens, PW dan Bowen, WT. 1995. Komputer
Program Untuk Menganalisis Keluaran Model Tanaman Beberapa Musim.
Jurnal Agronomi 87(1), 131-6
Tsuji, GY., Hoogenboom, G dan Thornton, PK,. 1998. Memahami Opsi Untuk
Produksi Agrikultur. Kluwer Academic Publisher. Dordrecht. Belanda
Wakman, W., Pakki, S., & Kontong, S. 2007. Evaluasi ketahanan varietas/galur
jagung terhadap penyakit bulai. Laporan Tahunan Kelompok Peneliti Hama
dan Penyakit. Balitsereal, Maros, 121
Yousaf, M., Jifu, L., Jianwei, L., Teo, R., Rihuan, C., Shah, F., dan Xiaoku, L.
2017. Effects of Fertilization on Crop Production and Nutrient-Supplying
Capacity Under Rice-Oilseed Rape Rotation System. Scientific reports.
7(1270): 1-9.
MATERI X
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman jagung (Zea Mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman
pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman ini merupakan
salah satu tanaman pangan yang penting, selain gandum dan padi. Tanaman
jagung berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika, melalui
kegiatan bisnis orang Eropa ke Amerika. Pada abad ke-16 orang portugal
menyerbarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Jagung oleh orang Belanda
dinamakan main dan oleh orang Inggris. Secara umum, jagung memiliki
kandungan gizi dan vitamin. Di antaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat,
kalsium, dan mengandung banyak vitamin.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotiledon
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Bunga Jagung memiliki bunga jantandan bunga betina yang terpisah (diklin)
dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas
bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi
oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian
puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna
kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol
produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen
Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif,
dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap
untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya protandri.
1.6 Pemupukan
Pemupukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencukupi
kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, supaya tanaman dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga menghasilkan produksi dan
mutu hasil dari tanaman dapat maksimal, dengan cara memberikan subuah
pupuk melalui daun (disemprotkan pada daun) dan akar (dibenamkan ke dalam
tanah), baik pupuk organik maupun anorganik. Besar pupuk yang diberikan
ditentukan berdasarkan kadar unsur hara yang dibutuhkan oleh masing-masing
tumbuhan, karena jika pemberian pupuk terlalu banyak atau terlalu sedikit juga
kurang dapat memaksilkan pertumbuhan atau malah dapat mengakibatkan
tanaman menjadi mati (Yousaf, 2017).
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budiman, Haryanto. 2013. Budidaya Jagung Organik Varietas Baru Yang Kian di
Buru. Pustaka Baru Putra. Yogyakarta. 206 hal.
Irfan, M. 1999. Respons tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap pengelolaan
tanah dan kerapatan tanam pada tanah Andisol. Tesis Program Pasca
Sarjana USU, Medan. p. 13-74.
Rinaldi, dkk. 2009. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays L.)
Yang Ditumpangsarikan Dengan Kedelai (Glycine Max L.). Fakultas
Pertanian Jurusan Agroteknologi Universitas Taman siswa, Padang.
Wakman, W., Pakki, S., & Kontong, S. 2007. Evaluasi ketahanan varietas/galur
jagung terhadap penyakit bulai. Laporan Tahunan Kelompok Peneliti Hama
dan Penyakit. Balitsereal, Maros, 121.
Yousaf, M., Jifu, L., Jianwei, L., Teo, R., Rihuan, C., Shah, F., dan Xiaoku, L.
2017. Effects of Fertilization on Crop Production and Nutrient-Supplying
Capacity Under Rice-Oilseed Rape Rotation System. Scientific reports.
7(1270): 1-9.